Sunteți pe pagina 1din 28

ASUHAN KEPERAWATAN

HIV-AIDS

DI SUSUN OLEH:
1.Jusril sindring
2. Vicky valeri r.
3. Avip labagow
4. Gerry mokoagow
6. Nurwanti mokoginta
7. Hasnani sirua

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU


T/A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan apa yang kami harapkan.

Makalah “Asuhan Keperawatan HIV-AIDS” merupakan bahasan yang


akan kami uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata
kuliah ilmu Keperawatan, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar
bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan, terutama pada kesehatan
manusia.

Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam


meningkatkan prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada
umumnya. Kami mohon maaf bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik
sangat kami harapkan bagi para mahasiswa guna meningkatkan kualitas makalah
selanjutnya.

Kotamobagu 18, maret 2019

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human Immunodeficiency
Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar
bisa disembuhkan. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara
lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Penyakit AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan


menurut UNAIDS dan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh
lebih dari 25 juta jiwa sejak pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat
AIDS sebagai salah satu epidemik paling menghancurkan pada sejarah.
Meskipun baru saja, akses perawatan antiretrovirus bertambah baik di banyak
region di dunia, epidemik AIDS diklaim bahwa diperkirakan 2,8 juta (antara 2,4
dan 3,3 juta) hidup pada tahun 2005 dan lebih dari setengah juta (570.000)
merupakan anak-anak. Secara global, antara 33,4 dan 46 juta orang kini hidup
dengan HIV.Pada tahun 2005, antara 3,4 dan 6,2 juta orang terinfeksi dan antara
2,4 dan 3,3 juta orang dengan AIDS meninggal dunia, peningkatan dari 2003
dan jumlah terbesar sejak tahun 1981.

Di Indonesia menurut laporan kasus kumulatif HIV/AIDS sampai dengan


31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen PP & PL, Kemenkes RI tanggal
9 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah menembus angka
100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri atas 76.979
HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kamatian. Angka ini tidak mengherankan
karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah membuat
estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara 80.000 – 130.000.
Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah Cina dan India,
yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari pemuatan makalah ini adalah untukmengetahui dan


melatih kemampuan kelompok mengenai asuhan keparawatan HIV.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang defenisi HIV
b. Untuk mengetahui tentang etiologi HIV
c. Untuk mengetahui tentang klasifikasi HIV
d. Untuk mengetahui tentang patofisiologi HIV
e. Untuk mengetahui tentang WOC HIV
f. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis HIV
g. Untuk mengetahui tentang pemeriksaan penunjang HIV
h. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan HIV
i. Untuk mengetahui tentang komplikasi HIV
j. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan HIV

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan HIV ?
2. Apa saja etiologi dari HIV ?
3. Bagaimana klasifikasi HIV ?
4. Bagaimana patofisiologi dari HIV ?
5. Bagaimana WOC HIV ?
6. Apa saja manifestasi klinis HIV ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang HIV ?
8. Apa saja penatalaksanaan HIV ?
9. Apa saja komplikasi HIV ?
10. Apa saja asuhan keperawatan HIV
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Konep Dasar Medis


1. Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa
ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana


mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200
atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges,
1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu


retrovirus yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus
adalah virus ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut
mempunyai suatu enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah
rantai tunggal ARN (sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN
(cADN). Selanjutnya, cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti
replikasi ADN inang. Pada saat ADN inang mengalami replikasi, secara
langsung ADN virus ikut mengalami replikasi.

2. Etiologi

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak


sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya
berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan
gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.

Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human


Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)


mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan
sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini
diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah
infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS


b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang
c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO

4. Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang


disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes
serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.
Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa
tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di
kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah
masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes


zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS

Immunocompromise
5. PATHWAY

HIV

TRANSFUSI DARAH JARUM SUNTIK HUBUNGAN SEKSUAL

HIV Masuk ke dalam tubuh manusia

Menyerang system imun

(sel darah putih/limfosit)

Memiliki sel target dan memproduksi virus

Menginfeksi limfosit

Imun tubuh menurun

Infeksi opurtinistik

Sist pernafasan sist pencernaan sist integumen sist neurologis

Peradanagan pada infeksi jamur peristaltic peradangan kulit infeksi ssp

Jaringan paru

Peradangan mulut diare kronis timbul lesi bercak putih peningkatan

Sesak demam cairan output gatal nyeri bersisik kesadarankejang

Sulit menelan mual bibir kering turgor kulit ggn rasa nyaman nyerikepala

Ketidak Efektifan hipertermi

pola nafas intake kurang kekurangan volume cairan perubahan proses

ketidakkeseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berpikir

13
6. Manisfetasi Klinis

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO


Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
2. Limfadenopati generalisata aktifitas normal
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan normal
seperti , dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang rekuren
,kheilitis angularis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun
4. terakhir
5. Infeksi saluran napas bagian atas
seperti ,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
2. Diare kronis yang berlangsung aktivitas ditempat tidur
3. lebih dari 1 bulan kurang dari 50%
4. Demam berkepanjangan lebih dari 1
bulan

3. Kandidiasis orofaringeal
4. Oral hairy leukoplakia
5. TB paru dalam tahun terakhir
6. Infeksi bacterial yang berat seperti
pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinisikan oleh CDC lemah , aktivitas
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
3. Toksoplasmosis otak dari 5
4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1
bulan
5. Kriptokokosis ekstrapulmonal
6. Retinitis virus situmegalo

14
7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan
8. Leukoensefalopati multifocal progresif
9. Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,
bronkus , dan paru
11. Mikobakterisosis atipikal diseminata
12. Septisemia salmonelosis non tifoid
13. Tuberkulosis diluar paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi
16. Ensefalopati HIV

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat dibagi dalam
dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin

b. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah :

15
1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan
AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait.
Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan
pemeriksaan Rontgen.

8. Penatalaksanaan
a. Medis

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya


yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi


opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif
terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan
menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada
prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut

16
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian
dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman
dan keberhasilan terapi AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak berisiko tinggi
menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang berisiko.
3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa
mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang berkaitan
dengan penyakitnya, antara lain bagaimana mengutarakan masalah-masalah
pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang terdekat.
9. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,
peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral, nutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan
kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala,
malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal

17
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan
sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anoreksia, demam,
malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,
alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,
pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek, batuk, nyeri, hipoksia,
keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri, gatal,rasa
terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran
dengan efek nyeri.

18
Kasus
Seorang wanita ditahan dengan keluhan batuk lama, demam, penurunan berat badan

yang draktis. Diare kronis, nyeri, telan luka pada mulut labia mayora. Radiologi torak

didapatkan inpiltar pada kedua paru. Penderita sesungguhnya telah dirawat sebagai penderita

hiv-adis dan Tb paru kasus ( kasus drop out ). Pertama keadaan umum membaik, diare

berkurang. Hari berikutnya keadaan umum menurun diberikan. Penderita dirawat selama 12

hari dengan diagnosa kerja. HIV AIDS dan TB paru serta infeksi oppertunis, suami pasien

mendampingi, dan menyatakan pasien telah mengandung selama 4 bulan.

19
BAB III
PENGKAJIAN PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS
HIV / AIDS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. p
Umur : 21 th
No Reg : 012 456 61
Ruang : melati
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Mongkonai, kotamobagu barat, kotamobagu.
Suku Bangsa : mongondow / Indonesia
Pendidikan : SMA
MRS : 14.maret 2019
Tanggal Pengkajian : 14 maret 2019
DX Medis : HIV/AIDS

2. Keluhan Utama
Saat MRS : klien mengatakan badanya terasah demam dan klien batuk
lebih dari 3 bulan.
Saat pengkajian : Klien mengatakan badan terasa demam, diare dengan
frekuensi 7x sehari feses cair, BB menurun drastis

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien mengatakan batuk lama lebih dari 3 bulan, dan merasakan demam, serta BB
klien menurun drastis, mulut dan labimayora klien mengalami luka dan tubuh terasa
lemah.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


4 bulan yang lalu klien pernah di rawat di rumah sakit dan di diagnosa oleh tim medis
mangalami penyakit Tb- paru dan HIV-AIDS

20
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak pernah mengalami penyakit seperti yang di
deritanya saat ini.
6. Pengkajia kasus pengelolaan
Aktivitas sehari- Pra- masuk rumah sakit Di rumah sakit
hari
A.makan dan
minum
1. nutrisi Pola makan tidak Pola makan 3x sehari bubur, namun
teratur,tetapi tidak ada nafsu tidak ada nafsu makan,makan
makan terutama jika sudah hanya ½ porsi
me minum obat. Minum air putih 5-7 gelas dan teh
2. minum Minum air putih dengan hangat 2-3 gelas per hari
jumlah tidak menentu
B.Eliminasi Mencret 7x sehari, seperti Mencret dengan frekuensi 3-4x
lendir, tidak bercampur darah sehari encer, tidak ada isi tanpa
dan ber bau. BAK 3x sehari diikuti sakit perut dan BAK 3x
di sertai dengan darah sehari di sertai dengan darah

C.istirahat dan Klien tidak bisa istirahat dan Klien tidak bisa istirahat dan tidur
tidur tidur karna nyeri di bagian karna masih merasakan nyeri di
mulut yang luka dan bagian mulut yang lukadan
labiamayora labiamayora
D.aktivitas Klien sabagai IRT pada saat Klien ,emgatakan tidak bisa
mngalami sakit tidak bisa mengurus pekerjaan rumah karna
mngurus pekerjaan rumah lemah, dan merasakan nyeri di
bagian mulut yang luka dan
labiamayora
E.Kebersihan Jarang melakuakan Mandi di bantu perawat dan
menggosok gigi di lakukan di
tempat tidur. Hambatan dalam
melakukan kebersihan

21
F.rekreasi Tidak pernah ketika sakit Hanya ingin bercerita dengan suami
dan perawat

7. Psikososial
a. Psikologis
Pasien telah mengetahui penyakit yang dialaminya, dan klin mendpatkan
dukungan dari keluarga dan sahabat. Klien mempunyai saudara kandung yaitu
adik yang berada di manado. Makanisme koping efektif.
b. Sosial
Klien sangat dekat dengan kelurganya termasuk suami dan ayah ibu klien dan
mendapatkan dukungan dari teman- teman atau sahabat baiknya.
c. Spiritual
Klien jarang pergi ke masjid. Klien meminta di dampingi oleh ibu nya pada saat
klien mau pergi ke masjid di dekat rumahnya.

8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Lemah, demam, dan batuk yang sudah lama
Keadaan sakit : klien merasakan nyeri di bagian mulut yang luka
Dan labiamayora dan juga sering BAB.
Tekanan darah : 120 / 70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Respirasi : 25x/menit
Bising : ronchi
Suhu : 38,5˚C
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 40kg
b. Review of System (ROS)
(1) Kepala : Posisi tegak, bentuk kepala simetris, warna rambut hitam,
distribusi rambut keriting, terlihat bayangan pembuluh darah, terdapat
sarkoma kaposi, dan jamur sekitar mulut yang luka
 Mata ; terdapat sarkoma kaposi, nyeri tekan, dan penurunan penglihatan,
konjungtiva anemis.

22
 Hidung ; tidak ada sekret, tidak ada lesi
 Mulut ; terdapat luka di bagian mulut, membran mukosa basah, jamur
disekitar mulut
 Telinga ; tidak ada nyeri tekan
(2) Leher : trakea simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
vena jugularis, tidak ada nyeri tekan.
(3) Thoraks : bentuk simetris, tidak terdapat masa, adanya bunyi rochi
 Paru ; bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi interkosta, ekspansi
kanan dan kiri sama, perkusi paru didapat suara rochi, batas paru hepar
dan jantung redup,
 Jantung ; ictus cordis terlihat di mid-clavicula line sinistra ICS 5,
(4) Ketiak dan Payudara ; Tidak didapatkan pembesaran kelenjar limfe dan tidak
ada benjolan, puting dan areola baik
(5) Abdomen : bentuk tidak simetris, ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada tanda pembesaran hepar, tidak didapati asites, dan hasil perkusi
didapat suara timpani,
(6) Reproduksi :
 vagina ; tidak normal, nyeri di bagian labiamayora
(7) Anus dan Rektum : tidak ada abses, ada hemoroid, rektum didapati
berlendir.
(8) Ekstremitas : kekuatan otot menurun, tidak terdapat edema, tidak ada
fraktur, tidak tampak tanda atropi
(9) Integumen : warna sawo matang, tekstur kering, terdapat luka pada area
mulut, turgor buruk, tidak terdapat tanda sianosis, akral dingin, capillary refill
time >3 detik, tidak ada tanda inflamasi pada kuku, ada lesi pada kulit bagian
area scapula
(10) Status Neurologis
a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
b) Tanda–tanda perangsangan otak
1) Pusing
2) Suhu tubuh 38,5o C

9. Pemeriksaan Penunjang

23
a. Laboratorium
Tanggal 14 maret 2019
Hb : 11,0
Leukosit : 8,8 sel/mm3
Trombosit: 208
PCV : 0,25
10. Diagnosa Keperawatan
1.Kekurangan volume cairan b.d kehilangan yang berlebihan,diare berat

24
ANALISA DATA

Nama : Ny.p No Reg : 012 45661


Umur : 21 th

Tanggal Data Etiologi Masalah


14/03/2019 DS : HIV Kekurangan
1. Klien mengatakan volume cairan b.d
BAB nya cair/ mencret kehilangan yang
Jarum suntik
dan berlangsng selama berlebihan, diare
3 mnggu berat.
2. klien mengatakan Virus HIV masuk
kedalam tubuh
pernah BAB di sertai manusia
dengan darah.
DO :
Menyerang system
1. Mulut ; terdapat luka imun,(sel darah
di bagian membran putih/limfosit)

mulut,
2. Vagina ; terdapat Memiliki sel target
dan memproduksi
bercak di bagian virus
labiamayora
3. Saat dirumah klien Menginfeksi
limfosit
devekasi 7-8x/hari
dengan konsistensi Imun tubuh
cair/mencret,warna menurun

kuning kecoklatan dan


Infeksi opurtunistik
di sertai dengan darah.
4. BB : 40 kg
System pencernaan
Makan klien 3x sehari
tetapih hanya ½ porsi
Peristaltic
yang di makan,dan
minum klien 5-7 gelas Diare kronis
per hari

25
5. BAB klien 7x sehari Cairan output
BAK klien 3x sehari
6. tugor Bibir kering,turgor
kulit
kulit,membran
mukosa luka luka

26
INTERVENSI

Nama : Ny. p

27
Umur : 21 th No Reg : 012 45661

No Tangg Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi rasional


al Hasil
1 14/03/ 1. Kekurangan Tujuan : 1. kaji tugor 1.indikator tidak
2019 volume Mempertahankan kulit,membran langsung dari status
pkl cairan b.d dehidrasi cairan mukosa dan rasa cairan
15.00 kekurangan yang di buktikan haus 2.mempertahankan
yang 2. Pantau
oleh normalnya keseimbangan
berlebihan, memasukan cairan
kadar elektrolit cairan,mengurangi rasa
diare berta sedikitnya 2500
haus,dan melembabkan
ML/hari
KH: mukosa
3. Hilangkan
1.terpenuhinya 3.dapat mengurangi
makanan yang
kebutuhan cairan diare
potensial
secara adekuat 4.meningkatkan asupan
menyebabkan
nutrisi secara adekuat
diare,yakni yang
5.agar asupan makan
pedas/makanan
klien kembali normal
makanan yang
dan gangguan
berlemak
pencernaan klien tratasi
tinggi,kacang dan
6. agar pasien merasa
susu
nyaman.
4. Berikan makanan
yang membuat
pasien berselerah
5. Berkolaborasi
dengan tim gizi
dalam pemberian
asupan makan dan
minum pada klien.
6. Berikan posisi
yang nyaman pada
klien yaitu posisi
semi fowler

28
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO Tanggal Diagnosa implementasi Evaluasi
1. 20/02/2019 1. Kekurangan 1. Mengkaji turgor S : klien mengatakan
Pukul volume cairan kulit, membran merasa lebih nyaman
15.15 b.d mukosa, dan rasa dan BAB nya
WITA kekurangan haus berkurang dan sudah
yang 2. Memantau masukan tidak di sertai
berlebihan, oral dan memasukan dengan darah.
diare berat cairan sedikitnya
O: klien tampak
2.500 ml/hr lebih nyaman dan
3. Menghilangkan
baik karna fesesnya
makanan yang potensial
sudah tidak di sertai
menyebabkan diare
darah
yakni yang pedas,
A: masalah teratasi
makanan yyang kadar
sebagian.
lemat tinggi, kacang dan
susu P: intervensi di

4. Memberikan makanan lanjutkan


yang membuat pasien
berselera
5. Mengkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat

29
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Dalam penyelesaian kasus, kelompok memecahkan kasus berdasarkan
terori dan askep yang ada di bab II dan bab III. Tingkat kesenjangannya sangat
baik.

B. Diagnosa keperawatan
Dalam diagnosa keperawatan di kasus sesuai dengan diagnosa teori yang
ada di bab III. Tingkat kesenjangan sangat baik.

C. Intervensi
Intervensi dalam kasus sesuai dengan teori yang ada di bab III. Tingkat
kesenjangannyapun sangat baik. Dalam melakukan intervensi kelompok
menjadikan teori sebagai landasan dalam pemecahan kasus.

D. Implementasi
Implementasi dalam kasus ini sesuai dengan intervensi yang direncanakan.
Hasil yang diharapkan dalam implementasi akan terjawab di evaluasi.

E. Evaluasi
Evaluasi dalam kasus sesuai dengan harapan kelompok pada saat
melakukan intervensi.

30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala


yang disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus
pada umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia
(pegal-pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian
orang, infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya
akan menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam penyususnan kasus harus
dipertimbangkan dengan kesenjangan teori.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa

Dalam penyusunan makalah dan pemecahan kasus kelompok


sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun jika ada saran yang bersifat
perbaikan kelompok sangat senang menerima masukan tersebut.

2. Bagi Intitusi Pendidikan

Dalam penyusunan makalah kelompok melakukan konsultasi


dengan pihak Bapak / Ibu dosen yang bersangkutan. Saran yang Bapak /
Ibu dosen berikan sangat membantu untuk perbaikan makalah dan
pemecahan kasus.

31

S-ar putea să vă placă și