Sunteți pe pagina 1din 10

TUGAS PEMASTIAN MUTU SEDIAAN FARMASI

“IDENTIFIKASI GLIBENKLAMID”

Dosen Pengampu : Dr. Iswandi, M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :

TEORI 5
Katya Hayyu Listya Dayani (22164985A)
Titra Mara Rusdiansyah (22164998A)
Isma Auliya Elqa (22164999A)
Ayu Lifia Nur Kartikasari (22165007A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019

1
A. Isi Monografi Farmakope
Berdasarkan Farmakope Indonesi edisi IV (1995) :
 Glibenclamidum/glibenklamida/1-[4-[2-(5-Kloro-2-
metoksibenzamido)etil]benzenasulfonil)3-sikloheksilurea
 Memiliki rumus molekul C23H28CIN3O5S dan BM nya = 494,0.
Struktur dari glibenklamida:

 Glibenklamida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak


lebih dari 101,0% C23H28CIN3O5S dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan
 Pemerian : serbuk hablur, putih atau hamper putih, tidak berbau
atau hamper tidak berbau
 Kelarutan dalam berbagai pelarut : praktis tidak larut dalam air dan
eter, sukar larut dalam etanol dan metanol, larut sebagian dalam
kloroform
 Identifikasi :
 Spektrum serapan IR, zat yang telah dikeringkan dan
didispersikan dalam kalium bromide P., menunjukkan
maksimum hanya pada Panjang gelombang yang sama
seperti pada Glibenklamida BPFI.
 Spektrum serapan UV larutan 0,02% dalam asam klorida
metanol 0,01 N pada panjang gelombang antara 230 nm
dan 350 nm menunjukkan maksimum pada 300 nm dan
maksimum dengan intensitas lebih rendah pada 275 nm,
serapan pada 300 nm ± 1,26
 Didihkan 50 mg dengan 1 ml NaOH 6 N. Uap yang
dihasilkan bersifat basa terhadap kertas lakmus dan berbau
tajam seperti amina
 Campur 200 mg dengan 250 mg natrium karbonat anhidrat
P dan 250 mg kalium karbonat P, pijarkan campuran selama
10 menit, dinginkan, tambahkan 10 ml air panas pada
residu, aduk 1 menit dan saring. Filtrat menunjukkan reaksi
klorida dan sulfat.

2
 Penetapan kadar/potensi : timbang ± 500 mg, larutkan dalam 100
ml etanol P panas yang telah dinetralkan terhadap fenolftalein LP.
Titrasi dengan NaOH 0,1 N LV menggunakan indikator
fenolftalein LP dan lindungi terhadap CO2 dari udara

B. Implikasi
 Glibenklamida tercantum di dalam FI IV halaman 410-411
 Metode dan prosedur identifikasi lain tercantum di dalam jurnal
C. Cara melakukan identifikasi Glibenklamid
1. Spektrofotometri FTIR
Prosedur :
a. Sintesis polimer MIP-SPE dengan metode polimerisasi ruah
Glibenklamid (template) dan monomer akrilamid dilarutkan
dalam pelarut kloroform dalam tabung reaksi tertutup dan
disonikasi selama 5 menit. EGDMA dalam dua perbandingan
sebagai cross-linker dan 0,08 mmol AIBN sebagai inisiator
ditambahkan ke dalam campuran larutan. Campuran tersebut
disonikasi selama 40 menit untuk menghilangkan oksigen.
Selanjutnya ditempatkan dalam waterbath bersuhu 60oC selama
18 jam. Polimer yang terbentuk dihancurkan, lalu diayak
dengan mess 60 dan dicuci menggunakan metanol-asam asetat
(9: 1), metanol, dan air. Setelah dicuci, polimer dikeringkan
dalam oven pada suhu 60oC selama 18 jam. Dalam rangka
memverifikasi retensi dari MIP yang dihasilkan, dibuat juga
Non Imprinted Polimer (NIP) dengan cara yang sama dengan
MIP tetapi tanpa penambahan template,
Perbandingan rasio template : monomer : crosslinker

b. Ekstraksi template Glibenklamid dari MIP-SPE


Dilakukan dengan menggunakan alat soxhlet dan
ultrasonikasi. Sorben MIP-SPE disiapkan dalam cellulose
extraction thimble dan dimasukkan ke dalam tabung soxhlet.
Pelarut dituangkan ke dalam labu alas bulat sampai kurang
lebih 1/2- 2/3 bagian volume labu. Ekstraksi dilakukan

3
sebanyak 3 kali dengan pola pergantian pelarut yaitu
kloroform, metanol:asam asetat (9 : 1), dan kloroform.
Ekstraksi dilakukan selama 24 jam untuk masing-masing
pelarut. Prosedur diulangi hingga hasil pencucian sorben MIP-
SPE tidak mengandung template pada saat dimonitor
menggunakan spek trofotometer UV Visibel dan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Hasil ekstraksi template Glibenklamid pada MIP
menggunakan spektrofotometer UV Visibel dan KCKT

Keterangan: (+) ada puncak serapan


(-) tidak ada puncak serapan

c. Evaluasi Kemampuan Adsorpsi MIP-SPE


Evaluasi kemampuan adsorpsi MIP-SPE menggunakan
metode batch dilakukan dalam pelarut metanol, metanol pH 4,
asetonitril, asetonitril pH 4 dan kloroform. pH asam dibuat
dengan penambahan asam asetat. Sebanyak 5 mL larutan
glibenklamid dimasukkan ke dalam vial yang berisi 20 mg
sorben MIP, kemudian dikocok menggunakan shaker dengan
kecepatan 120 rpm selama 3 jam pada suhu ruang. Setelah itu
campuran disaring dan filtrat diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometer UV. Jumlah glibenklamid yang
teradsorpsi dihitung berdasarkan selisih antara konsentrasi
glibenklamid awal dan konsentrasi glibenklamid bebas di
dalam filtrat. Untuk sorben NIP dilakukan dengan cara yang
sama.
Hasil Penentuan Kemampuan Adsorpsi

4
Diketahui bahwa kemampuan adsorpsi sorben terhadap
glibenklamid menunjukan persen adsorpsi yang paling baik
pada asetonitril pH 4, dimana sorben MIP 2 menunjukan persen
adsorpsi yang lebih baik dibandingkan sorben MIP 1. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian Tamayo et al. (17) yang
menyatakan bahwa kondisi optimum untuk proses pengikatan
kembali template adalah dalam pelarut yang sama dengan
sintesis polimer MIP.
d. Evaluasi kapasitas adsorpsi MIP-SPE dan penentuan nilai
imprinting
Evaluasi kapasitas adsorpsi dilakukan dengan
memvariasikan konsentrasi larutan glibenklamid yaitu 0; 0,05;
0,1; 0,5; 1; dan 2 mg L-1 . Sebanyak 1,5 mL larutan
glibenklamid dalam asetonitril pH 4 dimasukkan ke dalam vial
yang berisi 10 mg sorben MIP, lalu disimpan selama 24 jam
pada suhu kamar. Setelah 24 jam, campuran disaring dan filtrat
diukur absorbansinya menggunakan KCKT dengan fase gerak
asetonitril : TFA 0,01% (50:50). Untuk sorben NIP dilakukan
dengan cara yang sama. Hasil evaluasi kapasitas adsorpsi
MIPSPE ini diplot pada kurva adsorpsi isoterm Langmuir.
Konstanta afinitas (Ka) dan Jumlah sisi ikatan (N)
berdasarkan model pengikatan Langmuir (Hasil Batch
Rebinding) :

5
e. Penerapan MI-SPE untuk pemisahan glibenklamid dari
sampel serum
1 mL serum ditambahkan dengan larutan analit
(glibenklamid) kemudian dilewatkan ke dalam MI-SPE yang
telah dibuat dan telah dikondisikan. Elusi analit dilakukan
dengan elution solvent yang telah diperoleh sebelumnya. Kadar
analit ditentukan secara KCKT.
Hasil Penentuan % Recovery Sampel Serum Darah yang
ditreatment dengan MI-SPE 2 dan NI-SPE 2

Linieritas yang dihasilkan oleh sampel serum yang


dipreparasi dengan MI-SPE 2 memiliki nilai koefisien korelasi
0,9755 sedangkan NI-SPE 5 adalah 0,8294.
f. Karakterisasi Fisik MIPs
Karakterisasi secara fisik dari MIPs yang dihasilkan
dilakukan melalui penentuan gugus fungsi dengan
menggunakan Spektrofotometer Infra Merah (FTIR).
Hasil Analisis FTIR Sorben MIP 2 dan NIP 2

6
2. RP-HPLC (HPLC dengan fase terbalik)
a. Penelitian yang dilakukan oleh Shwehta dan Sunil
 Fase diam = colom C18 yang berukuran 25 x 4,6 cm
 Fase gerak = metanol : potasium dihidrogen phosphat dan
buffer (78:22)
 Kecepatan yang digunakan 1ml/menit
 Hasil :
 Nilai r = 0,999 (baik)
 Sedangkan untuk validasi presisi didapatkan hasil
RSD yang kurang dari <2% (baik dan sesuai dengan
ICH). Menurut ICH nilai RSD yang kurang dari 2%
menggambarkan bahwa sistem analisis yang dipakai
baik karena kecilnya nilai simpangan yang sehingga
hasil analisis pun akan akurat.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Jayanthi dkk


 Fase diam = kolom C18 (150 x 4,6 mm)
 Fase gerak = 0,05% trietilamin (pH 3,5) : acetonitil : etanol
(55:15:30)
 kecepatan aliran (flow rate) = 1,0 ml/menit pada panjang
gelombang 229 nm.
 Hasil :
 harga koefesien korelasi atau nilai r = 0,999
 %RSD yang didapatkan yaitu 5,607 (>2% artinya
jelek). Jadi, tidak sesuai ICH (International
Conference on Harmonization)
c. Penelitian yang dilakukan oleh Alnukkary dkk
Analisis glibenklamid pada oral hypoglycemic tablets
 Fase diam = kolom C18 dengan ukuran (250 × 4.6 mm)
 Fase gerak = buffer fosfat pH 2,8 : acetonitrile (40:60) pada
panjang gelombang 230 nm
 Kecepatan aliran (flow rate) = 1,0 ml/menit pada panjang
gelombang 230 nm

7
 Hasil :
Sampel Konsentrasi % Standar deviasi
recovery
80% 99,93% 0,96-1,02%
Glibenklamid 100% 98,44% untuk intra day dan
1,13-1,28% untuk
interday
120% 102%
Sesuai dalam kriteria ICH dimana nilai yang baik adalah
kurang dari 2% (< 2%).

d. penelitian yang dilakukan oleh Mohd dkk


 Fase diam = kolom C18 (100×4.60 mm)
 Fase gerak = methanol : 0.2M phosphate buffer pH 7.0
(70:30)
 kecepatan aliran (flow rate) = 1,0 ml/menit pada panjang
gelombang 228 nm.
 Sampel penelitian dari Modh ini berbentuk glibenklamid
nanoemulsi, dimana didalamnya terkandung zat-zat yang
digunakan sebagai basis seperti tween 80, propylenglykol,
dan minyak sebagai fase dispersinya. Sehingga pada
preparasi sampelnya dilakukan sonikasi berulang
 Hasil :
 harga koefesien korelasi = 0,999
 nilai akurasi (% recovery) yang didapatkan sebesar
99,2-100,8%

3. Spektrofotometri UV
Sampel Kondisi Standar % recovery
deviasi
Glibenklamid Λmaks 229,5 1,32 % 99,70 - 100,
nm range 89 %
konsentrasi 3-
15 μg/ml
Bila kita kaitakan dengan standar minimum yang
ditentukan ICH (International Conference on Harmonization) maka
analisis glibenklamid dengan menggunakan spektofotometri dapat
dikatakan baik, sebab parameter untuk validasinya berada di dalam
range yang ditentukan oleh ICH yaitu dibawah 2%.
4. Spektroflourometri

8
Spektrofluorometri merupakan metode analisis yang
digunakan untuk analisis suatu senyawa berdasarkan pengukuran
intensitas cahaya flouresensi yang didasarkan oleh zat uji.
 Untuk sediaan tablet, jumlah dari tablet harus representatif
yang berkisar 20 tablet atau lebih.
 Panjang gelombang yang digunakan dalam metode ini
adalah emisi 354 nm dan eksitasi 302 nm
 Hasil :
 nilai standar deviasi (SD) = 0,614
 % recovery = 94-103%.
 Metode ini kurang sempurna, karena efek dari eksipien
belum bisa dihilangkan secara sempurna. Maka, dilakukan
metode lain untuk mengecek parameter validasi yang
dilakukan serta untuk menghilangkan efek dari eksipien,
yaitu dengan metode standar adisi sedangkan pada
proses yang pertama dilakukan dengan menggunakan
eksternal standar.
 Hasil menggunakan eksternal standar :
 nilai standar deviasi (SD) = 1,977 μg.m L-
 koefisien korelasi = 0,9998
 % recovery = 98-102 %

5. HPTLC
HPTLC merupakan metode kromatografi lapis tipis yang di
telah kembangkan. Pengembangan metode HPTLC ini adalah pada
kecepatan fase geraknya dengan arus berkecepatan tinggi kapiler.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Ghassempour dkk
 Fase diam = silika gel 60 F254
 Fase gerak = air : metanol : ammonium sulfat (2:1:0,5) b/v
 Dilakukan dengan densitometri (panjang gelombang 237
nm)
 Hasil :
 % recovery = 81,72-125,48 %

 nilai presisi = 3,13-17,06 (nilai dari presisi pada


HPTLC ini cukup besar jika dilakukan pada
konsentrasi yang kecil)
b. Penelitian yang dilakukan oleh Havele dan Sunil
 Fase diam = silika gel 60 F254

9
 Fase gerak = Ammonium sulfate (0.5%) : 2-propanol :
methanol dengan perbandingan 8.0:1.6:1.6 (v/v/v).
 Deteksi dilakukan dengan TLC scanner
 Hasil :
 koefesien korelasi = 0,999
 %recovery = 99,82-100,24
 nilai presisi =1,82 dan 1,5 (memenuhi syarat dimana
syarat yang ditentukkan adalah < 2%)

10

S-ar putea să vă placă și