Sunteți pe pagina 1din 16

SINDROM KORONER AKUT

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Rangge Loka (1633013)


Wayan indrayana (1633013)
Desi natalia (1633013)
Velly anggitha (1633013)
Wulan ramadina (1633013)
Oktarina panggabean (1633013)

Dosen Pembimbing : Ns. Dheni Koerniawan., M.Kep.

ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIKA MUSI CHARITAS
PALEMBANG
2017
SINDROM KORONER AKUT

TN. D. M. Berusia 51 tahun, berkulit putih, datang dengan ambulans karena


mengalami nyeri dada substernal dan terasa diremas-remas serta menjalar ke
lengan kirinya. Klien juga mengeluh pusing dan mual.

Klien merupakan eksekutif yang sukses. Klien memliki riwayat angina satbil
kronik dan hipertasi. Klien juga mengatakan bahwa kondisinya juga berada pada
batas diabetes (bordeling diabetic). Klien memiliki berat badan lebih tetapi akhir-
akhir ini berkurang sebanyak 4,5 kg serta jarang sekali olahraga. Klien memiliki
tiga anak remaja yang sering membuat masalah. Klien juga baru kehilangan sahabat
dan juga partner bisnis yang meninggal karena kanker.

Ners mendapatkan data hasil pemeriksaan, diaforesis, sesak napas, mual-mual, TD


165/100 mmHg. N 120x/ menit, RR. 26x/ menit. Hasil EKG kontaksi ventrikuler
prematur, ST elevasi pada lead II, III, aVf, V5, V6. Peningkatan kadar troponin
I, kolesterol 350 mg/dL, HbA1C9,0%

Saat ini klien mendapatkan terapi oksigen 2 pm dengan target SaO2> 93%,
memonitoring EKG, TTV dan oksimetri tiap 10 menit, aspirin 324 mg (kunyah),
eptifibatide IV, heparin IV, nitrogliserin IV (menjaga TDS < 100 mmHg, morfin 2-4
mg IV q5mnt k/p jika koreksi nitrogliserin tidak berkurang, metoprolil 5mg IV
q5mnt yang terbagi dalam 3 dosis. Selain itu klien direncakan untuk PCI.
KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan suatu gangguan dimana jantung


mengalami iskemi akibat penurunan aliran darah ke jantung secara tiba-tiba. (Hana
Ariyani, 2014).

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan suatu sindrom yang terdiri dari
beberapa penyakit koroner yaitu angina tak stabil (unstable angina), infark miokard
non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektoris pasca
infark atau pasca tindakan intervensi koroner perkutan ditandai dengan manifestasi
klinis rasa tidak enak di dada atau gejala lain sebagai akibat iskemia miokardium.
(McGraw Hill, 2000).

Sindrom koroner akut (SKA) merupakan suatu kasus kegawat daruratan


terutama dalam pembuluh darah koroner dan merupakan sekumpulan sindrom
koroner pada jantung yang awalnya bermula dengan adanya suatu akibat dari proses
atherotrombosis yang terdiri dari aterosklerosis dan trombosis. (Nur Ainiyah, 2015)

B. FAKTOR RESIKO
1. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi antara lain:
 Hipertensi
 Diabetes
 Hiperkolesterolemia
 Merokok
 Kurang latihan
 Diit dengan kadar lemak tinggi
 Obesitas
 Stress
2. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
 Riwayat PJK dalam keluarga
 Usia di atas 45 tahun
 Jenis kelamin laki-laki>perempuan
 Etnis tertentu lebih besar resiko terkena PJK

C. ETIOLOGI

Sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada penyempitan pembuluh


darah jantung (vasokonstriksi).
1. Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
Penyebab paling sering adalah penurunan perfusi miokard oleh karena
penyempitan arteri koroner sebagai akibat dari trombus yang ada pada plak
aterosklerosis yang rupture dan biasanya tidak sampai menyumbat.
2. Obstruksi dinamik
Penyebab yang agak jarang adalah obstruksi dinamik, yang mungkin
oleh spasme fokal yang terus menerus pada segmen aretri koroner
epikardium (angina prinzmetal). Spasme ini disebabkan oleh
hiperkontraktilitas otot polos pembuluh darah dan atau akibat adanya
disfungsi endotel. Obstruksi dinamik koroner dapat juga diakibatkan oleh
konstruksi abnormal pada pembuluh darah yang lebih kecil.
3. Obstruksi mekanik yang progresif.
Penyebab ketiga SKA adalah penyempitan yang hebat namun bukan
karena spase atau trombus. Hal ini terjadi pada sejumlah pasien dengan
aterosklerosi progresif atau dengan stenosis ulang setelah
intervensikoroner perkutan (PCI).
4. Inflamasi dan atau infeksi
Penyebab keempat adalah inflamasi, disebabkan oleh yang
berhubungan dengan infeksi, yang mungkin menyebabkan penyempitan
arteru, destabilisasi plak, ruptur dan trombogenesis. Makrofag dan
limfosit-T di dinding plak meningkatkan ekspresi enzim seperti
mealoproteinase, yang dapat mengakibatkan penipisan dan ruptru palk,
sehingga selanjutnya dapat mengakibatkan SKA.
5. Faktor dan keadaan pencetus
Penyebab kelima adalah SKA yang merupakan akibat sekunder dari
kondisi pencetus diluar arteri koroner. Pada pasien ini ada penyebab dapat
berupa penyempitan arteri koroner yang mengakibatkan terbatsnya perfusi
miokard, dan mereka biasanya menderita angina stabil yang kronik.

D. MANIFESTASI KLINIS

Gejala sinrom koroner akut berupa keluhan nyeri ditengah dad, seperti: rasa
ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher, lengan kiri dan kanan, serta ulu hati,
rasa terbakar dengan sesak napas dan berkeringat dingin, dan keluhan nyeri ini bisa
merambat ke kedua rahang gigi kanan atau kuru, bahu serta punggung.

Gejala kliniknya meliputi:


1. Terbentuknya trombus yang menyebabkan darah sukar mengalir ke otot
jantung dan daerah yang diperdarahi menjadi terancam mati.
2. Rasa nyeri, rasa terjepit, kram, rasa berat atau terbakar di dada (angina).
Lokasi nyeri biasanya berada di sisi tengah atau kiri dada dan berlangsung
selama lebih dari 20 menit. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke rahang bawah,
leher, bahu dan lengan serta ke punggung. Nyaeri dapat timbul pada
penderita yang sebelumnya belum pernah mengalami hal ini aatau pad
penderita yang pernah mengalami angina, namun pas kali ini pola
serangannya menjadi lebih berat atau lebih sering.
3. Selain gejala-gejala yang khas di atasbisa juga terjadi penderita hanya
mengeluh seolah pencernaannya terganggu atau hanya berupa nyeri yang
terasa di ulu hati. Keluhan diatas dapat disertai dengan sesak, muntah atau
keringat dingin.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling sering :
 Aritmia
 Gagal jantung
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pemeriksaan Analisa Gas Darah
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan Profile Lipid

G. PENATALAKSANAAN/TERAPI MEDIS
Prinsip umum:
 Menegembalikan aliran darah koroner dengan trombolitik/PTCA
primer untuk menyelamatkan otot jantung dari infatk miokard.
 Membatasi luasnya infarj miokard
 Mempertahankan fungsi jantung
 Memerlambat atau menghentikan progresifitas penyakit
 Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan
angina
 Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.

Terapi awal:

 Oksigenasi: Langkah ini segera dilakukan karena dapat membatasi


kekurangan oksigen pada miokard yang mengalami cedera serta
menurunkan beratnya ST-elevasi. Ini dilakukan sampai dengan pasien
stabil dengan level oksigen 2–3 liter/ menit secara kanul hidung.
 Nitrogliserin (NTG): digunakan pada pasien yang tidak hipotensi.
Mula-mula secara sublingual (SL) (0,3 – 0,6 mg ), atau aerosol spray.
Jika sakit dada tetap ada setelah 3x NTG setiap 5 menit dilanjutkan
dengan drip intravena 5–10 ug/menit (jangan lebih 200 ug/menit ) dan
tekanan darah sistolik jangan kurang dari 100 mmHg. Manfaatnya
ialah memperbaiki pengiriman oksigen ke miokard; menurunkan
kebutuhan oksigen di miokard; menurunkan beban awal (preload)
sehingga mengubah tegangan dinding ventrikel; dilatasi arteri koroner
besar dan memperbaiki aliran kolateral; serta menghambat agregasi
platelet (masih menjadi pertanyaan).
 Morphine: Obat ini bermanfaat untuk mengurangi kecemasan dan
kegelisahan; mengurangi rasa sakit akibat iskemia; meningkatkan
venous capacitance; menurunkan tahanan pembuluh sistemik; serta
nadi menurun dan tekanan darah juga menurun, sehingga preload dan
after load menurun, beban miokard berkurang, pasien tenang tidak
kesakitan. Dosis 2 – 4 mg intravena sambil memperhatikan efek
samping mual, bradikardi, dan depresi pernapasan.
 Aspirin: harus diberikan kepada semua pasien sindrom koroner akut
jika tidak ada kontraindikasi (ulkus gaster, asma bronkial). Efeknya
ialah menghambat siklooksigenase –1 dalam platelet dan mencegah
pembentukan tromboksan-A2. Kedua hal tersebut menyebabkan
agregasi platelet dan konstriksi arterial.
 Penelitian ISIS-2 (International Study of Infarct Survival) menyatakan
bahwa Aspirin menurunkan mortalitas sebanyak 19%, sedangkan "The
Antiplatelet Trialists Colaboration" melaporkan adanya penurunan
kejadian vaskular IMA risiko tinggi dari 14% menjadi 10% dan
nonfatal IMA sebesar 30%. Dosis yang dianjurkan ialah 160–325 mg
perhari, dan absorpsinya lebih baik "chewable" dari pada tablet,
terutama pada stadium awal 3,4. Aspirin suppositoria (325 mg) dapat
diberikan pada pasien yang mual atau muntah 4.
 Aspirin boleh diberikan bersama atau setelah pemberian GPIIb/IIIa-I
atau UFH (unfractioned heparin). Ternyata efektif dalam menurunkan
kematian, infark miokard, dan berulangnya angina pectoris.
 Antitrombolitik lain: Clopidogrel, Ticlopidine: derivat tinopiridin ini
menghambat agregasi platelet, memperpanjang waktu perdarahan, dan
menurunkan viskositas darah dengan cara menghambat aksi ADP
(adenosine diphosphate) pada reseptor platelet., sehingga menurunkan
kejadian iskemi.

H. URAIAN MEKANISME TERJADINYA

Sindrom Koroner Akut (SKA) dimulai dengan adanya ruptur plak arteri
koroner, aktivasi kaskade pembekuan dan platelet, pembentukan trombus, serta
aliran darah koroner yang mendadak berkurang. Hal ini terjadi pada plak koroner
yang kaya lipid dengan fibrous cap yang tipis (vulnerable plaque). Ini disebut fase
plaque disruption ‘disrupsi plak’. Setelah plak mengalami ruptur maka faktor
jaringan (tissue factor) dikeluarkan dan bersama faktor VIIa membentuk tissue factor
VIIa complex mengaktifkan faktor X menjadi faktor Xa sebagai penyebab terjadinya
produksi trombin yang banyak. Adanya adesi platelet, aktivasi, dan agregasi,
menyebabkan pembentukan trombus arteri koroner. Ini disebut fase acute
thrombosis. Proses inflamasi yang melibatkan aktivasi makrofage dan sel T limfosit,
proteinase, dan sitokin, menyokong terjadinya ruptur plak serta trombosis tersebut.
Sel inflamasi tersebut bertanggung jawab terhadap destabilisasi plak melalui
perubahan dalam antiadesif dan antikoagulan menjadi prokoagulan sel endotelial,
yang menghasilkan faktor jaringan dalam monosit sehingga menyebabkan ruptur
plak. Oleh karena itu, adanya leukositosis dan peningkatan kadar CRP merupakan
petanda inflamasi pada kejadian koroner akut (IMA) dan mempunyai nilai
prognostic.

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Anamnese
Keluhan utama:
Pasien mengeluh nyeri dada substernal terasa diremas-remas serta menjalar ke
lengan kirinya dan mengeluh pusing dan mual.
Riwayat kesehatan sekarang:
Pasien mengatakan mengalami nyeri dada substernal terasa di remas-remas dan
mengeluh pusing dan mual. Pasien memilki berat badan lebih tetapi akhir-akhir
ini berkurang sebanyak 4,5 kg serta jarang sekali olahraga.

Riwayat kesehatan masa lalu:


Klien memilki riwayat angina stabil kronik dan hipertensi

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi, nyeri
Batasan karakteristik:
 Sesak napas

Data yang perlu dikaji lebih lanjut:

 Mengkaji pola napas (frekuensi), berapa lama sesak napas?


 Sesak napas terjadi saat istirahat atau beraktivitas?
 Penyebab terjadi sesak napas?
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung

Batasan karakteristik:

 Angina stabil kronik


 Disforesis

Data yang perlu dikaji lebih lanjut:

 Apakah mengalami perubahan warna kulit (mis., pucat, sianosis)?


 Apakah pasien mengalami perubahan tekanan darah?
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit

Batasan karakteristik:

 Nyeri dada
 Pusing
 Mual
 Angina

Data yang perlu dikaji lebih lanjut:

 mengkaji nyeri pasien (PQST)?


 kapan terjadinya pusing dan mual?
 apa penyebab pusing dan mual pasien?
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1 DK : Label NOC : Label NIC :
ketidakefektifan pola Status pernafasan : Manajemen jalan
napas b.d dipertahankan pada skala 2 napas 186
hiperventilasi, nyeri ditingkatkan pada skala 4O Observasi/monitor:
dengan  Monitor status
DS: Indikator : pernapasan dan
 pasien mengatakan 1. Frekuensi pernafasan oksigenasi sebagai
sesak napas 2. Irama pernafasan mana mestinya
3. Kedalaman pernafasan Mandiri :
DO : 4. Dispnea saat latihan  Posisikan pasien
 RR : 26x/menit 5. Saturasi oksigen untuk
 Pasien mendapatkan 6. Batuk memaksimalkan
terapi oksigen 2 ventilasi
Lpm  Posisikan untuk
 SaO2>93% meringankan jalan
 HbA1C9,0% napas
 Pasien mendapatkan Kolaborasi :
obat aspirin 324 mg  Lakukan
 Pasien mendapatkan fisioterapi dada
nitrogliserin sebagaimana
mestinya
Data yang perlu dikaji Edukasi :
lebih lanjut :  Ajarkan pasien
 Mengkaji pola napas untuk melakukan
(frekuensi), berapa batuk efektif
lama sesak napas?
 Sesak napas terjadi Label NOC : Label NIC :
saat istirahat atau Pengetahuan: manajemen Manajemen syok:
beraktivitas? gagal jantung jantung
 Penyebab terjadi dipertahankan pada skala 2 Obesevasi/monitor :
sesak napas? ditingkatkan ke skala 4  Monitor tanda dan
dengan gejala penurunan
Indikator : curah jantung serta
1. Tanda dan gejala saturasi oksigen
kelelahan vena sentral
2. Strategi untuk  Monitor adanya
mengatur berat badan perubahan ST
3. Efek teraupetik obat dalam EKG,
peningkatan
enzim jantung
sesuai kebutuhan.
Mandiri :
 Auskultasi
suara napas
terhadap bunyi
cracles atau
suara
tambahan
lainnya
Kolaborasi :
 Berikan inotropik
positif/ medikasi
untuk
kontraktilitas
serta berikan
oksigen sesuai
kebutuhan.
ajarkan
mengenai
kelelahan (gejala
yang mungkin
muncul dan
kekambuhan
yang mungkun
nanti akan
muncul kembali.
Edukasi :
 Ajarkan posisi
miring ke samping
sesuai indikasi
untuk mencegah
aspirasi

Label NOC : Label NIC:


Status pernafasan: Manjemen jalan
ventilasi dipertahankan napas: ventilasi
pada skala 2 ditingkatkan Obesevasi/monitor :
pada skala 4 dengan  Monitor suara
Indikator : crecles di jalan
1. Hasil rontgen dada napas.
2. Penggunaan otot Mandiri :
bantu napas  Posisikan pasien
3. Dipsnea saat untuk
latihan memaksimalkan
4. Suara perkusi ventilasi.
napas Kolaborasi :
 Kelola udara atau
oksigen yang
dilembabkan
sebagaimana
mestinya.
Edukasi :
 Instruksikan
bagaimana agar
bisa melakukan
batuk efektif serta
motivasi pasien
untuk bernapas
pelan, dalam, dan
batuk.

2 DK : Label NOC : Label NIC :


Penurunan curah Keefektifan pompa Perawatan jantung
jantung b.d perubahan jantung 115 dipertahankan 364
frekuensi jantung pada skala 1 ditingkatkan Obeservasi/monitor :
ke skala 4 dengan  Monitor sesak
DS : Indikator : napas, kelelahan,
 Pasien mengatakan 1. Tekanan darah sistol takipnea.
mempunyai riwayat 2. Tekanan darah diastol  Monitor EKG
angina stabil kronik 3. Denyut jantung apikal adkah segmen ST,
 Pasien mengatakan 4. Angina sebagaimana
sering berkeringat mestinya
Label NOC : Mandiri :
DO : Status sirkulasi 561  Catat tanda dan
 Nadi : 120x/menit dipertahankan pada skala 2 gelaja penurunan
 Tekanan Darah : ditingkatkan ke skala 4 curah jantung
165/100mmHg dengan Kolaborasi :
 diaforesis Indikator :  Sediakan terapi
 Hasil EKG : 1. Tekanan darah sistol antiaritmia sesuai
kontraksi ventrikular 2. Tekanan darah diastol kebijakan unit,
prematur 3. Tekanan nadi sebagaimana
 ST elevasi pada lead 4. Pao2 (tekanan parsial mestinya
II, III, aVf, V5, V6 oksigen dalam darah) Edukasi :
 Peningkatan kadar  Ajarkan pasien
troponin untuk segera
 Kolesterol 350 melaporkan bila
mg/dL merasakan nyeri
 HbA1C9,0% dada
 Pasien mendapatkan Label NIC:
terapi obat heparin Pencegahan Syok 280
dan eptifibatide Observasi/monitor:
 Pasien mendapatkan  Monitor status
sirkulasi
terapi obat (misalnya
metoprolol 5 mg tekanan darah,
warna kulit,
Data yang perlu dikaji bunyi jantung,
lebih lanjut : nadi dan
 Apakah mengalami irama,
perubahan warna kekuatan dan
kulit (mis., pucat, kualitas nadi
sianosis)? perifer dan
 Apakah pasien pengisian
mengalami kapiler)
perubahan tekanan Mandiri:
darah?  Berikan dan
pertahankan
kepatenan
jalan naps,
sesuai
kebutuhan
Kolaborasi:
 Berikan
epineprin
melalui IV,
intraosseous,
dan
endotrakheal
dengan tepat
Edukasi:
 Anjurkan
pasien dan
keluarga
menegnai
faktor-faktor
pemicu syok

Label NOC : Label NIC:


Status jantung paru 527 Monitor tanda-tanda
dipertahankan pada skala 2 vital 237
ditingkatkan ke skala 4 Observasi/monitor:
dengan  Monitor
Indikator : tekanan darah,
1. Tekanan darah sistol nadi, suhu dan
2. Tekanan darah diastol status
3. Kedalaman insprirasi pernafasan
4. Irama pernafasan dengan cepat
5. diaforesis Mandiri:
 Auskultasi
tekanan darah
di kedua
lengan dan
bandingkan
Kolaborasi:
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab
perubahan
tanda-tanda
vital
Edukasi:
 Periksa secara
berkala
keakuratan
instrumen
yang
digunakan
untuk
perolehan data
pasien
 Catat gaya dan
fluktuasi yang
luas pada
tekanan darah
3 DK : Label NOC : Label NIC :
Gangguan rasa nyaman Status kenyamanan fisik manajemen nyeri 198
b.d gejala terkait 529 dipertahankan pada Observasi/monitor :
penyakit skala 3 ditingkatkan ke  lakukan
skala 5 dengan pengkajian nyeri
DS : Indikator : komprehensif yang
 Pasien mengatakan 1. mual meliputi lokasi,
nyeri di bagian dada 2. nyeri otot karakteristik,
 Pasien mengatakan 3. sesak napas durasi, frekuensi,
mual kualitas, intensitas,
 Pasien mengatakan dan faktor
pusing pencetus
 Pasien mengatakan Mandiri :
mempunyai riwayat  dorong pasien
angina stabil kronik untuk
menggunakan
DO : obat-obatan
 Diaforesis penurun nyeri
yang adekuat
 Sesak napas Kolaborasi :
 Pasien mendapatkan  berikan obat
terapi obat morfin 2- sebelum
4 mg melakukan
aktifitas untuk
Data yang perlu dikaji meningkatkan
lebih lanjut : pastisipasi namun
 mengkaji nyeri lakukan evaluasi
pasien (PQST)? mengenai bahaya
 kapan terjadinya dan sedasi
pusing dan mual?
 apa penyebab pusing Edukasi :
dan mual pasien?  ajarkan
penggunaan teknik
nonfarmakologi

Label NOC : Label NIC :


Kontrol gejala 243 pemberian obat 253
dipertahankan pada skala 4 Observasi/monitor :
ditingkatkan ke skala 2  monitor
dengan kemungkinan
Indikator : alergi terhadap
1. memantau obat
munculnya gejala  monitor terhadap
2. memantau lama kelainan efek
bertahannya gejala lanjut
3. memantau Mandiri :
keparahan gejala  catat alergi yang
4. memantau dialami klien
frekuansi gejala sebelum
5. melakukan pemberian obat
tindakan untuk dan tahan oabt-
mengurangi gejala obatn jika
6. melaporkan gejala diperlukan
yang dapat Kolaborasi :
dikontrol  perivikasi
perubahan bentuk
obat sebelum
pemberian obat
Edukasi :
 instruksikan klien
dan keluarga
mengenai efek
yang diharapkan
dan efek lanjut
obat

Label NOC : Label NIC:


Tingkat nyeri 577 Terapi relaksasi 446
dipertahankan pada skala 3 Observasi/monitor:
ditingkatkan ke skala 5  berikan
dengan deskripssi
Indikator : detail terkait
1. mengeluarkan intervensi
keringat relaksasi
2. mual tertentu
3. nyeri yang Mandiri:
dilaporkan  bantu klien
4. frekuensi napas untuk
5. tekanan darah mengambil
posisi yang
nyaman
dengan
pakaian
longgar
Kolaborasi:
 gunakan
relaksasi
sebagai
strategi
tambahandeng
an
penggunaan
obat0obatan
nyeri atau
sejalan dengan
terapi lainnya
Edukasi:
 antisipasi
kebutuhan
penggunaan
relaksasi

S-ar putea să vă placă și