Sunteți pe pagina 1din 21

A.

Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Data yang harus dikaji pada pasien dengan Tuberculosis adalah : 1,10

a. Identitas Pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua/wali, pekejaan

orang tua, agama.

b. Keluhan utama

Alasan/keluhan yang di rasakan pasien mempunyai banyak kemiripan dengan

penyakit lainya, yang juga memberikan gejala umum serupa (seperti lemah dan

demam).

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan batuk TB yang paling sering dikeluhkan, mula-

mula nonproduktif (taanpa dahak), kemudian berdahak, bahkan bercampur

darah bila penderita suda mengalami kerusakan jaringan. Pasien TB paru juga

sering menderita batuk darah. Adanya batuk darah ini menimbulkan kecemasan

pada diri pasien, karena batuk darah sering dianggap sebagai suatutanda dari

beratnya penyakt yang diidapnya. Adapun keluhan lainya yaitu sesak nafas hal

ini bisa di sebabkan karen tingkat kerusakan parenkim paru yang sudah meluas

atau ada hal-hal yang menyertainya, seperti efusi, pleuria, pneumothoraks,

anemia, dan lain-lain.

d. Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Apakah penderita waktu kecil pernah

mengalami batuk dan berapa lawanya batuk.

e. Riwayat Penyakit Keluarga


Secara patologi, TB paru tidak ditularkan. Tetapi, perawat perlu menayakan

apakah penyakit pernah dialami oleh anggota keluarga lainya sebagai faktor

predisposisi penularan didalam rumah.

f. Riwayat Sosial

Tanyakan mengenai tentang keadaan lingkungan klien yang beresiko

menimbulkan gangguan pernafasan. Udara kota yang tercemar juga

berhubungan dengan peningkatan insiden dan derajat asma. Tanyakan

mengenai kondisi kehidupan klien. Kaji bahaya lingkungan seperti tangga yang

tidak memiliki sirkulasi udara yaang baik. Gali mengenai riwayat merokok

tembakau dan kebiasaan minum alkohol. Merokok dikaitkan dengan penurunan

fungsi siliar paru, peningkatan produksi mukus seraperkembangan kanker paru

dan massalah kanker kronis.12

g. Riwayat Psikologis

Pasien Psikologis meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat

memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku

pasien.

h. Hasil Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium di perlukan untuk mengetahui penyebaraan bakteri

ataupun masalah lainya karena data laboran bisa mengetahui secara pasti

penyebaran bakteri dan jenis besar bakteri yang terdapat pada tubuh.3Untuk

menegakkan diagnosis penyakit Tubeculosiss dilakukan pemeriksaan

laboratorium untuk meneemukan BTA positif. Pemeriksaan lain yang dilakukan

yaitu dengan pemeriksaan kultur bakteri, namun biasanya mahal dan hasilnya

lama. Metode pemeriksaan dahak (bukan liur) sewaktu, pagi, sewaktu (SPS)

dengan pemeriksaan mikroskopis membutuhkan kurang lebih 5 ml dahak dan


biasanya mengunaakan pewarnaan panas dengan metode Ziehl Neelsen (ZN)

atau pewarnan dingin Kingoun-Gabbet bila dari dua kali pemeriksaan

didaapatkan hasil BTA positif, maka pasien tersebut dinyatakan positif

mengidap tuberculosis paru.

i. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini meliputi Keadaan umum klien dan tanda-tanda vital klien.

Keadaan umum klien dapat dilihat secara selintas dengan menilai keadaan fisik

tiap bagian tubuh klien selain itu juga dinilai secara umum kesadaran klien yang

terdiri atas compos mentis, apatis, samnolen, sopor, soporokoma atau koma.

Biasanya, hasil pmeriksaan tanda-tanda vital dari pasien Tuberculosis paru

menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi panas

apabila disertai sesak nafas, denyut nadi biasanya juga meningkat seirama

dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan.

1. Aktifitas/Istirahat

a. Gejala

Kelelahan umum dan kelemahan, Nafas pendek saat bekerja atau

beraktifitas, Kesulitan tidur saat malaam hariatau demam malam, Setiap

hari menggigil dan berkeringat, Mimpi buruk

b. Tanda

Takikardia, takipnea atau dispnea pada saat beraktivitas, Kelemahan

otot, nyeri, dan sesak

2. Intergritas Ego

a. Gejala
Adanya atau faktor setres lama, Masalah keuangan atau rumah tangga,

Perasaaan tak berdaya/tak ada arapan, Biasa terjadi di negara amrika asli

atau imigrasi dari amerika tengah, Asia Tenggara, dan suku India.

b. Tanda

Menyangkal Kecemasan berlebihan, ketakutan serta mudah marah

3. Makanan/Cairan

a. Gejala

Kehilangan nafsu makaan, Tak dapat mencerna makanan, Terjadi

penurunan berat badan

b. Tanda

Turgor kulit buruk, kering atau kulit besisik, Kehilangan otot atau otot

mengecil karena hilangnya lemak subkutan.

4. Nyeri/Kenyamanan.

a. Gejala :

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

b. Tanda :

Berhati-hati saat mengerakkan area yang sakit, Perilaku distraksi

(terganggu), karena sering gelisah.

5. Pernafasan

a. Gejala :

Batuk, Nafas pendek.

b. Tanda :

Peningkatan frekuensi pernafasan, Fibrosis parenkrim paru dan pleuria

yang meluas, Pasien menunjukkan pola nafas yang tik simetris,


Penebalan pleuria, Bunyi nafas yang menurun, Aspek paru selama

inspirasi cepat.

6. Keamanan

a. Gejala :

Adanya kondisi tekanan pada sistem imun (contoh AIDS, Kanker,

tesHIV yang hasilnya positif).

b. Tanda :

Demam rendah atau sakit panas akut.

7. Interaksi sosial

a. Gejala :

perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular. Perubahan

pola biasa dalam kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

8. Penyuluhan/Pembelajaran

a. Gejala :

Riwayat keluarga TB, Ketidakmampuan umum/status kesehatan

buruk, Gagal untuk menyembuhkan TB secara total, TB sering

kambuh, Tidak mengikuti terapi pengobatan dengan baik.

b. Rencana pemulangan :

Pasien dengan TB paru dalam terapi obat dan bantuan perawatan diri

serta pemeliharaan rumah.

9. Pemeriksaan fisik paru-paru pada pasien tuberculosis paru

a. Inspeksi : benuk thorak normal chesst, pada saat inspirasi dalam gerakan

bagian paru yang sakit berkurang bila dibandingkan dengan yang

normal, pola nafas tampak dispneu, ada batuk produktif, tampak adanya

retraksi dada.
b. Palpasi : getaran antara kanan dan kiri sangat berbeda karena sputum

berkumpul diberbeda paru kanan dan kiri.

c. Perkusi : bunyi pada bagian atas terdengar redup tetapi bagian bawah

terdengar sonor

d. Auskultasi : terdengar ronchi basah dan nyaring karena adanya infilrasi

pada jaringan paru, suara nafas terdengar kasar, bunyi nafas tedengar

bising.

2. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan pada pasien TB paru adalah : 5

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

a. Definisi :

ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari

saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

b. Batasan karakteristik :

Gelisah, tidak ada batuk, perubahan frekuensi nafas, penurunan bunyi nafas,

dipneu, sputum dalam batasan yang berlebihan.

c. Faktor yang berhubungan :

Lingkungan : perokok pasif, menghisap asap, merokok.

Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, mukus dalam jumlah yang

berlebih, eksudat dalam alveoli, materi asing dalam jalan nafas, adanya

jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, sekresi dalam bronki.

Fisiologis : jalan nafas alergi, asma, disfungsi neuromuskular.


2. Gangguan pertukaran gas.

a. Definisi :

Kelebihan atau defisit pada okssigenasi dan/atau eiminasi karbon

diosida pada membran alveolar-kapiler

b. Batasan karakterisrik :

warna kulit abnormal, konfusi, sianosis, pernafasan abnormal,

penurunan karbon diogsida, diaforesis, sakit kepala saat bangun,

hiperkapnia, hipookdia, nafass cuping hidung, samnolen, takikardi dan

gangguan penglihatan.

c. Faktor tang berhubungan :

Perubahan membrab alveolar-kapiler, ventilasi-perfusi.

3. Hipertemia.

a. Definisi :

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

b. Batasan karakteristik :

Takikardi, takipnea, kulit terasa hangat, konvulsi, kulit kemerahan,

peningkatan suhu tubuh duatas kisaran normal, kejang.

c. Faktor yang berhubungan :

Anestasia, penurunan perspirasi, dehidrasi, pemanjanan lingkungan

yang panas, penyakit, pemakaian pakaian yang tidak sesuai suhu

lingkungan, peningkatan laju metabolisme, medikasi, trauma, aktifitas

berlebih.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuha tubuh.

a. Definisi :

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.


b. Batasan karakteristik :

Keram abdomen, nyeri abdomen, diare, bising usus hiperaktif, kurang

makanan, membran mukosa pucat, sariawan rongga mulut, cepat

kenyang satelah makan, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot

untuk menelan.

c. Faktor yang berhubungan :

Faktor biologis, faktor ekonomu, ketidakmampuan untuk mengabsorpsi

nutrien, ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan

menelan makanan, faktor psikologis.

5. Resiko infeksi.

a. Definisi :

Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik

b. Faktor-faktor resiko :

Penyakit kronis, Diabetes militus, obesitas. Pengetahuan yang tidak

cukup untuk menghindari pemanjanan patogen. Pertahanaan tubuh

primer yang tidak adekuat, gangguan peritasis, kerusakan intergritas

kulit, perubahan sekresi PH, penurunan kerja siliariss, pecah ketuban

dini, pecah ketuban lama, merokok, stasis cairan tubuh, trauma jaringan.

3. Interveni Keperawatan.

Rencana tindakan untuk mengatasi masalah keperawatan pada pasien dengan

Tuberculosis adalah :5

1. Diagnosa : ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Tujuan : pernafasan status ventilasi, pernafasan status nafas paten

Kriteria hasil :
a. mendesmontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas

dengan mudah, tidak ada pursed lips).

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama

nafas, frekuensi pernafasan dalam reentan normal, tidak ada suaraa

nafas abnormal).

c. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat

jalan nafas.

Interveni :

a. Suction

1) Pastikan kebutuhan oral/trakheal suctioning

2) Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudaah suctioning

3) Informasikan padaa klien dan kelurga tentang sactioning

4) Minta klien nafas dalam sebelum saaction dilakukan

5) Berikan O2 dengan mengunakan nasal

6) Gunakan alat yang stril setiap melakukan tindakan

7) Monitor status oksigen pasien

8) Hentikan saction dan bersihkan oksigen apabila pasien

menunjukkan bradikardi, peningkatass saturasi O2.

b. Manajemen nafas

1) Buka jalan nafaas dengan mengunaakan teknik chin lift atau jaw

thrust bila perlu

2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

3) Identifiksi pasien perlunya pemasangan alat bantu jalan nafas

4) Pasang mayo bila perlu


5) Lakukan fisioterapi dada

6) Keluarkan sekret dengan batuk dan saktion

7) Auskultasi suara nafas,catat adaanya nafaas tambahan

8) Lakukan saction pada paru

9) Monitor respirasi dan ststus

2. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas.

Tujian : status pernafasan pertukaran gas, status pernafaan ventilasi, status

nafas penting.

Kriteria hasil :

a. Mendemontrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat

b. Memelihaara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress

pernafasan

c. Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih

d. Tanda-tanda vital dalam rentan normal

Intervensi :

a. Manajement Airway

1) Buka jalan nafas gunakan teknik chin lift

2) Posisikan pasien untuk mengoptimalkan ventilasi

3) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jaalan nafas buatan

4) Pasang mayo bila perlu

5) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6) Keluarkan sekret dengan batuk atau saction

7) Auskultasi suara nafas,cacat bila ada suara nafas tambahan

8) Monitor respirasi dan status O2

b. Respiratori monitor
1) Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

2) Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

3) Monitor suara nafas, seperti dengkur

4) Monitor pola nafas : bradipnea, takipenia, kussaul,

hiperventilasi,biot

5) Catat lokasi trakea

6) Tentukan kebutuhan saction dengan mengaultasi crakles dan ronkhi

pada jalan nafaas utama

7) Auskultasi suara nafas setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.

3. Diagnosa : Hipertermia.

Tujuan : Termoregulasi

Kriteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentan normal

b. Nadi dan RR alam rentan normal

c. Tidaak adaa perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

a. Pengobatan Demam

1) Monitor suhu tubuh sesering mungkin

2) Monitor IWL

3) Monitor warna dan suhu kulit

4) Monitor tekanan darah dan nadi, RR

5) Monitor penurunan tingkat kesadaran

6) Monior intake dan output

7) Berikan anti piretik


8) Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam

9) Selimuti pasien

10) Lakukan tepid sponge

11) Kolaborasi pemberian cairan intravena

12) Kompres pasien dilipatan paha dan aksilaa

13) Berikan pengobatan untuk mencegah terjadinya mengigil

14) Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehaangatan tubuh

4. Diagnosa : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Tujuan : Gizi status, gizi status makanan dan cairan, asupan, gizi status

asupan,berat kontrol.

Kriteria hasil :

a. Adaanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b. Berat baddaan ideal sesuai dengan tinggin badan

c. Mampumengientifkasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda-tanda malnurisi

e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecap dan penelan

f. Tidak terjadi penurunan berat badan

Intervensi :

a. Pemantauan Makanan

1) Kajia adanya alergi makanan

2) Kolabolari dengaan ahli gizi

3) Anjurkan passien untuk meningkatkan intae Fe

4) Berikan subtansi gula

5) Berikan makanan yang terpilih ajarkan pasien bagaimana membuat

catatan makanan harian


6) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

7) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

8) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

b. Pemantauan Makanan

1) BB pasien dalam batas normal

2) Monitor adanya penurunan berat badan

3) Monitorinteraksianak maupun orang tua selama makan

4) Monitor lingkungan selama makan

5) Monitorkulit kering dan perubahan pigmental

6) Monitor turgol kutil

7) Monitor mual dan muntah

8) Monitor kadar albumin, total protein HB dan dan kadar HT

9) Monior pertumbuhan dan perkembangan

5. Diagnosa : Resiko infeksi.

Tujuan : Imune status, pengetahuan infeksi kontrol, resiko kontrol.

Kriteria hasil :

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

b. Mendespsikan proses penularan penyakit

c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

d. Jumlah leukosit dalam batas normal

e. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Intervensi :

a. Kontrol infeksi

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2) Pertahankan teknik isolasi


3) Batasi pengunjung bila perlu

4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat

berkunjung

5) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

6) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

7) Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat kontak dengan pasien

8) Tingkaatkan intake nutrisi

9) Berikaan terapi antibiotik bila perlu

10) Monitor tandaa dan gejala infeksi

11) Sistemik dan lokal

12) Monitor kerentanan terhadap infeksi

13) Batasi pengunjung terhadap penyakit menular

14) Pertahankan teknik aspeksis pada pasien yang beresiko

15) Dorong masukan nutrisi yang cukup

16) Dorong masukan cairan

17) Dorong istirahat

18) Ajarkan cara menghindari infeksi

19) Laporkan kecurigaan infeksi

20) Laporkan kultur positif.

4. Implementasi Keperawatan

a. Promosi kesehatan
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memberantas tuberculosis di

seluruh dunia, program skrining dalam kelompok resiko yang diketahui, adalah

salah satu deteksi awal individu terhadap penyakit tuberculosis. Pengobatan

LTBI (Latent Tuberculosis Infection) mampu mengurangi tuberculosis di

masyarakat. Orang dengan TST (Tuberculin Skint Testing) positif harus

melakukan pemeriksaan foto thorax untuk menilai penyakit tuberculosis yang

aktif. Individu dengan diagsosis tuberculosis harus dilaporkan kepada layanan

kesehatan masyarakat untuk identifikasi dan dilakukan pengkajian pada

masyarakat yang beresiko.

Program yang digunakan untuk mengatasi faktor-faktor penyebab

tuberculosis di masyarakat diperlukan untuk mengurangi penularan angka

kejadian tuberculosis. Contoh program tesebut yaitu mengurangi infeksi HIV

(Human Immunodeficiency Virus), kemiskinan, kondisi lingkungan yang padat,

kekurangan gizi, merokok, dan penyalahgunaan narkoba dan alkohol dapat

membantu mengurangi tingkat infeksi tuberculosis, serta meningkatkan akses

ke pelayanan kesehatan dan pendidikan.8

Salah satu kegiatan promosi kesehatan yang harus dilakukan oleh tenaga

kesehatan adalah dengan memberikan penyuluhan pada pasien tuberculosis

untuk meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit tersebut. Berdasarkan

penelitian oleh Dwi Lestari mukti palupi 2011, tentang pengaruh pendidikan

kesehatan terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku penderita

tuberculosis yang berobat di wilayah kerja Puskesmas Surakarta. Didapatkan

hasil bahwa pengetahuan pasien tuberculosis berpengaruh terhadap kepatuhan

dalam menjalani program pengobatan. Dari jurnal tersebut didapatkan hasil

bahwa pasien yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik menunjukkan


kepatuhan dalam menjalani program pengobatan dibandingkan dengan pasien

yang dikategorikan dalam pengetahuan yang kurang baik.7

b. Intervensi akut

Pasien yang dirawat di Unit Gawat Darurat atau langsung ke Unit

Keperawatan dengan gejala pernafasan harus diperioritaskan untuk

memungkinkan tuberculosis. Mereka yang diduga kuat memiliki tuberculosis

harus.

1) Ditempatkan pada ruang isolasi udara

2) Menerima hasil pemeriksaan medis,rontgen dada, sputum

3) Menerima terapi obat yang kuat

Isolasi infeksi udara, diindikasikan untuk pasien dengan tuberculosis paru

atau laring hingga pasien tidak menular. Hal ini mengacu pada isolasi pasien

yang terinfeksi organisme menyebar melalui rute udara sehingga pasien

membutuhkan satu kamar huni dengan tekanan negatif dan aliran udara dari 6-

12 pertukaran per jam.

Masker HEPA (high-efficiency particulate air) yang dikenakan setiap kali

memasuki ruangan pasien sangat efektif untuk melindungi dari partikel kecil

dengan diameter 5 mm. Penyedia layanan kesehatan harus memastikan ukuran

masker yang tepat. Agar efektif, masker harus dibentuk agar sesua dengan

bentuk hidung dan mulut.

Ajarkan pasien untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu setiap kali

batuk, bersin, atau mengeluarkan dahak. Sputum harus dibuang ke dalam

kantong kertas dan dibuang ke tempat sampah, dibakar atau dibuang ke toilet.

Tekankan mencuci tangan dengan hati-hati setelah berkontak dengan dahak.


Jika pasien keluar dari ruangan isolasi, maka harus memakai masker standar

isolasi untuk mencegah paparan lain, setiap orang dengan hasil tes positif untuk

infeksi tuberculosis akan menjalani evaluasi lebih lanjut dan harus diperlakukan

baik untuk LTBI (Latent TB Infection)atau penyakit uberculosis aktif.8

Selain intervensi diatas, pasien juga perlu untuk diajarkan cara batuk efektif

untuk mengeluarkan sekret pada saluran nafas. Hal ini sesuai dengan penelitian

Alia Yuliati, Rodiah pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran sputum pada

pasien tuberculosis di puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang. Berdasarkan

analisa data hasil peneliti dan pembahasan tentang pengaruh batuk efektif

terhadap pengeluaran sputum pada pasien tuberculosis di Puskesmas

Peterongan Kabupaten Jombang dapat disimpulkan, Pengeluaran sputum

sebelum dilatih batuk efektif pada pasien tuberculosis di Puskesmas Peterongan

Kabupaten Jombang sebagian tidak dapat mengeluakan sputum. Setelah dilatih

cara batuk efektif untuk mengeluarkan sputum di puskesmas Peterongan

Kabupaten Jombang hampir seluruhnya pasien dapat mengeluarkan sputum

dengan maksimal dan menghemat energi. Batuk yang benar caranya pertama

yang dilakukan duduk agak condong kedepan kemudian tarik nafas 3 detik dan

batukkan 2 sampai 3 kali batukkan dan sebelum batuk efektif dianjurkan untuk

minum minuman yang hangat dan minum air sebanyak 2 liter 1 hari

sebelumnya, dengan tujuan dahak menjadi encer dan memper mudah

pengeluaran sputum supaya dapat maksimal.6

Untuk itu Perawat juga dapat memberikan ke efektifan pemberian ekstra

putih telur terhadap peningkatan kadar albumin pada pasien tuberculosis dengan

hipoalbumin. Sesuai dengan penelitian Prastowo pengaruh putih telur terhadap

peningkatan kadar albumin pada pasien tuberculosis dengan hipoalbumin,


adanya kenaikan kadar albumin pada kelompok perlakuan dengan rerata sebesar

0,07g/dl. Dan penurunan kadar albumin pada kelompok kontrol dengan rerata

sebesar 0,12 g/dl. Karena tutih telur merupakan protein dengan nila biologi

tinggi sehingga seluruh protein putih telur dapat diserap tubuh. Kandungan

protein akan meningkat untuk setiap 1 gram berat telur, putih telur mengandung

albumin sebanyak 95%dalam bentuk ovoalmumin54%, ovamukoid 11%. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada pasien dengan tuberculosis paru dengan

hipoalbumin pemberian ekstra putih telur dapat meningkatkan kadar albumin

serta dapat digunakan untuk meningkatkan daya kesembuhan pasien dengan

hipoalbumin.14

c. Ambulasi dan perawatan dirumah

Mengajarkan pasien cara meminimalkan paparan kontak dengan anggota

keluarga yang sedang menjalani pengobatan tuberculosis. Rumah harus

memiliki ventilasi yang baik, terutama pada tempat-tempat dimana orang yang

terinfeksi menghabiskan banyak waktu. Bila penyakit dalam fase akif, pasien

harus tdur sendiri, menghabiskan waaktu sebanyak mungkin di luar ruangan,

dan meminimalkan waktu di tempat yang padat atau tranportasi umum.

Ajarkan pasien dan pengasuh tentang kepatuhan dengan regimen yang

ditentukan. Hal ini penting, karena sebagian besar kegagalan pengobatan terjadi

akibat pasien mengabaikan untuk mengosumsi obat. Strategi untuk

meningkatkan kepatuhan terhap terapi obat ialah memberikan pendidikan dan

konseling, sistem pengingat, imbalan, kontrak, dan DOT (Directly Observed

Treatment).

Pemberitahuan dari departemen kesehatan masyarakat diperlukan. Perwat

kesehatan masyarakat bertanggung jawab untuk tindak lanjut dari kontak rumah
tangga dan penilaian pasien untuk kepatuhan. Jika kepatuhan aalah masalah,

badan kesehatan masyarakat mungkin bertanggung jawab untuk DOT. Sebagian

besar individu dapat dianggap diobati ketika regimen terapi telah selesai dan

ada bukti budaya negatf, perbaikan klinis, dan perbaikan di dada x-ray.

Karena sekitar 5% dari individu mengalmi kambuh, hal yang penting yaitu

mengajarkan pasien untuk mengenali gejala-gejala kekambuhan tuberculosis.

Jika gejala ini terjadi pasien harus mencari pertolongan tim medis segera.

Beritahu pasien tentang faktor-faktor tertentu yang dapat mengaktifkan

tuberculosis, seperti terapi imunosupresif, keganasan, dan berkepanjangan

penyakit yang melemahkan. Jika pasien mengalami salah peristiwaa ini,

penyedia layanan harus diberitahu sehingga reaktifasi tuberculosis dapat

dimonitor. Dalam beberapa situasi perlu untuk menempatkan pasien pada terapi

anti-tuberculosis, yaitu dengan mendorong pasien untuk berhenti merokok.

Peran perawat dalam hal ini untuk menyediakan pasien dengan megajarkan

mereka untuk berhenti merokok.8

Selain itu pengetahuan dan sikap sangat berpengaruh terhadap kepatuhan

minum obat anti tuberculosis. Berdasarkan penelitian Junita Friska, hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan minum obat sangat berpengaruh

signifikat dalam kepatuhan minum obat anti tuberculosis di Puskesmas

Kecamatan Jatinegara tahun 2012.15

Untuk mencegah resiko infeksi salah satunya adalah dengan cara

membuang dahak yang sesuai. Sesuai dengan penelitian Anny Rosiana

Masithoh, pengaruh terapi berfikir positif terhadap perilaku membuang dahak

pada pasien tuberculosis 2014. Berdasarkan analisa data dengan hasil penelitian

setelah dilakukan terapi berfikir positif menunjukkan perubahan yang cukup


banyak dari kelompok perlakuan yaitu perilaku membuang dahak yang menjadi

baik sebanyak 15 orang dan dari kelompok konrol sebanyak 4 oraang.

5. Evaluasi.

Evaluasi adalah langkah terahir dalam pembuatan keputusan, evaluasi pada kasus

tuberculosis paru adalah : 5

1. Ketidalefektifan bersihan jalan nafas.

Kriteria hasil :

Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis

dypneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak

ada pursed lipis). Menunjukkan jalan nafas yang paten. Mampu

mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.

2. Gangguan pertukaran gas.

Kriteria hasil :

Mendemontrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat,

memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda distress

pernafasan, mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tanda-

tanda vital dalam rentang normal.

3. Hipertermia.

Kriteria hasil :

Suhu tubuh dalam rentang normal, nadi dan RR dalam rentang normal, tidak

ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhaan tubuh.

Kriteria hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat badan ideal sesuai

tinggi badan, mampu mengidenifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tandaa

malnutrisi, menunjukkan fungssi pengecap dari menelan, tidak terjadi

penurunan yang bearti.

5. Resiko infeksi.

Kriteria hasil :

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendiskripsikan proses penularan

penyakit, faktor yang mempengaruhi penularan serta penatalaksanaan,

menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya nutrisi, jumlah leukosit

alam batas normal, menunjukkan perilaku hidup sehat.

S-ar putea să vă placă și