Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh:
Meningitis adalah inflamasi lapisan di sekeliling otak dan medulla spinalis yang
disebabkan oleh bakteri atau vius. Meningitis diklasifikasikan sebagai meningitis septic
atau aseptic. Bentuk aseptic mungkin meupakan dampak primer atau sekunder dari
limfoma, leukemia, atau HIV. Bentuk septic disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus
pneumomiae dan Neisseria meningitides.
Pada Negara berkembang insiden meningitis berkisar sekitar 5 per 100.000 orang dan
banyak terjadi pada usia antara 12 sampai 29 tahun (Smeltzer,2004)
1. Meningitis Bakteri
Meningitis bakteri disebut juga meningitis purulenta atau meningitis septic, penyebabnya
adalah bakteri. Bakteri infeksi masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran darah atau
langsung dari luar misalnya pada fraktur atau luka terbuka. Bakteri-bakteri yag sering
menibulkan meningitis diantaranya meningococus, pneumococus dan haemophilus
influenza. Bakteri-bakteri ini banyak terdapat pada nasopharing.
b. penumpukan eksudat
a. Trauma kepala
b. Infeksi sistemik/sepsis
c. Infeksi post pembedahan
d. Penyakit sistemik
d. Malnutrisi
b. Nyeri kepala
d. Kejang umum
e. Fotofobia
f. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai dengan
koma
2. Meningitis Virus
Virus penyebab infeksi pda meningitis masuk melalui sisem respirasi, mulut, genetalia
atau melalui gigitan binatang. Jenis penyakit virus yang dapat menyebabkan meningitis
adalah measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Virus lain yang sering
menyebabkan meningitis adalah virus HIV.
Manifestasi klinis yang menyertai seperti nyeri kepala, nyeri ketika membuka mata,
photofobia dan adanya kaku kuduk. Adanya kelemahan, rash, dan nyeri pada ekstremitas.
Demam dan tanda-tanda iritasi meningial juga dapat dijumpai seperti kaku kuduk, tanda
brudzinski dan kernig. Pada meningitis virus tetapi yang utama adalah menghilangkan
gejala (asimtomatik), bedrest pada masa akut, mengurangi rasa nyeri kepala, control
demam dan menghindari kejang.
Penyebab meninges yang paling sering adalah bakteri, virus jamur dan protozoa
Penyebab Jenis
Bakteri Streptococcus
pneumoniae
Neisseria meningitidis
Listeria monocytogenes
Hemophilus influenzae
Streptococcus agalactiae
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Salmonella spp
Nocardia spp
Mycobacterium
tuberculosis
Virus Nonpolio enteroviruses
echoviruses
Coxsackieviruses
Mumps virus
Arboviruses
Herpesviruses
Lymphocytic
choriomeningitis virus
Human immunodeficiency
virus
Adenovirus
Parainfluenza viruses 2
dan 3
Influenza virus
Measles virus
Jamur Cryptococcus neoformans
Coccidioides iimmitis
Histoplasma capsulatum
Blastomyces dermatitidis
Paracoccidioides
bransiliensis
Candida spp
Aspergillus spp
Spronthrix schenckii
Protozoa Naegleria fowleri
Angiostrongylus
cantonensis
Strongyloides stercoralis
Toxoplasma gondii
Plasmodium falciparum
Penyebab lain adalah riketsa, penyakit kanker, tumor pada otak, obat obatan seperti obat
antimikroba, immune globulin, ranitidine, non-steroiidal anti inflammatory, penyakit
sistemik seperti systemic lupus erythematosus, rheumatoid arthritis, polymyositis
1. MENINGITIS BAKTERI
Meningitis bakteri disebut juga meningitis purulenta atau meningitis septik,
penyebabnya adalah bakteri. Bakteri infeksi masuk ke susunan saraf pusat melalui
peredaran darah atau langsung dari luar misalnya pada fraktur atau luka terbuka.
Bakteri bakteri yang sering menimbulkan meningitis diantaranya meningococus,
pneumococcus dan haemophilus influenzae. Bakteri bakteri ini banyak terdapat
pada nasopharing. Ketika organisme patogen masuk ke ruang subarakhnoid, maka
reaksi peradangan terjadi dan mengakibatkan :
a. Bendungan cairan serebrospinalis
b. Penumpukan eksudat
c. Perubahan arteri pada subarakhnoid, pembesaran pembuluh darah,
ruptur dan trombosis
d. Perubahan jaringan disekitarnya (edema)
Faktor predisposisi
a. Trauma kepala
b. Infeksi sistemik/sepsis
c. Infeksi post pembedahan
d. Penyakit sistemik
e. Higiene yang jelek
f. Malnutrisi
C. MANIFESTASI KLINIS
2. MENINGITIS VIRUS
Virus penyebab infeksi pada meningitis masuk melalui sistem respiratori,mulut,
genetalia atau melalui gigitan binatang. Jenis penyakit virus yang dapat
menyebabkan meningitis adalah measles, mumps, herpes simplex, dan herpes
zoaster. Virus lain yang sering menyebabkan meningitis adalah virus HIV.
Manifestasi klinis yang meyertai seperti nyeri kepala, nyeri ketika membuka mata,
photofobia dan adanya kaku kuduk. Adanya kelemahan, rash dan nyeri pada
ekstremitas. Demam dan tanda tanda iritasi meningeal juga dapat dijumpai seperti
kaku kuduk, tanda brudzinski dan kernig. Pada meningitis virus terapi yang utama
adalah menghilangkan gejala (asimtomatik), bedrest pada masa akut, mengurangi
rasa nyeri kepala, kontrol demam dan menghindari kejang
D. Patofisiologi Meningitis
Rute masuknya bakteri ke dalam SSP yang utuh masih belum diketahui. Invasi dapat
terjadi melalui pleksus koroidalis (melewati sawar darah otak) atau langsung melalui
bukaan di dura. Organisme akan berkoloni di CSS, menyebabkan inflamasi di meningen
yang mengandung koloni tersebut. Akan terbentuk eksudat dan meningen menebal, lalu
terjadi adhesi yang menyebabkan hidrosefalus. Arteri-arteri yang menyuplai rongga
subarachnoid mungkin juga menjadi terkena inflamasi, menyebabkan rupture atau
thrombosis dari pembuluh darah tersebut. Jika cukup parah, otak di bawahnya akan ikut
menjadi inflamasi, menyebabkan edema serebral dan peningkatan TIK, serta vasculitis
dan infark serebral. CSS dan meningen tidak memiliki pertahanan imun yang efektif,
sehingga infeksi di daerah ini dapat menyebar dengan cepat.
(Black, 2014)
E. Komplikasi
1. Abses otak
Abses otak banyak dijumpai pada bayi baru lahir yang terinfeksi oleh Citrobacter
koseri dan golongan Proteus. Abes otak biasanya menunjukkan gejala seperti demam,
kejang, penurunan kesadaran, adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuh. Pada
pemeriksaan radiologi, biasanya ditemukan adanya gambaran kapsul abses.
2. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran terjadi akibat adanya kerusakan pada saraf di sistem saraf
pusat dengan derajat yang berbeda-beda. Gangguan pendengaran terbesar dapat
ditemukan pada meningitis akibat Streptococcus pneumonia, yakni penderita dapat
kehilangan kemampuan mendengar sekitar 25–30 persen dan penderita meningitis
yang disebabkan oleh Hib dan Neisseria meningitides mengalami gangguan
pendengaran sekitar 5 – 10 persen.
3. Retardasi mental
Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah menyebar ke
serebrum sehingga menganggu gyrus otak anak sebagai tempat penyimpanan
memori
4. Kejang
Kejang merupakan gejala yang muncul pada penderita meningitis yang seharusnya
dapat dihentikan apabila infeksi sudah tertangani. Akan tetapi, kejang dapat menjadi
berkelanjutan pada penderita meningitis. Kejang yang terjadi dapat bersifat
keseluruhan (seluruh tubuh kelojotan) atau hanya bersifat fokal (hanya bagian tubuh
tertentu saja).
Kejang yang terjadi ini berhubungan dengan adanya sekuele di otak akibat adanya
infeksi yang terjadi. Kejang yang berkelanjutan ini akan semakin meningkat risikonya,
jika penderita terlambat dibawa ke fasilitas kesehatan sejak muncul kejang atau tidak
mematuhi pengobatan yang sedang berjalan.
5. Syok sepsis
Syok sepsis merupakan komplikasi tersering pada kasus meningitis akibat infeksi
bakteri. Syok septik adalah keadaan disfungsi organ yang mengancam jiwa akibat
adanya abnormalitas sirkulasi dan metabolik. Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak
mampu merespons infeksi yang terjadi.
Keadaan syok ini dapat berlanjut menjadi kondisi yang lebih parah disebut
dengan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC). Kondisi ini dapat berujung
pada perdarahan dan kematian akibat kegagalan organ yang terjadi.
6. Hidrosephalus
Hidrosefalus yang terjadi bisa bersifat communicating dan non-communicating. Infeksi
bakteri pada meningen dapat menyebabkan arachnoiditis dan menyebabkan
hilangnya atau rusaknya tempat absorpsi CSF.
7. Ensepalitis
Peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat
disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain
seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic
meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem
kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap
tengkorak dan menyebabkan kematian.
TERAPI
Untuk kasus meningitis yang didapat dari rumah sakit (hospital acquired
meningitis), meningitis pasca traumatik atau pasca bedah saraf, penderita neutropenia,
dan penderita dengan gangguan/kelemahan imun, maka dapat dipertimbangkan
pemberian ampisilin dan ceftazidime atau meropenem dan vancomycin.
PENCEGAHAN
Kiat pencegahan kasus sekunder meningitis meliputi pelaporan semua kasus yang
diduga meningitis ke dinas kesehatan/pihak berwenang, komoprofilaksis, vaksinasi.
Advisory Committee on Imunization Practices pada Centers for Diseas Control and
Prevention (CDC) (2008) merekomendasikan agar vaksin terkonjugasi meningokokal
diberikan kepada remaja yang akan memasuki sekolah menegah atas dan kepada
mahasiswa baru yang tinggal di asrama. Vaksinasi juga harus dipertimbangkan sebagai
terapi pelengkap untuk kemoprofilaksis antibiotik bagi setiap orang yang tinggal bersama
pengidap infeksi meningokokal. Vaksinasi terhadap H.Influenza dan S.Pneumoniae harus
dianjurkan untuk anak-anak dan orang dewasa yang beresiko.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kejang, yang dapat terjadi di awal perjalanan penyakit, dikontrol dengan menggunakan
fenitoin (Dilantin).
PENATALAKSAAN KEPERAWATAN
Kaji status neurologis dan tanda-tanda vital secara kontinu. Tentukan oksigenasi dari nilai
gas darah arteri dan oksimetri denyut nadi.
Masukan slang endotrakhea bermanset (atau trakeostomi), dan posisikan pasien pada
ventilasi mekanis sesuai program
Kaji tekanan darah (biasanya dipantau dengan menggunakan slang arterial) untuk
mendeteksi syock insipien, yang terjadi sebelum gagal jantung atau pernafasan.
Turunkan demam yang tinggi untuk mengurangi beban kebutuhan oksigen pada jantung
dan otak.
Lindungi pasien dari cedera sekunder akibat aktivitas kejang atau perubahan tingkat
kesadaran (LOC).
Pantau berat badan setiap hari, elektrolit serum; dan volume, berat jenis, dan osmolalitas
urine, terutama jika pasien diduga mengalami sindrom ketidaktepatan hormon antideuretik
(SIADH).
Cegah komplikasi yang disebabkan oleh imobilitas seperti ulkus tekan dan pneumonia.
Lakukan upaya pengendalian infeksi sampai 24 jam setelah dimulainyaterapi antibiotik
(rabas oral dan nasal dianggap menular).
Informasikan keluarga mengenai kondisi pasien dan izinkan keluarga melihat pasien pada
interval waktu yang tepat.
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
Penicilin G
Ceftriaxone
Cefotaxime
Ceftazidime
Amphotericin B
Fluconazole
Flucytosine
Dexamethasone
Mannitol
Acetaminophen
Phenobarbital
Anamnesis
Pasien dengan meningitis biasanya akan memperlihatkan trias klasik, yaitu demam, nyeri
kepala, dan kaku kuduk. Keluhan ini akan terjadi beberapa jam sampai 2 hari setelah
onset. Keluhan lain yang dapat timbul pada pasien dengan kecurigaan meningitis adalah
mual, muntah, fotofobia, penurunan kesadaran atau disorientasi.
Pada tahap awal meningitis, pasien bisa datang hanya dengan keluhan seperti flu. Hal ini
terkadang sulit dibedakan dengan diagnosis banding seperti infeksi saluran napas atas
atau influenza.
Pasien dengan meningitis bakteri biasanya memiliki riwayat otitis, sinusitis, atau
pneumonia. Pada pasien dengan meningitis virus biasanya didapatkan keluhan neurologis
dalam 1-7 hari setelah onset. Keluhan sistemik yang dapat timbul dengan kecurigaan
meningitis virus adalah myalgia, fatigue, atau anoreksia. Pasien juga dapat memiliki
riwayat gondongan atau parotitis.
Sekitar 30-40% pasien anak maupun dewasa dapat mengalami kejang pada meningitis
bakteri tingkat lanjut. Pada bayi, keluhan dapat berupa bayi menjadi kurang aktif, malas
menyusu, muntah-muntah, high-pitch crying, dan adanya instabilitas suhu tubuh. [3,8]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik generalis dapat ditemukan adanya tanda-tanda penyakit infeksi
lokal berupa otitis, sinusitis, atau pneumonia. Pada pemeriksaan tanda vital yang akan
ditemui adalah suhu tubuh yang meningkat).
Pada pemeriksaan kesadaran dapat ditemui penurunan status mental (GCS <14).
Pada bayi dapat ditemukan adanya bulging fontanelle, high-pitch crying, hipotonia, dan
iritabel atau tidak aktif.
Terdapat beberapa pemeriksaan untuk menilai adanya iritasi meningeal, yaitu kaku
kuduk, Laseque sign, Kernig sign, dan Brudzinski sign.
Pemeriksaan kaku kuduk dilakukan dengan menekukkan kepala pasien (fleksi) yang
sedang berbaring dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Apabila terdapat tahanan
dan dagu tidak mencapai dada dikatakan kaku kuduk positif yang menandakan ada
kemungkinan iritasi meninges. Perhatikan pula apakah terdapat fleksi pada kedua tungkai,
jika terdapat fleksi maka dikatakan pemeriksaan Brudzinski I positif. [3,8]
Pemeriksaan Laseque dilakukan dengan pasien berbaring lurus dan ekstensi pada kedua
tungkai. Pemeriksaan dikatakan positif apabila timbul tahanan atau rasa nyeri pada
tungkai yang difleksikan sebelum mencapai 70 derajat.
Pemeriksaan Kernig dilakukan ketika pasien berbaring lurus dan dilakukan fleksi paha
pada sendi panggul sampai membuat sudut 90 derajat, setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut. Kernig positif apabila terdapat tahanan dan rasa
nyeri sebelum tercapai sudut 135 derajat. [3,8]
Sekitar 10-20% pasien dapat ditemui adanya abnormalitas neurologis fokal berupa
abnormalitas nervus kranial (III, IV, VI, dan VII). Dapat ditemukan adanya papil edema
pada 1% pasien yang mengindikasikan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan
cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
1) Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
2) Pada Meningitis Purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh, jumlah
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
c. Pemeriksaan Radiologis
1) Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
Seorang pasien dirawat diruangan perawatan umum untuk pasien gangguan neurologi
dengan kapasitas 24 pasien.
Klien dirawat dengan keluhan sudah 3 hari tidak bisa bangun dari tempat tidur,lemas, nyeri
kepala,demam disertai menggigil,mual dan muntah. Saat pengkajian ditemukan suhu
390C, kaku kuduk + Kernig’s sign + pemeriksaan lumbal fungsi menunjukkan hasil kultur
+ bakteri Neisseria meningitidis grup B. Pasien didiagnosa meningitis akut. Keluarga
bertanya pada perawat bagaimana pasien bisa terkena penyakit ini. Pasien mendapatkan
terapi panadol 500mg tid, cefotaxime 2x 1gram bd, dexamethasone 0,15 mg/kg setiap 6
jam.
Dokter, perawat, ahli gizi dan tim kesehatan lainnya melakukan perawatan secara
terintegrasi untuk menghindari/mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut seperti
hydrocephalus.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Suhu 390C
terapi panadol 500mg
tid
cefotaxime 2x 1gram
bd
dexamethasone 0,15
mg/kg setiap 6 jam.
Pasien didiagnosa
meningitis akut
pemeriksaan lumbal
fungsi menunjukkan hasil
kultur + bakteri Neisseria
meningitidis grup B
DO:
Kaku kuduk +
pemeriksaan lumbal
fungsi menunjukkan hasil
kultur + bakteri Neisseria
meningitidis grup B
Pasien didiagnosa
meningitis akut
terapi panadol 500mg
tid
cefotaxime 2x 1gram
bd
dexamethasone 0,15
mg/kg setiap 6 jam.
Pasien mengatakan
sudah 3 hari tidak bisa
bangun dari tempat tidur
Pasien mengatakan
lemas
Pasien mengatakan
mual dan muntah
DO:
Kernig’s sign
pemeriksaan lumbal
fungsi menunjukkan hasil
kultur + bakteri Neisseria
meningitidis grup B
Pasien didiagnosa
meningitis akut
terapi panadol 500mg
tid
cefotaxime 2x 1gram
bd
dexamethasone 0,15
mg/kg setiap 6 jam.
Referensi
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta :
Sagung Seto
Digiulie, Mary. Dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha publishing
Anurogo, Dito. 2014. 45 Penyakit dan Gangguan Saraf Deteksi Dini & Atasi 45 penyakit
dan Gangguan Saraf. Yogyakarta: Rapha Publishing