Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
VIRNA SAFIRA P.
NIM. 011511233038
Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan pada akseptor keluarga berencana suntik 3 bulan
di Puskesmas Gunung Anyar Surabaya Telah disahkan oleh Tim Pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.karena atas rahmat dan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan pada Akseptor
Keluarga Berencana.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan dan kesulitan,
namun karena adanya bantuan dari berbagai pihak laporan ini dapat terselesaikan. Oleh sebab
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Soetojo, dr. Sp.U(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2. Baksono Winardi, dr., SpOG(K) selaku koordinator program studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3. Ibu Dwi Izzati, S.Keb.Bd.M.Sc. selaku pembimbing akademik Program Studi
Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
4. Ibu Desi Ariningtyas, S.ST. selaku pembimbing klinik
5. Semua tenaga kesehatan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini dan laporan selanjutnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar
dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang
tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan.
Upaya menekan angka fertilitas masih harus dilanjutkan hingga dapat mencapai angka 2,28
di tahun 2019 yang disertai dengan peningkatan CPR hingga 66%. Melalui sasaran strategis
ini, BKKBN harus dapat meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR), karena salah satu
indikator penting dalam keberhasilan Program KKBPK adalah prevalensi KB. Pencapaian
SS 3 tahun 2015 sebesar 101,2%. (Laporan Kinerja BKKBN, 2015)
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit,
tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima. Sehubungan dengan kebijakan nasional KB,
kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI,1998)
Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan TFR adalah peningkatan CPR. Angka
pemakaian kontrasepsi/CPR adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang
menggunakan alat/cara KB. Berdasarkan PMA 2020, angka prevalensi pemakaian
kontrasepsi (CPR) tahun 2015 adalah 60,9%. (Laporan Kinerja BKKBN, 2015)
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program KKBPK untuk
pengendalian angka kelahiran dan menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Di dalam
pelaksanaannya diupayakan agar semua metode dan alat kontrasepsi yang disediakan dan
ditawarkan kepada masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek
samping maupun keluhan yang ditimbulkan. (Laporan Kinerja BKKBN, 2015)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1.3 Manfaat
2.1.1 Definisi
KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak kehamilan
sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang diinginkan. (Saifuddin,
2008)
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami istri
untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO,
2007)
Tanggal :
Jam :
Oleh :
Tempat :
2.3.1 Pengkajian
Data Subjektif
1. Biodata / Identitas
a. Nama Ibu dan Nama Suami : identifikasi pasien
b. Umur : Umur pasangan sebagai akseptor KB. Hal ini sangat terkait dengan
tujuan penggunaan kontrasepsi, seperti menunda kehamilan (usia <20 tahun),
mengatur/ menjarangkan kehamilan (20-35 tahun), dan mengakhiri kehamilan/
tidak ingin hamil lagi (usia > 35 tahun).
c. Suku /bangsa: identifikasi pasien
d. Agama : pandangan agama tertentu melarang penggunaan KB jenis tertentu.
e. Pendidikan: Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
klien, termasuk menerima health education tentang KB Suntik 3 bulan.
f. Pekerjaan: Taraf sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap, perilaku sosial
kehidupan dan status gizi klien.
g. Alamat : identifikasi pasien.
2. Alasan Kunjungan
Ingin menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin atau jadwal kunjungan
suntik ulang.
3. Keluhan Utama
Keluhan pasien dapat berhubungan dengan efek samping pengguna kontrasepsi
suntik. Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin :
Adanya gangguan haid, seperti :
- Siklus haid yang memanjang atau memendek
- Perdarahan banyak atau sedikit
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
- Tidak haid sama sekali
Pertambahan berat badan
Gangguan emosi (jarang)
Sakit kepala
Nervositas
Jerawat
(Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2003)
4. Riwayat Menstruasi
Tidak diperkenankan pemakaian Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin pada
wanita yang mengalami perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
sampai dapat di evaluasi, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenore. Pada akseptor KB suntik ulangan, umumnya haid tidak teratur pada
pengguna injeksi kombinasi, dan tidak menstruasi/spotting pada injeksi progestin.
(Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2003)
5. Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri terkait kontrasepsi adalah mengetahui tujuan ber-KB.
termasuk dalam fase menjarangkan atau mengakhiri kehamilan, jumlah kehamilan
ibu akan dapat membantu memutuskan tingkat reversible dan keefektifan metode
KB yang dipilih. Riwayat obstetri juga dapat digunakan untuk menetukan kapan
mulai penggunaan injeksi. Juga riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya.
(Hartono, 2007)
6. Riwayat Kontrasepsi
Berisi data kontrasepsi terakhir yang digunakan oleh klien dan lama
penggunaannya. (Rize Budi, 2018)
Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : Injeksi progestin 160/100 mmHg.
Suhu : 36,5 – 37,50C
Nadi : 60 – 100 kali/menit.
RR : 12 – 20 kali/menit.
d. Berat Badan : Pengkajian berat badan diperlukan untuk mengetahui apakah ibu
memiliki kontraindikasi untuk menggunakan salah satu jenis kontrasepsi,
terutama yang memiliki efek samping peningkatan berat badan.
(Varney, 2007)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka: Tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih.
b. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis.
c. Dada : tidak ada ronchi, tidak ada benjolan abnormal pada payudara.
d. Abdomen : tidak teraba massa/ tidak terdapat nyeri tekan.
e. Ekstremitas Atas/ Bawah : tidak terdapat oedema.
(Manuaba, 2007)
2.3.5 Perencanaan
Lanjutan manajemen terhadap masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Asuhan yang diberikan dilakukan secara menyeluruh, mencakup
semua hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Semua keputusan
harus benar-benar rasional dan valid berdasarkan pengetahuan serta teori up to
date. Berikut ini adalah perencanaan yang dilakukan pada ibu akseptor lama
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin :
1. Menyapa ibu dengan ramah dan mempersilahkan ibu untuk mengatakan alasan
ibu berkunjung dan keluhannya, lalu lakukan pemeriksaan dasar seperti
pemeriksaan tanda-tanda vital dan mengukur berat badan.
2. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu agar ibu tahu tentang
kondisinya saat ini.
2. Menyebutkan tanggal kadaluarsa obat dan menjelaskan prosedur tindakan
yang akan dilakukan pada ibu, yaitu berupa pemberian injeksi progestin secara
IM dalam pada bokong. Dengan mengetahui tindakan yang akan dilakukan
maka akan mengurangi kecemasan ibu dan membuat ibu lebih tenang.
3. Review kembali mengenai cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang
mungkin akan terjadi pada penggunaan kontrasepsi progestin serta
menyampaikan kepada ibu apa yang harus dilakukan agar ibu tetap mau
melanjutkan alat kontrasepsi tersebut.
4. Tindakan medis yang dilakukan harus didahului dengan informed consent pada
pasien, meski merupakan kunjungan ulang. Persetujuan tindakan medis ini bisa
secara lisan karena yang tertulis (penandatanganan informed consent) sudah
dilaksanakan saat kunjungan pertama kali pemakaian lalu tawarkan kepada ibu
apakah masih mau melanjutkan kontrasepsi progestin sebagai bentuk
persetujuan tindakan medis.
5. Siapkan alat (spuit 3cc, kapas alkohol) dan obat Kontrasepsi progestin.
6. Atur posisi yang nyaman pada ibu agar ibu merasa nyaman dan memudahkan
proses penyuntikan untuk dilakukan penyuntikan, dan jaga privasi ibu
7. Berikan kontrasepsi injeksi progestin pada ibu secara IM Deep pada 1/3 SIAS
ke arah ujung os.coxygeus.
8. Berikan konseling pasca suntik, untuk tidak menggosok bekas injeksi untuk
mencegah terjadinya abses.
9. Beritahukan pada ibu waktu untuk melakukan injeksi ulangan sesuai waktu
kembali kontrasepsi injeksi progestin, menganjurkan pada ibu untuk datang
tepat waktu atau jika terdapat keluhan dapat datang sewaktu-waktu.
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan ke dalam rekam medic sebagai
bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat bidan atas pelayanan yang telah
dilakukan.
2.3.6 Pelaksanaan
Pelaksanaan dibuat sesuai dengan perencanaan.
2.3.7 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untruk menilai keberhasilan dari seluruh asuhan yang
telah diberikan.
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP. Adapun konsep SOAP
menurut Varney (2007), adalah :
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui
anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan langkah satu Varney.
A : Assement
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan indentifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnosa
potensial dan intervensi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi.
(Varney, 2007)
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal : 30 Mei 2018 No. Register Persalinan : 013xxxx
Oleh : Virna Safira P. Pukul : 10.00 WIB
1. Memberitahukan kembali mengenai cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang
mungkin akan terjadi pada penggunaan kontrasepsi progestin ini, yaitu seperti
gangguan haid, kenaikan berat badan serta menjelaskan jenis kontrasepsi dengan
jangka waktu panjang contohnya IUD yang tidak mengandung hormon sehingga ibu
tidak mengalami gangguan menstruasi yang berkepanjangan dan cepat
mengembalikan kesuburan, ibu mengatakan sebenarnya bermasalah dengan efek
samping kontrasepsi suntik yang menyebabkan menstruasi tidak teratur namun ibu
masih takut untuk menggunakan kontrasepsi IUD dan ibu akan
mempertimbangkannya kembali untuk mengganti kontrasepsinya, namun utnuk saat
ini ibu akan tetap menggunakan kontrasepsi 3 bulan/progestin.
2. Mempersilahkan ibu untuk naik ketempat tidur untuk dilakukan pemeriksaan dasar
seperti tanda-tanda vital.
3. Setelah melakukan pemeriksaan lalu memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan pada ibu agar ibu mengerti kondisinya saat ini yang dapat memperoleh
Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin.
4. Sebelum melakukan tindakan injeksi obat ke ibu, beritahu ibu mengenai tanggal
kadalurasa obat.
5. Melakukan penyuntikan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin pada ibu secara IM
pada 1/3 SIAS ke arah ujung os.coxygeus, suntikan telah dilakukan.
6. Memberikan konseling pasca suntik, untuk tidak menggosok bekas suntikan, ibu
mengerti dan berkata akan melakukannya.
7. Memberitahukan pada ibu waktu untuk melakukan suntikan ulangan tanggal 28
Agustus 2018 untuk melakukan suntikan ulang atau datang sewaktu-waktu bila ada
keluhan, ibu mengatakan akan kembali tepat waktu untuk suntikan ulang tanggal 28
Agustus 2018 atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Pengkajian data subjektif didapatkan usia Ny “J” telah berusia 37 tahun. Menurut
BKKBN (2002), tujuan KB pada wanita usia >35 tahun termasuk dalam KB
menghentikan/mengakhiri kehamilan/menghentikan kesuburan, hal ini didukung dengan
jumlah anak telah sesuai yang diinginkan oleh Ny “J” dan suaminya, yaitu 2 anak. Namun,
pada kasus Ny “J” yang tidak menginginkan anak lagi namun masih ingin menggunakan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin dengan alasan takut dengan proses pemasangannya.
Pada pengkajian riwayat obstetri yang lalu Ny “J” diketahui saat ini masih menyusui
anaknya namun ditambah dengan susu formula karena Ny “J” mengatakan bahwa ASI yang
keluar sedikit. Hal ini sesuai dengan teori pada buku panduan pelayanan kontrasepsi tahun
2003 yang menyatakan bahwa Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin tidak mempengaruhi
produksi ASI.
Pada pengkajian riwayat kesehatan Ny “J” tidak pernah menderita hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, hati, mioma, kanker, TBC, epilepsi serta tidak merokok. Namun
pada pengkajian riwayat keluarga Ny “J” didapatkan salah satu orang tua Ny “J” ada yang
menderita hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori pada buku panduan pelayanan kontrasepsi
tahun 2003 yang menyatakan kontraindikasi dalam penggunaan Kontrasepsi Suntik 3
Bulan/progestin salah satunya adalah menderita kanker atau ada riwayat kanker payudara
dan diabetes mellitus karena kedua penyakit tersebut dapat diperburuk dengan pemberian
hormone sintesis. Pada riwayat kelurga dengan hipertensi tidak didapati penelitian yang
pasti terhadap riwayat hipertensi pada keluarga yang dapat mempengaruhi ke-efektivitasan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin selama pengguna menjaga gaya hidupnya.
Pada pengkajian riwayat KB diketahui Ny “J” sudah menggunakan Kontrasepsi Suntik
3 Bulan/progestin ini selama >3 tahun, menurut penelitian terbaru dari American Heart
Associate terhadap penggunaan jangka panjang injeksi progestin (injeksi 3 bulan) pada ibu
dapat meningkatkan kejadian stroke pada penggunaan >4 tahun, hal ini dikarenakan
penggunaan kontrasepsi hormonal sendiri dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
dapat meningkatkan pula resiko stroke dan tromboemboli irreversible menurut Sujiwa,
2014.
Pada pengkajian pola fungsional Ny “J”, kebutuhan nutrisi, cairan , eliminasi, istirahat
dan aktivitas ibu dalam batas normal, Ny “J” tidak mengalamai peningkatan berat badan
yang signifikan dan tidak mengalami keluhan yang menyulitkan Ny “J” seperti sakit kepala
ringan, yang mana sesuai dengan teori yang terdapat pada buku panduan pelayanan
kontrasepsi tahun 2003 biasanya pada penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
terjadi peningkatan berat badan sekitar 1-2 kg dan pada beberapa akseptor lain mengalami
sakit kepala ringan.
Pada pengkajian kebiasaan Ny “J” diketahui Ny “J” terkadang meminum jamu-jamuan
seperti sinom atau beras kencur, belum ada penelitian pasti yang menyebutkan bahwa jamu-
jamuan dapat mengganggu kefektivitasan dari Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin ini,
namun pada penggunaan kontrasepsi pil kb dengan jamu-jamuan diketahui dapat
menyebabkan metabolism pil kb yang dikonsumsi terganggu. (Ari Angga, 2017)
Pada pengkajian data objektif hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny “J” dalam batas
normal dan pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi tidak ditemukan adanya penyakit yang
merupakan kontraindikasi untuk menggunakan kontrasepsi suntikan 3 bulan, sesuai dengan
teori yang terdapat pada buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi tahun 2003 seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, hati, mioma, kanker payudara dan TBC.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif, tidak ada kontraindikasi atau perhatian
khusus untuk melakukan kontrasepsi suntikan 3 bulanan. Sehingga, didapatkan analisa data
Ny “J” P2002 Akseptor lama KB Suntik 3 Bulan.
Penatalaksaanaan yang dilakukan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan, menjelaskan
kembali efek samping kontrasepsi suntikan 3 bulan, menjelaskan tentang kontrasepsi IUD
yang cocok untuk usia >35 tahun namun Ny “J” masih ragu dan takut, untuk sementara
Ny “J” mengatakan masih ingin tetap menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin.
Suntikan DMPA sebanyak 3 cc dilakukan pada 1/3 sias ke arah ujung coccygeus. Setelah
suntikan dilakukan Ny “J” dianjurkan untuk tidak menggosok bekas suntikan, kemudian
meberitahukan jadwal kembali melakukan suntikan ulangan, tanggal 28 Agustus 2018, dan
Ny “J” telah setuju akan kembali tepat waktu seperti biasanya. Hal ini sesuai dengan teori
pada buku panduan pelayanan kontrasepsi tahun 2003 tentang cara penggunaan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin dan kapan klien harus kembali, yaitu dalam 90 hari/3
bulan pasca suntik.
Pada kasus Ny.”J” tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pengkajian
subjektif dan data objektif yang didapatkan telah lengkap dan memenuhi syarat.
Penatalaksanaan yang diberikan telah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu dengan akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin adalah sebagai berikut:
1) Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mahasiswa mampu membuat diagnosa
sesuai teori.
2) Rencana disusun sesuai kebutuhan serta berdasarkan pada ilmu pengetahuan (teori)
tetapi terkadang disesuaikan dengan kondisi klien saat itu.
3) Tindakan yang dilakukan sesuai rencana, dan dilaksanakan secara plan of action
diikuti dengan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi pelayanan kebidanan
Dapat meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pada umumnya.
5.2.2 Bagi institusi Pendidikan
Dapat menambah sumber pustaka sebagai referensi bagi mahasiswa dalam pembuatan
asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, I. A. C. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Sulistyawati, L. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana 2012. Jakarta : Salemba Medika.
BKKBN. 2016. LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2015. BKKBN
Basit Mohammad, Dahlina Nur, dkk., 2014. HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN
KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN STROKE DI POLIKLINIK
SYARAF RUMAHSAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN. Banjarmasin.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
Priyanti Sari. 2016. LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN/PROGESTIN
TERHADAP KEJADIAN MELASMA DI DESA KARANGJERUK KECAMATAN
JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO. Mojokerto. Hospital Mojopahit Vol 8 No. 2
Putri Anugraheni S., 2014. Naskah Publikasi : HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN
KONTRASEPSI ORAL DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI POLI SYARAF
RSUD DR. MOEWARDI. Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Himawary. 2018. HANDOUT PELAYANAN KONTRASEPSI. Surabaya. Kewirausahaan
Himpunan Mahasiswa Midwifery
DHMH/PHPA/MCHB/OFPHV Maryland Tittle X Family Planning Program Clinical
Guidelines : Progestin-Only Oral Contraceptive – Revised January 2017
Espey Eve, Ogburn Tony, Schrader Ronald, etc., 2013. EFFECT OF PROGESTIN VS.
COMBINED ORAL CONTRACEPTIVE PILLS ON LACTATION : A DOUBLE-
BLIND RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL. Obstet Gynecol ncbi
Kaern T. 2012. EFFECT OF AN ORAL CONTRACEPTIVE IMMEDIATELY POSTPARTUM
ON INITIATION OF LACTATION. Brit Med J.
DAFTAR ISI