Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
The procurement of infrastructure required huge funds. Over time, a cooperative agreement between
the government and the private sector is required, namely the Build Operate Transfer (BOT) is a
concept, whereby the project is built at full cost from private companies, some private companies, or
cooperation with SOEs. This research uses empirical juridical approach method. The Juridical Empirical
approach method aims to describe systematically against the object of research which shows how about
government cooperation agreement with private. Based on research conducted that the agreement of
government and private cooperation in the pattern of build operate and transfer (BOT). Government in
this case done by Toll Road Enterprises has done the obligation by providing facilities in the form of land
while the party in this case PT. Trans Marga Jateng is a Toll Road Concession Company based on Toll
Road Concession Agreement (PPJT) of PT. Trans Marga Jateng performs its obligations in the form of
build and performs Funding Planning, Technical Planning, Technical Implementation, Construction
Implementation, Operation, And Maintenance of Toll Road for economic value (operation). End of the
agreement for 45 years, then the land and the building is returned to the Government.
ABSTRAK
Pengadaan infrastruktur itu dibutuhkan dana yang sangat besar. Seiring dengan berjalannya waktu
perlu diadakan perjanjian kerjasama antara pemerintah dengan swasta, yakni dengan melakukan
perjanjian Build Operate Transfer (BOT) merupakan suatu konsep, dimana proyek dibangun atas biaya
sepenuhnya dari perusahaan swasta, beberapa perusahaan swasta, ataupun kerjasama dengan
BUMN.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat yuridis empiris. Metode
pendekatan Yuridis Empiris bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik terhadap objek
penelitian yang menunjukkan bagaimana tentang perjanjian kerjasama pemerintah dengan swasta.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa Perjanjian kerja sama pemerintah dan swasta dalam pola
build operate and transfer (BOT). Pemerintah dalam hal ini dilakukan oleh Badan Usaha Pengusahaan
Jalan Tol telah melakukan kewajiban dengan menyediakan fasilitas berupa lahan sedangkan pihak
dalam hal ini PT. Trans Marga Jateng adalah sebagai Perusahaan Pengusahaan Jalan Tol berdasarkan
Perjanjian Penguasahaan Jalan Tol (PPJT) PT. Trans Marga Jateng melakukan kewajibannya berupa
sejalan dan ideal oleh karena sangat banyak fundamental dalam sebuah kerjasama. kerjasama
potensi lahan-lahan strategis yang belum itu melibatkan kepentingan umum yang dalam hal
diberdayakan secara optimal yang dapat ini melibatkan pemerintah sebagai penyelenggara
dikembangkan dalam bentuk kerja sama negara dan swasta sebagai investor dalam
investasi. Kerja sama melalui mekanisme Build menyediakan jasa khususnya pembangunan
Operate Transfer (BOT) berdasarkan penilaian infrastruktur yang dibangun berdasarkan
Pemerintah adalah solusi paling tepat untuk perjanjian kerja sama dengan menggunakan
mendapatkan kesepakatan saling khususnya pola Build Operate Transfer (BOT)
menguntungkan karena sebagai pemilik modal, (Kamilah, 2014 : 4).
investor tidak memiliki lahan yang berada di 2. Permasalahan
daerah-daerah strategis yang merupakan salah Berdasarkan uraian latar belakang
satu faktor penting pengembangan usaha tersebut dapat dikemukakan beberapa
mereka. permasalahan yang perlu untuk dikaji, yaitu:
Salah satu alternatif yang sering 1) Bagaimana tahapan-tahapan yang terjadi
digunakan adalah dengan Perjanjian yang dibuat dalam perjanjian kerjasama pemerintah dan
dalam Build Operate Transfer (BOT) merupakan swasta dengan pola (BOT) Build Operate
suatu pengikat antara para pihak untuk Transfer dalam pembangunan jalan tol
melakukan kerja sama yang menimbulkan Semarang–Solo?
hubungan hukum (Bakri,Khaderi, & Sukor, 2009 : 2) Apakah pemerintah dapat digugat apabila
2-3). Isi perjanjian Build Operate Transfer (BOT) terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh
terdapat prestasi yang telah disepakati, yang pemerintah dalam perjanjian kerjasama
dimana salah satu pihak berhak atas prestasi dan pemerintah dan swasta dengan pola (BOT)
pihak lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi Build Operate Transfer dalam pembangunan
(Thamrin, 2017 : 117). jalan tol Semarang-Solo?
Keppres No.7 tahun 1998 dan Keppres 3. Tujuan Penulisan
No. 81 tahun 2001 dapat disimpulkan bahwa Perumusan tujuan penelitian merupakan
perjanjian kerjasama pemerintah dengan badan pencerminan arah dan penjabaran strategi
usaha swasta ditindaklanjuti dengan perjanjian- terhadap masalah yang muncul dalam penulisan.
perjanjian tertentu sesuai dengan kebutuhan Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus
karakternya (Simamora, 2009 : 58). kajian penelitian ini, maka tujuan yang ingin
Pelaksanaannya kontrak merupakan bagian dicapai adalah :
59
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
(Persero) Tbk. sebesar 58,91%, PT Astratel dan ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Nusantara (ASTRA Infra) sebesar 40%, dan PT Pekerjaan Umum No.295/PRT/M/2005 tentang
Sarana Pembargunan Jawa Tengah (PT SPJT) Badan Pengatur Jalan Tol. Terkait dengan
sebesar 1,09%. PT SPJT merupakan Badan wewenang pengusahaan, BPJT berusaha
Usaha Milik Daerah Pemerintah Provinsi Jawa mendorong keterlibatan Badan Usaha dan
Tengah, sedangkan PT Jasa Marga (Persero) Tbk Pemerintah Daerah dalam percepatan
merupakan perusahaan publik yang telah pembangunan jalan tol
berpengalaman dalam mengelola ratusan (http://bpjt.pu.go.id/konten/bpjt/sekilas-bpjt).
kilometer Jalan Tol di Indonesia dan di Luar Mulai tahun 1987 swasta mulai ikut
Negeri. PT Trans Marga Jateng Terbentuk, berpartisipasi dalam investasi jalan tol sebagai
kemudian Hak Pengusahaan Jalan Tol Semarang operator jalan tol dengan menanda tangani
Solo yang semula dipegang oleh PT Jasa Marga perjanjian kuasa pengusahaan (PKP) dengan PT
kemudian dialihkan kepada PT. Trans Marga Jasa Marga. Tahun 2007, 553 km jalan tol telah
Jateng Pengelolaan Jalan Tol meliputi dibangun dan dioperasikan di Indonesia. Total
perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan panjang tersebut 418 km jalan tol dioperasikan
pengoperasian jalan tol, sedangkan pembebasan oleh PT Jasa Marga dan 135 km sisanya
tanah dilaksanakan oleh Pemerintah dalam hal ini dioperasikan oleh swasta lain.
oleh Departemen Pekerjaan Umum yang Pada periode 1995 hingga 1997
kemudian membentuk Tim Pengadaan Tanah dilakukan upaya percepatan pembangunan jalan
(TPT). tol melalui tender 19 ruas jalan tol sepanjang 762
(http://www.transmargajateng.co.id/sejarah.php). km. Upaya ini terhenti akibat adanya krisis
b. Gambaran umum Badan Pengatur moneter pada Juli 1997 yang mengakibatkan
Jalan Tol (BPJT) pemerintah harus menunda program
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) adalah pembangunan jalan tol dengan dikeluarkannya
badan yang berwenang untuk melaksanakan Keputusan Presiden No. 39 Tahun 1997. Akibat
sebagian penyelenggaraan jalan tol meliputi penundaan tersebut pembangunan jalan tol di
pengaturan, pengusahaan dan pengawasan Indonesia mengalami stagnansi, terbukti dengan
Badan Usaha Jalan Tol. Keberadaan BPJT hanya terbangunnya 13,30 km jalan tol pada
diamanatkan oleh Undang-undang No. 38 tahun periode 1997-2001. Pada tahun 1998 Pemerintah
2004 tentang Jalan, diatur dalam Peraturan mengeluarkan Keputusan Presiden No.7/1998
Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Jalan Tol
61
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
11-09-2009 (sebelas September dua ribu Jalan Tol Ruas Semarang-Solo Nomor
sembilan) nomor 15, serta terakhir dengan BA.142/BPJT/P/Hk 02.03.2012 tanggal 01-03-
amandemen IV sebagaimana tertuang dalam akta 2012 tentang evaluasi ulang syarat-syarat dan
tanggal 20-10-2010 (dua puluh oktober dua ribu ketentuan-ketentuan dalam perjanjian pertama
sepuluh) nomor 17. sebagaimana tertuang dalam perjanjian pertama
Berdasarkan pengelolaan pengusahaan dan setuju untuk mengubah dan menyatakan
jalan tol tersebut, dalam hal pengalihan hak kembali Perjanjian pertama sebagaimana
pertanggung jawaban PT. Jasa Marga (Persero) tertuang dalam perjanjian ini. Para pihak sepakat
Tbk, juga ikut berpindah kepada PT. Trans Marga untuk mengubah secara keseluruhan dan
Jateng yang kemudian berkedudukan sebagai menyatakan kembali sesuai dengan kesepakatan
Badan Usaha Jalan Tol bedasarkan dalam perjanjian ini. Para pihak sepakat yang
Pengusahaan Jalan Tol. Adanya pengalihan hak sepakat dengan ini melangsungkan perjanjian
pengelolaan jalan tol tersebut, berdasarkan sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dan Peraturan
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67 Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 Tentang Jalan
tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah Tol tersebut.
dengan badan usaha dalam penyediaan Pasal 2.2 Perjanjian Pengusahaan Jalan
infrastruktur, Jalan Tol Semarang-Solo perlu Tol yang dalam hal ini Lingkup Pengusahaan
dilakukan evaluasi. Evaluasi tersebut yang diatur Jalan Tol harus bertanggung jawab untuk
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor pengusahaan jalan tol, yang meliputi Pendanaan,
06/PRT/M/2010 tentang Pedoman Evaluasi Perencana Tehnik, Kontruksi, Pengoperasian dan
Penerusan Pengusahaan Jalan Tol, Jalan Tol Pemeliharaan sesuai pada ketentuan dalam
Semarang-Solo telah dievaluasi dengan hasil Perjanjian dan Peraturan Perundang-undangan
sebagaimana tercantum dalam Beriata Acara diuraikan sebagai berikut :
Hasil Evaluasi Penerusan Pengusahaan Jalan Tol a. Pendanaan
Ruas Semarang-Solo Nomor Pendanaan terdapat dalam Pasal 5 pada PPJT
BA.139/BPJT/pt/Hk.2.13/2012 tanggal 29-02-2012 yang berisi sebagai berikut:
(dua puluh Sembilan februari dua ribu dua belas), 5.1. Perusahaan Jalan Tol wajib mencapai
perihal penerusan pengusahaan jalan tol ruas Financial Close dalam jangka waktu selambat-
Semarang-Solo. Berdasarkan Berita Acara lambatnya 6 (enam) bulan sejak Tanggal Efektif.
Kesepakatan tentang Penerusan Pengusahaan Perusahaan Jalan Tol harus menyerahkan salinan
64
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Perjanjian Peminjaman yang sah kepada 6.1.2. Rencana Teknik Akhir disusun dengan
Pemerintah tanpa mengenakan biaya kepada melakukan optimalisasi dan toleransi pada kriteria
Pemerintah, dalam waktu 30 (tiga puluh) hari desain dengan ketentuan tetap layak sebagai
sejak tercapainya Financial Close. jalan Tol.
5.2. sepengetahuan pemerintah, Perusahaan 6.1.3. Perusahaan Jalan Tol diperbolehkan untuk
Jalan Tol dan pemberi pinjaman dapat membuka menyampaikan kepada BPJT usulan tertulis yang
rekening khusus untuk menyimpan dana, yang (menurut pendapatan Perusahaan Jalan Tol)
diperoleh dari modal Perusahaan Jalan Tol akan, jika dipergunakan, mempercepat
dan/atau dari pinjaman dan penugasan pihak penyelesaian atau memperbaiki suatu kesalahan
ketiga untuk menjadi pemeriksa teknis pada rencana teknik atau dilain pihak dapat
independen (Independent Checking Engineer) menguntungkan Pemerintah.
yang berwenang untuk memeriksa penggunaan c. Kontruksi Jalan Tol
dana dalam rekening tersebut untuk Kontruksi. Pada PPJT tertuang Kontruksi Jalan Tol yang
b. Perencanaan Teknik diatur dalam pasal 7 yaitu :
Pada PPJT tertuang perencanaan teknik yang 7.1 Permulaan Dan Penyelesaian Pelaksanaan
diatur dalam pasal 6 yaitu : Kontruksi BPJT akan memberikan SPMK kepada
6.1. Perencanaan Teknik Akhir Perusahaan Jalan Tol dalam jangka waktu 7
6.1.1.Perusahaan Jalan tol harus memiliki (tujuh) hari setelah Pengadaan Tanah suatu seksi
Perencanaan Teknik pada saat Pengadaan atau Jalan Tol selesai dan siserahterimakan oleh
Tanah dimulai. Kecuali jika Perusahaan Jalan Tol BPJT kepada Perusahaan Jalan Tol. Perusahaan
menerima penolakan tertulis dari BPJT dalam Jalan Tol wajib memulai Kontruksi paling lambat
Jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak buktii 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya SPMK
penyerahan Rencana Teknik Akhir, maka baik untuk suatu seksi atau Jalan Tol dan
Rencana teknik Akhir dapat dianggap telah menyelesaikan kontruksi tersebut sesuai dengan
disetujui. BPJT mempunyai waktu 30 (tiga puluh) jadwal. Diperlukan percepatan pembangunan Tol
hari untuk menolak setiap penyerahan kembali ruas Bawen-Solo, pemerintah mempunyai hak
Rencana Teknik Akhir. Tanpa pengecualian, untuk memerintahkan Perusahaan jalan tol Ruas
Perusahaan Jalan Tol harus menyelesaikan Bawen-Solo kepada Perusahaan Jalan tol akan
Rencana Teknik Akhir dalam jangka waktu 12 diberikan kompensasi.
(dua belas) bulan sejak Perencanaan Teknik
dimulai dengan rencana Bisnis.
65
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2015 dan yang didalamnya terkandung hukum publik
beberapa ketentuan hukum lainnya yang karena salah satu pihak bertindak sebagai
Pengusahaan Jalan Tol ini. Sesuai dengan asas menimbulkan hak dan kewajiban. Demikian pula
konsensualisme dan asas kebebasan berkontrak dalam perikatan yang dibentuk oleh pemerintah
sebagai acuan lahirnya perjanjian pada seperti dalam kontrak BOT akan timbul hak dan
menjadi obyek perjanjian, dan sepakat adalah disebut didalam Perjanjian Pengusahaan Jalan
segala sesuatu hal yang harus berdasarkan Tol wanprestasi atau cidera janji atau para pihak
persesuaian kehendak dari kedua pihak tersebut. tidak melaksanakan prestasinya dinyatakan
Apa yang dikehendaki oleh yang satu adalah juga wanprestasi yaitu apabila ternyata pihak kedua
dikehendaki oleh pihak lain, meskipun secara dalam waktu 90 (sembilan puluh) atau jangka
sejurusan tetapi secara timbal balik, kedua waktu tambahan lainnya sebagaimana ditentukan
kehendak tersebut bertemu satu sama lain. pemerintah, maka pemerintah berhak setiap saat
Perjanjian pengusahaan jalan tol tersebut mengakhiri perjanjian setelah menyampaikan
disebutkan bahwa PT. Trans Marga Jateng selaku pemberitahuan tertulis kepada Perusahaan Jalan
67
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Wanpretasi atau cidera diatur dalam pengusahaan jalan tol tanpa persetujuan
perjanjian Kesepakatan yang diatur dalam tertulis pemerintah terlebih dahulu.
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol adalah sebagai Terjadinya wanprestasi atau ingkar janji
berikut Apabila : tersebut diatas maka pemerintah dapat
a. Perusahaan jalan tol mengalihkan atau mengambil tindakan yang telah diatur dalam
memberikan seluruh atau sebagian haknya PPJT pada pasal 13.4.3 Tindak lanjut
dalam perjanjian ini terkecuali sehubungan pengakhiran yakni mengambilalih dan
dengan pengalihan atau pemberian hak meneruskan Pengusahaan Jalan Tol dan
berdasarkan perjanjian ini. melakukan lelang atas Jalan tol yang bertujuan
b. Perusahaan jalan tol dinyatakan bubar untuk Kontruksi, Pemeliharaan, dan/atau
berdasarkan keputusan rapat umum pengoperasian, dan BPJT berhak mengambil alih
pemegang saham perusahaan jalan atau Pengusahaan Jalan Tol sementara sebelum
c. Perusahaan jalan tol dinyatakan pailit atau perusahan jalan tol baru ditetapkan.
insolven, atau Hubungannya hukum PT. Trans Marga
d. Perusahaan jalan tol mengajukan Jateng selaku perusahaan yang mengoperasikan
permohonan pailit atau insolven atau dalam Pengusahaan Jalan Tol tersebut hanya
e. Perusahaan jalan tol mengubah maksud dan mempunyai wewenang pengoperasian kepada
tujuannya dalam anggaran dasar peruahaan kontraktor utama pemenang tender.
jalan tol yang tidak sesuai dengan maksud PT. Trans Marga Jateng hanya
diberikannyan pengusahaan jalan tol bertanggung jawab terhadap kontraktor kontruksi
f. Perusahaan jalan tol melanggara suatu saja dalam hal ini ditegaskan didalam pasal 7
pernyataan dan jaminannya sesuai dengan tentang Kontruksi Jalan Tol yang pada Perjanjian
perjanjian ini atau pernyataan dan jaminan Pengusahaan Jalan Tol bukan merupakan
lain sebagaimana diatur dalam peraturan wewenang PT. Trans Marga Jateng termasuk sub
perundang-undangan kontraktor yang berada dibawah kontraktor utama
g. Terdapat perubahan dalam pemegang sekalipun.
saham dan susunan pemegang saham Pasal 7.10 Perjanjian Pengelolaan jalan
perusahaan jalan tol kecuali sebagaimana Tol tentang kewajiban dan tanggung jawab
ditetapkan lain berdaarkan perjanjian ini Perusahaan Jalan Tol yang harus bertanggung
h. Perusahaan jalan tol melaksanakan suatu jawab untuk setiap pelanggaran dari kewajiban
kegiatan atau kegiatan usaha diluar dari dan tanggung jawab yang timbul akibat tindakan
68
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
dan kegagalan dari setiap Kontraktor Kontruksi Nasional Indonesia) sesuai ketentuan Undang-
atau perencanaan atau Perencanaan Teknik Ahli Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
yang ditunjuk. Maka dalam pasal tersebut dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
menegaskan BUJT hanya bertanggung jawab Berdasarkan Pasal 22.2 Perjanjian Pengusahaan
terhadap kontraktor kuntruksi. Jalaan tol ini Keputusan Badan Arbitrase Nasional
Secara umum dalam upaya penyelesaian Indonesia bersifat final dan mengikat para pihak.
perselisihan dan/atau perbedaaan dalam bentuk Kedua belah pihak dengan kedua upaya
apapun yang timbul antara Pemerintah dan yang dilakukan tidak berhasil diselesaikan, maka
Perusahaan Jalan Tol. PT. Trans Marga Jateng kedua belah pihak sepakat untuk menempuh jalur
sehubungan dengan dan/atau sebagai akibat dari hukum dengan domisili hukum yang tetap dan
perjanjian. tidak berubah yaitu sesuai dengan yang
Perselisihan atau sengketa dalam tercantum pada klausula yang diatur dalam
perjanjiannya pemerintah dapat digugat. Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dalam
Pemerintah memberikan hak pada pihak yang hal ini pada pasal 22.2.3 para pihak sepakat
merasa dirugikan untuk menyelesaikanya melalui dalam proses arbitrase sesuai ketentuan pasal
jalur litigasi maupun non litigasi tergantung 22.1. akan dilaksanakan di Jakarta.
kesepakatan para pihak. Jadi pemerintah pada Perselisihan sengketa yang terjadi secara
dasarnya melepaskan hak kekebalanya. Artinya umum biasanya banyak diselesaikan dengan
dengan demikian pemerintah dapat digugat. lembaga arbitrase.Lembaga arbitrase mempunyai
Penyelesaian perselisihan dan atau kelebihan dibandingkan dengan lembaga
perbedaan tesebut dalam tingkat pertama akan peradilan. Kelebihan tersebut antara lain sebagai
diselesaikan dalam 60 (enam Puluh) hari melalui berikut (Ade Maman Suherman, 2002 : 58) :
musyawarah diantara para pihak sesuai dengan a. Dijamin kerahasiaan sengketa para pihak
asas yang dianut dalam perjanjian kerja sama ini b. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan
yang terdapat dalam pasal 22 .1 Penyelesaian karena hal procedural dan administratif.
Perselisihan. c. Para pihak dapat memilih arbiter yang
menurut keyakinannya mempunyai
Pasal 22.2 apabila tidak dapat selesai
pengetahuan, pengalaman, serta latar
dalam waktu 60 hari jalur musyawarah maka para
belakang yang cukup mengenai masalah
pihak sepakat menyelesaikan sengketa tersebut
yang disengketakan, jujur dan adil.
melalui proses arbitrase BANI (Badan Arbitrase
69
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
d. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum berupa lahan sedangkan Pihak PT. Trans
untuk menyelesaikan masalahnya serta Marga Jateng adalah sebagai Perusahaan
proses dan tempat penyelenggaraaan Pengusahaan Jalan Tol berdasarkan
arbitrase. Perjanjian Penguasahaan Jalan Tol (PPJT)
e. Putusan arbiter merupakan putusan yang dan peraturan perundang-undangan dan
mengikat para pihak dan dengan melalui tata ketentuan yang berlaku, yang meliputi
cara (prosedur) sederhana saja ataupun Kegiatan Pendanaan, Perencanaan Teknik,
langsung dapat diselesaikan. Pelaksanaan Teknik, Pelaksanaan Kontruksi,
Pasal 21.3 Perjanjian Pengusahaan jalan Pengoperasian, Dan Pemeliharaan Jalan Tol
Tol (PPJT) untuk tujuan penyelesaian sengketa dapat memberikan hak dan pengelolaan
atau pengakhiran Perjanjian, baik yang dilakukan jalan tol Semarang–Solo. PT. Trans Marga
oleh pemerintah atau oleh Badan Usaha Jalan Jateng melakukan kewajibannya berupa
Tol, Pemerintah dan Badan Usaha Jalan Tol pembangunan (build) dan melakukan
dengan ini secara tegas melepaskan ketentuan Perencanaan Pendanaan, Perencanaan
dalam Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Teknik, Pelaksanaan Teknik, Pelaksanaan
Perdata, dan karenanya untuk penyelesaiaan Kontruksi, Pengoperasian, Dan
sengketa atau pengakhiran perjanjian Pemeliharaan Jalan Tol agar bernilai
diberlakukan sebagaimana tercantum dalam ekonomi (operation). Berakhir perjanjian
perjanjian ini tanpa perlu mendapat putusan selama 45 tahun, maka tanah dan
pengadilan. gedungnya dikembalikan kepada Pemerintah
C. PENUTUP yakni Badan Usaha Pengelolaan Jalan Tol
a. Simpulan (BUJT). Pelaksanaan perjanjian ini telah
Berdasarkan pembahasan makalah sesuai dengan perjanjian yang disepakati
sebagaimana telah diuraikan dalam bab kedua belah pihak yang tuangkan dalam
pembahasan tersebut di atas, maka ditarik Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT)
kesimpulan sebagai berikut: Semarang-Solo. Hasil penelitian
1) Sesuai dengan Sistem Perjanjian Build menunjukkan bahwa pembangunan jalan tol
Operate and Transfer (BOT). Pemerintah berjalan lancar begitupun dengan
dalam hal ini dilakukan oleh Badan Usaha pelaksanaannya. Tahap akhir yaitu proses
Pengusahaan Jalan Tol telah melakukan penyerahan (transfer) dapat disimpulkan
kewajiban dengan menyediakan fasilitas belum dapat dilaksanakan. Dikarenakan
70
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
masih dalam proses pembangunan Jalan Tol 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Tahap II. dan karenanya untuk penyelesaiaan
2) Wanprestasi atau penyelesaian sengeta sengketa atau pengakhiran perjanjian
dalam perjanjiannya pemerintah dapat diberlakukan sebagaimana tercantum dalam
digugat secara umum pemerintah. perjanjian ini tanpa perlu mendapat putusan
Pemerintah pada dasarnya melepaskan hak pengadilan.
kekebalanya. Artinya dengan demikian b. Saran
pemerintah dapat digugat. Upaya 1) Melakukan review dan memberikan
penyelesaian perselisihan dan atau standarisasi dalam membuat perjanjian
perbedaan tesebut dalam tingkat pertama kerjasama sehingga memiliki pengaturan
akan diselesaikan dalam 60 (enam puluh ) yang lebih jelas tentang kerja sama Build
hari melalui musyawarah diantara para pihak Operate And Transfer (BOT) ke dalam
sesuai dengan asas yang dianut dalam Peraturan Perundang-undangan yang lebih
perjanjian kerja sama, namun apabila tidak konkret, oleh karena peraturan yang ada kini
dapat selesai dalam waktu 60 hari jalur belum merinci tentang kerja sama Build
musyawarah maka para pihak sepakat Operate And Transfer (BOT) ini, sehingga
menyelesaikan sengketa tersebut melalui dapat menimbulkan kendala dikemudian hari
proses arbitrase BANI (Badan Arbitrase karena tiadak terdapat acuan yang pasti dan
Nasional Indonesia) sesuai ketentuan hanya ada pengaturan yang dituangkan
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang dalam PPJT yang ditandatangai oleh para
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian pihak yaitu antara Badan Usaha Jalan Tol
Sengketa. Perjanjian Pengusahaan Jalaan sebagai pemerintah dan PT. Trans Marga
tol ini Keputusan Badan Arbitrase Nasional Jateng Sebagai pihak swasta dalam
Indonesia bersifat Final dan mengikat para Pengusahaan Jalan Tol yang berdasarkan
pihak. Dalam Perjanjian Pengusahaan jalan dengan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004
Tol (PPJT) untuk tujuan penyelesaian dan Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2015
sengketa atau pengakhiran Perjanjian, baik dan beberapa ketentuan hukum lainnya yang
yang dilakukan oleh pemerintah atau oleh menyinggung sedikit tentang perjanjian
Badan Usaha Jalan Tol, Pemerintah dan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol ini.
Badan Usaha Jalan Tol dengan ini secara 2) Melakukan review terhadap alternatif
tegas melepaskan ketentuan dalam Pasal penyelesaiaan sengketa diluar pengadilan
71
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 14, Nomor 1, Tahun 2018 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
73