Sunteți pe pagina 1din 16

ASPEK-ASPEK KEBERMAKNAAN BAHASA

1. PENDAHULUAN

Pembahasan tentang penyesuaian (adaptability) ini dapat dijadikan sebagai titik

awal untuk menjelaskan empat aspek pengamatan yang terlibat ketika kita membicarakan

fenomena-fenomena linguistik dalam pragmatik. Keempat sudut pengamatan itu adalah

sebagai berikut:

Korelasi Kontekstual, yaitu mencakup semua yang terkandung dalam konteks

komunikasi di mana pilihan linguistik diterapkan, mulai dari lingkungan fisik sampai pada

hubungan sosial antara penutur dan petutur, serta aspek-aspek interlocutor keadaan mental

pemakai bahasa.Objek-Objek Struktural, yaitu tempat di mana referensi ditautkan. Karena

proses pemilihan dalam tindak komunikasi dapat terjadi pada semua level strutur

linguistik, maka fenomena-fenomena pragmatik dapat dihubungkan dengan tingkat

struktur apapun, mulai dari fitur-fitur fonem sampai kepada tingkat wacana. Dinamika,

yaitu proses adaptasi-adaptasi yang terjadi dalam interaksi. Hal ini berhubungan dengan

prinsip-prinsip dan strategi-strategi yang diterapkan dalam menetukan pilihan. Salien

(Penonjolan), yaitu status dari proses-proses adaptasi sehubungan dengan keadaan

kognisi. Tidak semua pilihan, baik dalam proses produksi maupun dalam proses inferensi,

dibuat secara sadar berdasarkan tujuan tertentu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya

bahwa ada pilihan-pilihan yang dibuat secara otomatis, dan ada juga yang dibuat dengan

dorongan motivasi yang sangat tinggi.

Keempat aspek di atas saling berkaitan, dan dapat digambarkan seperti di bawah ini;

1
CONTEKS

LOKUS

STRUKTUR FUNGSI
KEBERMAKNAAN
DINAMIKA PROSES BAHASA

PENONJOLAN
STATUS

Dinamika percakapan berhubungan dengan hakekat dan perkembangan hubungan

antara konteks dan struktur dalam proses komunikasi. Dengan perkataan lain, proses

adalah dinamika antarhubungan konteks dan struktur. Dinamika konteks dan struktur

tersebut ada yang lebih menonjol dalam benak pemakai bahasa. Dengan perkataan lain,

penonjolan tersebut menentukan status sebuah pilihan di dalam kesadaran orang-orang

yang terlibat dalam proses komunikasi.

Dari keempat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa teori-teori linguistik

pragmatik menitikberatkan perhatian kepada fungsi kebermaknaan bahasa sebagai suatu

proses yang dinamis yang terjadi dalam hubungan konteks-struktur pada berbagai tingkat

penonjolan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur kebermaknaan bahasa

terdiri atas konteks, struktur, dinamikan, dan penonjolan. Namun, dalam pembahasan kali

ini lebih luas dibahas pada konteks dan struktur.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konteks

Menurut Syafi'ie (1989:71) bahwa konteks memegang peranan penting dalam

pemakaian bahasa. Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat bagian,

antara lain; (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya peristiwa komunikasi, objek

yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu, dan tindakan para partisipan dalam

komunikasi itu, (2) konteks epistemis merupakan latar belakang pengetahuan yang sama-

sama diketahui oleh para partisipan komunikasi, (3) konteks linguistik yang terdiri atas

kalimat-kalimat atau tuturan yang mendahului atau mengikuti suatu kalimat atau tuturan

dalam komunikasi itu, dan (4) konteks sosial yang melengkapi hubungan antara pembicara

dengan pendengar. Pembicaraan tentang konteks komunikatif ini akan dibahas secara

khusus pada bagian selanjutnya.

Pemakaian bahasa selalu dihadapkan pada latar belakang yang kompleks yang

saling berhubungan dalam konteks komunikatif yang terdiri atas pemakai bahasa, dunia

mental, dunia fisik, dan dunia sosial. Unsur utama dalam komunikasi adalah penutur dan

petutur. Sehubungan dengan pragmatik, penutur dan petutur memegang fungsi sosial,

bukan sebagai fungsi makhluk dunia yang sebenarnya.

Perhatikan gambar berikut yng menggambarkan arus komunikasi.

3
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dunia Fisik
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dunia Sosial
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dunia Mental
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Petutur (utterer) – Petutur (interpreter)

Pilihan untuk diproduksi saluran pilihan interpretasi

(Konteks Linguistik)

1. Unsur-unsur Konteks Komunikatif

1.1 Pemakai bahasa: Penutur dan Petutur

Penutur tidak dapat diperlakukan sebagai sumber yang bebas dari kesalahan di

dalam apa yang diujarkan, sebab bahasa bukanlah fenomena sederhana.

Contoh:

(1) 1. Hendra : Apakah saya bisa lulus sertifikasi?

2. Ana : kamu pasti lulus!

Hendra adalah seorang guru bahasa Indonesia yang telah mengikuti sertifikasi

dalam program sertifikasi guru. Ana adalah salah seorang panitia pendaftaran sertifikasi

guru. Meskipun Ana mengujarkan seperti apa yang diujarkannya di atas, namun jelas bagi

keduanya bahwa Ana bukanlah orang yang berwenang untuk memutuskan apakah Hendra

dapat lulus atau tidak. Dengan perkataan lain, Ana bukanlah sumber informasi yang

sesungguhnya.

4
Bandingkan dengan contoh berikut:

(2) 1. Hendra : Apakah kamu bisa pastikan bahwa saya akan lulus sertifikasi?

2. Ana : saya akan menanyakan pada tim Assesor. Dapatkah anda

kembali esok hari?

Lalu, Ana bertanya kepada salah satu tim acessor.

(3) 1. Ana : Dapatkah Hendra lulus sertifikasi?

2. Acessor : Dia pasti lulus.

Di sini, acessor merupakan sumber informasi, meskipiun dia bukan sumber

langsung sebab apa yang dikatakannya mungkin merupakan keputusan dari lembaga yang

lebih tinggi. Dengan demikian, kita perlu membedakan antara penutur dan sumber.

Penutur adalah orang yang menuturkan atau mengujarkan sebuah informasi. Sedangkan

sumber adalah orang yang darinya informasi itu bersumber. Perhatikan contoh berikut:

(4) 1. Hendra : Apakah saya akan lulus sertifikasi?

2. Ana : Saya mohon maaf. Aplikasi Anda tidak diterima.

3. Hendra : jadi, berkas saya tidak memenuhi persyaratan.

Dalam percakapan di atas, kelihatannya Hendra adalah orang yang penuh percaya

diri dan dia mengetahui bahwa kredit poinnya cukup untuk mengikuti seleksi berkas

sertifikasi guru, sehingga dia merasa yakin bahwa dia akan lulus. Maka ketika dia berujar

seperti dalam contoh (4)3. di atas, itu berarti dia berperan sebagai penutur yang

sebenarnya (virtual uttereter). Perhatikan juga kedua contoh di bawah ini.

(5) 1.Ana : Apakah Hendra akan lulus sertifikasi?


2. Acessor : Poinnya agak rendah.
3. Ana : Mengapa seperti itu? Dia adalah salah satu guru profesional di
makassar.

5
4. Acessor : Ini memang aneh, kredit poin berkasnya sangat rendah, itu
perkiraan saya.
(6) 1. Hendra : Apakah saya akan lulus?

2. Ana : Saya betul-betul mohon maaf. Kredit poin Anda sangat rendah.

3. Hendra : Mengapa seperti itu?

4. Ana : Saya tahu itu tidak mungkin, padahal Anda adalah salah satu guru

terfavorit di Makassar, tapi mereka memutuskan bahwa kredit poin

yang Anda miliki tidak mencukupi.

1.1.1 Dunia Mental

Interaksi verbal adalah komunikasi dari suatu mental ke mental lain. Aspek-aspek

fisik, sosial dan realitas mental hanya dapat diaktifkan oleh proses mental penutur dan

petutur.

Perhatikan contoh berikut ini.

Dalam sebuah pertemuan yang dilakukan oleh para pimpinan pabrik kulit Croc

dan co, ketua panitia Al sedang diserang oleh Toperoc, salah satu cabang perusahan yang

paling produktif kerena dia berusaha menolak produksi yang dihasilkan oleh cabang-

cabang yang lebih kecil yang tidak begitu modern. Pimpinan Toperoc berusaha

menjelaskan bahwa langganan-langganan mereka mengancam untuk menghentikan

hubungan kerja sama jika Toperoc tidak mampu mengembangkan kapasitasnya sesuai

dengan kualitas yang diharapkan. Salah seorang teman Al yang bernama Mike kemudian

berkata sebagai berikut.

(12) Al, I think you should seriously cosider resigning.

Tingkat presentasi yang bekerja di dalam proses mental Mike berisi proposisi yang

paling besar. Aspek-aspek interpretasi yang ditunjukkan oleh keadaan mental Mike di

6
atas sangat mempengaruhi keputusan yang akan dibuat oleh Al. Karena itu aspek-aspek

kepribadian Mike perlu dipertanyakan. Karena Mike adalah teman Al maka perlu

dipertanyakan apakagh Mike teman yang dapa dipercaya. Apakah dia tidak berani

menghadapi tantangan? Atau apakah dia merupakan tipe yang selalu menciptakan situasi

sehingga dia selalu dapat mempengaruhi keputusan?

Selain aspek-aspek kepribadian aspek-aspek emosi, keyakinan, harapan. dan

motivasi perlu juga dipertimbangkan. Keadaan mental selalu menjadi titik sentral dalam

linguistik pragmatik. Keyakinan misalnya, merupakan Inti dari asumsi yang

melatarbelakangi tingkah laku verbal yang dilibatkan dalam komunikasi secara implisit.

Berdasarkan penjelasan di atas kta dapat mengambil kesimpulan bahwa dunia

mental yang terlibat dalam pemakaian bahasa mengandung elemen-elemen kognitif dan

emotif. Elenien kognitif merupakan jembatan antara dunia mental dan dunia sosial yang

terbentuk dalam konsep-konsep yang dapat digunakan untuk memaknai interaksi sosial.

Sementara itu, elemen emotif merupakan Jembatan yang berupa fenomena fenomena yang

membahas hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dan ketenlibatan yang diharapkan

dapat mewarnai interaksi.

1.1.2. Dunia Sosial

Deiksis persona tidak hanya terbatas pada identifikasi penutur dan petutur. “Orang

lain” (orang ketiga) perlu juga diperhatjkan Proses ini sering melibatkan elemen-elemen

sosial dimana orang tersebut berada, seperti jenis kelamin. Bahkan meskipun penutur dan

petutur merupakan inti dalam sebuab percakapan aspek-aspek deiksis sosial yang dibeni

labeI deiksis tingkah laku perlu juga dilibatkan sebab dapat mempengaruhi bentuk-bentuk

sapaan, pilihan kata ganti, dan semacamnya. Dengan demikian, struktur sosial tidak hanya

7
mempengaruhi pilihan-pjlihan deiktik tetapi juga mempengaruhi gaya dan isi deiktik.

Tidak ada batasan-batasan prinsip yang membatasi faktor-faktor sosial yang dapat

digunakan dalam menerapkan pilihan-pilihan linguistik Sebagian besar pninsip-prinsip

tersebut berhubungan dengan setting sosial.

1.1.3. Dunia Fisik

Deiksis temporal (deiksis yang menyatakan waktu) dan deiksis spatial (deiksis

yang menyatakan jarak) adalah elemen-elemen penting yang terlibat dalam pilihan-

pilihan linguistik yang akan dihubungkan dengan dunia fisik.

Referensi Temporal

Waktu adalah unsur relatif, bukan unsur absolut, dalam hubungan-hubungan yang

terjadi dalam bahasa., dan karena itu waktu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Perhatikan bentuk-bentuk sapaan dalam bahasa inggris. Sapaan good morning hanya

dapat digunakan pada pagi hari dan good evening hanya dapat digunakan pada malam

hari, namun pembahasan kita mengenai pembahasan referensi temporal tidak berhenti di

sini. Jika kita berbicara mengenai referensi temporal kita perlu membdeakan antara waktu

kejadian, waktu ketika tuturan dituturkan, dan waktu rujukan.

Contoh:

(a) John. F. Kennedy berkunjung ke Belgia pada tahun 1963

(b) Kemarin, kami mempersentasekan makalah kelompok pragmatik kami.

(c) Saya berencana ke pesta sekarang

Ujaran-ujaran dapat juga menempatkan kejadian-kejadian yang saling berhubungan

dengan pusat deiktit yang tidak ada hubungannya waktu ketika tuturan dituturkan.

8
Biasanya hubungan-hubungan seperti referensi waktu tersebut diindikasikan dengan

pemakaian kata keterangan waktu seperti kapan, setelah, sebelum dan sebagainya.

Seperti halnya dengan aspek-aspek linguistik yang digunakan untuk memahami

makna. Referensi temporal biasanya ditandai oleh tingkat-tingkat indeterminansi.

Perhatikan contoh berikut:

(a) hanya satu menit

(b) hari ini tidak mudah untuk menemukan pekerjaan

(c) John. F. Kennedy berkunjung ke Belgia pada tahun 1963. hari itu dia tidak

datang sendirian.

Kata semenit dalam contoh (a) di atas tidak secara literal merujuk ke kata waktu.

Tergantung kepada siapa penuturnya dan dalam kondisi apa dia berada, siapa pun

petuturnya akan membentuk harapan tertentu terhadap konteks seberapa lama dia harus

menunggu seperti yang diujarkan atau dituturkan oleh penutur. Kata hari ini dalam contoh

(b) juga tida merujuk kepada hari ketika tuturan itu dituturkan , melainkan merujuk kepada

jangka waktu yang cukup luas yang berhubungan dengan kegiatan bertutur itu. Yang lebih

menarik adalah apa yang kita temui dalam contoh (c). Ada referensi yang tidak logis, yaitu

antara tahun 1963, hari itu hanya dapat diinterpretasikan sebagai hari yang tidak

ditentukan di dalam tahun 1963 ketika JFK mengunjungi Belgia.

Referensi Spatial

Dalam beberapa hal, konsep-konsep jarak merupakan konsep merupakan konsep

yang sangat penting dalam pikiran manusia sebab mereka membentuk basis-basis standar

mateaforik di dalam berbagai pengalaman. Penanda linguistik yang berhubungan dengan

jarak dan hubungan jarak.

9
Penutur dan Petutur dalam Dunia Fisik

Relativitas referensi temporal dan spatial merupakan fungsi primer yang

menempatkan pemakai bahasa di dalam ”dunia” berbagai pilihan linguistik bergantung

kepada posisi ini. Perhatikan besar suara seseorang ketika dia bertutur. Suara yang besar

adalah suatu strategi seseorang pada saat berbicara jarak cukup jauh, Gestures biasanya

menyertai tuturan lisan, dan biasanya mengidentifikasikan keadaan mental seseorang.

Tatapan mata juga merupakan faktor pendukung dalam interaksi lisan.

2. Saluran Lingustik dan Konteks Linguistik

2.1 Saluran Linguistik

Saluran-saluran linguistik bersifat artifisial. Namun tidak ada perbedaan yang jelas

antara saluran-saluran linguistik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Siasanya bahasa lisan

terjadi di dalam konteks sementara bahasa tulisan terjadi di dalam lingkungan yang

dikontekstualkan.

1.2 Pembentukan Konteks

Konteks dibentuk di dalam pemakaian bahasa, dan karena itu dibatasi oleh

berbagai faktor. Meskipun pada prinsipnya setiap isi ujaran dapat menujukkan elemen

kontekstual yang relevan, namun tidak semua isi ujaran itus sesuai untuk setiap suasana.

Dengan kata lain, di luar segala kemungkinan, konteks diciptakan oleh dinamika interaksi

antara penutur dan petutur dalam hubungannya dengan apa yang terjadi di luar diri

mereka. Dengan demikian, ada batasan konteks yang relevan. Paling sedikit ada tiga

fenomena yang perlu diperhatikan, yaitu garis visi yang menentukan posisi pemakai

bahasa dalam lingkungannya, berbagai cara memanipulasi konteks, dan proses aktif

pembentukan konsep.

10
1.3 Garis Visi

Perhatikan kembali figur 1. Di dalam figur itu terlihat bahwa garis yang mengarah

ke U (penutur) dan I (petutur) membentuk garis visi yang membedakan dan membagi

konteks ke dalam tiga bentuk dunia, yaitu dunia mental, dunia sosial, dan dunia fisik.

Figur tersebut melambangkan posisi pemakaian bahasa di dalam dunia yang berbeda-beda

yang terlibat di dalam proses komunikasi.

1.4 Memanipulasi konteks

Pemakai bahasa memiliki kemampuan yang sangat besar untuk memakai konteks

dengan bergerak keluar masuk ke dalam apa yang disebut wilayah mental.

1.5 kontekstualisasi

kontekstualisasi adalah memberi sumbangan yang besar untuk memperjelas apa

yang diperbincangkan misalnya adanya unsur negoisasi, penolakan, atau penerimaan.

Dengan kata lain interpretasi kontekstual ditandai dan digunakan dalam analisis linguistik.

Penandaan ini dapat terjadi pada saat kita bertutur. Jadi, konteks adalah hasil dari proses

yang melibatkan apa yang ada di luar penutur dan petutur, dan mobilitasnya yang

dimanipulasi oleh pemakai bahasa.

B. Struktur

Pembahasan tentang struktur linguistik yang berhubungan dengan penentuan

pilihan-pilina linguistik membutuhkan pembahasan mengenai topik-topik:

1. Bahasa, Kode, dan Gaya

Dalam memilih bahasa kita harus memilih satu bahasa dari berbagai macam bahasa

yang ada, namun harus didasarkan kepada kemampuan pemakai bahasa dan asumsi bahwa

penutur akan memahami bahasa yang digunakan oleh penutur. Di dalam teori biasanya ada

11
dua tipe masayarakat, yaitu masayarakat yang di dalamnya kelompok-kelompok

masyarakat menggunakan bahasa berbeda-beda, dan masayarakat yang sebagaian besar

anggotanya menggunakan lebih dari satu bahasa. Namun dalam prakteknya kedua tipe

bahasa tersebut biasanya bergabung. Tidak perlu menyatakan bahwa setting multi bahasa

lebih dapat diterima sebab setiap situasi yang berhubungan dengan bahasa dapat mengarah

kepada pola-pola konvergensi, divergensi, pertahanan, intervensi bahasa, pembagian

bahasa, penyebaran bahasa, dan kepunahan bahasa.

Juga perlu dikenal istilah diglosia, yaitu variasi-variasi dari bahasa yang sama.

Kemudian muncullah istilah koda, yaitu variasi bahasa yang berbeda-beda yang

melibatkan rangkaian pilihan yang sistematis, baik itu berhubungan dengan geografis

tertentu maupun tidak, kelas sosial, fungsi yang diemban atau konteks tertentu yang

digunakan sehubungan dengan koda ini, kita mengenal istilah dialek standar, dialek

regional atau sosiolek, idiolek, argot atau slang.

2. Unsur-unsur Pembentuk Ujaran

2.1 Struktur Suara

Fitur-fitur utama yang di bahas adalah aspek-aspek prosodi utamanya intonasi,

sebab mereka memegang fungsi yang sangat mendasar di dalam pembentukan konteks.

Intonasi dapat mengubah struktur sintaksis ke dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.

Intonasi adalah kunci utama untuk memahami apa yang dikatakan, jeda, hesitase,

penekanan, kecepatan, dan rima merupakan retorika pembangun wacana lisan.

2.2 Morfem dan Kata

Pada morefem dan kata kita akan membahas mengenai derivasi, infleksi, dan

pemajemukan. Pada umumnya, makna lesikal merupakan sumber yang tak terbatas untuk

12
pembentukan makna-makna selanjutnya dalam pemakaian bahasa. Baik struktur semantik

interrnalsebuah kata maupun struktur semantik secara keseluruhan kosakata merupakan

refleksi bagian dari pola-pola yang dapat diamati di dalam dunia nyata yang berhubungan

dengan kognisi. Karena pemakai bahasa tidak mungkin menyatakan segala yang ingin

dikatakannya secara eksplisit, maka bahasa alamiah tidak mungkin memberikan istilah-

istilah untuk segala aspek realita. Hal yang berhubungan dengan struktur semantik internal

kata adalah prototipe, yaitu ciri-ciri umum yang dimiliki oleh sebuah referensi. Prototipe

burung, misalnya, adalah memiliki sayap, dapat terbang mematuknya makanannya, dan

bertelur. Semua ciri-ciri ini jika digabungkan akan terlihat di dalam sosok seekor burung

elang yang menjadi contoh prototipe burung.

2.3 Klausa dan Kalimat

Yang perlu diperhatikan dalam pembahasan ini adalah konstruksi sintaksis, yang

selama ini tidak dibahas di dalam bidang pragmatik sebenarnya, pragmatik dibawa ke

dalam pembahasan linguistik oleh para ahli sintaksis yang berusaha memecahkan masalah

yang berhubungan dengan makna dan konteks. Perlu juga diingat bahwa tindak tutur, yang

merupakan pembahasan utama dalam pragmatik, pada dasarnya merupakan konsep pada

level kalimat. Karena itulah, upaya untuk menjelaskan tindak tutur harus dikaitkan dengan

sintaksis. Sementara itu, pada tingkat klausa pembahasan utamanya adalah relasi-relasi

gramatikal, kategori-kategori kasus, dan peran-peran semantik. Hal-hal ini mencakup

serangkaian alat-alat gramatikal yyang dimiliki oleh pemakai bahasa dalam konsep-konsep

yang berbeda.

2.4 Proposisi

13
Proposisi adalah satuan-satuan makna yang dalam ilmu tata bahasa diberi istilah

subjek dan predikat dan di dalam diberi istilah referensi dan prediksi. Dengan perkataan

lain, sesuatu diberi predikat sebagai orang, benda, proses, kejadian atau tindakan

berdasarkan rujukannya. Berbagai jenis unsur makna yang dapat digunakan untuk

memodifikasi proposisi adalah apa yang disebut modalitas. Modalitas adalah fenomena

prgamatik yang terkandung di dalam sebuah ujaran yang mencakup berbagai tingkah laku

yang dapat diekspresikan melalui referensi dan predikat ujaran. Bentuk modalitas ada di

sebut efidensial, yaitu penanda sumber informasi. Negasi dapat juga dimasukkan dalam

skop modalitas sebab dapat mempengaruhi makna proposisi.

3. Ujaran dan Kluster Ujaran

Ujaran adalah rangkaian bahasa, tidak peduli seberapa panjang atu pendek

rangkaian tersebut, yang memiliki awal dan akhir yang jelas, dan diujarkan oleh orang

yang sama. Kluster ujaran adalah pengorganisasian ujaran. Contohnya adalah percakapan

atau korespondensi tulis menulis.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teori-teori linguistik pragmatik menitikberatkan perhatian kepada fungsi

kebermaknaan bahasa sebagai suatu proses yang dinamis yang terjadi dalam hubungan

konteks-struktur pada berbagai tingkat penonjolan. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa unsur-unsur kebermaknaan bahasa terdiri atas konteks, struktur.

Pemakaian bahasa selalu dihadapkan pada latar belakang yang kompleks yang

saling berhubungan dalam konteks komunikatif yang terdiri atas pemakai bahasa, dunia

mental, dunia fisik, dan dunia sosial. Unsur utama dalam komunikasi adalah penutur dan

petutur. Sehubungan dengan pragmatik, penutur dan petutur memegang fungsi sosial,

bukan sebagai fungsi makhluk dunia yang sebenarnya.

Pembahasan tentang struktur linguistik yang berhubungan dengan penentuan

pilihan-pilihana linguistik membutuhkan pembahasan mengenai topik-topik: bahasa, kode,

dan gaya, unsur-unsur pembentuk ujaran, ujaran dan kluster ujaran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Leech, Geoffrey. 2003. Semantik. Edisi Terjemahan Paina Partana. Pustaka Pelajar.

Tolla, Achmad. 2006. Pragmatik. Makassar: Program Pascasarjana. UNM.

Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

16

S-ar putea să vă placă și