Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1
ISSN 2086-6755
http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik gelombang dan pasang surut
di perairan Pulau Dutungan Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Lingkup penelitian
meliputi pengukuran parameter fisika oseanografi berupa pengukuran gelombang dan
pasang surut. Dan data sekunder, berupa data pembanding seperti Peta LPI (Lingkungan
Pantai Indonesia) dengan skala 1: 50.000, lembar 2010-2 dan 3, tahun 1993, Bakosurtanal,
Edisi I (1993) dan Peta RBI sheet Barru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil
perhitungan MSL (menggunakan rumus MSL) diperoleh nilai MSL pasut di perairan pulau
Dutungan sebesar 183,52 cm, sedangkan pasang tertingginya sebesar 242 cm dan pasang
terendahnya sebesar 141,5 cm. Dari hasil pengamatan pasut dapat diketahui tipe atau jenis
pasut yang terdapat di Pulau Dutungan adalah pasang surut tipe campuran condong ke
harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal) dalam satu hari terjadi satu kali air pasang
dan satu kali air surut tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang
dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda.
ABSTRACT
This study aims to determine the characteristics of wave and tidal waters Barru
Dutungan Island South Sulawesi. The scope of the study includes measurements of
physical oceanographic parameters such as wave and tidal measurements. And secondary
data, in the form of comparative data such as map LPI (Indonesian Coastal Environment)
with a scale of 1: 50,000, sheet 2010-2 and 3, 1993, Bakosurtanal, first edition (1993) and
RBI Map Barru sheet. The results showed that the results of the MSL calculation (using the
*Korespondensi:
email: yantisakijo@yahoo.com
14
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
formula MSL) MSL values obtained in the tidal waters of the island Dutungan of 183.52
cm, while the highest tide of 242 cm and 141.5 cm at the lowest tide. From the results of
tidal observations can identify type or types of tidal contained in Dutungan Island is tidal
mixed type single-leaning daily (diurnal prevailing tide mixed) in one day happen once the
tide and one low tide but sometimes temporarily occurs twice ups and downs twice the
height and period of very different.
15
Hasriyanti (2015)
Kondisi arus secara umum akan pengamatan dari suatu penelitian yang
homogen tergantung kepada kondisi dapat diukur atau dianalisis.
batimetri dan morfologi garis pantai. Adapun variabel dalam penelitian ini
Apabila muka laut mendapatkan tekanan meliputi :
angin (wind stress), terbentuklah tinggi 1. Gelombang
gelombang dan selanjutnya arus permukaan 2. Pasang Surut
terbentuk. Jika tinggi gelombang kuat, B. Jenis Data
maka kecepatan arus berubah membesar Jenis data yang dipergunakan dalam
dan terbentuklah longshore current yang penelitian ini ada dua, yaitu :
kuat, yang mengakibatkan sedikit demi 1. Data primer, yaitu data yang langsung
sedikit pantai tersebut akan terjadi abrasi. diperoleh dari lapangan berupa hasil
Penentu adanya abrasi selain oleh pengukuran, yakni data langsung
gelombang dan arus, juga ditentukan pula berupa data gelombang dan data pasang
oleh kondisi batimetri yang tidak stabil surut dari 12 titik pengukuran, seperti
(Horikawa). yang terlihat pada gambar 1.
Selat Makassar merupakan salah satu 2. Data sekunder, berupa data pembanding
wilayah yang ada di Indonesia yang seperti :
mencakup lebih dari 120 pulau kecil. Fakta a. Peta LPI (Lingkungan Pantai
tersebut menjadikan perairan selat Indonesia) dengan skala 1 : 50.000,
Makassar memiliki berbagai kawasan lembar 2010-2 dan 3, tahun 1993,
wisata pesisir. Kondisi tersebut mendukung Bakosurtanal, Edisi I (1993).
perlunya mengetahui berbagai karakteristik b. Peta RBI sheet Barru.
aspek fisika oseanografi yang berada di C. Alat dan Bahan
kepulauan Sangkarang yang berbatasan Alat dan bahan yang digunakan
langsung dengan Selat Makassar, yang dalam penelitian ini adalah Peta Rupa
berguna untuk mengetahui keseauaian Bumi dan lingkungan pantai Indonesia
lahan wisata pantai dan bahari ke depannya lokasi praktek skala 1 : 50.000, Global
sebagai destinasi wisata. Peneliti kemudian Posisioning system (GPS), Tiang Skala,
melakukan penelitian di salah satu pulau Stop Watch, jam tangan, tali rapiah (nylon),
yakni pulau Dutungan. Tujuan penelitian roll meter, alat tulis menulis, kamera
ini adalah: menentukan karakteristik (handycam), perahu, dan kertas grafik.
gelombang dan pasang surut di perairan D. Teknik Pengambilan Data
Pulau Dutungan Kabupaten Barru Sulawesi 1. Pasang surut
Selatan. a. Menetukan lokasi yang presentatif
untuk pemasangan tiang pasut (tiang
METODE skala) mencatat posisinya.
b. Memasang tiang pasut pada daerah
A. Variabel Penelitian
yang diperkirakan tetap tergenang air
Berdasarkan penjelasan di atas dapat
apabila terjadi surut, jika lokasi tersebut
disimpulkan bahwa variabel merupakan
kering pada saat surut maka perlu
suatu obyek yang menjadi pusat
memasang rambu pasut yang lain pada
daerah yang tergenang air (perlu diingat
16
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
17
Hasriyanti (2015)
18
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
2. Gelombang
Tinggi Gelombang : H = Puncak-Lembah
⋯
Tinggi Gelombang Rata-Rata : H=
Periode Gelombang : T = t/N
Panjang Gelombang : L = 1.56 × T
/
∑
Tinggi Gelombang Signifikan :H = /
.
Tinggi Gelombang Pecah : Hb = H 1/3 ( ) .
H 1/3
.
MSL = = 183.5244 cm
2. Gelombang
Tabel 2. Kondisi Gelombang Pulau Dutungan
Posisi
Titik Waktu T L H1/3 Hb Hu
Lintang Bujur
Pagi 04o10’43,7” 119o37’14,1” 2,4 6,92 74,41 3,67 3,37 33
I Siang 04o10’43,7” 119o37’14,1” 3,55 4,62 33,29 5,15 1,70 67
Sore 04°10’43,7” 119°37’14,1” 5.62 3,6 20,22 8,82 7,50 150
Pagi 04o10’43,5” 119o 37’ 8,1” 5,63 7,50 87,75 11,60 9,86 58
II Siang 04o10’43,5” 119o 37’ 8,1” 20,94 3,6 20,22 24,47 13,21 416
Sore 04°10’43,5” 119°37’8,1” 7,86 2,73 11,62 9,45 5,58 208
Pagi 05o10’52,0” 119o 37’ 2,8” 5,98 3,6 20,22 7,94 5,40 135
III Siang 05o10’52,0” 119o 37’ 2,8” 12,05 4,62 11,25 16 8,48 208
Sore 05°10’52” 119°37’2,8” 21,83 7,83 95,63 34,25 23,63 274
Pagi 04o10’55,7” 119o 37’ 5,9” 6,52 4,09 26,10 9,53 6,58 143
IV Siang 04o10’55,7” 119o 37’ 5,9” 3,46 6,43 64,49 6 6,3 54
Sore 04°10’55,7” 119°37’5,9” 28,77 6 56,16 30 19,20 300
19
Hasriyanti (2015)
300
290
280
270
260
250
240
230
220
210
200
190
Tinggi Muka Air
180
170
160
150
140
130
120
110
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
00.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
Gambar 4. Grafik Pasang Surut Perairan Pulau Dutungan Tahun 2014
Grafik tersebut dapat dibandingkan dengan grafik Pasang Surut Pulau Dutungan 5
tahun terakhir yakni pada tahun 2010 dan data grafik pasang data BMG Stasiun Paotere.
Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 5, 6, 7 berikut.
180
160
140
120
Tinggi (Cm)
100
80
60
40
20
0
15:00
16:00
17:00
18:00
19:00
20:00
21:00
22:00
23:00
10:00
11:00
12:00
13:00
14:00
15:00
0:00
1:00
2:00
3:00
4:00
5:00
6:00
7:00
8:00
9:00
Waktu
20
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
Gambar 6. Grafik Pasang Surut Data BMG Stasiun Paotere Tahun 2011
Gambar 7. Grafik Pasang Surut Data BMG Stasiun Paotere Tahun 2010
21
Hasriyanti (2015)
22
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
karena pada waktu itu tidak ada pengaruh dapat diramalkan. Pasang surut juga sangat
dari angin sehingga menyebabkan mempengaruhi kehidupan organisme laut,
ketinggian dari pasut tersebut rendah, terutama pada daerah intertidal dandaerah
selain itu juga pada waktu tersebut posisi litoral. Dengan adanya pasang surut,
antara bulan, bumi dan matahari organisme-organisme memiliki strategi
membentuk sudut 90° sehingga pada saat ekologi sendiri-sendiri untuk bisa bertahan
itu gaya tarik gravitasi matahari bersifat hidup. Disamping itu, pasang surut sangat
melemahkan gaya gravitasi bulan. mempengaruhi ekosistem mangrove yang
Sedangkan dari hasil pengamatan pada merupakan pilar pertahanan alam utama
pasang surut utama diperoleh MSL (Mean pada daerah pesisir dari ancaman badai,
Sea Level). erosi dan lain-lain.
Dari hasil perhitungan MSL 2. Gelombang
(menggunakan rumus MSL) diperoleh nilai Gelombang adalah gerakan naik turun
MSL pasut di perairan pulau Dutungan sebuah tubuh perairan yang dinyatakan
sebesar 183,52 cm, sedangkan pasang dengan naik turunnya permukaan air secara
tertingginya sebesar 242 cm dan pasang bergantian. Sedangkan ombak adalah suatu
terendahnya sebesar 141,5 cm. Dari hasil gangguan yang bergerak melalui air tetapi
pengamatan pasut dapat diketahui tipe atau tidak menyebabkan partikel-partikel air
jenis pasut yang terdapat di Pulau bergerak karenanya (Setiyono, 1996).
Dutungan adalah pasang surut tipe Setiap gelombang mempunyai tiga
campuran condong ke harian tunggal unsur yang penting yakni panjang, tinggi
(mixed tide prevailing diurnal) dalam satu dan periode. Panjang gelombang adalah
hari terjadi satu kali air pasang dan satu jarak mendatar antara dua puncak yang
kali air surut tetapi kadang-kadang untuk berurutan, tinggi gelombang adalah jarak
sementara waktu terjadi dua kali pasang vertikal antara puncak dan lembah,
dan dua kali surut dengan tinggi dan sedangkan periode adalah waktu yang
periode yang sangat berbeda. diperlukan oleh dua puncak yang berurutan
Data pasang surut yang diperoleh dari untuk melalui suatu titik (Nontji, 1987).
Pelabuhan Sukarno Makassar, bahwa Gelombang di laut dapat dibedakan
kisaran pasang surut di perairan Selat menjadi beberapa macam tergantung pada
Makassar selama kurun waktu 5 (lima) gaya pembangkitnya. Gelombang tersebut
tahun terakhir yakni tahun 2010-2015, adalah gelombang angin yang dibangkitkan
tidak lebih dari 1 meter, lama waktu air oleh tiupan angin di permukaan laut,
menggenangi daerah pantai adalah berkisar gelombang pasang surut dibangkitkan oleh
8 – 16 jam. Pasang surut ini banyak gaya tarik benda-benda langit terutama
terdapat di perairan Indonesia Timur matahari dan bulan terhadap bumi,
(Triatmodjo, 1999). gelombang tsunami terjadi karena letusan
Pengetahuan tentang pasang surut gunung berapi atau gempa di laut,
sangat diperlukan dalam transportasi laut, gelombang yang dibangkitkan oleh kapal
kegiatan di pelabuhan, pembangunan di yang bergerak dan sebagainya
daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena (Triatdmodjo, 1999).
sifat pasang surut yang periodik, maka ia
23
Hasriyanti (2015)
24
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
cm. Pada siang hari tinggi gelombang pada malam hari. Selain itu, bentuk
signifikannya adalah 5,15 cm dengan tinggi topografi dasar perairan juga sangat
gelombang pecah sebesar 1,70 cm. menentukan tinggi gelombang air laut yang
Sedangkan pada sore hari tinggi gelombang terbentuk.
signifikannya adalah 8,82 cm dengan tinggi Secara umum ombak di sekitar lokasi
gelombang pecah sebesar 7,50 cm. penelitian diakibatkan oleh angin yang
Pengukuran pada stasiun 2, tinggi bertiup di permukaan, dimana saat
gelombang signifikannya adalah 11,60 cm pengukuran dilakukan, angin yang bertiup
dan tinggi gelombang pecah sebesar 9,86 tidak begitu kuat yang menyebabkan tinggi
cm pada pagi hari. Pada siang hari tinggi ombak tidak besar. Selain itu, topografi
gelombang signifikannya adalah 24,47 cm dasar pantai yang datar menyebabkan
dengan tinggi gelombang pecah sebesar ombak yang datang mengalami
13,21 cm. Sedangkan pada sore hari tinggi pembuyaran yang berakibat pada tinggi
gelombang signifikannya adalah 9,45 cm serta arah ombak dimana tinggi ombak
dengan tinggi gelombang sebesar 5,58 cm. yang mendekati pantai relatif menjadi
Pengukuran pada stasiun 3, tinggi kecil, serta arah ombak menjadi bervariasi.
gelombang signifikannya adalah 47,94 cm Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
dan tinggi gelombang pecah sebesar 5,40 gelombang/ombak di sekitar perairan pulau
cm pada pagi hari. Pada siang hari tinggi Dutungan tergolong sedang – tenang. Ini
gelombang signifikannya adalah 16 cm menunjukkan bahwa ditinjau dari tinggi
dengan tinggi gelombang pecah sebesar ombak, pulau Dutungan memungkinkan
8,48 cm. Sedangkan pada sore hari tinggi untuk dijadikan sebagai lokasi wisata
gelombang signifikannya adalah 34,25 cm pantai, sebagaimana dikatakan oleh Purbani
dengan tinggi gelombang sebesar 23,63 cm. (1998), bahwa lokasi perairan dengan
Pengukuran pada stasiun 4, tinggi gelombang laut yang tenang (kecepatan
gelombang signifikannya adalah 9,53 cm arus < 0,20 meter) merupakan daerah yang
dan tinggi gelombang pecah sebesar 6,58 sesuai untuk dijadikan tempat wisata
cm pada pagi hari. Pada siang hari tinggi pantai.
gelombang signifikannya adalah 6 cm
dengan tinggi gelombang pecah sebesar 6,3 KESIMPULAN DAN SARAN
cm. Sedangkan pada sore hari tinggi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gelombang signifikannya adalah 30 cm
tipe atau jenis pasut yang terdapat di Pulau
dengan tinggi gelombang sebesar 19,20 cm.
Dutungan adalah pasang surut tipe
Tinggi gelombang signifikan dan
campuran condong ke harian tunggal
tinggi gelombang pecah yang paling tinggi
(mixed tide prevailing diurnal) dalam satu
rata-rata terjadi pada sore hari. Hal ini
hari terjadi satu kali air pasang dan satu
disebabkan oleh faktor angin yang
kali air surut tetapi kadang-kadang untuk
berhembus dengan kecepatan yang lebih
sementara waktu terjadi dua kali pasang
besar yang menjadi pembangkit
dan dua kali surut dengan tinggi dan
gelombang, serta adanya pasang surut air
periode yang sangat berbeda. Tinggi
laut. Gelombang menjadi lebih tinggi
gelombang signifikan (47,94 cm) dan
ketika permukaan laut menuju pasang naik
25
Hasriyanti (2015)
tinggi gelombang pecah (9,86 cm) yang Hasriyanti. 2010. Kesesuaian Lahan Wisata
paling tinggi rata-rata terjadi pada sore hari. Pantai Melalui Parameter Oseanografi
Hal ini disebabkan oleh faktor angin yang Fisika di Pulau Samalona Makassar
berhembus dengan kecepatan yang lebih Sulawesi Selatan. Jurnal MIPA dan
Pembelajarannya. 5(3).
besar yang menjadi pembangkit
Hasriyanti dan Hallaf A. 2012. Penuntun
gelombang, serta adanya pasang surut air
Praktikum: Analisis Jenis Butir Sedimen
laut. Gelombang menjadi lebih tinggi Dasar Laut. Makassar: Jurusan Geografi
ketika permukaan laut menuju pasang naik FMIPA Universitas Negeri Makassar.
pada malam hari. Selain itu, bentuk Hutabarat S dan Stewart M, Evans. 1984.
topografi dasar perairan juga sangat Pengantar Oseanografi. Jakarta:
menentukan tinggi gelombang air laut yang Universitas Indonesia Press.
terbentuk. Berdasarkan hasil penelitian Hutabarat, Sahala dan Evans. 2000. Pengantar
tersebut, diharapkan dapat menjadi Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas
rekomendasi bagi pengambil kebijakan Indonesia.
untuk lebih mengembangkan potensi pulau James WN. 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologi. Jakarta: Djambatan.
Dutungan sebagai daerah tujuan wisata
Kramadibrata S. 1985. Perencanaan
pantai dan wisata bahari di salah satu
Pelabuhan. Bandung: Ganesa Exact.
kepulauan di gugusan Kepulauan Horikawa K (Ed.). 1988. Nearshore Dynamics
Sangkaran Kabupaten Barru. and Coastal Process. Theory,
measurement and predictive model.
DAFTAR PUSTAKA Tokyo: University of Tokyo Press.
Wyrtki K. 1961. Naga Report 2. Scripps Inst.
Afrianto dan Liviawati, 1989. Beberapa
of Oceanogr. 195.
Metode Budidaya Ikan. Penerbit
Nontji A, 1987. Laut Nusantara. Jakarta:
Kanisius.Yogyakarta.
Djambatan.
Dahuri R, Rais J, Ginting SP, Sitepu MJ. 1996.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut; Suatu
Pengelolaan SumberdayaWilayah Pesisir
Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Pradnya Paramitha.
Ongkosongo dan Suyarso, 1989. Pasang Surut.
Gossary B. 2002. Skripsi Komposisi Jenis
Jakarta: Pusat Penelitian dan
Fitoplankton Berbahaya di Sekitar
Pengembagan Oseanologi LIPI.
Pelabuhan Soekarno Hatta. Makassar:
Pratikno WA, Armono HD, Suntoyo. 1997.
Universitas Hasanuddin.
Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut.
Hadikusumah. 1999. Prosiding Pertemuan
Yogyakarta: BPFE.
Ilmiah Tahunan (PIT) XVI Himpunan
Sulistijo, Atmadja, Kadi A, Rachmaniar. 1996.
Ahli Teknik Hidraulik Indonesia
Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut
(HATHI). Bengkulu, Indonesia, p.488.
Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi-
Haruna M dan Kaharuddin. 1991. Geologi
LIPI.
Laut. Bidang Penerbitan Tektonika
Himpunan Mahasiswa Geologi. Makassar:
Fakultas Teknik UNHAS.
26
Tipe Gelombang dan Pasang Surut Kabupaten Barru
Hadi S. 1995. Pemodelan arus perairan pantai Yasir B, Acmad. 2006. Pengantar Fisika
yang ditimbulkan gelombang laut. Osenografi. Makassar: Universitas
Laporan akhir hibah II/2 Tahun Hasanuddin.
1994/1995.
Triatmojo B. 1999. Tehnik Pantai. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
27