Sunteți pe pagina 1din 7

Nama : Firdawati Pakaya

Kelas : Hes A

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Nim : 162042106

Tugas : resume asuransi syariah

1. Pertanyaan kelompok 2

Apakah asuransi kesehatan itu tidak termasuk dalam bentuk asuransi konvensional atau syariah ?

Jawab : asuransi termasuk dalam asuransi umum, jenis asuransi umum juga dapat memberikan jaminan
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang dirugikan, dan asuransi kesehatan memberikan jaminan
untuk pengobatan tertanggung, baik rawat inap maupun rawat jalan dengan batasan yang tertera dalam
polis, jadi menurut saya asuransi termasuk dalam asuransi umum.

2. Pertanyaan kelompok 3

Bagaimana perbedaan strategi pemasaran antara asuransi syariah dan asuransi konvensional ?

Jawab : perbedaan asuransi dan konvensional yaitu terletak pada prisnsip operasional, pemasaran asuransi
syariah tingkatan paling tinggi dalam pemasaran yaitu spiritual marketing, dimana etika, nilai-nilai dan
norma dijunjung tinggi dan dilandasi atas kejujuran, keadilan, keterbukaan dan keikhlasan sesuai dengan
proses yang berprinsip pada akad bermuamalah islami atau perjanjian transaksi bisnis islam dan tidak
boleh bertentang dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah. Sedangkan asuransi konvensional mereka
prinsip transfer of risk prinsip ini merupakan metode pemindahan resiko dan nasabah asuransi kepada
perusahaan asuransi. Pengelolan ini menjadi salah satu ini menjadi salah satu hal yang ditanggung oleh
satu pihak saja. Dalam pemasaran produknya adalah jumlah masyarakat sudah mengetahui asuransi
konvensional. Pada dasarnya etika pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan asuransi syariah dan
asuransi konvensional sama.

3. Pertanyaan kelompok 4

Jelaskan factor-faktor yang dapat memperbaiki dan mengubah industry asuransi menjadi factor-faktor ang
menghambat perkembangan binis dan peningkatan daya saing industry asuransi nasional tersebut menjadi
kekeuatan nasional !
Jawab :

- factor pertama yaitu SDM yang perlu diperhatikan adalah wilayah Indonesia yang luas sementara
kegiatan usaha asuransi terpusat di Jakarta yang mengakibatkan biaya jangkauan dan pelayanan yang
tinggi, iklim, lingkungan yang rawan bencana alam yang disamping merupakan ancaman juga merupakan
daya tarik pertumbuhan asuransi nasional, tradisi pada sebagian masyarakat yang mentabukan
perlindungan asuransi.

- faktor kedua yaitu sumber daya pengetahuan, faktor faktor yang terlibat adalah ketersediaan
pengetahuan lembaga dan pendidikan terkait dengan asuransi yang dapat berupa sumber pengetahuan
yang tersedia diperguruan tinggi, lembaga pemerintah, lembaga swasta, badan statistic nasional, buku-
buku, laporan dan sumber data riset pasar, asosiasi- asosiasi dan sumber lain, kelemahan dalam
kemampuan teknis.

-faktor ketiga yaitu sumber daya permodalan, antara lain adalah jumlah yang tersedia dan modal yang
harus dikeluarkan, Indonesia masih menghadapi kendala berupa tingkat permodalan yang lemah, arus
premi reasuransi yang menjadi beban bagi neraca pembayaran, sumber permodalan yang terbatas, tingkat
tabungan nasional yang masih rendah dan struktur pasar modal nasional yang belum kokoh. Persyaratan
permodalan yang rendah selama ini membuat perusahaan asuransi asing yang mendirikan usaha patungan
diindonesia belum memberikan kontribusi besarr dalan peningkatan permodalan dan kapasitas retensi
sendiri di dalam negeri.

- faktor yang terakhir infastruktur yakni jenis dan kualitas dan biaya penggunaan sarana yang
mempengaruhi persaingan termasuk system transportasi, system komunikasi, pengiriman dokumen,
sarana pembayaran dan transfer dana, perawatan kesehatan dan ketersediaan perumahan dan lembaga
budaya yang mempengaruhi kualitas hidup dan daya tarik suatu bangsa sebagai sebuah tempat bekerja.
Mengingat sebagian besar kegiatan asuransi dilakukan dijakarta, factor infastruktur bukan lagi merupakan
hambatan dalam peningkatan daya saing nasional.

4. Pertanyaan kelompok 5

Adakah produk-produk asuransi lain yang bertolak belakang dengan asuransi konvensional dan asuransi
syariah ?

Jawab : menurut saya produk asuransi yang bertolak belakan tidak ada, karena konvensional dan syriah
tetap sama, hanya saja pengelolaan yang berbeda asuransi konvension berlandaskan akad atau perjanjian
sedangkan asuransi syariah lebih kepada syariat islam.
5. Pertanyaan kelompok 6

Bagaimana dari pihak asuransi memasarkan produk-produk asuransi ?

Jawab : mereka memasarkan produk asuransi melalui dua jalur distribusi.

1. Jalur distribusi keagenan (egency) distribution agen asuransi sering juga disebut sebagai penjual
janji. Demikian juga agen berkedudukan sebagai wakil perusahaan asuransi dalam mengadakan
kontrak asuransi atau pertanggungan yang diatur dalam perjanjian keagenan asuransi. Atau agen
juga bisa disebut sebagai pihak yang melakukan tugas mewakili prinsipalnya kepada atau dalam
berhubungan dengan pihak ketiga. Lahirnya agen tersebut adalah sejak tercapainya kata sepakat
antara kedua belah pihak (pemberi kuasa dan pihak yang penerima kuasa), dengan unsur :
- Adanya suatu perjanjian
- Adanya pihak yang memberikan kekuasaan (wewenang)
- Adanya penyelenggarakan sesuatu urusan.
2. Distribusi penjualan melalui bank (bancassurance distribution) pemasaran produk melalui
perbankan diperkirakan akan menjadi kunci pertumbuhan bisnis asuransi dikawasan asia. Banyak
masyarakat yang menilai bancassurance sangat menjanjikan terlebih masyarakat Indonesia yang
sudah mengenal perbankan. Dimana banyak sekali keuntungan pemasaran produk asuransi
melalui channel pemasaran produk asuransi melalui channel bancassurance atau produk asuransi
yang dikembangkan dan distribusikan jaringan bank ini.

6. Pertanyaan kelompok 7

Apa yang membedakan cara pengelolaan dana asuransi syariah dan konvensional ?

Jawab : pengelolaan dana syariah : dana semaksimal mungkin diolah untuk keuntungan peserta asuransi.
Pengelolaanya juga lebih transparan.

Pengelolaan dana konvensional : perusahaan secara sepihak menetapkan premi dan biaya lain, misalnya
administrasi, untuk mendapat keuntungan sebesar-besarnya.

Jadi yang membedakan dalam pengelolaan dua asuransi yaitu dalam mendapatkan keuntungan, syariah
lebih spesifik ke peserta asuransi, sedangkan konvensional lebih spesifik keuntungan bagi perushaan.

7. Pertanyaan kelompok 8
Apakah pihak asuransi katakana dan janjikan kepada nasabah asuransi tidak sesuai dengan apa yang
diberikan dapat dikembalikan ?

Jawab : menurut saya jika tidak sesuai dengan apa yg sudah dijanjikan bisa dikembalikan, tetapi kembali
lagi pada nasabahnya, apabila si nasabah tidak menunggak pembayaran atau yang sudah jatuh tempo jika
polis asuransi si nasabah lapse artinya setiap manfaat yang ad didalamnya tidak dapat anda ambil atau
klaim kembali

8. Pertanyaan kelompok 9

Jika ada pihak yang melanggar perjanjian tersebut mendapatkan sanksi hukum dan pasal berapa ?

Jawab : hukumannya adalah ganti rugi kepada konsumen/nasabah karena tidak sesuai dengan perjanjian.
Terdapat suatu akalan cerdik, penipuan atau kecurangan si tertanggung (pasal 272 KUHD) sanksinya
yaitu sanksi admistratif,(berlaku hanya untuk perusahaan perasuransian, bukan pada tertanggung dan
sanksi pidana.

Sanksi pidana diatur dalam pasal 21 UU asuransi yaitu orang yang menjalankan atau menyuruh
menjalankan usaha perasuransian tanpa izin usaha, menggelapkan dengan cara mengalihkan,
menjaminkan, dan atau mengangunkan tanpa hak kekayaan perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan
asuransi jiwa atau perusahaan reasuransi, diancam pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dengan denda paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah Rupiah)

9. Pertanyaan kelompok 10

Jelaskan mekanisme asuransi berjalan !

Jawab : dalam asuransi syariah kite mengenal 9 konsep sebuah mekanisme.

Dalam asuransi syariah dikenal konsep saling menanggung, ini disebut dengan istilah “takaful”. Arti dari
istilah ini sendiri adalah kewajiban untuk tanggung menanggung antar anggota kelompok.
Akad perusahaan asuransi syariah adalah tolong menolong, karenanya bukan bersifat jual beli
sebagaimana asuransi konvensional. Dalam asuransi konvensional, akad yang berlaku adalah satu pihak
menawarkan jasa, sedangkan pihak lainnya membeli karena tertera dari penawaran yang dibuat.
Tolong menolong yang menjadi akad asuransi syariah, dilatarbelakangi dari kemauan sebuah kelompok
untuk saling melindungi diri dan keluarganya dari kesusahan dan kemalangan. Oleh karena itu, dana tetap
menjadi milik perseorangan. Perusahaan bersifat sebagai pengelola.
Asuransi syariah menjalankan metode yang berbeda, pada praktiknya seorang anggota yang tertimpa
musibah atau kemalangan karena bencana, maka sejumlah uang yang didapatkan adalah hasil kolektif dari
dana bersama yang terkumpul. Sedangkan, dalam praktek asuransi konvensional bersifat melakukan
pemindahan tanggung jawab dari pihak penanggung ke pihak tertanggung.
Dalam konsep asuransi syariah peserta adalah tertanggung sekaligus penanggung. Dana yang disetorkan
sebagai dana bersama atau takaful, bukan adalah dana yang masuk dalam laba perusahaan, tetapi bersifat
kontribusi peserta. Besaran kontribusi sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung, ini dihitung secara
ilmiah berdasar disiplin ilmu-ilmu aktuaria.
Setiap peserta yang menyetorkan dana, diwajibkan untuk menyisihkan sejumlah dana, dana ini disebut
tabarru. Dana inilah yang dipergunakan untuk membantu peserta yang tertimpa kemalangan. Sistem ini
dijalankan untuk menghindari adanya unsur perjudian didalamnya.
Pembayaran, reasuransi, serta seluruh biaya termasuk cadangan teknis telah terbayarakan, peserta masih
berhak untuk mendapatkan surplus dari kelebihan dana. Demikian juga berlaku sebaliknya, bila pada
suatu waktu terjadi kekurangan dana, peserta juga berkewajiban untuk menanggungnya sesuai dengan
besaran dan proporsi masing-masing.
Perjanjian asuransi syariah tertuang dalam kontrak yang disebut dengan kontrak wakalah (perwakilan). Di
dalam kontrak ini tertuang hal-hal yang terkait dengan mekanisme asuransi yang berjalan serta hal-hal
lainnya, diantaranya adalah aturan besaran fee untuk perusahaan. Fee ini terdiri atas, management fee,
serta performance fee, didalamnya termasuk laba investasi + surplus underwriting.
Perusahaan asuransi syariah, berkewajiban untuk meminjamkan modalnya demi kepraktisan untuk
menutup kekurangan. Jumlah pinjaman ini tentu disesuaikan dengan besaran dari kemampuan modal awal
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan asuransi tersebut. Semakin besar modal yang dimiliki maka akan
berpengaruh pada kapasitas underwriting dana takaful.
10. Pertanyan kelompok 11
Apa perbedaan asuransi jiwa konvensional dan syariah ?
Jawab :

Asuransi jiwa syariah bersifat universal sehingga Berkah SaveLink dapat dibeli baik oleh Anda yang
muslim maupun non muslim. Perbedaan antara asuransi jiwa syariah dan konvensional, yaitu:

1. Asuransi syariah memiliki Dewan Pengawas Syariah sementara asuransi konvensional tidak.
2. Dewan Pengawas Syariah bertugas untuk mengawasi, mengarahkan dan menjaga kepatuhan
perusahaan pengelola asuransi syariah.
3. Sifat perjanjian asuransi syariah tolong menolong sementara di asuransi konvensional jual beli.
4. Dalam asuransi syariah sesama peserta program saling berbagi risiko (risk sharing) sementara di
asuransi konvensional peserta memindahkah risiko kepada perusahaan asuransi (risk transfer).
5. Kepemilikan dana di asuransi syariah yaitu perusahaan asuransi sebagai pemegang amanah
sementara di asuransi konvensional perusahaan asuransi sebagai pemiliki dana.
6. Pembayaran klaim di asuransi syariah berasal dari rekening Tabarru’ sementara di asuransi
konvensional berasal dari rekening perusahaan asuransi.
7. Rekening Tabarru’ merupakan dana kebajikan atau hibah dari para peserta yang diberikan secara
sukarela sebagai dana tolong menolong terhadap sesama peserta yang ditujukan untuk
menanggung risiko.
8. Kelebihan (surplus undewriting) di asuransi syariah boleh dibagi dengan peserta sementara di
asuransi konvensional akan menjadi milik perusahaan.

Asuransi jiwa erat kaitannya dengan risiko. Risiko dalam asuransi syariah dibagi antar sesama peserta
program (risk sharing), sehingga:

1. Asuransi syariah merupakan kontrak untuk saling menanggung di antara sesama peserta.
2. Sesama peserta saling berbagi risiko finansial.
3. Tidak ada perpindahan risiko dari peserta kepada perusahaan asuransi.
4. Perusahaan asuransi hanya sebagai operator atau pengelola risiko dan tidak menanggung risiko.
5. Dana dalam rekening Tabarru’ merupakan kumpulan dana (pool of fund) dari para peserta.
6. Kontribusi (premi) bukan merupakan pendapatan bagi perusahaan asuransi dan klaim bukan
merupakan biaya.

Sementara dalam asuransi konvensional yang dikenal adalah konsep pemindahan risiko (risk transfer),
sehingga:

1. Asuransi konvensional merupakan kontrak pertukaran atau jual beli.


2. Pengalihan risiko finansial dari nasabah kepada perusahaan asuransi.
3. Nasabah menukar risiko dengan premi sehingga risiko berpindah dari nasabah ke perusahaan
asuransi.
4. Perusahaan asuransi menerima dan menganggung risiko.
5. Adanya pengalihan dana (transfer of fund) dari nasabah kepada perusahaan asuransi.
6. Premi merupakan pendapatan bagi perusahaan asuransi dan klaim merupakan biaya.

S-ar putea să vă placă și