Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan sistem hematologi thalasemia
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui tentang sistem hematopoesis
2. Mengetahui definisi penyakit Thalasemia
3. Mengetahui etiologi Thalasemia
4. Mengetahui tentang klasifikasi Thalasemia
5. Menjelaskan tentang klasifikasi Thalasemia
6. Mengetahui manifestasi klinis thalasemia
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostic thalasemia
8. Mengetahui penatalaksanaan Thalasemia
9. Mengetahui komplikasi Thalasemia
10. Memgetahui Web of Caution Thalasemia
11. Mengetahui asuhan keperawatan pada Thalasemia
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami serta meningkatkan asuhan keperawatan
pada anak dengan thalasemia.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
bening dan dinding usus. Secar umum sel ini dikenal sebagai sistem
retikuloendotelial.
2.1.2 Hemoglobin
Di dalam sumsum tulang juga dibentuk protein. Hemoglobin, suatu bahan
penting dalam eritrosit dibentuk dalam sumsum tulang. Dibentuk dari hem dan
globin. Hem terdiri dari 4 struktur pirol dengan atom Fe di tengahnya,
sedangkan globin terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida.
Jenis hemoglobin normal yang ditemukan pada manusia ialah HbA
(Hemoglobin Adult) yang kadarnya kira-kira 98%, HbF (Hemoglobin Foetus)
yang kadarnya tidak lebih dari 2% pada anak berumur lebih dari 1 tahun dan
kadar HbA2 yang kadarnya tidak lebih dari 3%. Pada bayi baru lahir kadar
HbF masih sangat tinggi yaitu kira-kira 90%.
2.2 Definisi
Menurut hukum mendel, thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik
herediter yang diturunkan secara resesif. Pada tahun 1925, diagnosa penyakit
ini pertama kali diumumkan oleh Thomas Cooley (Cooley’anemia) yang di
dapat diantara keluarga keturunan italia yang bermukim di USA. Kata
thalassemia berasal dari bahasa yunani yang berarti laut.
Talasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan
sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi
pendek yaitu kurang dari 100 hari. (Ngastiyah, 1997)
Talasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkronik herediter
dengan berbagai derajat keparahan defek genetik yang mendasari meliputi
delesi total atau parsial gen rantai globin dan substitusi, delesi, atau insersi
nukleotida. (Behrman,dkk 2000)
Wilayah dengan prevalensi tinggi talasemia adalah sekitar Laut Tengah,
Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Oleh
karena itu talasemia juga sering disebut sebagai Mediterranean Cooley’s
Anaemia atau Homozygous Beta Thalassemia.
5
2.3 Etiologi
Talasemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan (bersifat
genetik). Akibat hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia) yang dapat
disebabkan oleh:
1. Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal).
Misalnya pada Hb S, Hb F, Hb D, dan sebagainya.
2. Kegagalan sintesis rantai α atau β globin.
2.4 Klasifikasi
Secara molekuler talasemia dibedakan atas :
1. Talasemia α (gangguan pembentukan rantai α)
Pola warisan Talasemia α
6
2.5 Patofisiologi
Penyakit Thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan/ perubahan/ mutasi
gen globin alfa atau beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang/
tidak ada. Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah merah mudah
sekali rusak atau umurnya lebih pendek umurnya dari sel darah normal (120
hari). Bila kelainan pada gen globin alfa maka akan terjadi thalassemia alfa,
sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit
thalassemia beta.
Hemoglobin paska kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alpa dan
beta polipeptide. Dalam beta thalasemia ada penurunan sebagian atau
keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta.
Konsekuensinya adanya peningkatan compensatori dalam proses pensintesisan
rantai alpa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan
ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptid yang tidak seimbang ini
sangat tidak stabil, mudah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat
menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel
darah merah dibentuk dalam jumlah yang banyak, atau setidaknya bone
marrow ditekan dengan terapi transfusi. Kelebihan fe dari penambahan RBCs
dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif, disimpan dalam
berbagai organ (hemosiderosis).
Delesi 1 gen Delesi 2 gen Delesi 3 gen Mutasi 1 gen β Payah jantung
Mutasi 2 gen β
Anemia ringan
Anemia ringan
Anemia berat
Hipertrofi
Detak jantung jaringan
Hb rendah lemah meningkat eritropoetik
mual
2.7 Manifestasi Klinis
MK: Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan Intake kurang
tubuh
9
Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlihat sejak anak baru berumur
kurang dari 1 tahun, yaitu:
Lemah
Pucat
Gangguan tumbuh kembang
Berat badan kurang
Tidak dapat hidup tanpa transfusi
Pada anak yang besar sering dijumpai adanya:
Gizi buruk
Perut buncit karena pembesaran limpa dan hati yang mudah diraba
Aktivitas tidak aktif karena pembesaran limpa dan hati
(hepatosplenomegali). Limpa yang besar ini mudah ruptur karena trauma
ringan saja
Gejala khas adalah:
Bentuk muka mongoloid
Seperti: hidung pesek, tanpa pangkal hidung, jarak antara kedua mata lebar
dan tulang dahi juga lebar yang disebabkan karena adanya gangguan
perkembangan tulang muka dan tengkorak.
Keadaan kuning pucat pada kulit
Jika pasien telah sering mendapat transfusi darah kulit menjadi kelabu
serupa dengan besi akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit.
Penimbunan besi (hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar,
limpa dan jantung akan mengakibatkan gangguan faal pada alat-alat tersebut
(hemokromatosis).
Pembagian talasemia yang lebih rinci, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tipe Ekspresi Gambaran Ekspresi Temuan
talasemia gen-globin hematologis klinis hemoglobin
Talasemia β
Homozigot β° β°/ β° Anemia berat, Anemia Hb F > 90%
nomoblastemia Cooley Tidak ada Hb A
Hb A2 meningkat
Homozigot β+ β+ / β + Anisositosis, Talasemia Hb A 20-40%
poiklositosis, intermedia Hb F 60-80%
anemia sedang
berat
10
berat
Hidrops fetalis -,-/ -,- Anisositosis, Hidrops Hb Barts (γ4), 80-
–α poikilositosis, fetalis, 90%
anemia berat biasanya lahir Tidak ada Hb A
mati atau atau Hb F
kematian
neonatus
Tabel 1 Gambaran klinis dan hematologis bentuk utama talasemia (Behrman,dkk
2000)
2.9 Penatalaksanaan
1. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl.
Indikasi dilakukan transfusi bila kadar Hb telah rendah sekali (kurang dari
6 gr %) atau bila anak terlihat lemah tidak ada nafsu makan. Transfusi
dengan dosis 15-20 ml/kg sel darah merah terpampat (PRC) biasanya
dilakukan setiap 4-5 minggu.
2. Splenectomy
Indikasi dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan
meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen
12
(transfusi). Splenectomy dilakukan pada anak yang lebih tua dari umur 2
tahun sebelum terjadi pembesaran limpa atau hemosiderosis.
3. Deferoxamine
Indikasi pemberian deferoxamine adalah untuk menghambat proses
hemosiderosis, yaitu penumpukan zat besi akibat pemberian transfusi darah
yang berlebihan. Fungsi deferoxamine adalah membantu ekskresi Fe.
4. Transplantasi sumsum tulang (bone marrow)
Terapi ini untuk anak yang sudah berumur diatas 16 tahun. Namun di
Indonesia, hal ini masih sulit dilaksanakan karena biayanya sangat mahal
dan sarananya belum memadai.
2.10 Komplikasi
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak.
Pada orang dewasa menurunnya faal paru dan ginjal dapat berlangsung
progresif kolelikiasis sering dijumpai, komplikasi lain :
1. Infark tulang
2. Nekrosis
3. Aseptic kapur femoralis
4. Asteomilitis (terutama salmonella)
5. Hematuria sering berulang-ulang
6. Hepatosplenomegali
7. Gangguan Tumbuh Kembang
8. Disfungsi organ
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Pucat
14
lemah Anemia
Hb: 3 gr/dL
Pola nafas tidak efektif
DS: Thalasemia Nyeri akut
Ibu An. T mengatakan anak
merasa sakit di bagian perut Hepatosplenomegali
DO:
Skala nyeri 6 penekanan pada
Anak meringis abdomen
menahan sakit
RR: 40 x/menit nyeri akut
Perut membesar
(hepatosplenomegali)
DS: Thalasemia perubahan nutrisi
Ibu mengatakan anaknya kurang dari kebutuhan
tidak mau makan selama 1 destruksi eritropoesis
minggu
DO: hepatosplenomegali
An. T terlihat pucat
BB: 12 kg kurang dari penekanan pada lambung
normal
Lemah mual+muntah
Hepatosplenomegali
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
15
oksigenasi ke perifer
kurang
Hb: 3 gr/dL
Konjungtiva anemis lemah
intoleransi aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
1. Pemberian makanan yang 1. Meningkatkan kadar Hb dalam
mengandung zat besi darah
2. Peningkatan Hb dalam darah
2. Kolaborasi pemberian tranfusi
dengan waktu yang cepat
RPC, tapi jumlah dibatasi
b. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan kadar hemoglobin dalam darah
Tujuan: Pola nafas klien teratur dan efektif dalam waktu 2 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. RR : 16-20 x/menit
2. Nadi : 60-100 x/menit
3. Tekanan darah dalam batas normal (dalam rentang 60-140 mmHg)
4. Pergerakan dada simetris
5. Penggunaan otot bantu nafas (-)
6. Cuping hidung (-)
7. Tidak ada nafas pendek
8. Kemudahan untuk bernafas
INTERVENSI RASIONAL
1.Kolaborasi pemberian oksigen 1. Memenuhi kebutuhan oksigen
sesuai indikasi yang kurang pada klien karena
17
menurunya kadar Hb
2.Berikan posisi semi fowler 2. Agar jalan nafas terbuka dan
memungkinkan ekspansi yang
maksimal.
3.Ajarkan teknik nafas dalam saat 3. Memudahkan anak untuk dapat
terjadi sesak bernafas secara efektif
4.Observasi tanda-tanda vital 4. Memantau keefektifan
pernafasan pada klien
5.Monitor pola nafas, frekuensi dan 5. Memantau keefektifan
kedalaman nafas pernafasan pada klien sehingga
dapat dilakukan tindakan yang
tepat dan efektif
c. Nyeri akut b.d nyeri tekan pada daerah abdomen terkait dengan proses penyakit
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang dalam waktu 2x24 jam
Kriteria Hasil :
1. Ungkapan tidak ada nyeri
2. Wajah tidak tampak menyeringai menahan sakit
3. Skala nyeri berkurang menjadi 0-3
4. RR: 16-20x/menit
5. Tekanan darah dalam batas normal (rentang 60-140
mmHg)
INTERVENSI RASIONAL
18
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual akibat penekanan
lambung karena proses penyakit
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 1 minggu
Kriteria Hasil:
INTERVENSI RASIONAL
1. Kolaborasi dengan ahli gizi 1. Mencukupi kebutuhan
untuk menentukan banyaknya gizi pada klien
kalori yang dibutuhkan 600 Kkal
2. Berikan suasana yang 2. Memberikan perasaan
menyenangkan. yang nyaman dan rileks bagi
klien agar mau menghabiskan
19
porsi makanannya.
3. Pemberian makanan sedikit tapi 3. Memenuhi kebutuhan
sering dan disajikan dalam nutrisi pada klien
bentuk yang menarik.
4. Ajarkan pada orang tua cara-cara 4. Dengan
untuk membujuk anak agar mau dibujuk/didampingi orang tua,
makan. anak akan mau menghabiskan
porsi makanannya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda 1. Membantu menentukan kebutuhan
vital, mukosa, kulit dan intervensi.
CRT 2. Mencegah vasokonstriksi
2. Pertahankan suhu membantu dalam mempertahankan
lingkungan dan kehangatan sirkulasi dan perfusi
tubuh.
3. Kolaborasi : 3. Memaksimalkan transport oksigen ke
- Berikan oksigen tambahan jaringan sehingga suplai O2 tubuh
sesuai kebutuhan. adekuat. Transfusi RPC
- Transfusi RPC sesuai
meningkatkan komponenen eritrosit
indikasi dan advis dokter
dalam darah. Vit.E dapat
- Berikan vit. E sesuai
memperpanjang umur eritrosit.
indikasi
20
INTERVENSI RASIONAL
1. Observasi tanda-tanda vital 1.Memantau adanya tingkat kelemahan
klien tubuh yang terjadi
2. Tingkatkan aktivitas secara 2.Melatih kemampuan gerak klien agar
bertahap sesuai dengan tidak terjadi penurunan fungsi otot
toleransi
3. rencanakan aktifitas 3.Menghindarkan pasien dari kegiatan
keperawatan yang tidak yang melelahkan
menyita banyak waktu dan 4.Melatih kemampuan gerak klien agar
energi tudak terjadi penurunan fungsi otot
4. Kolaborasi dengan terapi fisik
5.dukungan dari kelurga sangat penting
untuk latihan aktivitas
untuk memotivasi pasien dalam
5. Anjurkan keluarga untuk selalu
melakukan aktivitas
mendampingi klien dan
membantu memenuhi
kebutuhan klien sesuai dengan
kemandirian pasien
BAB 4
PENUTUP
21
4.1 Kesimpulan
Talasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkronik herediter
dengan berbagai derajat keparahan defek genetik yang mendasari meliputi
delesi total atau parsial gen rantai globin dan substitusi, delesi, atau insersi
nukleotida.
Talasemia adalah penyakit keturunan yang tidak dapat ditularkan (bersifat
genetik) akibat dari gangguan pembentukan hemoglobin.
Secara molekuler talasemia dibedakan menjadi talasemia α talasemia β , dan
talasemia δ. Secara klinis talasemia dibedakan menjadi talasemia mayor dan
talasemia minor.
Manifestasi talasemia ditandai dengan lemah, pucat, gangguan tumbuh
kembang, berat badan kurang, bentuk muka mongoloid dan kulit kuning
pucat.
Penatalaksanaan dengan Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl,
splenectomy, deferoxamine, atau transplantasi sumsum tulang (bone
marrow)
4.2 Saran
1. Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan talasemia. Yang
perlu diperhatikan adalah kondisi umum dan kondisi pertumbuhan
perkembangan anak.
2. Yang terpenting dalam management penanganan anak dengan talasemia
adalah pemberian transfusi darah apabila hb anak kurang dari 6 g/dl
diberikan seumur hidup seiap 4-5 minggu sekali.
DAFTAR PUSTAKA
22
Behrman, dkk. Editor Samik Wahab, Prof. DR. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Volume 2 edisi 15. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC hal 1708-1712
Carpenito, Lynda Juall and Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Edisi 10. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances & Geissler, Alice C. 2000.
Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Thomas Roslyn. alih bahasa Adrianto, Petrus, Dr. 1994. Atlas Bantu Pediatri
cetakan ke dua. Jakarta: Hipokrates. Hal 11