Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
“IDENTIFIKASI GLIBENKLAMID”
Disusun Oleh :
TEORI 5
Katya Hayyu Listya Dayani (22164985A)
Titra Mara Rusdiansyah (22164998A)
Isma Auliya Elqa (22164999A)
Ayu Lifia Nur Kartikasari (22165007A)
1
A. Isi Monografi Farmakope
Berdasarkan Farmakope Indonesi edisi IV (1995) :
Glibenclamidum/glibenklamida/1-[4-[2-(5-Kloro-2-
metoksibenzamido)etil]benzenasulfonil)3-sikloheksilurea
Memiliki rumus molekul C23H28CIN3O5S dan BM nya = 494,0.
Struktur dari glibenklamida:
2
Penetapan kadar/potensi : timbang ± 500 mg, larutkan dalam 100
ml etanol P panas yang telah dinetralkan terhadap fenolftalein LP.
Titrasi dengan NaOH 0,1 N LV menggunakan indikator
fenolftalein LP dan lindungi terhadap CO2 dari udara
B. Implikasi
Glibenklamida tercantum di dalam FI IV halaman 410-411
Metode dan prosedur identifikasi lain tercantum di dalam jurnal
C. Cara melakukan identifikasi Glibenklamid
1. Spektrofotometri FTIR
Prosedur :
a. Sintesis polimer MIP-SPE dengan metode polimerisasi ruah
Glibenklamid (template) dan monomer akrilamid dilarutkan
dalam pelarut kloroform dalam tabung reaksi tertutup dan
disonikasi selama 5 menit. EGDMA dalam dua perbandingan
sebagai cross-linker dan 0,08 mmol AIBN sebagai inisiator
ditambahkan ke dalam campuran larutan. Campuran tersebut
disonikasi selama 40 menit untuk menghilangkan oksigen.
Selanjutnya ditempatkan dalam waterbath bersuhu 60oC selama
18 jam. Polimer yang terbentuk dihancurkan, lalu diayak
dengan mess 60 dan dicuci menggunakan metanol-asam asetat
(9: 1), metanol, dan air. Setelah dicuci, polimer dikeringkan
dalam oven pada suhu 60oC selama 18 jam. Dalam rangka
memverifikasi retensi dari MIP yang dihasilkan, dibuat juga
Non Imprinted Polimer (NIP) dengan cara yang sama dengan
MIP tetapi tanpa penambahan template,
Perbandingan rasio template : monomer : crosslinker
3
sebanyak 3 kali dengan pola pergantian pelarut yaitu
kloroform, metanol:asam asetat (9 : 1), dan kloroform.
Ekstraksi dilakukan selama 24 jam untuk masing-masing
pelarut. Prosedur diulangi hingga hasil pencucian sorben MIP-
SPE tidak mengandung template pada saat dimonitor
menggunakan spek trofotometer UV Visibel dan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Hasil ekstraksi template Glibenklamid pada MIP
menggunakan spektrofotometer UV Visibel dan KCKT
4
Diketahui bahwa kemampuan adsorpsi sorben terhadap
glibenklamid menunjukan persen adsorpsi yang paling baik
pada asetonitril pH 4, dimana sorben MIP 2 menunjukan persen
adsorpsi yang lebih baik dibandingkan sorben MIP 1. Hal ini
tidak sesuai dengan penelitian Tamayo et al. (17) yang
menyatakan bahwa kondisi optimum untuk proses pengikatan
kembali template adalah dalam pelarut yang sama dengan
sintesis polimer MIP.
d. Evaluasi kapasitas adsorpsi MIP-SPE dan penentuan nilai
imprinting
Evaluasi kapasitas adsorpsi dilakukan dengan
memvariasikan konsentrasi larutan glibenklamid yaitu 0; 0,05;
0,1; 0,5; 1; dan 2 mg L-1 . Sebanyak 1,5 mL larutan
glibenklamid dalam asetonitril pH 4 dimasukkan ke dalam vial
yang berisi 10 mg sorben MIP, lalu disimpan selama 24 jam
pada suhu kamar. Setelah 24 jam, campuran disaring dan filtrat
diukur absorbansinya menggunakan KCKT dengan fase gerak
asetonitril : TFA 0,01% (50:50). Untuk sorben NIP dilakukan
dengan cara yang sama. Hasil evaluasi kapasitas adsorpsi
MIPSPE ini diplot pada kurva adsorpsi isoterm Langmuir.
Konstanta afinitas (Ka) dan Jumlah sisi ikatan (N)
berdasarkan model pengikatan Langmuir (Hasil Batch
Rebinding) :
5
e. Penerapan MI-SPE untuk pemisahan glibenklamid dari
sampel serum
1 mL serum ditambahkan dengan larutan analit
(glibenklamid) kemudian dilewatkan ke dalam MI-SPE yang
telah dibuat dan telah dikondisikan. Elusi analit dilakukan
dengan elution solvent yang telah diperoleh sebelumnya. Kadar
analit ditentukan secara KCKT.
Hasil Penentuan % Recovery Sampel Serum Darah yang
ditreatment dengan MI-SPE 2 dan NI-SPE 2
6
2. RP-HPLC (HPLC dengan fase terbalik)
a. Penelitian yang dilakukan oleh Shwehta dan Sunil
Fase diam = colom C18 yang berukuran 25 x 4,6 cm
Fase gerak = metanol : potasium dihidrogen phosphat dan
buffer (78:22)
Kecepatan yang digunakan 1ml/menit
Hasil :
Nilai r = 0,999 (baik)
Sedangkan untuk validasi presisi didapatkan hasil
RSD yang kurang dari <2% (baik dan sesuai dengan
ICH). Menurut ICH nilai RSD yang kurang dari 2%
menggambarkan bahwa sistem analisis yang dipakai
baik karena kecilnya nilai simpangan yang sehingga
hasil analisis pun akan akurat.
7
Hasil :
Sampel Konsentrasi % Standar deviasi
recovery
80% 99,93% 0,96-1,02%
Glibenklamid 100% 98,44% untuk intra day dan
1,13-1,28% untuk
interday
120% 102%
Sesuai dalam kriteria ICH dimana nilai yang baik adalah
kurang dari 2% (< 2%).
3. Spektrofotometri UV
Sampel Kondisi Standar % recovery
deviasi
Glibenklamid Λmaks 229,5 1,32 % 99,70 - 100,
nm range 89 %
konsentrasi 3-
15 μg/ml
Bila kita kaitakan dengan standar minimum yang
ditentukan ICH (International Conference on Harmonization) maka
analisis glibenklamid dengan menggunakan spektofotometri dapat
dikatakan baik, sebab parameter untuk validasinya berada di dalam
range yang ditentukan oleh ICH yaitu dibawah 2%.
4. Spektroflourometri
8
Spektrofluorometri merupakan metode analisis yang
digunakan untuk analisis suatu senyawa berdasarkan pengukuran
intensitas cahaya flouresensi yang didasarkan oleh zat uji.
Untuk sediaan tablet, jumlah dari tablet harus representatif
yang berkisar 20 tablet atau lebih.
Panjang gelombang yang digunakan dalam metode ini
adalah emisi 354 nm dan eksitasi 302 nm
Hasil :
nilai standar deviasi (SD) = 0,614
% recovery = 94-103%.
Metode ini kurang sempurna, karena efek dari eksipien
belum bisa dihilangkan secara sempurna. Maka, dilakukan
metode lain untuk mengecek parameter validasi yang
dilakukan serta untuk menghilangkan efek dari eksipien,
yaitu dengan metode standar adisi sedangkan pada
proses yang pertama dilakukan dengan menggunakan
eksternal standar.
Hasil menggunakan eksternal standar :
nilai standar deviasi (SD) = 1,977 μg.m L-
koefisien korelasi = 0,9998
% recovery = 98-102 %
5. HPTLC
HPTLC merupakan metode kromatografi lapis tipis yang di
telah kembangkan. Pengembangan metode HPTLC ini adalah pada
kecepatan fase geraknya dengan arus berkecepatan tinggi kapiler.
a. Penelitian yang dilakukan oleh Ghassempour dkk
Fase diam = silika gel 60 F254
Fase gerak = air : metanol : ammonium sulfat (2:1:0,5) b/v
Dilakukan dengan densitometri (panjang gelombang 237
nm)
Hasil :
% recovery = 81,72-125,48 %
9
Fase gerak = Ammonium sulfate (0.5%) : 2-propanol :
methanol dengan perbandingan 8.0:1.6:1.6 (v/v/v).
Deteksi dilakukan dengan TLC scanner
Hasil :
koefesien korelasi = 0,999
%recovery = 99,82-100,24
nilai presisi =1,82 dan 1,5 (memenuhi syarat dimana
syarat yang ditentukkan adalah < 2%)
10