Sunteți pe pagina 1din 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

A. Konsep Teori
1. Definisi
a. Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas tidur adalah suatu
keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan
yang merupakan urutan siklus yang berulang- ulang dan masing-
masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang
yang dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang
cukup (Guyton 1981:679. Tidur berasal dari kata bahasa latin
“Semnus yang berarti alami periode pemulihan keadaan fisiologi dari
istirahat untuk tubuh dan pikiran
b. Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun
yang berakibat badan menjadi lebih segar, rileks tanpa tekanan
emosional dan bebas dari kegelisahan (Wahit dan Nurul 2007).
Beristirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali
terkadang berjalan – jalan juga dikatakan suatu bentuk istirahat
(Hidayat 2006).
c. Gangguan pola tidur adalah kondisi dimana seseorang mengalami
gangguan dan perubahan waktu tidur yang menyebabkan
ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari- hari
d. Perubahan pola tidur adalah suatu keadaan dimana individu
mengalami atau mempunyai resiko mengalami perubahan dalam
jumlah dan kualitas pola tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan
dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (diagnosa
keperawatan, Nanda. Hal 300).
e. Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau
berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau
mengganggu gaya hidup yang di inginkannya. (Lynda Juall edisi 13.
Hal 522)

Jumlah Pola Tidur


Umur Tingkat Kebutuhan Tidur
Perkembangan
0 – 1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/ hari
1 bulan – 18 bulan Masa bayi 12-14 jam/ hari
18 bulan – 3 tahun Masa anak 11-12 jam/ hari
3 tahun – 6 tahun Masa prasekolah 11 jam/ hari
6 tahun – 12 tahun Masa sekolah 10 jam/ hari
12 tahun – 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/ hari
18 tahun – 40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/ hari
40 tahun – 60 tahun Masa muda paruh 7 jam/ hari
baya
60 tahun keatas Masa dewasa tua 7 jam/ hari

2. Anatomi fisiologi
Tidur adalah suatu periode istirahat bagi tubuh berdasarkan atas
kemauan serta kesadaran dan secara utuh atau sebagian fungsi tubuh
yang akan dihambat atau dikurangi. Tidur juga digambarkan sebagai
suatu tingkah laku yang ditandai dengan karakteristik pengurangan
gerakan tetapi bersifat reversible terhadap rangsangan dari luar.
Perubahan fisiologis tubuh saat tidur yaitu:
a. Penurunan tekanan darah dan denyut nadi
b. Dilatasi pembuluh sarah perifer
c. Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastro intestinal
d. Ralaksasi otot-otot rangka
e. Besal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%
f. Penurunan tingkat kesadaran pada panca indra
- Indra pengidu: paling dalam
- Indera pendengaran: paling sedikit

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi Tidur


Sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Sering
kali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab masalah tidur. Ada 2
faktor yang mempengaruhi tidur yaitu faktor predisposisi dan faktor
presipitasi .
a. Faktor Predisposisi
1) Penyakit
Dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat
menyebabkan penyakit gangguan tidur. Individu yang sakit
membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada
biasanya.Disamping itu, siklus bangun tidur selama sakit juga
mengalami gangguan.
2) Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain:
a) Diuretik : menyebabkan nokturia
b) Anti depresan : menekan REM, menurunkan total waktu REM
c) Kafein : meningkatkan saraf simpatis atau mencegah orang tidur
d) Beta bloker : menimbulkan insomnia, mimpi buruk
e) Narkotika : mensuspensi REM, meningkatkan kantuk siang hari.
f) Alkohol: mengganggu tidur REM, mengganggu tidur REM,
membangunkan seseorang pada malam hari dan menyebabkan
kesulitan untuk kembali tidur.
b. Faktor presipitasi
1) Lingkungan
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses
tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang
asing dapat menghambat upaya tidur. Sebagai contoh, temperature
yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi
tidur seseorang. Akan tetapi, seiring waktu individu bisa
beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi tersebut.
2) Gaya hidup
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur
aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat.
3) Kelelahan
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur
seseorang.Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur
REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM
akan kembali memanjang.
4) Stres emosional
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.
Kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinefrin darah
melalui sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurang-
kurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta
serungnya terjaga saat tidur.
5) Stumulan dan Alkohol
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat
merangsang ssp sehingga dapat mengganggu pola tidur sedangkan
konsumsi alkhohol yang berlebihan dapat menganggu siklus tidur
REM. Ketika pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali
mengalami mimpi buruk.
6) Diet
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur
dan sering terjaga di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat
badan dikaitkan dengan peningkatan total tidur dan sedikitnya
periode terjaga di malam hari.
4. Gangguan Terkait
a. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam
siklus siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam
tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada 5 tahapan
tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan
mata tidak cepat (NREM-Non Rapid Eye Movement). Tahap 5 disebut
tidur dengan gerak mata cepat (REM-Rapid Eye Movement) (Tartowo
dan Wartonah, 2010).
1) Tahapan NREM (Non Rapied Eye Movement)
Merupakan tahap tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang
pendek karena gelombang atak tidak atau lambat dari gelombang-
gelombang dan pada orang yang sadar atau tidak tidur.
a) NREM Tahap 1
(1) Tingkat transisi
(2) Merespon cahaya
(3) Berlangsung beberapa menit
(4) Mudah bangun dengan rangsangan
b) NREM Tahap 2
(1) Periode suara tidur
(2) Nilai relaksasi otot
(3) Berlangsung 10-20 menit
(4) Fungsi tubuh berlangsung lambat
(5) Dapat dibangunkan dengn mudah
c) NREM Tahap 3
(1) Menjadi tahap awal tidur yang dalam
(2) Otot-otot menjadi relaks penuh sehingga dibangunkan
(3) Jarang bergerak
(4) Tanda-tanda vital menurun namun teratur
(5) Berakhir 15-30 menit
d) NREM Tahap 4
(1) Menjadi tahap tidur terdalam
(2) Individu menjadi sulit dibangunkan
(3) Jika kurang tidur individu akan menyeimbangkan porsi
tidurnya pada tahap ini.
(4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna.
2) Tahapan REM (Rapied Eye Movement)
Merupakan tidur dalam keadan atau kondisi aktif atau tidur
paradoksial, tahapan tidur REM:
a) Lebih sulit dibangunkan daripada tidur NREM
b) Dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya.
c) Jika terbangun pada tahap ini akan terjadi mimpi
d) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi,
berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur:
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas tersebut dapat menunjukan adanya kemampuan individu
untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan
kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain:
1) Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat
tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa
nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat
dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak.
Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur,
seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi
limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan sehingga
penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk mengatasinya.
Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya kesulitan
tidur atau bahkan tidak bisa tidur.
2) Lingkungan
Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi
seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya,
lingkungna yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat
menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi
proses tidur.
3) Stress psikologis
Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas,
keprihatinan dan kekhawatiran karena ancaman pada sistemnilai
atau pola keamanan seseorang. Cemas dan depresi akan
menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan
norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan
mengurangi tahap IV NREM dan REM.
4) Obat-obatan
Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis
obat yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan
obat diuretic yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan
yang dapat menekan REM, kafein yang dapat meningkatkan saraf
simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan
beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan
golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.
5) Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur.
Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu
tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena
dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil
pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.
6) Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang
untuk tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,
adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan
proses tidur
b. Proses terjadinya
Reseptor menerima impuls/rangsangan kemudian dibawa ke
medulla spinalis kemudian masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke
pons dan masuk ke medula oblongata kemudian diteruskan ke
hipotalamus yang menyebabkan menurunya fungsi panca indra dan
sampai masuk ke korteks serebri, sehingga ditafsirkan/ disampaikan
kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke medulla spinalis dan
dipersepsikan untuk tidur.
c. Manifestasi Klinis
Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan-perubahan yang
khas yang membedakannya dari orang-orang yang lebih muda.
Perubahan-perubahan tersebut mencakup kelatenan tidur, terbangun
pada dini hari, dan peningkatan jumlah tidur siang. Jumlah tidur siang
yang dihabiskan untuk tidur yang lebih dalam juga menurun.
1) Dewasa
a) Mayor (Harus Ada)
Kesukaran untuk tertidur atau tetap tidur
b) Minor (Mungkin Ada)
(1) Keletihan waktu saat bangun atau letih sepanjang hari
(2) Perubahan mood
(3) Mengantuk sepanjang hari
(4) Agitasi
2) Anak-anak
Gangguan tidur pada anak sering kali dihubungkan dengan
ketakutan, enuresis, atau respon tidak konsisten dari orang tua
terhadap permintaan anak untuk mengubah peraturan dalam
tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
a) Kengganan untuk istirahat
b) Sering bangun saat malam hari
c) Keinginan untuk tidur bersama orang tua
d. Komplikasi
1) Kerusakan fungsi kognitif
2) Penurunan fungsi terhadap kontrol emosi
3) Peningkatan peka terhadap rangsangan
4) Disorientasi

Gangguan Pola Tidur


Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak di obati, secara umum
akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan
munculnya masalah sebagai berikut :
a. Insomnia (tidak bisa tidur pada malam hari)
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik
secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya
ditemui pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan
fisik atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau
gelisah. Ada tiga jenis insomnia yakni :
1) Insomnia Inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.
2) Insomnia Intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena
seringnya terjaga.
3) Insomnia Terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur
kembali.
b. Parasomnia (Tidur Berjalan)
Parasomnia adalah prilaku yang dapat mengganggu tidur atau
muncul saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada
anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga
(mis, tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun tidur
(misalnya mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM
(misalnya, mimpi buruk), dan lainnya (misalnya, bruksisme).
c. Hipersomnia (tidur berlebihan atau mabuk tidur)
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berlebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat
disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti kerusakan system
saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan
metabolisme (misalnya, hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu,
hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk
menghindari tanggung jawab pada siang hari.
d. Narkolepsi (tidak bisa menahan ngantuk)
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang
muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebabkan
juga sebagai “Serangan Tidur” atau “Sleep Attack”. Penyebab
pastinya belum diketahui. Diduga karena kerusakan genetic system
saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendalinya periode tidur
REM. Alternatif pencegahannya adalah dengan obat-obatan, seperti
amfetamin atau metilpenidase hidroklorida, atau dengan anti
depresan seperti imipramin hidriklorida.
e. Apnea saat tidur
Apnea saat tidur atau Sleep Apnea adalah kondisi terhentinya nafas
secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada
orang yang mengorok dengan keras, sering teraga dimalam hari,
insomnia, mengantuk berlebihan pada siang hari, sakit kepala
dipagi hari, iritabilitas, atau mengalami perubahan psikologis
seperti hipertensi atau aretmia jantung.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Tidur dapat di ukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam Elektroensefalogram
(EEG), Elektromiogram (EMG), Elektro-okulogram (EOG). Dengan alat
ini, kita dapat mengkaji aktifitas klien selama tidur. Aktifitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya
mendengkur terjaga di malam hari.
6. Penatalaksanaan Gangguan Pemenuhan Pola Tidur
a. Faktor lingkungan yang mendukung, seperti :
Ciptakan lingkungan yang nyaman, dapat dilakukan dengan :
1) Pintu kamar klien ditutup.
2) Kurangi stimulus (misalnya percakapan).
3) Tempatkan klien dengan teman yang cocok, dan lain-lain.
b. Atasi gangguan fisik dan psikologi, seperti :
1) Hindari latihan fisik yang berlebihan sebelum tidur.
2) Hindari kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.
3) Hindari rangsangan mental yang tidak menyenangkan sebelum
tidur. Maksudnya usahakan psikologi klien tenang, tidak cemas,
ataupun stress sebelum tidur.
c. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan :
1) Mengatur posisi yang nyaman untuk tidur.
2) Anjurkan klien berkemih sebelum tidur.
3) Tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah.
4) Pada klien nyeri, berikan obat analgesik 30 menit sebelum tidur.
5) Membantu kebiasaan klien sebelum tidur, misalnya dengan
mendengarkan musik, membaca, dan lain-lain. Pada klien anak-
anak dapat dilakukan dengan membacakan dongeng, memegang
boneka, atau benda yang disukainya.
d. Atur diet klien, misalnya dengan :
1) Anjurkan klien untuk makan-makanan yang mengandung protein
tinggi seperti keju dan susu.
2) Hindari banyak minum sebelum tidur.
e. Berikan klien berdoa sesuai dengan agamanya.
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
a. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui teknik
wawancara, pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik,
pemeriksaan lab dan diagnostic serta review catatan sebelumnya.
Pengumpulan riwayat tersebut meliputi data subyektif dan obyektif
yang diperoleh pada gangguan pola istirahat tidur adalah:
1) Data Subyektif
Pasien mengatakan sulit untuk tidur. Pasien mengatakan tidak
dapat tidur siang. Pasien mengatakan hanya tidur 1-2 jam/hari.
Pasien mengatakan tidak merasa cukup istirahat.
2) Data Obyektif
Pasien tampak lemah, letih, lesu, dan tidak bersemangat. Pasien
tampak mengantuk dan sering menguap. Terdapat lingkaran hitam
di bawah mata pasien dan konjungtiva pasien pucat. Penurunan
peka rangsangan dan perhatian. Perubahan penampilan dan prilaku
pasien.
b. Diagnosa Keperawatan
Dari data di atas, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
Gangguan pola tidur
Kondisi dimana seseorang mengalami gangguan dan perubahan waktu
tidur yang menyebabkan ketidaknyamanan dan menggangu aktifitas
sehari-hari.
1) Berhubungan dengan respons ansietas, depresi
2) Berhubungan dengan kesulitan menjalani posisi biasa, sekunder
akibat nyeri, terapi intravena, traksi
3) Berhubungan dengan ketakutan atau nyeri
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada kecemasan, depresi,
kondisi setelah operasi dan nyeri kronik
c. Perencaaan
Perencanaan sebagai suatu dokumen yang dibuat sebagai pedoman
yang digunakan untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi
masalah-masalah yang sudah diidentifikasi pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai prioritas masalah dan rencana
keperawatan. Perencanaan dibuat berdasarkan berat ringannya
masalah.
1. Diagnosa Keperawatan : Gangguan pola tidur berhubungan dengan
respons ansietas, depresi
2. Rencana Asuhan Keperawatan
a) Rencana dan Kriteria Hasil : Pasien dapat tidur 6- 8 jam setiap
malam dengan nyenyak dan dapat rileks dan lebih bersemangat
sepanjang hari
b) Rencana Tindakan :
1) Observasi KU dan TTV pasien
Rasional : Mengetahui perkembangan pasien dan mengetahui
nilai TTV pasien.
2) Lakukan pengkajian penyebab gangguan tidur pada pasien.
Rasional : Mengetahui sejauh mana masalah yang dialami
pasien sehingga bisa mempengaruhi pola tidur pasien.
3) Tingkatkan aktivitas sehari-hari pada siang hari.
Rasional : Mengurangi masalah gangguan tidur pasien pada
malam hari.
4) Batasi jumlah dan waktu tidur pada siang hari jika sudah
berlebihan.
Rasional : Menghilangkan masalah insomnia/kesulitan tidur
pasien pada malam hari.
5) Berikan lingkungan yang nyaman pada pasien
Rasional : Lingkungan yang nyaman akan meningkatan
kenyamanan pasien untuk istirahat/tidur.
6) Kaji bersama individu atau keluarga mengenai waktu tidur
rutin
Rasional: Memberikan kesempatan tidur secara rutin kepada
pasien sehingga waktu tidur setiap hari terjadwal.
7) Batasi asupan minuman yang mengandung kafein atau yang
bisa menyebabkan gangguan tidur.
Rasional: Mengurangi resiko gangguan tidur pada pasien
akibat mengkonsumsi minuman yang menyebabkan
insomnia.
8) Gunakan alat bantu untuk mempercepat tidur pasien
(misalnya: lakukan pijatan di pundak sampai punggung
pasien, beri bahan bacaan, beri music yang lembut untuk
didengarkan)
Rasional: Alat bantu tidur yang digunakan akan mempercepat
proses mengantuk pada pasien sehingga mempercepat
keinginan untuk tidur yang optimal.
9) Sarankan keluarga pasien untuk memberikan pasien susu
sebelum tidur.
Rasional: Pemberian susu pada pasien akan menyebabkan
tidur pasien lebih nyaman
10) Anjurkan pasien mandi air hangat sebelum tidur
Rasional: Dengan mandi air hangat pasien akan merasa lebih
rileks.
11) Ajarkan teknik relaksasi distraksi.
Rasional: Teknik relaksasi distraksi akan menenangkan
pikiran dari kegelisahan dan mengurangi ketegangan otot.
12) Beri Health Education kepada individu dan orang terdekat
mengenai penyebab gangguan tidur dan kemungkinan cara
untuk meghindarinya.
Rasional: Memberikan Health Education kepada pasien
tentang penyebab gangguan tidur dan agar pasien tahu cara
untuk menanggulanginya.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang dimulai setelah rencana
keperawatan yang disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Implementasi
dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis
keperawatan, rencana keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan.
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu :
1. Pasien dapat tidur sesuai kebutuhan
2. Pasien mengatakan dapat lebih rileks dan lebih segar sepanjang
hari
3. Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan tidak terjaga
4. Pasien tampak bersemangat menjalani hari-harinya.
5. Konjungtiva pasien merah muda dan tidak terdapat lingkaran hitam
di bawah mata pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall Edisi 13. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.


Diagnosis Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC.
Doengos Marlyn E. 1994. Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dwija Yasa. 2014. Laporan pendahuluan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan istirahat tidur di ruang belibis rumah sakit umum
daerah wangaya. Wangaya. Universitas Udayana.
Fundamental.vol 2. Asuhan Keperawatan. Jakarta. Penerbit buku
kedokteran: EGC.
Liska.Y.A. 2017. Asuhan Keperawatan pada Ny. E dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Aman dan Nyaman: Ansietas di Kelurahan Sari
Rejo Kecamatan Medan Polonia. Sumatra Utara. Universitas Sumatra
Utara.
WOC

Status kesehatan, lingkungan, stress psikologi, obat-obatan, nutrisi,


motivasi

Kerusakan Neurologi Reseptor

Tanda Fisiologis Tanda Psikologis

Lemah dan Letih Cemas, setres

Gangguan Pola Tidur

S-ar putea să vă placă și