Sunteți pe pagina 1din 17

PEMBENTUKAN LOGIKA BERPIKIR MATEMATIS

MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC K-13

TINGKAT MI

Asha Septianti Nur Rohmah

Pascasarjana PGMI IAIN Salatiga

asha.septianti24@gmail.com

Abstract

This study aims to explain the teacher's strategy to form the logic of mathematical

thinking through the scientific approach K-13 in MI Unggulan Al Islam

Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01, and MI Darussalam Reksosari District

Suruh Semarang Regency. Analyze the supporting and inhibiting factors in

shaping the logic of mathematical thinking through the scientific approach K-13.

The research method emphasizes more on descriptive methods qualitative. The

sample in this research is to MI Al Islam Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari

01, and MI Darussalam Reksosari tell contained in the District Suruh Semarang

Regency taken premises random sampling of the population all Elementary

School District Suruh Semarang Regency. Data collection techniques used in this

study are observation, interviews and documentation. Data analysis used is an

interactive model. Conclusions from the results of the students' thinking logic can

be formed along with the learning done by the teacher with the PAIKEM (Active,
Innovative, Creative, Effective and Fun Learning) strategy at the flagship Al

Islam Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01, MI Darussalaam Reksosari

District Suruh Semarang Regency. Supporting factors forming the logic of

students' thinking in mathematics learning are influenced by intelligence, interest,

attention, learning motivation, perseverance, study habits, physical condition,

health and a positive attitude towards mathematics. Besides that, teacher

interaction with students, students with students, students with the environment

facilitates the learning process. The inhibiting factors are: a) Lack of reading

resources in the form of K-13 mathematics lesson packages prepared by the

teacher. b) Lack of attention of students during mathematics learning. c) The

existence of a lazy attitude in the student learning. d) media used can not

withdraw attention students towards mathematics. Supporting and inhibiting

factors that influence the formation of students' mathematical thinking logic in

mathematics learning can be used as evaluation material for teacher performance

in order to design strategies and methods that are effective, efficient and

enjoyable for students.

Keywords: Scientific approach K-13, Logic of mathematical thinking, and

mathematics learning
Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi guru membentuk logika

berpikir matematis melalui pendekatan scientific K-13 di MI Unggulan Al Islam

Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01, dan MI Darussalam Reksosari

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Menganalisis faktor pendukung dan

penghambat dalam membentuk logika berpikir matematis melalui pendekatan

scientific K-13.

Metode penelitian lebih menekankan pada metode deksriptif kualitatif.

Sampel dalam penelitian ini ialah MI Al Islam Bonomerto, MI Darul Ulum

Reksosari 01, dan MI Darussalam Reksosari terdapat di wilayah Kecamatan

Suruh Kabupaten Semarang yang diambil dengan teknik random sampling dari

populasi Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah

model interaktif.

Kesimpulan dari hasil penelitian logika berpikir siswa dapat terbentuk

seiring pembelajaran yang dilakukan guru dengan strategi PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) di sekolah

unggulan Al Islam Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01, MI Darussalaam

Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Faktor pendukung

pembentukan logika berpikir siswa dalam pembelajaran matematika dipengaruhi

oleh kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, kebiasaan belajar,

kondisi fisik, kesehatan dan sikap positif terhadap pelajaran matematika.


Disamping itu interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan

lingkungan memperlancar proses pembelajaran. Faktor penghambatnya adalah: a)

Kurangnya sumber bacaan berupa buku paket pelajaran matematika K-13 yang

dipersiapkan guru; dan b) Kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran

matematika berlagsung. c) Adanya sikap malas belajar dalam diri siswa d) media

yang digunakan belum dapat menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran

matematika. Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi

pembentukan logika berpikir matematis siswa dalam pembelajaran matematika,

dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi kinerja guru untuk dapat merancang

strategi dan metode yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi siswa.

Kata Kunci: Pendekatan Scientific K-13, Logika berpikir matematis, dan

pembelajaran matematika
Pendahuluan

Logika adalah ilmu tentang pikiran atau ilmu menalar.1 Logika berpikir matematis

adalah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu

memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan logis (masuk

akal).2 Logika memiliki peran penting, karena logika berkaitan dengan akal pikir.

Sebagai suatu kemampuan berpikir yang berkaitan dengan kemampuan dalam

menggunakan penalaran untuk membangun argumen matematis, kemampuan

mengembangkan strategi atau metode, pemahaman konten matematika, serta

kemampuan mengkomunikasikan gagasan. Kemampuan berpikir matematis perlu

ditempatkan sebagai tujuan pembelajaran dan sekaligus sebagai suatu cara untuk

pembelajaran matematika (a way of learning mathematics).3

Strategi dan metode pengajaran merupakan salah satu komponen yang

harus ada dalam kegiatan pembelajaran karena untuk mencapai tujuan

pembelajaran maupun dalam upaya membentuk kemampuan siswa diperlukan

adanya suatu metode yang efektif. Penggunaan strategi atau metode mengajar

harus dapat menciptakan terjadinya interaksi aktif antara siswa dengan siswa

maupun siswa dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara

maksimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Michael Gr. Voskoglou dengan judul “The

1.Jacobus Ranjabar, Dasar-dasar Logika Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke Berbagai
Disipliin Ilmu dan Pengetahuan, Bandung: Alfabeta, 2015, 2.

2.Indragiri A, Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh Memaksimalkan Kecerdasan Anak, Jogjakarta:


Starbooks, 2010, 15.

3Ariyadi Wijaya, Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran


Matematika, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, 20.
Matematics Teacher in The Modern Society,”4 menunjukkan bahwa metematika

berkaitan dengan ilmu lain dan kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan Dsk.

Pt. Rimang Narayani., dkk dengan judul “Analisis Proses Pembelajaran

Matematika Menurut Pendekatan Saintifik dan Dampaknya Terhadap Hasil

Belajar Siswa Kelas 5 SD N 1 Gianyar Tahun Pelajaran 2014/2015,” menujukkan

bahwa kualifikasi hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kadar

pendekatan saintifik tinggi berada pada kategori sangat baik. Perbandingan hasil

perhitungan rata-rata hasil belajar matematika dengan kadar pendekatan saintifik

tinggi adalah 143,8 lebih besar dari rata-rata hasil belajar matematika kadar

pendekatan saintifik rendah sebesar 115,74.5

Muhammad Nuh (sebagai Menteri Pendidikan) menegaskan perubahan

dan pengembangan kurikulum merupakan persoalan yang sangat penting, karena

kurikulum harus senantiasa disesuaikan dengan tuntutan zaman. Perlunya

perubahan dan pengembangan K-13 didorong oleh beberapa hasil studi

internasional tentang kemampuan peserta didik Indonesia dalam kancah

internasional. Peserta didik mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi

hanya 5%. Peserta didik Korea dapat mencapai 71%; 78% peserta didik Indonesia

dapat mengerjakan soal hafalan berkategori rendah, sementara siswa Korea 10%.

Data lain diungkapkan oleh Progamme for International Student Assessment

(PISA), hasil studinya tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah

4 Michael Gr. Voskoglou. “The Mathematics Teacher in the Modern Society." Quaderni di Ricerca
in Didattica, n. 19, 2009, 29.

5 Dsk. Pt. Rimang Narayani., dkk, “Analisis Proses Pembelajaran Matematika Menurut
Pendekatan Saintifik dan Dampaknya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 5,” Journal PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Volume: 3 No: 1, 2015, 9.
6
10 besar, dari 65 negara peserta PISA. Ini menunjukkan kemampuan peserta

didik Indonesia masih rendah dalam hal penalaran (Logika berpikir matematis).

Pendekatan scientific dianggap tepat untuk diterapkan pada K-13 sehingga dapat

membentuk logika berpikir matematis. Berdasarkan hasil observasi dan

wawancara kepada guru, daya tangkap peserta didik di MI Unggulan Al Islam

Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari, dan MI Darussalam Reksosari Kecamatan

Suruh Kabupaten Semarang Tahun 2017 terhadap pendekatan scientific masih

tergolong rendah.

Pembentukan Logika Berpikir matematis melalui Pendekatan Scientific K-

13 tingkat MI perlu dibahas untuk mengetahui strategi guru membentuk logika

berpikir matematis melalui pendekatan scientific K-13 di MI Unggulan Al Islam

Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01, dan MI Darussalaam Reksosari

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Menganalisis faktor pendukung dan

penghambat dalam membentuk logika berpikir matematis melalui pendekatan

scientific K-13.

Metodologi

Pendekatan dengan berlandaskan pada masalah, maka penelitian ini termasuk

penelitian dengan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif yang ditunjukkan untuk menjelaskan dan menganalisis pembelajaran

pada mata pelajaran matematika kelas IV di sekolah unggulan MI Al Islam

Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01 dan MI Darussalam Reksosari

Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang. Analisis data dalam penelitian kualitatif


6.Mulyasa E, Pengembangan dan Implementasi K-13, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014, 60.
di MI Unggulan Al Islam Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari dan MI

Darussalam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dilakukan sejak

sebelum terjun ke lapangan, observasi, selama pelaksanaan penelitian di lapangan

dan setelah selesai penelitian di lapangan. Data penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara

mengorganisasi data yang diperoleh kedalam sebuah kategori, menjabarkan data

kedalam unit-unit, menganalisis data yang penting, menyusun atau menyajikan

data yang sesuai dengan masalah penelitian dalam bentuk laporan dan membuat

kesimpulan agar mudah untuk dipahami. Sesuai dengan jenis penelitian di atas,

maka peneliti menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman untuk

menganalisis data hasil penelitian. Aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas,

sehingga datanya sudah jenuh.7

Hasil dan Pembahasan

Strategi Guru Membentuk Logika Berpikir Matematis Melalui Pendekatan

Scientifik K-13
Secara umum pelaksanaan K-13 sudah cukup baik. Strategi dan metode

pengajaran merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan

7 Miles., dkk., Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2014, 31-33.
pembelajaran karena untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam upaya

membentuk kemampuan siswa diperlukan adanya suatu metode yang efektif.

Sekurang-kurangnya ada 2 (dua) fungsi dari strategi ini, yaitu (1) menyampaikan

isi pembelajaran kepada si belajar, dan (2) menyediakan informasi atau bahan-

bahan yang diperlukan siswa untuk menampilkan unjuk kerja (seperti latihan tes).8
Strategi yang banyak digunakan guru pada saat pembelajaran matematika

menggunakan strategi Pembelajaran Aktif Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM). Karakteristik PAIKEM adalah: 1) aktif, maksudnya

dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana yang mendukung

(kondusif) sehingga siswa aktif, bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan

gagasan; 2) kreatif, dimaksudkan agar guru menciptakan proses pembelajaran

yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa; 3)

menyenangkan adalah suasana belajar yang menyenangkan sehingga waktu untuk

mencurahkannya tinggi; 4) efektif yaitu menghasilkan apa yang harus dikuasai

siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.9 Logika berpikir siswa dapat

terbentuk seiring pembelajaran yang dilakukan guru dengan strategi PAIKEM.


Media yang mudah di dapat dan sering digunakan guru adalah papan tulis.

Papan tulis dibuat atas kebutuhan dari masing-masing sekolah. Misalnya di MI Al

Islam Bonomerto yang masih menggunakan papan tulis hitam (black board)

dengan mengggunakan kapur untuk menulis, MI Darul Ulum Reksosari 01 yang

telah menggunkan papan tulis warna biru (blue board) dengan mengganti kapur

8 Hamzah B Uno, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009, 18.

9 Yul Alfian Hadi., dkk, “Pengaruh Strategi Paikem Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 6 Korleko Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur
Tahun Pelajaran 2012/2013,” E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.
Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). 5.
dengan spidol, MI Darussalaam Reksosari Kecamatan Suruh Kabupaten

Semarang yang telah menggunakan papan tulis berwarna putih (white board)

dengan menggunakan spidol berwarna hitam. Pembelajaran dapat dilaksanakan

lebih menarik dan bersasaran jika guru menggunakan kapur yang berwarna

warni10
Implementasi strategi PAIKEM dalam mata pelajaran Matematika MI

sebagai berikut:

1. Guru berusaha untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar

matematika dengan menggunakan media penarik perhatian

siswa. Misalnya, menggunakan lingkungan sebagai salah satu sumber

belajar yang dekat dengan siswa. Papan tulis,jendela, pintu, meja, kursi

dan benda-benda disekitar siswa dapat di gunakan sebagai media/alat

bantu pembelajaran siswa.

2. Guru menerapkan metode mengajar yang lebih kooperatif dan

komunikatif. Contohnya melalui belajar kelompok atau tanya jawab. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat.

3. Guru posisi duduk yang melibatkan siswa dalam menata

lingkungan belajarnya agar siswa nyaman di kelas. Misalnya, dengan

mengatur tempat duduk lesehan dilantai dengan bangku berjajar atau

dengan bangku berpasangan/berkelompok.

4. Guru menerapkan pembelajaran iquiri dimana mendorong siswa

menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah (berupa

soal/tugas) dan mengemukakan gagasannya.


10 Gatot Muhsetyo., dkk, Pokok Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2011,
2.4.
Berikut ini adalah contoh beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh

guru dalam pelaksanaan strategi PAIKEM:

Tabel 4.1 Imlementasi Strategi PAIKEM

Kemampuan Guru Pelaksanaan Pembelajaran


Pada pembelajaran matematika, guru dapat

Guru menggunakan alat bantu dan menggunakan beragam alat bantu belajar/media

sumber belajar yang beragam. pembelajaran, misalnya: buku, papan tulis,

penghapus dan benda-benda di sekitar siswa


Guru mengaitkan pembelajaran Guru memberikan contoh aplikasi nyata dalam

dengan pengalaman dan lingkungan kehidupan sehari- hari dari materi pelajaran yang

sekitar siswa. sedang diterangkan.


Guru menyesuaikan buku yang Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kriteria

digunakan dengan jumlah siswa di tertentu, kemudian memberikan bahan pelajaran

kelas tiap kelompok.


Guru memberikan tugas untuk diselesaikan siswa

Guru memberikan tugas kepada dengan menerapkan pembelajaran inquiri dalam

siswa pemecahan suatu masalah (berupa soal/tugas) dan

mengemukakan gagasannya.
Guru memberikan nasihat, motivasi dan saran-saran
Guru mengkonfirmasi
kepada siswa untuk dapat meningkatkan
pembelajaran.
prestasinya.

Siswa yang memiliki problem pada mata pelajaran matematika ditangani

secara khusus oleh guru pengampu mata pelajaran matematika baik dengan

pemberian tugas mengerjakan soal di depan kelas, tugas tersendiri maupun

pemberian PR (Pekerjaan Rumah). Guru menggunakan jam tambahan baik disore


hari setelah jam pelajaran maupun pada jam istirahat. Guru mencoba mendekati

siswa yang daya tangkap terhadap pembelajaran matematika masih tergolong

rendah dengan memberikan kartu permainan. Logika berpikir matematis siswa

akan terbentuk seiring dengan permainan yang sedang dimainkan siswa.


Siswa yang dianggap berprestasi dari hasil pengamatan guru terhadap

kemampuan siswa kelas IV pada pelajaran matematika dipersiapkan untuk

mengikuti olimpiade sain yang diperuntukkan bagi siswa kelas V. Siswa diberi

pengarahan khusus dan tambahan jam pelajaran untuk mengasah kemampuan

logika berpikir matematis siswa pada pelajaran matematika. Hal ini dapat

dilakukan guru dengan menambahkan progam scienceclub (kelompok belajar

matematika) untuk meningkatkan kemampuan logika berpikir matematis siswa,

menamkan jiwa saling bekerja sama dan saling mengenal antara adek kelas (siswa

kelas IV) dengan kakak kelas (siswa kelas V). Kebanggaan siswa akan tersimbolis

oleh penghargaan yang telah diraihnya baik dengan piagam penghargaan maupun

piala yang diraihnya untuk membanggakan dirinya, guru, dan sekolahnya.

Faktor Pendukung dan Penghambat Pembentukan Logika Berpikir

Matematis Melalui Pendekatan Scientifik K-13


Siswa merupakan faktor paling penting dalam sistem pembelajaran. Tanpa

siswa/peserta didik tidak akan ada proses belajar.11 Faktor pendukung

pembentukan logika berpikir siswa dalam pembelajaran matematika diantaranya

meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar, ketekunan, kebiasaan

belajar, kondisi fisik, kesehatan dan sikap positif terhadap pelajaran matematika.

Siswa yang menyenangi matematika, terlihat bersungguh-sungguh dalam belajar

matematika, memperhatikan guru dalam menjelaskan materi matematika,


11 M. Sobry Sutikno, Metode & Model-Model Pembelajaran , Lombok: Holistica, 2014, 13.
menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu, berpartisipasi aktif dalam

berdiskusi dan mengerjakan tugas-tugas rumah dan tuntas. 12 Selain itu guru, kelas,

dan interaksi dalam13 keluarga, sekolah, dan masyarakat,14 mempengaruhi proses

belajar siswa. Sarana dan prasarana yang mencukupi seperti komputer, LCD, dan

media pendukung pembelajaran matematika baik itu dari hasil karya siswa sendiri,

lingkungan, dan buku/sumber pelajaran yang lengkap dan mudah dipahami dapat

memperlancar proses pembelajaran.


Ketiga sekolah menggunakan buku paket matematika K-13 Erlangga dari

pada mencetak sendiri buku elektronik K-13. Pertimbangan penggunaaan buku

paket dikarenakan untuk meminimalisir penggunaan dana BOS, dan mengakui

kualitas buku paket yang sudah tersedia lebih bagus katimbang buku hasil cetakan

yang kadang tidak jelas tulisannya. Adapun faktor yang menjadi penghambat

pembentukan logika berpikir siswa dalam pembelajaran matematika dipengaruhi

oleh sumber belajar berupa buku mata pelajaran matematika K-13 belum

mencukupi. Masih ada siswa yang tidak memegang buku paket pelajaran

matematika karena satu buku paket digunakan untuk dua siswa dalam satu

bangku. Adanya sikap malas belajar dalam diri siswa. Guru belum menggunakan

media yang tepat untuk menarik perhatian siswa terhadap pembelajaran

matematika menyebabkan siswa tidak konsentrasi dan malah asyik bermain

sendiri. Siswa kurang memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru. Siswa

12 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013, 220

13 M. Sobry Sutikno, Metode & Model-Model Pembelajaran , Lombok: Holistica, 2014, 13.

14 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013, 12
yang terlihat tidak fokus pada instruksi yang telah diberikan di panggil namanya

untuk dapat menunjukkan pemahamannya terhadap materi yang telah di

sampaikan.

Faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi pembentukan

logika berpikir matematis siswa dalam pembelajaran matematika, dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi bagi kinerja guru untuk dapat merancang strategi dan

metode yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi siswa. Siswa diharapkan

dapat termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran. Kemampuan logika

berpikir siswa dapat terbentuk secara optimal.

Kesimpulan

Secara keseluruhan pembelajaran matematika di MI Unggulan Al Islam

Bonomerto, MI Darul Ulum Reksosari 01 dan MI Darussalaam Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang sudah baik. Guru dapat menerapkan pendekatan scientific

pada pembelajaran matematika. Logika berpikir siswa dapat terbentuk seiring

pembelajaran yang dilakukan guru dengan strategi PAIKEM sesuai situasi kondisi

dan motivasi siswa. Siswa turut berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru

menarik perhatian siswa melalui gambar, tulisan, dan kartu (shortcard) dengan

berbagai metode permainan. Siswa yang memiliki problem pada mata pelajaran

matematika ditangani secara khusus oleh guru pengampu mata pelajaran

matematika baik dengan pemberian tugas mengerjakan soal di depan kelas, tugas

mandiri atau pemberian PR (Pekerjaan Rumah) maupun pemberian jam tambahan


pelajaran setelah jam pulang sekolah. Silabus dan RPP dipersiapkan guru sebelum

melaksanakan pembelajaran agar semua KD dapat tersampaikan.


Faktor pendukung pembentukan logika berpikir siswa dalam pembelajaran

matematika diantaranya meliputi: kecerdasan, minat, perhatian, motivasi belajar,

ketekunan, kebiasaan belajar, kondisi fisik, kesehatan dan sikap positif terhadap

pelajaran matematika. Interaksi antar siswa dengan guru dan media pendukung

pembelajaran matematika baik itu dari hasil karya siswa sendiri, lingkungan dan

buku/sumber pelajaran yang lengkap dan mudah dipahami dapat memperlancar

proses pembelajaran.
Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam pembelajaran matematika

dipengaruhi oleh sikap malas belajar dalam diri siswa. Siswa kurang

memperhatikan pembelajaran matematika. Sumber belajar berupa buku mata

pelajaran matematika K-13 belum mencukupi kebutuhan siswa perkelas. Media

kurang mendukung pembelajaran matematika.


Maka perlu adanya penyuluhan tentang K-13 untuk guru mengetahui

perkembangan kurikulum yang ada saat ini. Guru perlu meningkatkan

kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan (diklat), penataran, PPG, dan

seminar pembelajaran matematika K-13. Progam ekstrakurikuler sienceclub perlu

diadakan di sekolah-sekolah MI.

Referensi
Hadi, Yul Alfian., dkk. “Pengaruh Strategi PAIKEM Berbantuan Media Gambar

Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 6 Korleko Kecamatan

Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.” E-

Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Program

Studi Pendidikan Dasar (Volume 3 Tahun 2013). 5.

Indragiri, A. Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh Memaksimalkan Kecerdasan

Anak. Jogjakarta: Starbooks, 2010.

Miles., dkk. Analisis Data Kualitatif (terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia

Press. 2014.

Muhsetyo, Gatot. Materi Pokok Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas

terbuka. 2011.

Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi K-13, Bandung: Remaja

Rosdakarya. 2014.

Narayani, Dsk. Pt. Rimang., dkk. “Analisis Proses Pembelajaran Matematika

Menurut Pendekatan Saintifik dan Dampaknya Terhadap Hasil Belajar

Siswa Kelas 5,” Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan

PGSD, Volume: 3 No: 1, 2015: 9.


Ranjabar, Jacobus. Dasar-dasar Logika Sebuah Langkah Awal untuk Masuk ke

Berbagai Disipliin Ilmu dan Pengetahuan. Bandung: Alfabeta, 2015.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Kencana Prenada Media Grup. 2013.

Sutikno, M.Sobry, Metode & Model-model Pembelajaran Menjadikan Proses

Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan,

Lombok: Holistica, 2014.

Uno, Hamzah B. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2009.

Voskoglou, Michael Gr. “The Mathematics Teacher in the Modern Society."

Quaderni di Ricerca in Didattica, n. 19, 2009:29.

Wijaya, Ariyadi. Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2012.

S-ar putea să vă placă și