Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
OLEH:
ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
2017
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
A. KONSEP TEORI
1. Definisi Kebersihan Diri
Kebersihan diri atau personal hygiene dan lingkungan merupakan bagian dari
kehidupan kita sehari-hari, oleh karena itu sudah seharusnya kita sebagai manusia untuk
selalu memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan kita agar terhindar dari berbagai
macam penyakit. Perawat hendaknya mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai
kebersihan diri dan lingkungan ini, sebagai bekal untuk merawat dirinya sendiri juga untuk
merawat orang lain dalam hal ini adalah pasien, baik di Rumah Sakit, keluarga maupun di
masyarakat.
Perilaku kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut
oleh individu, di samping faktor budaya, sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan, status
ekonomi, dan lain sebagainya. Adanya masalah pada kebersihan diri berdampak pada
kesehatan seseorang. Saat seseorang sakit, salah satu penyebabnya mungkin adalah
kebersihan diri yang kurang. Seperti contohnya, adanya perubahan pada kulit akan
menimbulkan berbagai gangguan fisik dan psikologis.
Jenis-Jenis Kebersihan Diri
Secara tipikal perawatan higien hidung memang sederhana, tetapi sangat vatal
akibatnya jika kebersihan hidung tidak dijaga. Seperti yang kita tahu rongga hidung
merupakan saluran utama udara saat bernafas. Dari sini dapat kita bayangkan kalau
seandainya saluran ini mampet maka udara sulit untuk masuk ataupun keluar dan hal
ini bisa mengakibatkan sesak nafas dan bahkan kematian.
d. Perawatan telinga
Perawatan mulut yang baik memerlukan dua kali sikat gigi sehari, masase gusi
dan pembilasan mulut. Perawat perlu memeriksa mulut pasien setiap hari dan
membantu pasien tersebut untuk merawat gigi dan mulut atau melakukan perawatan
gigi dan mulut untuk pasien. Biasanya perawatan mulut harus dilakukan setiap hari.
Bergantung pada kondisi mulut pasien, perawatan ini mungkin diperlukan lebih sering.
Melakukan perawatan mulut lebih sering sangatlah penting terutama pada pasien yang
puasa. Saat melakukan perawatan mulut, selalu perhatikan adanya pendarahan atau
ulserasi dan tanyakan pasien tentang adanya nyeri.
2. Anatomi Fisiologi
a. Kulit
Kulit merupakan pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan,
baik itu cuaca, polusi, temperatur udara dan sinar matahari. Kulit terbagi menjadi 3
lapisan utama, yaitu epidermis yang tersusun dari stratum korneurn, stratum lusidurn,
stratum granulosus, stratum germinativum, dan stratumbasle. Dermis yang terdiri dari
kelenjar keringat, Kelenjar minyak, rambut, Jaringan lemak, ujung saraf dan kapiler
darah. Pada kulit terdapat ujung ujung syaraf yang berfungsi sebagai reseptor yaitu:
a. RasaDingin : Organ dari Krause
b. Rasa Panas : Organ dari ruffini
c. Rasa Raba : Benda benda dari meissners
d. Rasa Tekan : Benda benda dari pacini
e. Rasa Nyeri : Ujung saraf bebas
Fungsi Kulit yaitu:
a. Melindungi tubuh
b. Pengaturan suhu tubuh
c. Indera peraba
d. Sebagai alat ekresi
e. Pengatur keseimbangan
Masalah masalah pada kulit:
a. Kulit Kering
b. Acne
c. Hirsutism (Pertumbuhan rambut yang abnormal)
d. Luka lecet
e. Skin rushes
b. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya terang atau
gelap. Mata yang lebih komplek dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.
Mata memiliki berbagai organ seperti.
a. Superior rectusmuscle adalah otot mata bagian atas yang berfungsi menggerakan
mata kita keatas.
b. Sclera adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian luar bola mata.
c. Iris adalah pigmen yang kita bisa melihat warna cokelat atau hitam atau warna biru
jika orang Eropa.
d. Lens adalah media refraksi untuk bisa kita melihat.
e. Kornea adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak ada
pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan sinar yang
masuk ke mata.
f. Arterior Chambers adalah bilik mata depan.
g. Posterior Chambers adalah bilik mata belakang.
h. Conjunctiva adalah lapisan tipis bening yang menghubungkan sklea dan kornea.
i. Inferior rectusmuscle adalah otot mata bagian bawah.
j. Vitreous Chambers adalah aquos humor yang beruap seperti gel yang mengisi bola
mata kita.
k. Retina adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh mata kita.
l. Foveacentralis adalah daerah di retina yang paling tinggi resolusinya untuk
mendapatkan sinar yang masuk ke mata.
m. Opticnerve adalah saraf mata yang menghantarkan sinar ke otak untuk di terjemahkan
sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.
c. Telinga
Telinga merupakan sebuah organ yang mampu mendeteksi aau mengenal suara dan juga
banyak berperan dalam keseimbangan dan posisi tubuh. Telinga terdiri atas 3 bagian,
yaitu:
1) TelingaLuar
Daun telinga (pinna), dan Liang telinga (meatusauditoriuseksternus).
2) Telinga Tengah
- Tulang landasan (incus)
- Gendang telinga (membran timpani),
- Malleus (tulang martil)
- Tulang sanggurdi (stapes)
- Saluran eustachius.
3) Telinga Dalam
- Skala timpani
- Tingkap oval
- Tingkap bulat
- Rumah siput (koklea)
- Labirin osea.
d. Hidung
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra pembau.
Indra pembau berupa komoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada
lapisan lendir bagian atas Fungsi Hidung:
1) Menghangatkan udara
2) Sebagai penyaring udara yang masuk
3) Sebagai saluran udara pernapasan
4) Membunuh kuman kuman oleh leukosit yang terdapat pada selaput lendir
Faktor predisposisi
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangan mempengaruhi kebersihan diri misalnya
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli kebersihannya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri sehingga kemungkinan akan
terjadi perubahan personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo
dan alat lainnya yang semuanya memerlukan biaya untuk membelinya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit maka tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti pengguanaan sabun, shampoo.
g. Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.
Faktor presipitasi
Stresor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang penuh stres seperti
kehilangan, yang mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain
dan menyebabkan ansietas. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam kategori :
a. Stresor sosiokultural
merupakan stres yang dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti didalam kehidupannya.
b. Stresor psikologik
ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya (Stuart, 2006)
a. Etiologi
Adapun penyebab terjadinya defisit gangguan personal hygiene adalah:
1) Sakit, sehingga tidak dapat melakukan sendiri
2) Kurangnya pengetahuan dan informasi
3) Keterbatasan biaya
4) Lingkungan yang tidak mendukung
5) Tidak adanya fasilitas yang memadai
b. Proses Terjadi
Apabila defisit personal hygiene individu terganggu, maka akan menimbulkan dampak
baik dilihat dari segi fisik maupun psikologis.
Dampak fisik yang mungkin muncul adalah:
1) Gangguan integritas kulit
2) Gangguan mukosa mulut
3) Infeksi pada mata dan telinga
4) Gangguan fisik pada kuku
1) Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan yang sering timbul adalah gangguan
integritas kulit,gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada luka.
2) Gangguan psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri,aktualisasi diri dan gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga,aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
5. Penatalaksanaan
ada feses, bersihkan feses dengan tisu dan dengan usapan sekali buang.
Pengkajian merupakan bagian awal pada proses keperawatan dimana pada tahap ini
dilakukan pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisa data yang menghasilkan
suatu masalah keperawatan yang dikumpulkan baik melalui wawancara, pengumpulan
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, maupub
review catatan medis sebelumnya (Doenges; 2000)
Pengkajian terhadap masalah perawatan kulit terdiri dari warna kulit, kelembaban
dan tekstur kulit. Pengkajian terhadap masalah perawatan kuku terdiri dari penilaian tentang
keadaan warna, bentuk, dan keadaan kuku.pengkajian terhadap masalah perawatan rambut
terdiri dari warna, ukuran, susunan, jenis, pola pertumbuhan, aspek perkembangan dan
faktor yang mempengaruhi perawatan rambut. Pengkajian gigi dan mulut yang perlu
diperhatikan antara lain, warna, keadaan permukaan, serta kelengkapan gigi; pada pipi
dalam perlu dilihat adnya warna mukosa serta keadaan permukaan,pada gusi dilihat warna,
tekstur serta kelembapan. Pada daerah lidah dapat dilihat warna, tekstur dan posisi lidah.
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian alat kelamin vulva hygiene antara lain adalah ada
atau tidaknya iritasi pada daerah sekitarnya, adanya pendarahan, mukus, lokhea, kateterisasi,
luka jahitan pada pasien pascapartum, serta kebersihannya.
a. Pengumpulan Data
o Identitas pasien
Identitas pasien yang terdiri dari, Nama, Umur, Jenis kelamin, status
perkawinan, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomer
telepon, nomor register dan tanggal masuk rumah sakit.
o Riwayat Kesehatan
Keluhan utama masuk rumah sakit
Keluhan yang membuat pasien datang untuk memeriksakan
kesehatannya ke rumah sakit.
Keluhan utama saat pengkajian
Keluhan yang disampaikan oleh pasien pada saat dilakukan
pengkajian. Misalnya, klien mengeluh badannya merasa lemas,
sulit bergerak dan merasa tidak nyaman dengan kondisinya.
Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRS :
P (Provocing) : Faktor gawat atau ringannya penyakit
Q (Quality) : Level dari suatu penyakit.
R (Region) : Daerah perjalanan dari penyakit.
S (severity) : keparahan atau intensitas penyakit.
T (time) : Lamanya waktu serangan atau frekuensi
penyakit tersebut.
Riwayat penyakit sebelumnya
Kaji tentang riwayat kesehatan yang pernah dialami klien. Apakah
klien pernah mengalami nyeri sebelumnya. Bagaimana
penanggulangannya jika terjadi nyeri.
Riwayat penyakit keluarga
Kaji riwayat kesehatan keluarga. Apakah ada keluarga yang
menderita penyakit seperti klien.
o Pola Kebiasaan
Bernafas
Kaji pola nafas pasien sebelum dan saat pengkajian, adakah kesulitan bernafas
dan sebagainya.
Makan dan minum
Kaji pola makan pasien, jumlah dan jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi pasien sebelum dan saat pengkajian.
Eliminasi
Kaji pola eliminasi, konsistensi, warna dan frekuensi BAB dan BAK pasien
sebelum dan saat pengkajian.
Gerak dan aktivitas
Kaji kemampuan gerak dan aktivitas klien sebelum dan saat
pengkajian, apakah normal atau ada gangguan.
Istirahat dan tidur
Kaji pola istirahat dan tidur klien sebelum dan saat pengkajian, klien
dengan keluhan tertentu biasanya susah untuk beristirahat ataupun
tidur akibat sakit yang dirasakan
Kebersihan Diri
Kaji pola dan kualitas kebersihan diri pasien sebelum dan saat
pengkajian.
Pengaturan Suhu Tubuh
Kaji suhu tubuh pasien sebelum dan saat pengkajian.
Rasa nyaman
Kaji kenyamanan klien sebelum dan saat pengkajian. Adanya sesuatu
yang dirasakan oleh klien akan mengganggu kenyamanan klien
Rasa aman
Kaji rasa aman klien, Klien merasa cemas, gelisah atau tidak
Data Sosial
Kaji hubungan sosial pasien baik dengan keluarga maupun dengan
perawat.
Prestasi dan Produktivitas
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan sesuatu yang dapat
dilakukan pasien seperti memasak, mencuci piring dan sebagainya
sebelum dan saat pengkajian.
Rekreasi
Kaji hobi atau kebiasaan pasien yang berhubungan dengan
rekreasi.
Belajar
Kaji pengetahuan pasien mengenai penyakitnya.
Ibadah
Kaji kemampuan pasien untuk melakukan ibadah sesuai
kepercayaannya sebelum dan saat pengkajian.
Berikut ada 3 gangguan pemenuhan personal hygiene yang dapat ditemukan menurut
NANDA yaitu :
1) Batasan karakteristik defisit perawatan diri : MANDI
Data objektif
Ketidakmampuan untuk (melakukan tugas-tugas) berikut :
- Mengakses kamar mandi
- Mengeringkan badan
- Mengambil perlengkapan mandi
- Mendapatkan sumber air
- Mengatur (suhu atau aliran) air mandi
- Membersihkan tubuh (atau anggota tubuh)
- penurunan kognitif
- Penurunan motivasi
- Kendala lingkungan
- Ketidakmampuan untuk merasakan bagian tubuh
- Ketidakmampuan merasakan hubungan special
- Gangguan muskuloskeletal
- Kerusukan neuromuscular
- Nyeri
- Gangguan persepsi atau kognitif
- Ansietas hebat
- Kelemahan (dan kelelahan)
- Penurunan motivasi
- Keetidaknyamanan
- Kendala lingkungan
- Keletihan
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Nyeri
- Gangguan kognitif dan persepsi
- Ansietas berat
- Kelemahan
- Penurunan motivasi
- Keetidaknyamanan
- Kendala lingkungan
- Keletihan
- Gangguan musculoskeletal
- Gangguan neuromuscular
- Nyeri
- Gangguan kognitif dan persepsi
- Ansietas berat
- Kelemahan
3. Rencana Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan untuk klien dengan gangguan personal hygiene harus
meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal – halyang disukai klien, kesehatan klien serta
keterbatasan yang dimilikinya. Selain itu perawat perlu mempertimbangkan waktu yang
tepat untuk memberikan asuhan keperawatan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia.
Berikut ini adalah salah satu contoh rencana keperawatan.
Diagnosa yang dapat diangkat:
1. Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan penurunan motivasi ditandai
dengan penampilan tidak rapi
2. Defisit perawatan diri: eleminasi berhubungan dengan hambatan mobilitas ditandai
dengan tidak mampu ke toilet sendiri
3. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal
ditandai dengan badan kotor dan bau
4. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan nyeri ditandai dengan tidak
mampu menelan makanan
WOC
Kesulitan menelan
Mual muntah
Hidayat, Aziz Alimul dan Musrifatul Uliyah. 2014. Pegantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Pegantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Mubarak, W.I. dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.
Nurarif,Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA. Jogjakarta:Mediaction
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui, Mahasiswa
CI Ruangan Lely
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Mengetahui, Mahasiswa
CI Ruangan Lely
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Mengetahui, Mahasiswa
CI Ruangan Lely
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Mengetahui, Mahasiswa
CI Ruangan Lely
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
Mengetahui, Mahasiswa
CI Ruangan Lely
Mengetahui,
Pembimbing Akademik