Sunteți pe pagina 1din 5

Sirkulasi adalah prasarana penghubung vital yang menghubungkan berbagai kegiatan dan

penggunaan dalam sebuah tapak. Sirkulasi dapat juga digambarkan sebagai satu-satunya cara
seseorang untuk bisa mengalami sepenuhnya tapak dalam tiga dimensi. Pengalaman berbeda-
beda saat menelusuri sebuah tapak, dapat diciptakan melalui perubahan-perubahan dalam sistem
sirkulasinya.
Sistem sirkulasi menggambarkan seluruh pola-pola pergerakan kendaraan, barang, dan pejalan
kaki di dalam dan keluar-masuk tapak. Selain itu, sistem sirkulasi dalam tapak juga
menghubungkan tapak tersebut dengan jaringan sistem sirkulasi di luar tapak.
SISTEM PEJALAN KAKI
Sistem pejalan kaki dicirikan oleh kelonggaran (looseness) dan fleksibilitas dari gerakan,
berkecepatan rendah, menggunakan skala manusia, dan relatif kecil jalan-jalannya.
Dibandingkan sistem sirkulasi lainnya, sistem sirkulasi pejalan kaki memberikan kebebasan
paling banyak dalam perancangan. Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia untuk
memanjat tanjakan-tanjakan yang curam, membelok di sudut-sudut yang tajam, dan berubah arah
atau berhenti semaunya. Meskipun ada kebebasan semacam itu, tetap harus ada kendali yang
cukup dalam perancangan sistem sirkulasi pejalan kaki. Terlalu sedikit kendali akan
menyebabkan munculnya jalan-jalan pintas yang merusak penampilan tapak, sementara terlalu
banyak kekakuan akan menyebabkan pejalan kaki merasa terhambat.

SISTEM KENDARAAN BERMOTOR


Sistem kendaraan bermotor adalah sistem yang paling rumit dibanding sistem sirkulasi lainnya.
Selain itu, sistem kendaraan bermotor memerlukan infrastruktur penunjang yang tidak sedikit.
Sistem ini dicirikan oleh variasi kecepatan dan ukuran kendaraan yang menentukan besar ruang
yang akan dilalui dan ruang untuk penyimpanan (parkir). Karena ukuran yang signifikan,
persyaratan teknis yang tidak sederhana, dan biaya yang tidak sedikit yang diperlukan untuk
membangun sistem ini, maka seringkali perancangan sistem kendaraan bermotor menetukan
susunan elemen tapak lainnya.

NAMA-NAMA BAGIAN JALAN


1. Daerah Milik Jalan (Right of Way)
Daerah Milik Jalan ("right of way") dibatasi dengan tanda batas Daerah Milik Jalan.
DAMIJA merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh PembinaJalan. DAMIJA ini diperuntukkan bagi daerah manfaat jalan
(DAMAJA) dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur lalu-lintas dikemudian hari
serta kebutuhan ruang untuk pengamanan jalan
2. Daerah Manfaat Jalan
Daerah Manfaat Jalan adalah suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan
terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Ruang tersebut
diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi
jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainnya.
3. Daerah Pengawasan Jalan
Daerah Pengawasan Jalan adalah sejalur tanah tertentu yang terletak di luar Daerah Milik
Jalan, yang penggunaannya diawasi oleh pembina jalan, dengan maksud agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan, dalam hal tidak
cukup luasnya Daerah Milik Jalan.
4. Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian dari jalan yang terletak pada tepi kiri dan atau kanan jalan dan
berfungsi sebagai: jalur lalu-lintas darurat, tempat berhenti sementara, ruang bebas
samping, penyangga kestabilan badan jalan, dan jalur sepeda (bahu diperkeras).
5. Badan Jalan
Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
6. Jalur Pedestrian
Jalur untuk pedestrian atau pejalan kaki dapat berupa trotoar, plaza, jembatan
penyebrangan, ataupun jalan khusus seperti terowongan underpass.
7. Jalur Hijau
Pada jalan yang dirancang dengan baik, sesuai dengan peraturan pemerintah, akan selalu
terdapat jalur untuk vegetasi peneduh. Jalur ini biasanya berfungsi juga sebagai pembatas
ruang antara jalur pedestian dan jalur kendaraan bermotor.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Pola Perilaku Sirkulasi

Di Pasar Peunayong banyak yang berperilaku


kurang tepat yang tidak sesuai dengan fungsinya
yang dilakukan oleh pedagang yang berjualan
serta pengunjung Pasar Peunayong. Banyak
faktor yang membuat masyarakat berperilaku
demikian. Baik dari kesalahan masyarakat itu
sendiri, maupun fasilitas yang kurang memadai
yang disediakan oleh pemerintah.

1. Pola Perilaku A
Banyak
pengunjung dan
penjual yang
memarkirkan
kendaraan
sembarangan
sehingga

mengganggu sirkulasi kendaraan bermotor. Padahal sudah sangat jelas dipasang rambu
jalan larangan parkir namun masyarakat tetap memarkirkan kendaaraan mereka pada
trotoar dan bahu jalan. Masyarakat berperilaku demikian akibat kurangnya lahan parkir
yang disediakan oleh pemerintah

2. Pola Perilakku B

Para pedagang berjualan tidak pada area yang disarankan. Seperti pada bahu jalan, trotoar
jalan serta tangga yang seharusnya menjadi sirkulasi pejalan kaki. Perilaku demikian
dapat mengganggu sirkulasi pejalan kaki. Faktor penyebab para pedagang berperilaku
seperti itu adalah kurangnya lapak berdagang sehingga tidak ada area yang dapat
digunakan untuk berdagang lagi, dan juga pendapatan rendah para pedagang sehingga
tidak mampu menyewa pada lapak yang telah disediakan.

3. Pola Perilaku C
Pengunjung Pasar Peunayong yang duduk pada trotoar jalan juga dapat mengganggu
sirkulasi pejalan kaki. Tidak adanya fasilitas tempat duduk menjadi faktor masyarakat
berperilaku demikian. Seharusnya penyediaan area menunggu sangat dibutuhkan oleh
pengunjung pasar.

Solusi

1. Kesalahan perilaku parkir yang


mengganggu sirkulasi kendaraan bermotor
menjadi masalah.Dalam usaha menangani
masalah tersebut, maka diperlukan
pengadaan oleh pemerintah lahan parkir
yang cukup,
dan
penentuan
bentuk
permodelan parkir yang tepat pada lahan parkir yang
ada, dimana kebutuhan akan lahan parkir dan prasarana
yang dibutuhkan haruslah seimbang dan disesuaikan
dengan karakteristik perparkiran

2. Sebagai upaya pengendalian,


Pemerintah melakukan relokasi
dan penertiban di beberapa
koridor jalan berlokasinya
PKL. Selain itu juga melakukan
penertiban khususnya di
koridor utama Kawasan Pasar
Peunayong. Oleh karena itu,
perlu adanya preferensi pedagang dalam penentuan lokasi PKL sehingga diharapkan
regulator dapat mempertimbangkan keinginan pedagang dalam menentukan lokasi
PKL.
3. Bila memang harus menunggu bagi
pengunjung Pasar Peunayong dan tidak
memungkinkan untuk meninggalkan
pasar, pemerintah dapat menyediakan
bagi para pengunjung pasar area ruang
tunggu ata bersantai menghilangkan
lelah usai berbelanja. sejumlah pertokoan
dan tempat makan juga dapat menjadi
pilihan namun tidak semua pengunjung memiliki uang yang cukup.

S-ar putea să vă placă și