Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Nama Dosen :
Kelompok 2.B :
1. Kasturi
2. Rafi wahyu kurniawan
3. Shintya aptriawan
4. Wina wanda sari
2019/2020
i
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
“kegawatdaruratan”.
Kami menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyususnan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.
penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................................... i
Kata pengantar........................................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................................ 3
A. Gangguan jalan napas ................................................................................................................. 3
B. Mengenali adanya sumbatan jalan napas .................................................................................. 3
C. Tanda objektif sumbatan jalan napas ......................................................................................... 4
D. Penatalaksanaan jalan napas ...................................................................................................... 4
E. ASKEP TEORITIS ......................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan
bahwa angka kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun
terakhir. Tampaknya alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan
penderita di klinik rawat jalan pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi
penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak terjadi pada
anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Alergi
dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Sehingga penderita
asma juga akan mengalami gangguan pada organ tubuh lainnya.
Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang
berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut
tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi
masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik
dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya. (Keliat.B.A, 2010)
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma
merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani
dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30
persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Banyak kasus asma pada anak
tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa dengan
atau tanpa wheezing (mengi).
Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bisa
menyerang siapa saja, namun penderita paling banyak adalah para anak-anak.
Menurut KEMENKES (2008), 100 hingga 150 juta orang di dunia menderita asma,
jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya.
Setiap negara di dunia memilki kejadian kasus asma yang berbeda-beda.
Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma
mengaami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa
dibanyangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3%
1
penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang yang menderita asma. Dimana kasus
asma banyak terjadi di Indonesia, Vietnam, Thailand, Filiphina dan singapura.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) di Indonesia prevalensi penderita
asma diperkirakan masih sangat tinggi. Bedasarakan depkes persentase penderita
asma di indonesia sebesar 5,87% dari keselurahan penduduk Indonesia. Dimana
masih banyak penderita asma yang belum mendapatkan perawatan dokter.Hal itu
membuat angka kematian karena penyakit asma tergolong tinggi di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang mencakup dari konsep kegawatdaruratan ?
2. Apa saja yang meliputi dari konsep medik Asma Bronchial ?
3. Bagaimana proses keperawatan pada klien Asma Bronchial ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami konsep dari kegawatdaruratan.
2. Untuk mengetahui konsep medik Asma Bronchial.
3. Untuk memahami proses keperawatan pada klien Asma Bronchia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Penyebab utama sumbatan jalan napas pada pasien tidak sadar adlah hilangnya
tonus otot tenggorokan sehingga pangkal lidah jatuh menyumbat faring dan epiglotis
menutup laring. Bila pasien masih bernafas berarti terjadi sumbatan parsial yang
menyebabkan bunyi nafas saat inspirasi bertambah (stridor), sianosis (pucat, sebagai
tanda lanjut dan retraksi otot tambahan). Tanda ini akan hilang pasien yang tidak
bernafas. Trawma pada wajah memerlukan penatalaksanaan jalan nafas yang segera.
Trawma pada bagian ini dapat menyebabkan fraktu sehingga menimbulkan gangguan
pada nasofaring atau orofaring, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak.
Luka tembus pada leher dapat menyebabkan cidera pada vaskuler
denganperdarahan yang banyak, yang tentunya dapat menyebabkan sumbatan jalan
napas. Cidera tumpul pada leher juga dapat menyebabkan cedera pada klaring atau
trakea .
4
Obstruksi jalan nafas total, pasien biasanya tidak dapat berbcara , bernafas,
batuk. Biasanya pasien memagang lehernya di antara ibu jari dan jari lainnya.
5
kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusat dan
dibawah tulang sternum, genggan kepalan itu dengan kuat dan berikan tekanan ke
atas ke arah diagfragma degan gerakan cepat,
jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan erut pada
tepmeja atau belakang kursi.
2. Penatalaksanaan obstruksi jalan naas sebagian
Ada banyak cara untuk membuka jalan nafas , cara atau teknik yang digunakan
disesuaikan dengan penyebabnya.
Teknik head-till chin lift untuk membuka sumbatan jalan napas karena panggal
lidah. Teknik ini digunakan pada pasien yang tidak ada kecurigaan cidera servikal
Teknik jhaw trust bila ada dugaan cidera pada leher lakukan pengangkatan rahang
bawah kedepan disertai dengan membuka rahang bawah. Jangan lakukan ekstensi
kepala.
3. Penatalaksanaan jalan nafas dengan alat
Pemasangan OPA (OROPHARINGEAL AIRWAY)
Alat bantu jalan napas OPA menahan pangkal lidah dari dinding belakang paring.
Alat ini berguna pada pasien yang masih bernafas spontan atau saat dilakukan
ventilasi dengan bag valve mask. Alat ini juga membantu saat dilakukan
pengisapan lendir dan mencegah pasien menggigit pipa endotrakea (ETT)
Pemasangan NPA (NASOPHARINGEAL AIRWAY)
Alat ini berbentuk pipa polos terbuat dari karet atau plastik. Biasanya digunakan
pada pasien yang menolak menggunakan alat bantu jalan napas NPA atau apabila
secara teknis tidak mungkin memasang alat bantu jalan napas NPA , misanya
trismus, rahang mengatup kuat dan cidera berat pada maksilo facial
Pemasangan endotrakeal tube (ETT)
Pemasanganendotrakeal tue untuk menjamin terpeliharanya jalan napas yang
paten dan sebaliknya dilakukan sesegera mungkin oleh penolang yang terlatih.
4. Penatalaksanaan jalan napas pada pasien trauma
Alat bantu untuk membuka jalan nafas :
Laryngeal mask airway (LMA)
Merupakan sebuat pipa denganujung distal yang menyerupai sungkup dengan tepi
yang mempunyai balon di sekelilingnya. Pada saat pemasangan bagian sungkup
harus berada di daerah hipofaring sehingga saat balon dikembangkan maka bagian
6
terbuka dari sungkup akan menghadap ke arah lubang trakea dan menutup
esofagus sehingga udara masuk ke jalan napas
Needle krikotiroidotomi
Tindakan ini dilakukan untuk membuka jalan napas sementara dengan cepat,
apabila cara lain sulit dilakukan. Menusukkan jarum dengan lumen yang besar
pada membrana trikotiroide. Needle krikotiroidotomi dilakukan dalam kondisi
darurat namun bukan untuk jangka waktu yang lama, hanya sampai airway
definited dapat di pasang. Pemberian oksigennya dengan jet insuflation. Kaula jet
insuflation dihubungkan ke selang oksigen dengan Y-connector yang dilubangi di
bagian samping dekat kanula yang masuk ke jalan napas. Oksigen yang diberikan
dengan lairan 15 liter/menit. Cara memberikan oksigen satu detik ditutup lubung
Y-connector atau selang yang diluangi dan 4 detik dibuka. Teknik ini hanya bisa
digunakan selama 30-45 menit
5. Penatalaksanaan [pernafasan /breathing
Oksigenasi yang adekuat memerlukan jalan nafas yang paten dan pertukaran udara yang
adekuat. Setelah jalan nafs paten , pastikan pernafasan pasien adekuat atau tidak. Jika
nafasnya tidak adekuat, maka pernafasan pasien perlu dibantu untuk memasukan udara ke
dalam paru (ventilasi tekanan positif)
Pemberian oksigenasi
Tujuan terapi oksigen :
1. Meningkatkan kadar oksigen dalam pernafasan
2. Kadar oksigen dalam yang ada di au-paru menjadi tnggal
3. Tekanan parsial oksigen di alveolus meningkat
4. Oksigen yang berdifusi mellau dinding alveolus lebih banyak
5. Kdar oksigen yang erangkat melalu perearan darah cukup dan persediaan
oksigen di jaringan sel dapat terpenuhi
6. Mencegah terjadinya hipoksia
A. Masalah pernafasan
1. Emboli paru
a. Etiologi
1) Sumber penyebab utama dari emboli paru adalah trombosisi dari sistem
vena profunda di daerah pelvis dn paha
7
2) Statis vena merupakan faktor predisposisi pertama untuk trombosis.
Psien yang dirawatdi tempat tidur butuh waktu yang ama atau
immobilisasi mempunyai resiko terbesar
3) Faktor predisposisi lain adalah keganansan , infark miokard yang baru,
gagal jantung kongestif , polisiteia vera , dan siskle cell anemia.
b. Diagnosis klinis
1. Takipnea dapat dijumpai pada hampir semu kasus.dispnea,nyeri dada pleuritik
, hemoptisis, demam atau bunyi gesekan pleura dapat ditemukan.
2. Pengukuran gas darah arteri biasanya menunjukan hipoksemia tetapi PO2
dapat lebih besar dari pada 90 mmhg.
3. Elektrokardigrafi (EKG) abnormal pada sebagian kasus , tetapi perubahan
biasanya tidak spesifik. Perubahan segmen STdan infersi gelombang T
merupakan kedaan yang paling sering ditemukan
4. Hasil rongsen dada adalah normal sebagian kasus. Elevasi dari hemidia
fragma , infiltrat, efusi pleura
c. Pengobatan
1. Heparin
a. Ini dapat diberikan secara infus intravena yang terus menerus (metode
yang lebih disukai) atau secara bolussetia 4 jam .
b. Dosisi harus dipantau dengan mempertahankan partial tromboplastin time
pada 1,5 – 2,5 x normal
2. Koumadin
a. Pemberian pada hari ketiga atau kelima dari pemberian anti-koagulan
b. Dosisi harus dipantau dengan mempertahanan waktu protrombin sevesar 2
kali normal
c. Terapi antikoagulasi oral harus diteruskan untuk 3 sampai 6 bulan
3. Trombolisis
4. Pembedahan
2. Phnumonia
a. Menegakkan diagnosis
1. Ronggen dada
2. Kultur sampel sputum
3. Kultur darah
8
4. Gas dara arteri
b. Infeksi pheneumokokus
1.gambaran klinis
2. sputum
3. ronggen dada
c. Infeksi stafilokokus
1. Gambaran klinis
2. Sputum
3. Ronggen dada
4. Pengobatan
d. Infeksi hemofilus
1.Gambaran klinis
2. Sputum
3. Ronggen dada
4. Pengobatan
3. Aspirasi paru
a. Gambaran kejadian
Aspirasi isi lambung paling sering timbul pada pasie yang mengalami
penurunan tingkat kesadaran atau adana abnormalitas dari traktus
gastrointestinal dan fungsi jalan nafas. Yang disebutkan terakhir meliputi
pasien dengan dilatasigaster , akhalahasia , hernia hiyatos , dan tindakan
dengan alat-alat medis seperti obsturator jalan napas esofagial, atau tabung
blakemure-sengstaken
b. Patofisiologi
Aspirasi isi lambung yang menimbulkan atelaktasis, cidera mukosa bronkhial,
destruksi alveoli dn peningkatan permeableitas kapiler
c. Gambaran klinis
Berat ringannya gejala tergantung pada luasnya lapangan paru yang terkena
dan jangka waktu dari aspirasi. Gangguan nafas dengan berbagai tingkat
keparahan timbul 1-2 jam sesuda aspirasi
d. Ronggen dada
9
Daerah paru yang terkena tergantung posisi pasien pada saat aspirasi. Pada
pasien dengan posisi berbaring terlentang dapat dijumpai inviltrat sentral,
berbintik-bintik atau bergaris-garis dilobus kanan atau padalobus kanan tengah
e. Pengobatan
1. Posisi
2. Oksigenasi
3. Terapi pengganti cairan
4. Bronkoskopi
5. Antibiotika
6. Kartikosteroid
4. Ashma bronkial
Adalah suatu penyakit jalan napas yang menifestasinya berupa penyempitan difus
dari cabang-cabang trakeobronkial. Ini mengakibatkan serangan episodik dari
dispnea , batuk dan mengi , dengan diselingi periode asitommatis
a. Stimulus timbulnya serangan ashma
- Alergen yang dibawa oleh udara
- Polutan udara
- Obat-obatan
- Stress
- Latihan
- Infeksi saluran nafas baik karena virus maupun bakteri
b. Gambaran klinis
- Derajat gangguan nafas brvariasi
- Tanda dan gejala berupa batuk , mengi, takipnea, pemanjangan
ekspirasi,
c. Studi laboratorium
- Gas darah arteri
- Hitung jumlah eosinofiltotal
d. Pengobatan
- Oksigen
- Hidrasi
- Epinefrin
- Aminopjilin
- Terapiinhalasi
10
- Kartikosteroid
E. ASKEP TEORITIS
1. Pengkajian
a. primary survey
1) Airway
a. Peningkatansekresipernapasan
b. Bunyinafaskrekels, ronkidanmengi
2. Breathing
b. Menggunakanototaksesoripernapasan
3. Circulation
b. Sakitkepala
d. Papiledema
e. Penurunanhaluaran urine
f. Kapiler refill
g. Sianosis
b. secendary survey
11
4. Makanan/cairan : Penambahan BB yang signifikan,
pembengkakanekstrimitasoedemapadabagiantubuh.
6. Neurosensori
Kelemahan :perubahankesadaran.
2. DiagnosaKeperawatan
d. Penurunanperfusijaringanberhubungandenganmenurunnyacurahjantung,
hipoksiajaringan, asidosisdankemungkinantrombusatau emboli.
3. Rencana Keperawatan
NOC :
12
b. Mengeluarkan sekresi secara efektif
NIC :
Airway suction
b. Auskultasisuaranafassebelumdansesudah suctioning
c. Informasikankepadakliendankeluargatentang suctioning
Airway management
a. Bukajalannafas
b. Posiskanpasienuntukmemaksimalkanventilasi
c. Indentifikasipasienperlunyapemasanganalatjalannafasbuatan
NOC :
13
a. Dapat memepertahankan Pertukaran CO2 atau O2 di alveolar dalam keadaan
normal
NIC :
Airway management
a. Bukajalannafas
b. Posisikanpasienuntukmemaksimalkanventilasi
e. Auskultasisuaranafas, catatadanyasuatutambahan
Respiratory monitoring :
b. Catatpengerakandada,amatikesimetrisan, penggunaanotottambahan,
retraksiototsupraclavikulardanintercostatis
d. Catatlokasitrakea
Tentukankebutuhan suction
denganmengaukultasicreklesdanronchipadajlannafasutama
Auskultasisuaraparusetelahtindakanuntukmengetahuihasilnya
14
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungandengan PPOM, distensidinding dada,
kelelahan, kerjapernafasan.
NOC :
NIC :
Airway management
a. Bukajalannafas
b. Posiskanpasienuntukmemaksimalkanventilasi
e. Auskultasisuaranafas, catatadanyasuatutambahan
Terapioksigen
c. Aturperalatanoksigenasi
d. Monitor aliranoksigenasi
e. Monitor adanyakecemasanpasientrhadapoksigenasi
15
Vital sign management
b. Catatadanyafluktasitekanandarah
d. Auskultasitekanandarahpadakedualengandanbandingkan
e. Monitor frekuensidaniramapernafasan
f. Monitor suhu,warnadankelembabankulit
4. Implementasi
5. Evaluasi
16
3. Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang
& intervensi dirubah).
BAB III
PENUTUP
17
A. Kesimpulan
Pasien gawat darurat dengan kesadaran menurun mempunyai resiko tinggi untuk
gangguan jalan napas dan kerap kali memerlukan jalan napas definitif. Pasien gawat
darurat tidak sadar
B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan para pembaca mengetahui
bagaimana askep kegawatdaruratan pasien ashma bronkieal dengan baik. Karena
dengan adanya manajemen yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
18
Eliastam,michael.1998. penuntun kedaruratan medis.Jakarta:EGC
19