Sunteți pe pagina 1din 7

Khutbah Pertama:

َ‫ش َه ُد أ َ ْن ََل َإ َل َه َإ هَل هللاُ َوحْ َد ُه ََل ش ََر ْيكَ لَهُ َإلَهَ ْاْلَ هو َل ْين‬ ْ َ‫ َوأ‬، َ‫س ْبحَانَهُ ثَنَا َء ال ُم َن ْي َب ْينَ اَلذها َك َر ْين‬ َ ‫ َوأُثْ َن ْي‬، َ‫ا َ ْلح َْم ُد َ هّلِلَ ح َْم َد الشَا َك َر ْين‬
ُ ‫علَ ْي َه‬
‫علَى‬ َ ُ‫ص َفيُهُ َو َخ َل ْيلُهُ َوأ َ َم ْينُه‬
َ ‫س ْولُهُ َو‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ ً ‫ش َه ُد أَنه محمدا‬ ْ َ‫ َوأ‬، َ‫ق أَجْ َم َع ْين‬ َ ‫ق ال َخ ْل‬َ ‫ت َواْل َ ْر َض ْينَ َو َخا َل‬ ‫اآلخ َر ْينَ َوقُيُ ْو ُم ال ه‬
َ ‫س َم َوا‬ َ ‫َو‬
َ‫صحَابَ َه أَجْ َم َع ْين‬ ْ َ ‫علَى آ َل َه َوأ‬َ ‫علَ ْي َه َو‬ َ ‫صلَ َواتُ هللاَ َو‬
َ ُ‫س ََل ُمه‬ َ َ‫عهُ ؛ ف‬ َ ‫اس ش َْر‬ َ ‫ َوحْ يَ َه َو ُمبَ َل َغ النه‬.
َ ‫ اَتهقُ ْوا هللاَ َف َإنه َم َن اتهقَى هللاَ َوقَاهُ َوأ َ ْر‬، ‫ اَتهقُ ْوا هللاَ تَعَا َلى‬: َ‫ أ َ هما بَ ْع ُد أَيُّهَا ال ُمؤْ َمنُ ْونَ َعبَا َد هللا‬.
ُ‫ش َدهُ إَلَى َخي ٍْر أ ُ ُم ْو ٍر َد ْينَ َه َو ُد ْنيَاه‬
Ibadallah,
Bertakwalah kepada Allah Ta’ala, bertakwalah kepada-Nya, karena orang yang bertakwa akan
Dia jaga dan tunjuki ke jalan yang baik dalam urusan agama dan dunia. Ingatlah! Kesudahan
yang baik hanya bagi orang-orang yang bertakwa.
Ketahuilah kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Amanah adalah suatu tanggung jawab dan kewajiban yang besar yang diemban oleh manusia
dalam kehidupan. Manusia adalah hamba yang Allah adakan setelah sebelumnya tidak ada , lalu
Allah berikan kepada mereka amanah dan manusia menerimanya. Amanah tersebut diberikan
beserta dengan segala konsekuensinya yang besar.
Ibadallah,
Sesungguhnya amanah adalah sesuatu yang besar dan memiliki kedudukan yang agung. Wajib
bagi hamba Allah untuk memperhatikan dan menjaga hak-haknya, mengetahui kedudukannya,
dan berupaya untuk mewujudkan dan merealisasikannya. Banyak dalil, baik dari Alquran
maupun sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan tentang kedudukan
amanah dan balasan yang akan didapatkan di dunia dan akhirat bagi orang yang menjaganya dan
adzab bagi mereka yang menghianatinya.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
ُ‫َّللاَ َربهه‬
‫ق ه‬ َ ‫ض ُك ْم بَ ْعضًا فَ ْليُؤ ََد الهذَي اؤْ ت َُمنَ أ َ َمانَتَهُ َو ْليَته‬
ُ ‫فَ َإ ْن أ َ َمنَ بَ ْع‬
“Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya.” (QS. Al-Baqarah: 283)
Firman-Nya yang lain,
ً ‫سانُ إَنههُ كَانَ َظلُو ًما َج ُه‬
‫وَل‬ َ ‫اْل ْن‬ ْ َ ‫ض َوا ْل َجبَا َل فَأَبَ ْينَ أ َ ْن يَحْ َم ْلنَهَا َوأ‬
َ ْ ‫شفَ ْقنَ َم ْنهَا َو َح َملَهَا‬ َ ‫ت َو ْاْلَ ْر‬
َ ‫اوا‬ َ َ‫ضنَا ْاْل َ َمانَة‬
‫علَى ال ه‬
َ ‫س َم‬ ْ ‫إَنها ع ََر‬
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
(QS. Al-Ahzab: 72)
Firman-Nya,
َ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُر ُك ْم أ َ ْن ت ُ َؤدُّوا ْاْل َ َمانَا‬
‫ت إَلَى أ َ ْه َلهَا‬ ‫إَنه ه‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya…” (QS. An-Nisa: 58)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan amanah adalah sifat orang-orang yang beriman,
َ‫عون‬ َ ‫َواله َذينَ ُه ْم َْل َ َمانَاتَ َه ْم َو‬
ُ ‫ع ْه َد َه ْم َرا‬
“Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.” (QS. Al-
Mukminun: 8)
Kemudian di ayat 10 dan 11 nya Allah menyebutkan,
َ ‫ اله َذينَ يَ َرثُونَ ا ْل َف ْرد َْو‬. َ‫أُو َٰلَئَكَ ُه ُم ا ْل َو َارثُون‬
َ‫س ُه ْم فَيهَا َخا َل ُدون‬
“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus.
Mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Mu’minun: 10-11)
Dalam surat yang lainnya, Allah Ta’ala berfirman,
ٍ ‫أُولَئَكَ فَي َج هنا‬
َ‫ت ُمك َْر ُمون‬
“Mereka itu (kekal) di surga lagi dimuliakan.” (QS. Al-Ma’arij: 35)
Kesudahan yang terpuji dan akhir yang bahagia adalah bagi mereka yang menunaikan dan
menjaga kedudukan amanah.
Setelah itu, Allah menyebutkan bahwa menyia-nyiakan amanah adalah di antara sifat orang
Yahudi. Allah Ta’ala berfirman,
َ َ‫َو َم ْن ُه ْم َم ْن إَ ْن تَأ ْ َم ْنهُ بَدَينَ ٍار ََل يُؤ ََد َه إَلَ ْيكَ إَ هَل َما ُد ْمت‬
‫علَ ْي َه قَائَ ًما‬
“Dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak
dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya.” (QS. Ali Imran: 75)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa tidak menunaikan janji yang hal
itu termasuk amanah adalah sifat dari orang-orang munafik. Di dalam hadits yang shahih dari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
َ َ‫ع َد أ َ ْخل‬
َ‫ َوإَذَا اؤْ ت َُمنَ َخان‬، ‫ف‬ َ ‫ َوإَذَا َو‬، ‫هث َكذَ َب‬
َ ‫ إَذَا َحد‬: ‫ث‬ َ َ‫آيَةُ ا ْل ُمنَاف‬
ٌ ‫ق ث َ ََل‬
“Tanda orang munafik itu ada tiga: (1) Apabila berkata ia berudsta, (2) apabila ia berjanji ia
mengingkari, dan (3) apabila diberi amanah ia berkhianat.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan bahwa amanah bagian dari
keimanan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ََل إَي َمانَ َل َم ْن ََل أ َ َمانَةَ لَه‬
“Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah.”
Dua hadits ini menunjukkan betapa besarnya amanah itu, amanah adalah bagian dari keimanan.
Tiap kali seseorang berusaha menjaga amanah, saat itu pula semakin bertambah keimanannya.
Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan amanah, berkurang pulalah keimanannya sekadar
kurangnya ia menjaga amanah.
Ibadallah,
Di antara ayat Alquran yang menunjukkan betapa besar dan agungnya kedudukan amanah di
dalam Islam adalah sebuah ayat di akhir surat Al-Ahzab,
ً ‫سانُ إَنههُ كَانَ َظلُو ًما َج ُه‬
‫وَل‬ َ ‫اْل ْن‬ ْ َ ‫ض َوا ْل َجبَا َل فَأَبَ ْينَ أ َ ْن يَحْ َم ْلنَهَا َوأ‬
َ ْ ‫شفَ ْقنَ َم ْنهَا َو َح َملَهَا‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
َ ‫اوا‬ َ َ‫ضنَا ْاْل َ َمانَة‬
‫علَى ال ه‬
َ ‫س َم‬ ْ ‫إَنها ع ََر‬
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
(QS. Al-Ahzab: 72)
Renungkanlah ayat ini wahai hamba Allah. Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam ayat yang
mulia ini bahwa Dia menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Allah
tawarkan kepada mereka untuk memilih. Dan mereka memilih untuk tidak menerima tawaran
tersebut. Gunung menolaknya, langit menolaknya, demikian juga bumi enggan mengemban
amanah tersebut, bukan karena mereka tidak mau menerima ganjaran yang besar bagi
pengemban amanah! Akan tetapi mereka takut dan khawatir dengan besarnya tanggung jawab
dari amanah tersebut. Mereka khawatir kalau nanti malah menghianatinya. Lalu amanah itu
diemban oleh manusia, dan manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Dengan sifat amat zalim
dan amat bodoh, manusia menyanggupi mengemban amanah dan menanggung segala
konsekuensinya.
Konsekuensi bagi orang yang amanah adalah mendapatkan pahala dari sisi Allah Jalla wa
‘Alabaik di dunia maupun di akhirat dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya dia akan
mendapatkan siksa yang layak bagi orang yang menyia-nyiakan amanah baik di dunia maupun di
akhirat. Manusia berani mengemban amanah dengan sifat mereka yang amat zalim dan amat
bodoh. Setiap orang mengemban amanah dalam kehidupannya. Dan Allah Jalla wa ‘Alaakan
meminta pertanggung-jawaban atas hal itu ketika mereka nanti berjumpa dengan Allah.
Ibadallah,
Apabila kita melihat manusia dalam mengemban amanah dan bagaimana mereka
merealisasikannya, kita akan mendapatkan 3 macam tipe manusia dalam mengemban amanah:
Pertama, mereka yang secara tampak penglihatan manusia adalah orang yang memegang
amanah namun secara batin mereka adalah orang yang menyia-nyiakannya. Merekalah orang-
orang munafik menampakkan sesuatu yang berbeda dengan batin mereka dan mencitrakan diri
dengan sesuatu yang berbeda dari apa yang mereka rahasiakan.
Saat mereka datang menemui orang-orang yang beriman, mereka kesankan diri mereka adalah
orang yang beriman, amanah, jujur, dan menunaikan janji, mereka tampakkan hal itu karena
takut kehilangan tempat di sisi orang-orang yang beriman. Sebaliknya apabila mereka bertemu
orang-orang kafir, mereka tampakkan kekufuran mereka.
Mereka inilah yang senantiasa berkamuflase menampakkan keimanan dan menyembunyikan
kekufuran, menampakkan sesuatu yang berbeda dari keyakinan. Secara zahir, orang
memandangnya sebagai orang yang amanah, padahal di dalam hatinya terdapat makar, tipu daya,
dan pengkhiantan.
Sebenarnya mereka ini menipu diri mereka sendiri. Mereka sangka mereka menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal hakikatnya mereka tipu diri mereka sendiri, mereka
membuat makar dan kebinasaan yang hakiki untuk diri mereka di dunia dan akhirat.
Kedua, mereka yang tidak amanah baik secara zahir maupun batin. Mereka ini adalah orang-
orang kafir. Zahir dan batin mereka sama, menampakkan kekufuran kepada Allah, menentang
agama-Nya, dan jauh dari syariat-Nya.
Ketiga, orang-orang yang beriman yang mengemban amanah dan menunaikannya. Bersungguh-
sungguh sekuat tenaga mewujudkannya. Mereka adalah ahlul iman dan ahlul karamah di dunia
dan akhirat.
Karena itu ibadallah,
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat sebelumnya, tatkala ditawatkan amanah kepada langit,
bumi, dan gunug-gunung, mereka menolaknya karena khawatir akan mengkhianatinya. Adapun
manusia ketika ditawarkan amanah, mereka menyanggupinya. Setelah itu, di ayat berikutnya,
Allah jelaskan tentang pembagian manusia dalam mengemban amanah:
‫ورا َر َحي ًما‬ َ ُ‫َّللا‬
ً ُ‫غف‬ َ ‫علَى ا ْل ُمؤْ َمنَينَ َوا ْل ُمؤْ َمنَا‬
‫ت َوكَانَ ه‬ َ ُ‫َّللا‬
‫ُوب ه‬ َ ‫ت َوا ْل ُمش َْر َكينَ َوا ْل ُمش َْركَا‬
َ ‫ت َويَت‬ َ ‫َّللاُ ا ْل ُمنَافَ َقينَ َوا ْل ُمنَا َفقَا‬
‫َب ه‬ َ ‫َليُعَذ‬
“Sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrikin laki-laki dan perempuan; dan sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin
laki-laki dan perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-
Ahzab: 73).
Allah menyebutkan kelompok manusia dalam permasalahan amanah: (1) kelompok yang
diadzab, merekalah orang-orang munafik dan orang-orang musyrik, (2) kelompok yang diberi
nikmat, merekalah orang-orang yang beriman.
Semoga Allah menjadikan saya dan Anda semua termasuk kelompok orang-orang yang beriman
yang diberi nikmat tersebut.
Ibadallah,
Amanah dilihat dari sisi kepada siapa dia ditunaikan dan apa saja cakupannya dijelaskan oleh
ayat berikut ini:
َ‫سو َل َوت َ ُخونُوا أَ َمانَاتَ ُك ْم َوأ َ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
ُ ‫الر‬ ‫يَا أَيُّهَا اله َذينَ آ َمنُوا ََل ت َ ُخونُوا ه‬
‫َّللاَ َو ه‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad)
dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)
Ayat ini menjelaskan bahwa amanah ditinjau dari sisi kepada siapa dia ditunaikan dan apa saja
cakupannya dapat dibagi menjadi tiga bagian:
Pertama, amanah yang kaitannya dengan hak Allah Tabaraka wa Ta’ala atas para hamba-Nya.
Allah Jalla wa ‘Ala memberi amanah kepada semua manusia, termasuk kita, agar menjaga hak-
hak-Nya. Allah menciptakan kita agar kita hanya beribadah kepada-Nya, memerintah, dan
melarang kita. Allah tidak menciptakan kita sia-sia, tanpa diperintah dan dilarang. Dia
menicptakan kita untuk suatu tujuan yang terpuji dan agung yaitu beribadah hanya kepada-Nya
dan mengimani segala yang datang dari-Nya. Jadi, mentauhidkan Allah adalah amanah dan
berbuat syirik adalah khianat.
Amanah yang paling besar yang Allah embankan kepada kita adalah tauhid. Dan pengkhiantan
yang paling besar dari amanah Allah adalah syirik. Barangsiapa yang menegakkan hak-hak
Allah Jalla wa ‘Ala, mengikhlaskan agama hanya untuknya, menjalankan perintah-perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya, dan berhati-hati dari syirik, maka dia telah menunaikan
amanah kepada Alla Jalla wa ‘Ala.
Pengetahuan kita tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, pengetahuan tentang keagungan dan
kebesaran-Nya, pengetahuan tentang kekuasaan-Nya, pengetahuan tentang betapa sempurna
kebijaksanaan-Nya, itu adalah bentuk menunaikan amanah keapda Allah Ta’ala.
Kedua, amanah dalam menunaikah hak-hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di antara hak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah mencintai beliau. Cinta di sini adalah
mencintai beliau lebih dari diri sendiri, orang tua, anak, dan orang selainnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫اس أَجْ َم َعين‬ ‫ََل يُؤْ َمنُ أ َ َح ُد ُك ْم َحتهى أَكُونَ أَح ه‬
َ ‫َب إَ َل ْي َه َم ْن َوا َل َد َه َو َولَ َد َه َوالنه‬
“Tidak (sempurna) keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku lebih dia cintai dari
orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.”
Ketikta Umar radhiallahu ‘anhu berkata,
ُّ ‫َّللاَ َْل َ ْنتَ أَح‬
‫َب إَلَ هي َم ْن ك َُل ش َْيءٍ إَ هَل َم ْن نَ ْفسَي‬ ‫سو َل ه‬
ُ ‫يَا َر‬
“Wahai Rasulullah, sungguh engkau paling aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku”.
Lalu Rasulullah shallallahu menanggapi,
‫ََل يُؤْ َمنُ أ َ َح ُد ُك ْم َحتهى أَكُونَ َع ْن َدهُ أَح ه‬
َ ‫َب إَلَ ْي َه َم ْن نَ ْف‬
‫س َه‬
“Tidak sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai aku menjadi orang yang paling
dia cintai, termasuk dari dirinya sendiri”.
Umar menjawab,
‫فَ ََلَ ْنتَ ْاآلنَ َو ه‬
ُّ ‫َّللاَ أ َح‬
‫َب إَلَ هي َم ْن نَ ْفسَي‬
“Sekarang, demi Allah, Anda yang paling saya cintai termasuk dari diri saya sendiri”.
Beliau menjawab,
ُ ‫ْاآلنَ يَا‬
‫ع َم ُر‬
“Sekarang wahai Umar (imanmu sempurna).”
Di antara bentuk amanah terhadap hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, membenarkan apa yang beliau kabarkan,
memuliakannya tanpa berbuat ghuluw kepada beliau. Inilah amanah yang kita emban terhadap
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga, amanah yang berkaitan dengan hak sesama manusia.
Di sini terkandung juga amanah kepada orang tua, anak, tetangga, amanah dalam perdagangan,
pegawai, dan petugas keamanan. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan mempertanyakan tentang
orang-orang yang mendapatkan salah satu atau semua hal di tadi. Dalam sebuah hadits yang
shahih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda,
ْ ‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم‬
‫سئ ُو ٌل ع َْن َر َع هيتَ َه‬
“Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab atas kepemimpinannya.”
Ibadallah,
Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa amanah itu tidak hanya terkhusus pada satu bidang
saja seperti yang disangkakakn banyak umat Islam yang awam. Mereka menyangka amanah itu
hanya terbatas pada hak sesama. Tidak demikian. Amanah itu lebih besar dari itu. Ia
berhubungan dengan hak Allah, Rasulullah, kemudian sesama manusia.
Oleh karena itu, tunaikanlah amanah kepada masing-masing yang berhak. Yakinlah!
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menanyakan kepada kita perihal amanah ini di hari ketika kita
berdiri di hadapan-Nya kelak.
ٌ‫يَ ْو َمئَ ٍذ ت ُ ْع َرضُونَ ََل ت َ ْخفَى َم ْن ُك ْم َخافَيَة‬
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang
tersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah: 18)
Bertakwalah kepada Allah selama kita diberi kesempatan untuk beramal. Tunaikanlah amanah
pada tempatnya masing-masing. Mohonlah pertolongan kepada Allah Tabaraka wa
Ta’ala dalam menunaikannya. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik Penolong dan Pelindung.
Ya Allah, tolonglah kami dalam menunaikan amanah-amanah yang berkaitan dengan hak-hak-
Mu, hak-hak Rasul-Mu shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan hak-hak hamba-hamba-Mu yang
beriman.
Ya Allah, janganlah Engkau serahkan kami kepada diri kami sendiri walaupun sekejap mata. Ya
Allah berilah kami taufik untuk menunaikan amanah wahai Rabb semesta alam. Ajarkanlah kami
dalam menunaikan agar sesuai dengan apa yang Engkau ridhai. Ya Allah, jadikanlah kami
termasuk orang-orang yang amanah.
‫الر َح ْي ُم‬ ْ ‫ب فَا‬
‫ست َ ْغ َف ُر ْوهُ يَ ْغ َف ْر لَ ُك ْم إَنههُ ه َُو الغَفُ ْو ُر ه‬ ٍ ‫س َل َم ْينَ َم ْن ك َُل ذَ ْن‬ َ ‫ست َ ْغ َف ُر هللاَ َلي َولَ ُك ْم َو َل‬
ْ ‫سا َئ َر ال ُم‬ ْ َ ‫أَقُ ْو ُل َما ت‬.
ْ َ ‫س َمعُ ْونَ َوا‬
Khutbah Kedua:
َ ً‫ش َه ُد أَنه محمدا‬
ُ‫ع ْب ُده‬ ْ َ ‫ َوأ‬، ُ‫ش َه ُد أ َ ْن ََل إَلَهَ إَ هَل هللاُ َوحْ َدهُ ََل ش ََر ْيكَ لَه‬ ْ َ ‫ َوأ‬، ‫ان‬ َ َ‫ض َل َوال ُج ْو َد َوا ََل ْمتَن‬ ْ َ‫س َع ا ْلف‬
َ ‫ َوا‬،‫ان‬ َ ‫س‬ َ ‫ا َ ْلح َْم ُد َ هّلِلَ ع ََظي َْم‬
َ ْ‫اْلح‬
‫ اَتهقُ ْوا هللاَ ت َ َعا َلى‬: َ‫ أ َ هما بَ ْع ُد َع َبا َد هللا‬.‫س َليْما ً َكثَي ًْرا‬ َ ‫صحَا َب َه أَجْ َم َع ْينَ َو‬
ْ َ ‫سله َم ت‬ ْ َ ‫ع َلى آ َل َه َوأ‬
َ ‫علَ ْي َه َو‬
َ ُ‫صلهى هللا‬ َ ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ َو َر‬.
Ibadallah,
Sesungguhnya ada sebagian orang yang mengamalkan amanah dalam ruang lingkup yang sempit
dan maslahat yang terbatas. Ia membalas orang lain sesuai dengan perlakuan orang tersebut
terhadap dirinya. Apabila ia mendapati orang amanah kepadanya, maka ia juga akan amanah
terhadap orang tersebut. Namun apabila orang itu pernah mengkhianatinya, maka ia pun akan
melakukan pengkhianatan terhadap orang tersebut. Ini bukanlah sifat seorang mukmin.
Ibadallah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda,
َ‫أ َ َد ْاْل َ َمانَةَ إَلَى َم ْن ائْت َ َمنَكَ َو ََل ت َ ُخ ْن َم ْن َخانَك‬
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang member amanah kepadamu dan jangan engkau
khianati orang yang pernah mengkhianatimu.” (HR. Ahmad).
Amanah itu dituntut setiap saat dan dalam setiap keadaan, karena dia memang terpuji dalam
keadaan apapun. Sedangkan khianat adalah tercela dalam setiap saatnya dan jelek dalam keadaan
apapun. Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “jangan engkau khianati
orang yang pernah mengkhianatimu”.
Kita memang boleh menuntut hak kita, tapi jangan kita balas dengan melakukan muamalah yang
khianat, karena khianat itu tercela. Hati-hatilah dari khianat, takutlah kalau-kalau kita menjadi
seorang yang suka berkhianat. Berusahalah untuk menjadi seorang yang amanah dalam setiap
keadaan. Amanah kepada Allah, Rasul-Nya, dan hamba-hamba-Nya.
Sadarilah, kita sekarang hidup di zaman yang penuh cobaan. Khatib sengaja mengangkat tema
ini agar kita semua sebagai orang-orang yang bekerja, atau pendidik, atau juga seorang pelajar,
kita semua mendapatkan amanah.
Bertakwalah kepada Allah Jalla wa ‘Ala, dekatkanlah diri kepada-Nya dalam keadaan sendiri
atau di tengah keramaian, dalam keadaan sepi atau bersama banyak orang, karena tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi dari Allah Ta’ala. Dia mengetahui mata-mata yang berkhianat dan
apa yang tersembunyi di dalam hati. Rahasia baginya adalah sesuatu yang tampak, hal yang
tersembunyi tidak ubahnya sesuatu yang nyata bagi-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi di sisi-Nya.

S-ar putea să vă placă și