Sunteți pe pagina 1din 17

Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

PERJANJIAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA DENGAN POLA (BOT)


BUILD OPERATE TRANSFER DALAM PEMBANGUNAN JALAN TOL (Studi
Pembangunan Jalan Tol Semarang-Solo)
Ikka Puspitasari1, Budi Santoso2
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jl. Imam Bardjo, S.H. No. 1-3, Kampus Pleburan, Semarang 50241
ikkapuspitasari@gmail.com

ABSTRACT

The procurement of infrastructure required huge funds. Over time, a cooperative agreement between
the government and the private sector is required, namely the Build Operate Transfer (BOT) is a
concept, whereby the project is built at full cost from private companies, some private companies, or
cooperation with SOEs. This research uses empirical juridical approach method. The Juridical Empirical
approach method aims to describe systematically against the object of research which shows how about
government cooperation agreement with private. Based on research conducted that the agreement of
government and private cooperation in the pattern of build operate and transfer (BOT). Government in
this case done by Toll Road Enterprises has done the obligation by providing facilities in the form of land
while the party in this case PT. Trans Marga Jateng is a Toll Road Concession Company based on Toll
Road Concession Agreement (PPJT) of PT. Trans Marga Jateng performs its obligations in the form of
build and performs Funding Planning, Technical Planning, Technical Implementation, Construction
Implementation, Operation, And Maintenance of Toll Road for economic value (operation). End of the
agreement for 45 years, then the land and the building is returned to the Government.

Keywords : Agreement; Cooperation; Toll Road Concession

ABSTRAK
Pengadaan infrastruktur itu dibutuhkan dana yang sangat besar. Seiring dengan berjalannya waktu
perlu diadakan perjanjian kerjasama antara pemerintah dengan swasta, yakni dengan melakukan
perjanjian Build Operate Transfer (BOT) merupakan suatu konsep, dimana proyek dibangun atas biaya
sepenuhnya dari perusahaan swasta, beberapa perusahaan swasta, ataupun kerjasama dengan
BUMN.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat yuridis empiris. Metode
pendekatan Yuridis Empiris bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik terhadap objek
penelitian yang menunjukkan bagaimana tentang perjanjian kerjasama pemerintah dengan swasta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa Perjanjian kerja sama pemerintah dan swasta dalam pola
build operate and transfer (BOT). Pemerintah dalam hal ini dilakukan oleh Badan Usaha Pengusahaan
Jalan Tol telah melakukan kewajiban dengan menyediakan fasilitas berupa lahan sedangkan pihak
dalam hal ini PT. Trans Marga Jateng adalah sebagai Perusahaan Pengusahaan Jalan Tol berdasarkan
Perjanjian Penguasahaan Jalan Tol (PPJT) PT. Trans Marga Jateng melakukan kewajibannya berupa

1MahasiswaProgram Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro


2
Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro
57
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

pembangunan (build) dan melakukan Perencanaan Pendanaan, Perencanaan Teknik, Pelaksanaan


Teknik, Pelaksanaan Kontruksi, Pengoperasian, Dan Pemeliharaan Jalan Tol agar bernilai ekonomi
(operation). Berakhir perjanjian selama 45 tahun, maka tanah dan gedungnya dikembalikan kepada
Pemerintah.

Kata Kunci: Perjanjian; Kerja sama; Pengusahaan Jalan tol

A. PENDAHULUAN BOO (Build Operate Own), BROT (Build Rent


1. Latar Belakang Operate Transfer), KSO (Kerjasama Operasi atau
Meningkatnya proses modernisasi Joint Operation), usaha patungan, ruislag
sebagai akibat ditemukannya alat-alat merupakan fenomena baru tidak saja bagi
komunikasi, transportasi dan informatika telah kalangan akademis, tetapi juga para praktisi,
memberikan makna yang cukup besar bagi instansi pemerintah, lawyer, kalangan lembaga
negara-negara di dunia (Susilowati, 2007, 1). keuangan, notaris dan lain-lain (Prabawa, 2013 :
Pembangunan mempunyai banyak aspek dan 2).
dimensi, seperti politik, ekonomi, sosial, hukum, Seiring dengan berjalannya waktu perlu
dan budaya, dan pertahanan keamanan diadakan perjanjian kerjasama antara pemerintah
(Sidabalok, 2012 : 34). Indonesia sebagai negara dengan swasta, yakni dengan melakukan
yang berkembang, mempunyai keinginan yang perjanjian Build Operate Transfer (BOT)
kuat untuk melakukan pembangunan merupakan suatu konsep dimana proyek
ekonominya. Indonesia sebagai suatu negara dibangun atas biaya sepenuhnya dari perusahaan
berkembang perlu adanya suatu pembangunan swasta, beberapa perusahaan swasta, ataupun
sarana dan prasarana untuk kepentingan umum kerjasama dengan BUMN (Adha, 2011 : 549).
(infrastruktur) dari berbagai aspek kehidupan. Setelah dibangun, dioperasikan oleh kontraktor
Pengadaan infrastruktur itu dibutuhkan dan setelah tahapan pengoperasian selesai
dana yang sangat besar, yang akan terasa berat sebagaimana ditentukan dalam perjanjian Build
apabila hanya dibebankan pada Anggaran Operate Transfer (BOT), kemudian dilakukan
Pendapatan dan Belanja Negara dan Daerah pengalihan proyek kepada pemerintah selaku
(APBN dan APBD). Partisipasi swasta dalam pemilik proyek.
pengadaan proyek infrastruktur tersebut tentunya Bagi para pihak yang membuat
merupakan hal yang baru di Indonesia (Vita kerjasama, baik pemerintah daerah maupun pihak
Justisia, 2015 : 74). Pola-pola seperti penerbitan investor atau pemodal, mekanisme kerjasama
obligasi daerah, BOT (Build Operate Transfer), Build Operate Transfer (BOT) yang dipilih sangat
58
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sejalan dan ideal oleh karena sangat banyak fundamental dalam sebuah kerjasama. kerjasama
potensi lahan-lahan strategis yang belum itu melibatkan kepentingan umum yang dalam hal
diberdayakan secara optimal yang dapat ini melibatkan pemerintah sebagai penyelenggara
dikembangkan dalam bentuk kerja sama negara dan swasta sebagai investor dalam
investasi. Kerja sama melalui mekanisme Build menyediakan jasa khususnya pembangunan
Operate Transfer (BOT) berdasarkan penilaian infrastruktur yang dibangun berdasarkan
Pemerintah adalah solusi paling tepat untuk perjanjian kerja sama dengan menggunakan
mendapatkan kesepakatan saling khususnya pola Build Operate Transfer (BOT)
menguntungkan karena sebagai pemilik modal, (Kamilah, 2014 : 4).
investor tidak memiliki lahan yang berada di 2. Permasalahan
daerah-daerah strategis yang merupakan salah Berdasarkan uraian latar belakang
satu faktor penting pengembangan usaha tersebut dapat dikemukakan beberapa
mereka. permasalahan yang perlu untuk dikaji, yaitu:
Salah satu alternatif yang sering 1) Bagaimana tahapan-tahapan yang terjadi
digunakan adalah dengan Perjanjian yang dibuat dalam perjanjian kerjasama pemerintah dan
dalam Build Operate Transfer (BOT) merupakan swasta dengan pola (BOT) Build Operate
suatu pengikat antara para pihak untuk Transfer dalam pembangunan jalan tol
melakukan kerja sama yang menimbulkan Semarang–Solo?
hubungan hukum (Bakri,Khaderi, & Sukor, 2009 : 2) Apakah pemerintah dapat digugat apabila
2-3). Isi perjanjian Build Operate Transfer (BOT) terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh
terdapat prestasi yang telah disepakati, yang pemerintah dalam perjanjian kerjasama
dimana salah satu pihak berhak atas prestasi dan pemerintah dan swasta dengan pola (BOT)
pihak lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi Build Operate Transfer dalam pembangunan
(Thamrin, 2017 : 117). jalan tol Semarang-Solo?
Keppres No.7 tahun 1998 dan Keppres 3. Tujuan Penulisan
No. 81 tahun 2001 dapat disimpulkan bahwa Perumusan tujuan penelitian merupakan
perjanjian kerjasama pemerintah dengan badan pencerminan arah dan penjabaran strategi
usaha swasta ditindaklanjuti dengan perjanjian- terhadap masalah yang muncul dalam penulisan.
perjanjian tertentu sesuai dengan kebutuhan Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus
karakternya (Simamora, 2009 : 58). kajian penelitian ini, maka tujuan yang ingin
Pelaksanaannya kontrak merupakan bagian dicapai adalah :
59
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

1) Mengerti tahapan-tahapan yang terjadi selalu berinteraksi dan berhubungan dengan


dalam perjanjian kerjasama pemerintah dan aspek seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya.
swasta dengan pola (BOT) Build Operate Pendekatan empiris lebih menekankan
Transfer dalam pembangunan jalan tol penelitian yang bertujuan memperoleh
Semarang-Solo. pengetahuan empiris dengan jalan melihat
2) Mengerti apakah pemerintah dapat digugat langsung ke objeknya. Metode penelitian yang
apabila terjadi wanprestasi yang dilakukan akan digunakan adalah mengunakan metode
oleh pemerintah dalam perjanjian kerjasama deskriptif analitif berdasarkan kondisi eksisting
pemerintah dan swasta dengan pola (BOT) dan perangkat kebijakan maupun peraturan
Build Operate Transfer dalam pembangunan perundang-undangan dan hukum mengenai
jalan tol Semarang-Solo. perjanjian.
4. Metode Penelitian B. PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode 1. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Kontrak
pendekatan yang bersifat yuridis empiris. Yuridis Kerjasama dengan Sistem Bangun Guna
empiris adalah mengidentifikasi dan Serah / Build Operate Transfer (BOT)
mengkonsepsikan hukum sebagai institusi sosial dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan
yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan Tol Semarang- Solo.
yang mempol. Metode pendekatan Yuridis a. Gambaran Umum PT. Jasa Marga
Empiris bertujuan untuk menggambarkan secara menjadi PT. Trans Marga Jateng
sistematik terhadap objek penelitian yang Pada tahun 2005 PT Jasa Marga
menunjukkan bagaimana tentang perjanjian (persero) Tbk. mendapatkan Hak Pengusahaan
kerjasama pemerintah dengan swasta. Jalan Tol Semarang Solo dari Badan Pengatur
Pendekatan secara yuridis dalam penelitian ini Jalan Tol (BPJT). PT Jasa Marga (persero) Tbk.
adalah pendekatan dari segi peraturan bersama dengan PT Sarana Pembangunan Jawa
perundang-undangan dan norma-norma hukum Tengah (PT SPJT) yang merupakan BUMD
yang sesuai dengan permasalahan yang ada, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah membentuk
sedangkan pendekatan empiris adalah perusahaan gabungan yang bernama PT Trans
pendekatan yang digunakan untuk menganalisa Marga Jateng yang merupakan perusahaan
hukum bukan sebagai seperangkat aturan swasta untuk melaksanakan pengelolaan Jalan
perundang-undangan yang bersifat empiris, akan Tol Semarang-Solo yang berdiri tanggal 7 Juli
tetapi hukum dilihat sebagai perilaku masyarakat, 2007. Sahamnya dimiliki oleh PT Jasa Marga
60
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(Persero) Tbk. sebesar 58,91%, PT Astratel dan ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Nusantara (ASTRA Infra) sebesar 40%, dan PT Pekerjaan Umum No.295/PRT/M/2005 tentang
Sarana Pembargunan Jawa Tengah (PT SPJT) Badan Pengatur Jalan Tol. Terkait dengan
sebesar 1,09%. PT SPJT merupakan Badan wewenang pengusahaan, BPJT berusaha
Usaha Milik Daerah Pemerintah Provinsi Jawa mendorong keterlibatan Badan Usaha dan
Tengah, sedangkan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Pemerintah Daerah dalam percepatan
merupakan perusahaan publik yang telah pembangunan jalan tol
berpengalaman dalam mengelola ratusan (http://bpjt.pu.go.id/konten/bpjt/sekilas-bpjt).
kilometer Jalan Tol di Indonesia dan di Luar Mulai tahun 1987 swasta mulai ikut
Negeri. PT Trans Marga Jateng Terbentuk, berpartisipasi dalam investasi jalan tol sebagai
kemudian Hak Pengusahaan Jalan Tol Semarang operator jalan tol dengan menanda tangani
Solo yang semula dipegang oleh PT Jasa Marga perjanjian kuasa pengusahaan (PKP) dengan PT
kemudian dialihkan kepada PT. Trans Marga Jasa Marga. Tahun 2007, 553 km jalan tol telah
Jateng Pengelolaan Jalan Tol meliputi dibangun dan dioperasikan di Indonesia. Total
perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan panjang tersebut 418 km jalan tol dioperasikan
pengoperasian jalan tol, sedangkan pembebasan oleh PT Jasa Marga dan 135 km sisanya
tanah dilaksanakan oleh Pemerintah dalam hal ini dioperasikan oleh swasta lain.
oleh Departemen Pekerjaan Umum yang Pada periode 1995 hingga 1997
kemudian membentuk Tim Pengadaan Tanah dilakukan upaya percepatan pembangunan jalan
(TPT). tol melalui tender 19 ruas jalan tol sepanjang 762
(http://www.transmargajateng.co.id/sejarah.php). km. Upaya ini terhenti akibat adanya krisis
b. Gambaran umum Badan Pengatur moneter pada Juli 1997 yang mengakibatkan
Jalan Tol (BPJT) pemerintah harus menunda program
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah pembangunan jalan tol dengan dikeluarkannya
badan yang berwenang untuk melaksanakan Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1997. Akibat
sebagian penyelenggaraan jalan tol meliputi penundaan tersebut pembangunan jalan tol di
pengaturan, pengusahaan dan pengawasan Indonesia mengalami stagnansi, terbukti dengan
Badan Usaha Jalan Tol. Keberadaan BPJT hanya terbangunnya 13,30 km jalan tol pada
diamanatkan oleh Undang-undang No. 38 tahun periode 1997-2001. Pada tahun 1998 Pemerintah
2004 tentang Jalan, diatur dalam Peraturan mengeluarkan Keputusan Presiden No.7/1998
Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol
61
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

tentang Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam c. Tahapan-Tahapan Pengusahaan Jalan


penyediaan Infrastruktur. Tol
Tahun 2002 Pemerintah mengeluarkan Pengembangan jaringan jalan tol tidak
Keputusan Presiden No. 15 Tahun 2002 tentang dapat diwujudkan oleh Badan Usaha, Pemerintah
penerusan proyek-proyek infrastruktur. dapat mengambil langkah sesuai
Pemerintah juga melakukan evaluasi dan kewenangannya, yaitu dengan melaksanakan
penerusan terhadap pengusahaan proyel-proyek pembangunan jalan tol sebagian atau seluruhnya
jalan tol yang tertunda. Mulai dari tahun 2001 yang pengoperasiannya dilakukan oleh swasta
sampai dengan tahun 2004 terbangun 4 ruas Penyelenggaraan pembangunan jalan
jalan dengan panjang total 41,80 km. tol hak pengelolaan jalan tol sebelumnya
Pada tahun 2004 diterbitkan Undang- dilaksanakan oleh PT. Jasa Marga (Persero) Tbk
Undang No.38 tahun 2004 tentang Jalan yang dengan bekerjasama dengan BPJT sebagai
mengamanatkan pembentukan BPJT sebagai regulator dan penyelenggara jalan tol tersebut
pengganti peran regulator yang selama ini dilakukan. Hak Pengusahaan Jalan Tol
dipegang oleh PT Jasa Marga. Proses Semarang-Solo yang semula dipegang oleh PT
pembangunan jalan tol kembali memasuki fase Jasa Marga (Persero) Tbk, yang kemudian
percepatan mulai tahun 2005. Pada 29 Juni 2005 dialihkan kepada PT. Trans Marga Jateng (TMJ).
dibentuk Badan Pengatur Jalan Tol sebagai Pengelolaan Jalan Tol meliputi perencanaan,
regulator jalan tol di Indonesia. Penerusan pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian jalan
terhadap 19 proyek jalan tol yang tol, sejak dibentuknya tahun 2005 dan
pembangunannya ditunda pada tahun 1997 ditugaskannya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
kembali dilakukan. oleh pemerintah pada tahun 2005 sebagai
Di masa yang akan datang pemerintah regulator dalam penyelenggaraan pelayanan
akan mendanai pembangunan jalan tol dengan Jalan Tol di Indonesia.
menggunakan tiga pendekatan yaitu pembiayaan Kewenangan Badan Pengatur Jalan Tol
penuh oleh swasta, program kerja sama swasta- (BPJT) sebagai regulator penyelenggaraan
publik (Public Private Partnership/PPP) serta pelayanan jalan tol di Indonesia juga berpengaruh
pembiayaan pembangunan oleh Pemerintah pada pembangunan Jalan Tol Semarang –Solo,
dengan operasi-pemeliharaan oleh swasta karena pihak swasta dalam Perjanjian
(http://bpjt.pu.go.id/konten/jalan-tol/sejarah). Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) Jalan Tol
Semarang-Solo yang telah disepakati
62
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sebelumnya, mengalami beberapa perubahan Berrdasarkan perjanjian pengusahaan


pada isi perjanjiannya. Perubahan tersebut salah jalan tol ruas Semarang-Solo Nomor:
satunya yaitu perubahan pihak swasta dalam 269/PPJT/XII/Mn/2006 pada tanggal 15
kemitraan pemerintahdan swasta, yang Desember 2006 yang berdasarkan Undang-
sebelumnya hanya oleh PT. Jasa Marga Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Tol,
(Persero) Tbk diganti melalui penunjukkan oleh Pengusahaan Jalan Tol mengadakan perjanjian
pemerintah menjadi PT. Trans Marga Jateng dengan Pemerintah dan Peraturan Pemerintah
sebagai pihak swasta dalam kemitraan No.15 Tahun 2005 Tentang Jalan Tol, Menteri
pemerintah dan swasta tersebut. Penunjukan atas nama berwenang mengadakan perjanjian
kepada PT. Trans Marga Jateng sebagai pihak dengan pengusahaan jalan tol. PT. Trans Marga
swasta dalam kemitraan ini merupakan Jateng memperoleh hak pengelolaan jalan tol
perusahaan patungan antara BUMN yaitu PT. Semarang-Solo dari pemerintah melalui Badan
Jasa Marga (persero) Tbk. dan BUMD yaitu PT. Pengatur Jalan Tol (BPJT) oleh Depertemen
Sarana Pembangunan Jawa Tengah. Pekerjaan Umum selama masa konsensi 45
Perubahan pihak swasta dalam kemitraan tahun. Hak pengelolaan Jalan Tol tersebut
pemerintah dan swasta tersebut disepakati pada diperoleh melalui pengalihan hak dari Jasa Marga
tahun 2012 melalui penandatangan oleh kedua (Persero) pada tanggal 3 Desember 2008 nomor
belah pihak dalam kemitraan pemerintah dan 4. Pengalihan hak pengelolaan tersebut diikuti
swasta pada Perjanjian Pengalihan Jalan Tol dengan adanya beberapa perubahan PPJT
(PPJT) Pengalihan Jalan Tol Semarang – Solo dengan Amandemen I sebagaimana tertuang
yang mengalami beberapa perubahan isi dalam dalam akta tanggal 14-11-2008 (empat belas
PPJT, salah satunya penggantian pihak swasta November dua ribu delapan) No. 9 bahwa
dalam kemitraan pemerintah dan swasta yaitu PT. berdasarkan akta tanggal 3 Desember 2008
Trans Marga Jateng (TMJ) serta perubahan PT. nomor 4, PT. Jasa Marga (Persero), Tbk. Telah
Trans Marga Jateng (TMJ) sebagai badan usaha mengalihkan Pengusahaan Jalan Tol Semarang-
pengelola dan pengoperasi Jalan Tol Semarang– Solo kepada PT. Trans Marga Jateng. PPJT
Solo. Sebelumnya diatur dalam akta Pendirian diubah dengan Amandemen II sebagaimana yang
Perseroan Terbatas PT. Trans Marga Jateng tertuang dalam akta tanggal 03-12-2008 (tiga
pada Tanggal 07-07-2007 (Tujuh Juli Dua Ribu desember dua ribu delapan) Nomor 6 dan
Tujuh) Nomor 27. kemudian diubah pada Amandemen III
sebagaimana tertuang dalam dalam akta tanggal
63
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

11-09-2009 (sebelas September dua ribu Jalan Tol Ruas Semarang-Solo Nomor
sembilan) nomor 15, serta terakhir dengan BA.142/BPJT/P/Hk 02.03.2012 tanggal 01-03-
amandemen IV sebagaimana tertuang dalam akta 2012 tentang evaluasi ulang syarat-syarat dan
tanggal 20-10-2010 (dua puluh oktober dua ribu ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pertama
sepuluh) nomor 17. sebagaimana tertuang dalam perjanjian pertama
Berdasarkan pengelolaan pengusahaan dan setuju untuk mengubah dan menyatakan
jalan tol tersebut, dalam hal pengalihan hak kembali Perjanjian pertama sebagaimana
pertanggung jawaban PT. Jasa Marga (Persero) tertuang dalam perjanjian ini. Para pihak sepakat
Tbk, juga ikut berpindah kepada PT. Trans Marga untuk mengubah secara keseluruhan dan
Jateng yang kemudian berkedudukan sebagai menyatakan kembali sesuai dengan kesepakatan
Badan Usaha Jalan Tol bedasarkan dalam perjanjian ini. Para pihak sepakat yang
Pengusahaan Jalan Tol. Adanya pengalihan hak sepakat dengan ini melangsungkan perjanjian
pengelolaan jalan tol tersebut, berdasarkan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dan Peraturan
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan
tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Tol tersebut.
dengan badan usaha dalam penyediaan Pasal 2.2 Perjanjian Pengusahaan Jalan
infrastruktur, Jalan Tol Semarang-Solo perlu Tol yang dalam hal ini Lingkup Pengusahaan
dilakukan evaluasi. Evaluasi tersebut yang diatur Jalan Tol harus bertanggung jawab untuk
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor pengusahaan jalan tol, yang meliputi Pendanaan,
06/PRT/M/2010 tentang Pedoman Evaluasi Perencana Tehnik, Kontruksi, Pengoperasian dan
Penerusan Pengusahaan Jalan Tol, Jalan Tol Pemeliharaan sesuai pada ketentuan dalam
Semarang-Solo telah dievaluasi dengan hasil Perjanjian dan Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana tercantum dalam Beriata Acara diuraikan sebagai berikut :
Hasil Evaluasi Penerusan Pengusahaan Jalan Tol a. Pendanaan
Ruas Semarang-Solo Nomor Pendanaan terdapat dalam Pasal 5 pada PPJT
BA.139/BPJT/pt/Hk.2.13/2012 tanggal 29-02-2012 yang berisi sebagai berikut:
(dua puluh Sembilan februari dua ribu dua belas), 5.1. Perusahaan Jalan Tol wajib mencapai
perihal penerusan pengusahaan jalan tol ruas Financial Close dalam jangka waktu selambat-
Semarang-Solo. Berdasarkan Berita Acara lambatnya 6 (enam) bulan sejak Tanggal Efektif.
Kesepakatan tentang Penerusan Pengusahaan Perusahaan Jalan Tol harus menyerahkan salinan
64
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Perjanjian Peminjaman yang sah kepada 6.1.2. Rencana Teknik Akhir disusun dengan
Pemerintah tanpa mengenakan biaya kepada melakukan optimalisasi dan toleransi pada kriteria
Pemerintah, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari desain dengan ketentuan tetap layak sebagai
sejak tercapainya Financial Close. jalan Tol.
5.2. sepengetahuan pemerintah, Perusahaan 6.1.3. Perusahaan Jalan Tol diperbolehkan untuk
Jalan Tol dan pemberi pinjaman dapat membuka menyampaikan kepada BPJT usulan tertulis yang
rekening khusus untuk menyimpan dana, yang (menurut pendapatan Perusahaan Jalan Tol)
diperoleh dari modal Perusahaan Jalan Tol akan, jika dipergunakan, mempercepat
dan/atau dari pinjaman dan penugasan pihak penyelesaian atau memperbaiki suatu kesalahan
ketiga untuk menjadi pemeriksa teknis pada rencana teknik atau dilain pihak dapat
independen (Independent Checking Engineer) menguntungkan Pemerintah.
yang berwenang untuk memeriksa penggunaan c. Kontruksi Jalan Tol
dana dalam rekening tersebut untuk Kontruksi. Pada PPJT tertuang Kontruksi Jalan Tol yang
b. Perencanaan Teknik diatur dalam pasal 7 yaitu :
Pada PPJT tertuang perencanaan teknik yang 7.1 Permulaan Dan Penyelesaian Pelaksanaan
diatur dalam pasal 6 yaitu : Kontruksi BPJT akan memberikan SPMK kepada
6.1. Perencanaan Teknik Akhir Perusahaan Jalan Tol dalam jangka waktu 7
6.1.1.Perusahaan Jalan tol harus memiliki (tujuh) hari setelah Pengadaan Tanah suatu seksi
Perencanaan Teknik pada saat Pengadaan atau Jalan Tol selesai dan siserahterimakan oleh
Tanah dimulai. Kecuali jika Perusahaan Jalan Tol BPJT kepada Perusahaan Jalan Tol. Perusahaan
menerima penolakan tertulis dari BPJT dalam Jalan Tol wajib memulai Kontruksi paling lambat
Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak buktii 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SPMK
penyerahan Rencana Teknik Akhir, maka baik untuk suatu seksi atau Jalan Tol dan
Rencana teknik Akhir dapat dianggap telah menyelesaikan kontruksi tersebut sesuai dengan
disetujui. BPJT mempunyai waktu 30 (tiga puluh) jadwal. Diperlukan percepatan pembangunan Tol
hari untuk menolak setiap penyerahan kembali ruas Bawen-Solo, pemerintah mempunyai hak
Rencana Teknik Akhir. Tanpa pengecualian, untuk memerintahkan Perusahaan jalan tol Ruas
Perusahaan Jalan Tol harus menyelesaikan Bawen-Solo kepada Perusahaan Jalan tol akan
Rencana Teknik Akhir dalam jangka waktu 12 diberikan kompensasi.
(dua belas) bulan sejak Perencanaan Teknik
dimulai dengan rencana Bisnis.
65
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

d. Pengoperasian Jalan Tol operator dimana hanya menghubungkan antara


Dalam PPJT tertuang Pengoperasian Badan Pengatur Jalan Tol yang berada diatas PT.
Jalan Tol yang diatur dalam pasal 10 yaitu : Trans Marga Jateng (BUJT) dengan kontraktor
10. 1 Awal Pengoperasian utama Pemenang tender yang dalam hal ini
Perusahaan Jalan Tol dapat memulai pemenang tender adalah PT. Jasa Marga
Pengoperasian suatu Seksi atau Jalan Tol setiap (Persero) melalui pelelangan dalam pengusahaan
saat setelah diterbitkannya Sertifkat Laik Jalan Tol tersebut sebagaimana disebutkan
Operasi.Pengoperasian Seksi atau Jalan Tol dalam pasal 22 ayat 2 Jo. Pasal 55-57 Peraturan
tersebut harus dibebaskan dari Tol sampai Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005. Kontraktor
dengan Menteri mengeluarkan Penetapan tersebut yang hampir sebagian besar melakukan
Pengoperasian.Menteri harus menerbitkan pengerjaan dalam pembangunan jalan tol selama
Penetapan Pengoperasian dalam jangka waktu dalam waktu konsesi yaitu jangka waktu
30 (tiga puluh) hari setelah diterbitkannya pengusahaan jalan tol sesuai dengan berita acara
Sertifikat Laik Operasi. terhitung sejak tanggak penerbitan surat
PT. Trans Marga Jateng adalah selaku Pemerintah Mulai Kerja.
Badan Usaha Pengelolaan Jalan tol yang dalam Dalam tahap penyerahan kembali Batas
hal ini bertanggung jawab kepada pemerintah yan waktu perjanjian build operate and transfer (BOT)
berdasarkan pasal 3 ayat 1 dalam Undang- tidak ditentukan secara baku di dalam ketentuan
Undang Nomor 15 tahun 2005 tentang jalan yang Undang-undang. Setelah masa konsesi berakhir
menyebutkan dimana kewenangan yakni selama 45 Tahun Jalan Tol Semarang–Solo
penyelenggaran jalan tol berada ditangan yang hal ini terdapat pada Perjanjian
pemerintah dan Kementerian Pekerjaan Umum Pengusahaan Jalan Tol.
selaku Badan Pengatur Jalan Tol. Sebagaimana Selama masa konsesi, BPJT berhak
disebutkan dalam pasal 45 ayat 4 Undang- untuk melakukan pengawasan dan pengusahaan
undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang jalan tol jalan tol yang antara lain meliputi aspek teknis
dimana Badan Pengatur Jalan Tol dibentuk oleh dan pengoperasian.
Menteri, berada dibawah dan bertanggung Berdasarkan dengan hasil penelitian yang
jawaban kepada Menteri. berdasarkan Perjanjian telah disesuaikan dengan perjanjian
Pengusahaan Jalan Tol didalamnya juga Pengusahaan Jalan Tol PT. Trans Marga Jateng
mengatur bagaimana tanggung jawab PT.Trans yang bertanggung jawab penuh dalam
Marga Jateng yang berperan sebagai perusahaan pengelolaan pengusahaan jalan tol yang
66
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

berdasarkan dengan ketentuan perundang- memiliki hubungan hukum dengan pemberi


undangan dalam Pasal 8 bagian kelima Peraturan konsesi yang dalam hal ini Kementerian
Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 dan ketentuan Pekerjaan Umum dengan kontraktor pemegang
yang berlaku berdasarkan pasal 10 Ayat 2 point 1 tender yang penetapannya telah disepakati
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol. bersama sebelum proyek pengusahaan jalan tol
Di Indonesia belum ada peraturan khusus ini dilakukan.
tentang perjanjian Build Operate Transfer yang 2. Hak gugat Pemerintah apabila terjadi
dalam hal ini diatur dalam Perjanjian wanprestasi dalam perjanjian kerjasama
pemerintah dan swasta dengan pola
Pengusahaan Jalan Tol Semarang-Solo
(BOT) Build Operate Transfer dalam
begitupun yang mengatur tentang kerja sama pembangunan jalan tol
pihak swasta dengan Pemerintah khusus dalam Kontraktualisasi membawa implikasi
pembangunan konstruksi. Hanya ada dalam kontrak yang dibuat oleh pemerintah sebagai
Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 dan kontrak publik. Kontrak publik merupakan kontrak

Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2015 dan yang didalamnya terkandung hukum publik

beberapa ketentuan hukum lainnya yang karena salah satu pihak bertindak sebagai

menyinggung sedikit tentang perjanjian Perjanjian penguasa (pemerintah). Perikatan akan

Pengusahaan Jalan Tol ini. Sesuai dengan asas menimbulkan hak dan kewajiban. Demikian pula

konsensualisme dan asas kebebasan berkontrak dalam perikatan yang dibentuk oleh pemerintah

sebagai acuan lahirnya perjanjian pada seperti dalam kontrak BOT akan timbul hak dan

tercapainya kesepakatan atau persetujuan antara kewajiban.


kedua belah pihak mengenai hal-hal pokok yang Alasan mengapa kontrak pemerintah

menjadi obyek perjanjian, dan sepakat adalah disebut didalam Perjanjian Pengusahaan Jalan

segala sesuatu hal yang harus berdasarkan Tol wanprestasi atau cidera janji atau para pihak

persesuaian kehendak dari kedua pihak tersebut. tidak melaksanakan prestasinya dinyatakan

Apa yang dikehendaki oleh yang satu adalah juga wanprestasi yaitu apabila ternyata pihak kedua

dikehendaki oleh pihak lain, meskipun secara dalam waktu 90 (sembilan puluh) atau jangka

sejurusan tetapi secara timbal balik, kedua waktu tambahan lainnya sebagaimana ditentukan

kehendak tersebut bertemu satu sama lain. pemerintah, maka pemerintah berhak setiap saat
Perjanjian pengusahaan jalan tol tersebut mengakhiri perjanjian setelah menyampaikan
disebutkan bahwa PT. Trans Marga Jateng selaku pemberitahuan tertulis kepada Perusahaan Jalan

perusahaan pengengelolaan jalan tol hanya Tol.

67
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Wanpretasi atau cidera diatur dalam pengusahaan jalan tol tanpa persetujuan
perjanjian Kesepakatan yang diatur dalam tertulis pemerintah terlebih dahulu.
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol adalah sebagai Terjadinya wanprestasi atau ingkar janji
berikut Apabila : tersebut diatas maka pemerintah dapat
a. Perusahaan jalan tol mengalihkan atau mengambil tindakan yang telah diatur dalam
memberikan seluruh atau sebagian haknya PPJT pada pasal 13.4.3 Tindak lanjut
dalam perjanjian ini terkecuali sehubungan pengakhiran yakni mengambilalih dan
dengan pengalihan atau pemberian hak meneruskan Pengusahaan Jalan Tol dan
berdasarkan perjanjian ini. melakukan lelang atas Jalan tol yang bertujuan
b. Perusahaan jalan tol dinyatakan bubar untuk Kontruksi, Pemeliharaan, dan/atau
berdasarkan keputusan rapat umum pengoperasian, dan BPJT berhak mengambil alih
pemegang saham perusahaan jalan atau Pengusahaan Jalan Tol sementara sebelum
c. Perusahaan jalan tol dinyatakan pailit atau perusahan jalan tol baru ditetapkan.
insolven, atau Hubungannya hukum PT. Trans Marga
d. Perusahaan jalan tol mengajukan Jateng selaku perusahaan yang mengoperasikan
permohonan pailit atau insolven atau dalam Pengusahaan Jalan Tol tersebut hanya
e. Perusahaan jalan tol mengubah maksud dan mempunyai wewenang pengoperasian kepada
tujuannya dalam anggaran dasar peruahaan kontraktor utama pemenang tender.
jalan tol yang tidak sesuai dengan maksud PT. Trans Marga Jateng hanya
diberikannyan pengusahaan jalan tol bertanggung jawab terhadap kontraktor kontruksi
f. Perusahaan jalan tol melanggara suatu saja dalam hal ini ditegaskan didalam pasal 7
pernyataan dan jaminannya sesuai dengan tentang Kontruksi Jalan Tol yang pada Perjanjian
perjanjian ini atau pernyataan dan jaminan Pengusahaan Jalan Tol bukan merupakan
lain sebagaimana diatur dalam peraturan wewenang PT. Trans Marga Jateng termasuk sub
perundang-undangan kontraktor yang berada dibawah kontraktor utama
g. Terdapat perubahan dalam pemegang sekalipun.
saham dan susunan pemegang saham Pasal 7.10 Perjanjian Pengelolaan jalan
perusahaan jalan tol kecuali sebagaimana Tol tentang kewajiban dan tanggung jawab
ditetapkan lain berdaarkan perjanjian ini Perusahaan Jalan Tol yang harus bertanggung
h. Perusahaan jalan tol melaksanakan suatu jawab untuk setiap pelanggaran dari kewajiban
kegiatan atau kegiatan usaha diluar dari dan tanggung jawab yang timbul akibat tindakan
68
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dan kegagalan dari setiap Kontraktor Kontruksi Nasional Indonesia) sesuai ketentuan Undang-
atau perencanaan atau Perencanaan Teknik Ahli Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
yang ditunjuk. Maka dalam pasal tersebut dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
menegaskan BUJT hanya bertanggung jawab Berdasarkan Pasal 22.2 Perjanjian Pengusahaan
terhadap kontraktor kuntruksi. Jalaan tol ini Keputusan Badan Arbitrase Nasional
Secara umum dalam upaya penyelesaian Indonesia bersifat final dan mengikat para pihak.
perselisihan dan/atau perbedaaan dalam bentuk Kedua belah pihak dengan kedua upaya
apapun yang timbul antara Pemerintah dan yang dilakukan tidak berhasil diselesaikan, maka
Perusahaan Jalan Tol. PT. Trans Marga Jateng kedua belah pihak sepakat untuk menempuh jalur
sehubungan dengan dan/atau sebagai akibat dari hukum dengan domisili hukum yang tetap dan
perjanjian. tidak berubah yaitu sesuai dengan yang
Perselisihan atau sengketa dalam tercantum pada klausula yang diatur dalam
perjanjiannya pemerintah dapat digugat. Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dalam
Pemerintah memberikan hak pada pihak yang hal ini pada pasal 22.2.3 para pihak sepakat
merasa dirugikan untuk menyelesaikanya melalui dalam proses arbitrase sesuai ketentuan pasal
jalur litigasi maupun non litigasi tergantung 22.1. akan dilaksanakan di Jakarta.
kesepakatan para pihak. Jadi pemerintah pada Perselisihan sengketa yang terjadi secara
dasarnya melepaskan hak kekebalanya. Artinya umum biasanya banyak diselesaikan dengan
dengan demikian pemerintah dapat digugat. lembaga arbitrase.Lembaga arbitrase mempunyai
Penyelesaian perselisihan dan atau kelebihan dibandingkan dengan lembaga
perbedaan tesebut dalam tingkat pertama akan peradilan. Kelebihan tersebut antara lain sebagai
diselesaikan dalam 60 (enam Puluh) hari melalui berikut (Ade Maman Suherman, 2002 : 58) :
musyawarah diantara para pihak sesuai dengan a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak
asas yang dianut dalam perjanjian kerja sama ini b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan
yang terdapat dalam pasal 22 .1 Penyelesaian karena hal procedural dan administratif.
Perselisihan. c. Para pihak dapat memilih arbiter yang
menurut keyakinannya mempunyai
Pasal 22.2 apabila tidak dapat selesai
pengetahuan, pengalaman, serta latar
dalam waktu 60 hari jalur musyawarah maka para
belakang yang cukup mengenai masalah
pihak sepakat menyelesaikan sengketa tersebut
yang disengketakan, jujur dan adil.
melalui proses arbitrase BANI (Badan Arbitrase

69
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum berupa lahan sedangkan Pihak PT. Trans
untuk menyelesaikan masalahnya serta Marga Jateng adalah sebagai Perusahaan
proses dan tempat penyelenggaraaan Pengusahaan Jalan Tol berdasarkan
arbitrase. Perjanjian Penguasahaan Jalan Tol (PPJT)
e. Putusan arbiter merupakan putusan yang dan peraturan perundang-undangan dan
mengikat para pihak dan dengan melalui tata ketentuan yang berlaku, yang meliputi
cara (prosedur) sederhana saja ataupun Kegiatan Pendanaan, Perencanaan Teknik,
langsung dapat diselesaikan. Pelaksanaan Teknik, Pelaksanaan Kontruksi,
Pasal 21.3 Perjanjian Pengusahaan jalan Pengoperasian, Dan Pemeliharaan Jalan Tol
Tol (PPJT) untuk tujuan penyelesaian sengketa dapat memberikan hak dan pengelolaan
atau pengakhiran Perjanjian, baik yang dilakukan jalan tol Semarang–Solo. PT. Trans Marga
oleh pemerintah atau oleh Badan Usaha Jalan Jateng melakukan kewajibannya berupa
Tol, Pemerintah dan Badan Usaha Jalan Tol pembangunan (build) dan melakukan
dengan ini secara tegas melepaskan ketentuan Perencanaan Pendanaan, Perencanaan
dalam Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Teknik, Pelaksanaan Teknik, Pelaksanaan
Perdata, dan karenanya untuk penyelesaiaan Kontruksi, Pengoperasian, Dan
sengketa atau pengakhiran perjanjian Pemeliharaan Jalan Tol agar bernilai
diberlakukan sebagaimana tercantum dalam ekonomi (operation). Berakhir perjanjian
perjanjian ini tanpa perlu mendapat putusan selama 45 tahun, maka tanah dan
pengadilan. gedungnya dikembalikan kepada Pemerintah
C. PENUTUP yakni Badan Usaha Pengelolaan Jalan Tol
a. Simpulan (BUJT). Pelaksanaan perjanjian ini telah
Berdasarkan pembahasan makalah sesuai dengan perjanjian yang disepakati
sebagaimana telah diuraikan dalam bab kedua belah pihak yang tuangkan dalam
pembahasan tersebut di atas, maka ditarik Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT)
kesimpulan sebagai berikut: Semarang-Solo. Hasil penelitian
1) Sesuai dengan Sistem Perjanjian Build menunjukkan bahwa pembangunan jalan tol
Operate and Transfer (BOT). Pemerintah berjalan lancar begitupun dengan
dalam hal ini dilakukan oleh Badan Usaha pelaksanaannya. Tahap akhir yaitu proses
Pengusahaan Jalan Tol telah melakukan penyerahan (transfer) dapat disimpulkan
kewajiban dengan menyediakan fasilitas belum dapat dilaksanakan. Dikarenakan
70
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

masih dalam proses pembangunan Jalan Tol 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Tahap II. dan karenanya untuk penyelesaiaan
2) Wanprestasi atau penyelesaian sengeta sengketa atau pengakhiran perjanjian
dalam perjanjiannya pemerintah dapat diberlakukan sebagaimana tercantum dalam
digugat secara umum pemerintah. perjanjian ini tanpa perlu mendapat putusan
Pemerintah pada dasarnya melepaskan hak pengadilan.
kekebalanya. Artinya dengan demikian b. Saran
pemerintah dapat digugat. Upaya 1) Melakukan review dan memberikan
penyelesaian perselisihan dan atau standarisasi dalam membuat perjanjian
perbedaan tesebut dalam tingkat pertama kerjasama sehingga memiliki pengaturan
akan diselesaikan dalam 60 (enam puluh ) yang lebih jelas tentang kerja sama Build
hari melalui musyawarah diantara para pihak Operate And Transfer (BOT) ke dalam
sesuai dengan asas yang dianut dalam Peraturan Perundang-undangan yang lebih
perjanjian kerja sama, namun apabila tidak konkret, oleh karena peraturan yang ada kini
dapat selesai dalam waktu 60 hari jalur belum merinci tentang kerja sama Build
musyawarah maka para pihak sepakat Operate And Transfer (BOT) ini, sehingga
menyelesaikan sengketa tersebut melalui dapat menimbulkan kendala dikemudian hari
proses arbitrase BANI (Badan Arbitrase karena tiadak terdapat acuan yang pasti dan
Nasional Indonesia) sesuai ketentuan hanya ada pengaturan yang dituangkan
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang dalam PPJT yang ditandatangai oleh para
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian pihak yaitu antara Badan Usaha Jalan Tol
Sengketa. Perjanjian Pengusahaan Jalaan sebagai pemerintah dan PT. Trans Marga
tol ini Keputusan Badan Arbitrase Nasional Jateng Sebagai pihak swasta dalam
Indonesia bersifat Final dan mengikat para Pengusahaan Jalan Tol yang berdasarkan
pihak. Dalam Perjanjian Pengusahaan jalan dengan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004
Tol (PPJT) untuk tujuan penyelesaian dan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2015
sengketa atau pengakhiran Perjanjian, baik dan beberapa ketentuan hukum lainnya yang
yang dilakukan oleh pemerintah atau oleh menyinggung sedikit tentang perjanjian
Badan Usaha Jalan Tol, Pemerintah dan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol ini.
Badan Usaha Jalan Tol dengan ini secara 2) Melakukan review terhadap alternatif
tegas melepaskan ketentuan dalam Pasal penyelesaiaan sengketa diluar pengadilan
71
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sehingga mampu mengakomodasi Thamrin, Husni. (2017). Kajian Build Operate


kepentingan para pihak dalam penyelesaian Transfer Dalam Hukum Perjanjian di
sengketa yang terjadi. Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum The Juris,
Vol. 1 (No. 2, Desember), p. 117.
DAFTAR PUSTAKA B. Buku
A. Jurnal Suherman, A.M. (2002). Aspek Hukum Dalam
Adha, Lalu Hadi. (2011). Kontrak Build Operate Ekonomi Global. Jakarta : Ghalia
Transfer Sebagai Perjanjian Kebijakan Indonesia.
Pemerintah Dengan Pihak Swasta. Jurnal Sidabalok, J. (2012). Hukum Perusahaan Analisis
Dinamika Hukum, Vol. 11 (No. 3, Terhadap Pengaturan Peran Perusahaan
September), p. 549. Dalam Pembangunan Ekonomi Di
Bakri, Anis Sazira, Shamsida Saidan Khaderi, dan Indonesia. Bandung : Nuansa Aulia.
Ani saifuza Abd. Shukor. (2009). Risk Simamora, Y.S. (2013). Hukum Kontrak : Kontrak
Management In Build Operate Transfer Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah
(BOT) For Roads And Highway Project In Di Indonesia. Jakarta : Laksbang Justisia.
Malaysia. Built Environment Journal, Vol. 6 Susilowati, E. (2007). Kontrak Alih Tehnologi
(No. 1), pp. 2-3. Pada Industri Manufaktur. Yogyakarta:
Justisia, Vita. (2015). Perjanjian Bangun Guna Genta Press
Serah (Build Operate Transfer) Antara C. Peraturan Perundang-Undangan
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
Dengan Pihak Swasta. Jurnal Nurani, Vol. 1945
15 (No. 1, Juni), p. 74. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Kamilah, Anita. (2014). Bangun Guna Serah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Membangun Tanpa Harus Memiliki Tanah. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang
Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 1 (No. 1), p. 4. Jalan
Prabawa, I Gede Abdhi. (2013). Kajian Hukum Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Terhadap Perjanjian Build Operate Transfer Penanaman Modal
(BOT) Untuk Melindungi Hak Milik Atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Tanah Dalam Rangka Menunjang Sektor Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pariwisata. Jurnal Hukum Student Journal,
p. 2.
72
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Kementrian PUPR, BPJT. (2018). Sejarah.


Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Retrieved from
http://bpjt.pu.go.id/konten/jalan-tol/sejarah.
Asing
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal
Dalam Negeri
Undang-undang No 1 tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
dan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1990
tentang Jalan Tol
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005
tentang Jalan
Keppres No. 15 tahun 2001 tentang Komite
Kebijakan Percepatan Pembangunan
Infrastruktur
D. Website
Kementrian PUPR, BPJT. (2018), Sekilas BPJT.
Retrieved from
http://bpjt.pu.go.id/konten/bpjt/sekilas-bpjt

Kementrian PUPR, BPJT. (2018), Prinsip


Penyelenggaraan. Retrieved from
http://bpjt.pu.go.id/konten/investasi/prinsip-
penyelengaraan

Trans Marga Jateng. (2018). Sejarah


Perusahaan. Retrieved from
http://www.transmargajateng.co.id/sejarah.
php

73

S-ar putea să vă placă și