6.

2B General Case for Diffusion of Gases A and B Plus Convection

Up to now we ha ve considered Fick's law for diffusion in a stationary fluid; i.e., there has been no
net movement or convective flow of the entire phase of the binary mixture A and B. The diffusion
flux J~ occurred because· of the concentration gradient. The rate at which moles of A passed a fixed
point to the right, which will be taken as a positive flux, is J~ kg mol A/s' m2. This flux can be
converted to a velocity of diffusion of A to the right by

6.2-7)

where v Ad is the diffusion veloci ty of A in m/s. Now let us consider what happens when the whole
fluid is moving in bulk or convective flow to the right. The molar average velocity of the whole fluid
relative to a stationary point is V.\j m/s. Component A is still diffusing to the right, but now its
diffusion velocity VAd is ID<;asured relative to the moving fluid. To a stationary observer A is moving
faster than the bulk of the phase, since its diffusion velocity v Ad is added to that of the bulk phase
VI>{' Expressed mathematically, the velocity of A relative to the stationary point is the sum of the
diffusion velocity and the average or convective velocity.

(6.2-8

where VA is the velocity of A relative to a stationary point. Expressed pictorially,

GAMBAR

Multiplying Eq. (6.2-8) by CA,

6.2-9)

Each of the three terms represents a flux. The first term, C A v A, can be represented by the flux NA
kg mol Als· m2• This is the total flux of A relative to the stationary point. The second term is J~ , the
diffusion flux relative to the moving fluid. The third term is the convective flux of A relative to the
stationary point. Hence, Eq. (6.2-9) becomes

6.2-10)

Let N be the total convective flux of the whole stream relative to the stationary point. Then,

6.2-11)

Or, solving for VM ,

6.2-12)
Substituting Eq. (6.2-12) into (6.2-10),

6.2-13

Since J~ is Fick's law, Eq. (6.1-7),

6.2-14)

Equation (6.2-14) is the final general equation for diffusion plus convection to use when the flux N A
is used, which is relative to a stationary point. A similar equation can be written for N B .

6.2-15)

To solve Eq. (6.2-14) or (6.2-15), the relation between the flux N A and N B must be known. Equa
tions (6.2-14) and (6.2-15) hold for diffusion in a gas, liquid, or solid. For equimolar
counterdiffusion,N A N B and the convective term in Eq. (6.2-14) becomes zero. Then, N A J~ N B -J; .

6.2C Special Case for A Diffusing Through Stagnant, NonditTusing B'

The case of diffusion of A through stagnant or nondifTusing B at steady state often occurs. In this
case one boundary at the end of the diffusion path is impermeable to component B, so it cannot
pass through. One example shown in Fig. 6.2-2a is in evaporation of a pure liquid such as benzene
(A) at the bottom of a narrow tube, where a large amount of inert or nondiffusing air (B) is passed
over the top. The benzene vapor (A) diffuses through the air (B) in the tube. The boundary at the
liquid surface at point 1 is impermeable to air, since air is insoluble in benzene liquid. Hence, air (B)
cannot diffuse into or away from the surface. At point 2 the partial pressure PA2 = 0, since a large
volume of air is passing by.

Another example shown in Fig. 6.2-2b occurs in the absorption of NH3 (A) vapor which is in air
(B) by water. The water surface is impermeable to the air, since air is only very slightly soluble in
water. Thus, since B cannot difTuse,N B O

To derive the case for A diffusing III stagnant, nondiffusing B, N BOis substituted into the
general Eq. (6.2-14).

6.2-16)

GAMBAR

Keeping the total pressure P constant, substituting c = PIRT, PA = XA P, and cAlc = PAIPinto Eq.(6.2-
16),
 6.2-17)

Rearranging and integrating,

(6.2-18)

6.2-19)

6.2-20

Equation (6.2-20) is the final equation to be used to calculate the flux of A. How-ever, it is often
written in another form as follows. A log mean value of th,e inert B is defined as follows. Since P =
PAl + PSI = PAl + PSl' PSI = P -PAl' and PS2 P PAl'

6.2-21)

TS
6.2B Kasus Umum untuk Difusi Gas A dan B Plus Konveksi

Hingga kini kami telah mempertimbangkan hukum Fick untuk difusi dalam fluida stasioner; yaitu,
belum ada pergerakan bersih atau aliran konvektif dari seluruh fase campuran biner A dan B. Fluks
difusi J ~ terjadi karena · gradien konsentrasi. Tingkat di mana mol A melewati titik tetap ke kanan,
yang akan dianggap sebagai fluks positif, adalah J ~ kg mol A / s 'm2. Fluks ini dapat dikonversi
menjadi kecepatan difusi A ke kanan

6.2-7)

di mana v Ad adalah kecepatan difusi A dalam m / s. Sekarang mari kita perhatikan apa yang terjadi
ketika seluruh cairan bergerak dalam jumlah besar atau aliran konvektif ke kanan. Kecepatan rata-
rata molar seluruh cairan relatif terhadap titik stasioner adalah V. \ jm / s. Komponen A masih
menyebar ke kanan, tetapi sekarang kecepatan difusinya VAd adalah ID <; diasuransikan relatif
terhadap fluida bergerak. Untuk pengamat stasioner A bergerak lebih cepat daripada sebagian besar
fase, karena kecepatan difusi v Ad ditambahkan ke fase massal VI> {'Dinyatakan secara matematis,
kecepatan A relatif terhadap titik stasioner adalah jumlah dari kecepatan difusi dan kecepatan rata-
rata atau konvektif.

(6.2-8
di mana VA adalah kecepatan A relatif ke titik stasioner. Dinyatakan secara gambar,
GAMBAR
Mengalikan Persamaan. (6.2-8) oleh CA,
6.2-9)
Masing-masing dari ketiga istilah mewakili fluks. Istilah pertama, C A v A, dapat diwakili oleh fluks
NA kg mol Als · m2 • Ini adalah total fluks A relatif terhadap titik stasioner. Istilah kedua adalah J ~,
fluks difusi relatif terhadap fluida bergerak. Istilah ketiga adalah fluks konvektif A relatif ke titik
stasioner. Oleh karena itu, Persamaan. (6.2-9) menjadi

6.2-10)
Misalkan N adalah fluks konvektif total seluruh aliran relatif terhadap titik stasioner. Kemudian,
6.2-11)
Atau, pemecahan untuk VM,
6.2-12)
Mengganti Persamaan. (6.2-12) menjadi (6.2-10),
6.2-13
Karena J ~ adalah hukum Fick, Persamaan. (6.1-7),
6.2-14)
Persamaan (6.2-14) adalah persamaan umum akhir untuk difusi plus konveksi untuk digunakan
ketika fluks N A digunakan, yang relatif terhadap titik stasioner. Persamaan yang sama dapat ditulis
untuk NB.
6.2-15)
Untuk memecahkan Persamaan. (6.2-14) atau (6.2-15), hubungan antara fluks N A dan N B harus
diketahui. Persamaan (6.2-14) dan (6.2-15) tahan untuk difusi dalam gas, cairan, atau padatan.
Untuk counterdiffusion equimolar, N A N B dan istilah konvektif dalam Persamaan. (6.2-14) menjadi
nol. Kemudian, N A J ~ N B -J; .

6.2C Kasus Khusus untuk Penyebaran Melalui Stagnan, NonditTusing B '

Kasus difusi A melalui stagnan atau tidak menggunakan B pada kondisi tunak sering terjadi. Dalam
hal ini satu batas pada ujung jalur difusi tidak tembus ke komponen B, sehingga tidak dapat
melewati. Salah satu contoh yang ditunjukkan pada Gambar 6.2-2a adalah penguapan cairan murni
seperti benzena (A) di bagian bawah tabung sempit, di mana sejumlah besar udara lembam atau
tidak menggunakan (B) dilewatkan di atas. Uap benzena (A) berdifusi melalui udara (B) dalam
tabung. Batas pada permukaan cairan pada titik 1 tidak tembus terhadap udara, karena udara tidak
larut dalam cairan benzena. Karenanya, udara (B) tidak dapat berdifusi ke dalam atau menjauh dari
permukaan. Pada titik 2 tekanan parsial PA2 = 0, karena volume udara yang besar lewat.

Contoh lain yang ditunjukkan pada Gambar. 6.2-2b terjadi dalam penyerapan uap NH3 (A) yang
ada di udara (B) oleh air. Permukaan air kedap udara, karena udara hanya sedikit larut dalam air.
Jadi, karena B tidak dapat difuse, N B O

Untuk menurunkan kasus untuk A yang menyebar III stagnan, tidak B, N BOis diganti ke
Persamaan umum. (6.2-14).
6.2-16)

GAMBAR
Menjaga tekanan total P konstan, menggantikan c = PIRT, PA = XA P, dan cAlc = PAIPinto Persamaan
(6.2-16),
6.2-17)
Mengatur ulang dan mengintegrasikan,
(6.2-18)
 6.2-19)
6.2-20
Persamaan (6.2-20) adalah persamaan akhir yang digunakan untuk menghitung fluks A. Namun,
sering ditulis dalam bentuk lain sebagai berikut. Nilai rata-rata log dari th, dan inert B didefinisikan
sebagai berikut. Karena P = PAl + PSI = PAl + PSI 'PSI = P-PAl' dan PS2 P PAl '
6.2-21)

222
EXAMPLE 6.2-2. Diffusion of Water Through Stagnant, Nondiffusing Air Water in the bottom
of a narrow metal tube is held at a constant temper-ature of 293 K. The total pressure of air
(assumed dry) is 1.01325 x 105 Pa (1.0 atm) and the temperature is 293 K (20°C). Water
evaporates and diffuses through the air in the tube and the diffusion path Z2 -ZI is 0.1524 m
(0.5 ft) long. The diagram is similar to Fig. 6.2-2a. Calculate the rate of evapor-ation at
steady state in Ib mol/h, ftl and kg mol/s· ml. The diifusivity of water vapor at 293 K and 1
atm pressure is 0.250 x 10-4 mlls. Assume that the system is isothermal. Use SI and English
units.

Solution: The diffusivity is converted to ftl/h by using the conversion factor from Appendix
A.I.

DAS = 0.250 X 10-4 (3.875 X 104) = 0.969 f

From Appendix A.2 the vapor pressure of water at 20°C is 17.54 mm or PAl = 17.54/760
0.0231 atm = 0.0231(1.01325 x 105) = 2.341 X 103 Pa, PAl 0 (pure air). Since the
temperature is 20"C (68°F), T = 460 + 68 = 528°R 293 K. From Appendix A.I, R = 0.730 ft3•
atm/lb mol· OR. To calculate the value of PSM from Eq. (6.2-21),

PSI = P -PAl = 1.00 -0.0231 = 0.9769 atm

PS2 P -PAl 1.00 0 1.00 atm 1.00 -0.9769 In (1.00/0.9769) 0.988 atm 1.001 X 105 P

Since PSI is close to PS2, the linear mean (PSI + PBl)/2 could be used and would be very close
to PBM
 Substituting into Eq. (6.2-22) with Z2 -

NA = RT( _) (PAl -PAl) Z2 ZI PBM = 1.175 X 10-4 Ib molJh· ft2 0.5 ft (0.1524 m), 0.969(
1.0XO.0231 0) 0.730(528X0.5XO.988) (0.250 x 1O-4X1.01325 x 105X2.341 x 103 -0) NA 5
8314(293X0.l524

TS
CONTOH 6.2-2. Difusi Air Melalui Stagnan, Air Tidak Menggunakan Air di bagian bawah tabung logam
sempit diadakan pada suhu konstan 293 K. Total tekanan udara (diasumsikan kering) adalah 1,01325
x 105 Pa (1,0 atm) dan suhu adalah 293 K (20 ° C). Air menguap dan berdifusi melalui udara dalam
tabung dan jalur difusi Z2 -ZI panjangnya 0,1524 m (0,5 kaki). Diagram ini mirip dengan Gambar 6.2-
2a. Hitung laju penguapan pada kondisi mapan dalam Ib mol / h, ftl dan kg mol / s · ml. Diifusivitas
uap air pada suhu 293 K dan tekanan 1 atm adalah 0,250 x 10-4 mlls. Anggap sistemnya isotermal.
Gunakan satuan SI dan Inggris.

Solusi: Difusivitas dikonversi ke ftl / h dengan menggunakan faktor konversi dari Lampiran A.I.

DAS = 0,250 X 10-4 (3,875 X 104) = 0,969 f

Dari Lampiran A.2 tekanan uap air pada 20 ° C adalah 17,54 mm atau PAl = 17,54 / 760 0,0231 atm =
0,0231 (1,01325 x 105) = 2,341 X 103 Pa, PAl 0 (udara murni). Karena suhu adalah 20 "C (68 ° F), T =
460 + 68 = 528 ° R 293 K. Dari Lampiran AI, R = 0,730 ft3 • atm / lb mol · ATAU. Untuk menghitung
nilai PSM dari Persamaan. (6.2-21),
PSI = P -PAl = 1,00 -0,0231 = 0,9769 atm
PS2 P -PAl 1,00 0 1,00 atm 1,00 -0,9769 In (1,00 / 0,9769) 0,988 atm 1,001 X 105 P

Karena PSI dekat dengan PS2, rata-rata linier (PSI + PBl) / 2 dapat digunakan dan akan sangat dekat
dengan PBM

Mengganti ke Persamaan. (6.2-22) dengan Z2 -

NA = RT (_) (PAl -PAl) Z2 ZI PBM = 1,175 X 10-4 Ib molJh · ft2 0,5 kaki (0,1524 m), 0,969 (1,0XO,0231
0) 0,730 (528X0,5XO.988) (0,250 x 1O-4X1.01325 x 105X2.341 x 103 -0) NA 5 8314 (293X0.l524

33333
EXAMPLE 6.2-3. Diffusion in a Tube with Change in Path Length Diffusion of
water vapor in a narrow tube is occurring as in Example 6.2-2 under the same
conditions. However, as shown in Fig. 6.2-2a, at a given time r, the level is Z m
from the top. As diffusion proceeds, the level drops slowly. Derive the equation
for the time t F for the level to drop from a starting point of Zo mat t = 0 to ZF
at t = tf s as shown.

Solution: We assume a pseudo-steady-state condition since the level drops

very slowly. As time progresses, the path length Z increases. At any time t, Eq.
(6.2-22) holds; but the path length is z and Eq. (6.2-22) becomes as follows
where N A and z are now variables.

6.2-23)

Assuming a cross-sectional area of 1 m1, the level drops dz m in dt sand PA(dz'

l)JMA is the kg mol of A that have left and diffused. Then,

6.2-24)

Equating Eq. (6.2-24) to (6.2-23), rearranging, 'and integrating between the

limits of z = Zo when t 0 and z Zf when t = tf,

6.2-25)

Solving for tF,

6.2-26)

The method shown in Example 6.2-3 has been used to experimentally

determine the diffusivity DAB' In this experiment the starting path length Zo is
measured at t = 0 and also the final Z f at t p. Then Eg. (6.2-26) is used to
calculate D AS'

6.2D Diffusion Through a V~rying Cross-Sectional Area In the cases so far at

steady state we have considered N A and J~ as constants in the integrations. In
these cases the cross-sectional area A m2 through which the diffusion occurs
has been constant with varying distance z. In some situations the area A may
vary. Then it is convenient to define N A as
 6.2-27)

where N A is kg moles of A diffusing per second or kg mol/so At steady state, N

A will be constant but not A for a varying area.

TS
CONTOH 6.2-3. Difusi dalam Tabung dengan Perubahan Panjang Jalur Difusi uap air dalam tabung
sempit terjadi seperti pada Contoh 6.2-2 dalam kondisi yang sama. Namun, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 6.2-2a, pada waktu tertentu r, levelnya adalah Zm dari atas. Ketika difusi berlanjut,
levelnya turun perlahan. Turunkan persamaan untuk waktu t F untuk level turun dari titik awal Zo
mat t = 0 ke ZF pada t = tf s seperti yang ditunjukkan.

Solusi: Kami mengasumsikan kondisi pseudo-mapan karena level turun sangat lambat. Seiring
berjalannya waktu, panjang jalur Z bertambah. Kapan saja t, Persamaan. (6.2-22) memegang; tetapi
panjang jalurnya adalah z dan Persamaan. (6.2-22) menjadi sebagai berikut di mana N A dan z
sekarang menjadi variabel.

6.2-23)
Dengan asumsi luas penampang 1 m1, level turun dz m di pasir dt PA (dz 'l) JMA adalah kg mol A
yang tersisa dan berdifusi. Kemudian,
6.2-24)
Menyamakan Persamaan. (6.2-24) hingga (6.2-23), mengatur ulang, 'dan mengintegrasikan antara
batas z = Zo saat t 0 dan z Zf saat t = tf,
6.2-25)
Memecahkan untuk tF,
6.2-26)
Metode yang ditunjukkan dalam Contoh 6.2-3 telah digunakan untuk secara eksperimental
menentukan difusivitas DAB 'Dalam percobaan ini panjang jalur awal Zo diukur pada t = 0 dan juga Zf
akhir pada tp. Lalu Eg. (6.2-26) digunakan untuk menghitung D AS '

Difusi 6.2D Melalui Area Cross-Sectional yang Bervariasi Dalam kasus-kasus sejauh ini pada kondisi
mapan kita telah menganggap N A dan J ~ sebagai konstanta dalam integrasi. Dalam kasus-kasus ini
luas penampang A m2 di mana difusi terjadi konstan dengan jarak yang bervariasi z. Dalam beberapa
situasi, area A dapat bervariasi. Maka lebih mudah untuk mendefinisikan N A sebagai
6.2-27)
di mana N A adalah kg mol A yang berdifusi per detik atau kg mol / jadi Pada kondisi tunak, N A akan
konstan tetapi bukan A untuk area yang bervariasi.