Sunteți pe pagina 1din 40

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR


KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS GUNUNG ANYAR SURABAYA

Oleh :
VIRNA SAFIRA P.
NIM. 011511233038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan pada akseptor keluarga berencana suntik 3 bulan
di Puskesmas Gunung Anyar Surabaya Telah disahkan oleh Tim Pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :

Surabaya, Juni 2018


Mahasiswa

Virna Safira Puspaningtyas


NIM. 011511233038

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan Klinik

Program Studi Pendidikan Bidan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Dwi Izzati, S.Keb.Bd.M.Sc. Desi Ariningtyas, S.ST


NIP. 198607182016113201 NIP. 198012112002122004
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT.karena atas rahmat dan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif Asuhan Kebidanan pada Akseptor
Keluarga Berencana.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari adanya kekurangan dan kesulitan,
namun karena adanya bantuan dari berbagai pihak laporan ini dapat terselesaikan. Oleh sebab
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Soetojo, dr. Sp.U(K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
2. Baksono Winardi, dr., SpOG(K) selaku koordinator program studi Pendidikan Bidan
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
3. Ibu Dwi Izzati, S.Keb.Bd.M.Sc. selaku pembimbing akademik Program Studi
Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
4. Ibu Desi Ariningtyas, S.ST. selaku pembimbing klinik
5. Semua tenaga kesehatan Puskesmas Gunung Anyar Surabaya
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan
ini dan laporan selanjutnya.

Surabaya, Juni 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar
dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, penyebaran penduduk yang
tidak merata, struktur umur muda, dan kualitas penduduk yang masih harus ditingkatkan.
Upaya menekan angka fertilitas masih harus dilanjutkan hingga dapat mencapai angka 2,28
di tahun 2019 yang disertai dengan peningkatan CPR hingga 66%. Melalui sasaran strategis
ini, BKKBN harus dapat meningkatkan pemakaian kontrasepsi (CPR), karena salah satu
indikator penting dalam keberhasilan Program KKBPK adalah prevalensi KB. Pencapaian
SS 3 tahun 2015 sebesar 101,2%. (Laporan Kinerja BKKBN, 2015)

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan
yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit,
tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima. Sehubungan dengan kebijakan nasional KB,
kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi
(Depkes RI,1998)

Program Keluarga Berencana yang digalakkan oleh BKKBN (Badan Kependudukan


san Keluarga Berencana Nasional) bertujuan untuk menekan jumlah pertumbuhan
penduduk serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Sesuai dengan UU nomor
52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga adalah
upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak
reproduksi.
Pelayanan Keluarga Berencana merupakan upaya untuk mendukung kebijakan program
Keluarga Berencana nasional. Salah satu indikator program Keluarga Berencana yaitu
penggunaan kontrasepsi saat ini dan CPR (Contraceptive Prevalence Rate). CPR adalah
persentase penggunaan alat/cara kontrasepsi oleh pasangan usia subur (PUS) yaitu WUS
(umur 15-49 tahun) berstatus menikah atau hidup bersama (Rajaguguk, Omas Bulan, 2010)

Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan TFR adalah peningkatan CPR. Angka
pemakaian kontrasepsi/CPR adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang
menggunakan alat/cara KB. Berdasarkan PMA 2020, angka prevalensi pemakaian
kontrasepsi (CPR) tahun 2015 adalah 60,9%. (Laporan Kinerja BKKBN, 2015)

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program KKBPK untuk
pengendalian angka kelahiran dan menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Di dalam
pelaksanaannya diupayakan agar semua metode dan alat kontrasepsi yang disediakan dan
ditawarkan kepada masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek
samping maupun keluhan yang ditimbulkan. (Laporan Kinerja BKKBN, 2015)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor Kontrasepsi suntik


3 bulan/progestin

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
2. Mahasiswa mampu menginterprestasikan data dan menetukan diagnosa masalah
pada akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
3. Mahasiswa mampu menegakkan masalah potensial dan tindakan segera pada
akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
4. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap
akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
5. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan asuhan terhadap akseptor
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi asuhan yang telah dilaksanakan terhadap
akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
7. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi tindakan yang telah dilakukan dalam
bentuk SOAP.

1.3 Manfaat

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor


Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya secara
komprehensif serta sesuai dengan teori yang ada.

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


1.4.1 Waktu : 28 Mei – 10 Juni 2018
1.4.2 Tempat : Puskesmas Gunung Anyar
Jl. Gn. Anyar Tim. No. 70, Gn. Anyar, Surabaya, Jawa Timur
60294
1.5 Sistematika Laporan
1.5.1 BAB I Pendahuluan
 Latar Belakang
 Tujuan
 Manfaat
 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
 Sistematika Laporan

1.5.2 BAB II Tinjauan Pustaka


 Konsep Dasar Keluarga Berencana
 Landasan Teori alat Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor Keluarga Berencana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Keluarga Berencana

2.1.1 Definisi
KB adalah suatu usaha guna merencanakan dan mengatur jarak kehamilan
sehingga kehamilan dapat dikehendaki pada waktu yang diinginkan. (Saifuddin,
2008)
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pemasangan suami istri
untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam
hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. (WHO,
2007)

2.1.2 Sasaran Pelayanan Kontrasepsi


a. Sasaran Langsung
Yaitu pasangan usia subur (PUS) agar mereka menjadi peserta keluarga
berencana lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan
fertilitas.
b. Sasaran Tidak Langsung
Yaitu organisasi-organisasi kemasyarakatan, instansi pemerintahan maupun
swasta, tokoh-tokoh masyarakat (Wanita dan Pemuda) yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap proses pembentukan sistem keluarga kecil
bahagia sejahtera.
(Mochtar, 1998)
2.1.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi
Pada dasarnya prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara
sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara :
a. Menekan keluarnya sel telur (ovulasi)
b. Menghalangi masuknya sperma ke dalam saluran kelamin wanita sampai
mencapai ovum
c. Menghalangi nidasi
(Sudarmo dkk, 2001)
2.1.4 Tujuan Pelayanan Kontrasepsi
1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan keluarga berencana
yaitu dihayatinya nama keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
2. Tujuan Pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna guna mencapai tujuan tersebut maka
ditempuh kebijaksanaan dengan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai
sasaran.
a. Fase menunda atau mencegah kehamilan
Fase menunda kehamilan dianjurkan bagi Pasangan Usia Subur (PUS)
dengan usia istri kurang dari 20 tahun dengan alasan :
1) Umur di bawah 20 tahun adalah usia yang sebiaknya tidak mempunyai
angka terlebih dahulu untuk berbagai alasan.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda
masih mempunyai frekuensi senggama yang tinggi sehingga angka
kegagalan tinggi.
3) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil Oral, karena akseptor masih muda.
4) Pemasangan IUD mini bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini
dapat dianjurkan terutama bagi calon peserta dengan kontraindikasi
terhadap pil oral.
Kontrasepsi yang cocok untuk menunda atau mencegah kehamilan
adalah, pil, IUD, cara sederhana.

b. Fase menjarangkan atau mengatur kehamilan


Periode usia istri antara 20 – 30 tahun merupakan periode usia paling
baik untuk melahirkan.
1) Alasan menjarangkan kehamilan :
a) Umur antara 20 – 30 tahun merupakan usia terbaik untuk
mengandung dan melahirkan.
b) Kegagalan yang menyebakan kehamilan cukup tinggi, namun disini
tidak begitu berbahaya karena yang bersangkutan berada pada usia
melahirkan yang baik.
c) Segera setelah melahirkan anak pertama dianjurkan untuk memakai
IUD sebagai pilihan utama.
2) Kontrasepsi yang cocok, meliputi :
a) Suntik
b) IUD
c) Implant
d) Mini pil
e) Cara sederhana
c. Fase menghentikan atau mengakhiri kesuburan
Pada periode ini usia istri di atas 30 tahun sebaiknya mengakhiri
kesuburan setelah mempunyai dua anak.
1) Alasan mengakhiri kesuburan
a) Ibu dengan usia di atas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil karena
alasan medis.
b) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan
kemungkinan timbul akibat samping.
c) Pilhan utama adalah kontrasepsi mantap.
2) Kontrasepsi yang cocok meliputi :
a) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)
b) IUD
c) Implant
d) Cara sederhana
e) Suntik
f) Pil
3. Metode Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2010), pembagian cara kontrasepsi yaitu :
a. Metode amenorea Laktasi (MAL)
b. Metode keluarga berencana alamiah
c. Senggama terputus
d. Metode barrier:
1) Kondom
2) Diafragma
3) Spemisida
e. Kontrasepsi kombinasi :
1) Injeksi kombinasi
2) Pil kombinasi
f. Kontrasepsi progestin :
1) Kontrasepsi injeksi progestin
2) Kontrasepsi pil progestin
3) Kontrasepsi implant
4) AKDR dengan progestin
g. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
h. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi (sterilisasi pada wanita)
2) Vasektomi (sterilisasi pada pria)
(Hartono, 2007)

2.1.5 Lima Langkah Konseling Pelayanan Kontrasepsi


Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru,
hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara
berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien.
Beberapa klien membutuhkan lebih banyak perhatian pada langkah yang satu
dibandingkan dengan langkah yang lainnya. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai
berikut :
a) SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri. Tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
b) T : Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Berikan perhatian kepada klien
apa yang disampaikan klien sesuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.
Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien. Perlihatkan bahwa kita memahami.
Dengan memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien, kita dapat
membantunya.
c) U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini, serta jelaskan pula
jenis-jenis kontrasepsi lain yang ada. Juga jelaskan alternatif kontrasepsi lain yang
mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai risiko penularan HIV/AIDS
dan pilihan metode ganda.
d) TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah secara
terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien
terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut kepada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa
klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan :
Apakah anda sudah memutuskan pilihan jenis kontrasepsi ? Atau apa jenis
kontrasepsi terpilih yang akan digunakan ?
e) J : Jelaskan secara lengkap bagaiman menggunakan kontrasepsi pilihannya.
Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaiman alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dan
bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan
petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri penjelasan juga tentang manfat
ganda metode kontrasepsii, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi
menular seksual (IMS). Cek pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi
pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan benar.
f) U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian
kapan klien akan kembali dan melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali
apabila terjadi suatu masalah.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003)
2.2. Landasan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin

2.2.1 Pengertian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Kontrasepsi suntik progestin adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikan obat tersebut pada wanita subur
yang diberikan setiap 90 hari atau 3 bulan sekali.
Profil Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin :
1. Sangat efektif
2. Aman
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI.
(Maryani, 2007)

2.2.2 Jenis Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Menurut Diane M. Frazer dan Margaret A. Cooper, 2009. Jenis Kontrasepsi
Suntik 3 Bulan/progestin dibagi menjadi :
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Profera), mengandung 150 mg DMPA,
yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah
bokong). Depo-profera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk
tujuan kontrasepsi perenteral, mempunya efek progestagen yang kuat dan sangat
efektif. Obat ini termasuk obat depo, dan diberikan dalam interval 12 minggu
sekali.
2. Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat/ NET-EN), yang mengandung 200
mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskular. Larutannya merupakan campuran benzyl benzoat dan castrol oil
dalam perbandingan 4:6. Efek kontrasepsinya terutama mencegah masuknya
sperma melalui lendir servik. Noristerat juga termasuk dalam golongan obat
depo, disuntikkan dalam dosis 200 mg/cc sekali. Untuk 6 bulan pertama suntik
diberikan setiap 8 minggu dan setelah itu setiap 12 minggu (Saifuddin dkk, 2010)
Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) merupakan injeksi yang
paling banyak digunakan dan diberikan sebanyak 150 mg per dosis dalam
interval 12 minggu, meskipun untuk beberapa wanita, interval tersebut dapat
lebih sempit. NET-EN digunakan sebagai metode kontrasepsi jangka pendek-
contohnya jika pasangan menjalani vasektomi hingga prosedur tersebut
dipastikan efektif, dan suntikan ini diberikan dalam dosis 200 mg dengan
interval 8 minggu. Metode ini banyak digunakan di negara berkembang

1.2.3 Mekanisme kerja Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Menurut Harnawati (2008), mekanisme kerja kontrasepsi 3 bulan, yaitu :
1. Menghalangi pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan motilitas
sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis sehingga tidak akan terjadi implantasi
4. Menghambat transportasi gamet dan tuba.

1.2.4 Indikasi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003, indikasi
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin meliputi :
1. Usia reproduksi
2. Multipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran.
7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
8. Perokok
9. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit.
10. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin).
11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
12. Anemia defisiensi zat besi.
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.
1.2.5 Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003,
kontraindikasi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin meliputi :
1. Hamil atau dicurigai hamil
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes melitus disertai komplikasi.

1.2.6 Keuntungan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003, keuntungan
kontrasepsi suntik 3 bulan meliputi :
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubugan suami-istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit
jantung, dan gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Tidak mempengaruhi efektivitas penggunaan obat lain seperti obat untuk
epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).
8. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
9. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.
10. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
11. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
12. Mencegah beberapa penyakit radang panggul.
13. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).

1.2.7 Kerugian Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003, kerugian
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin meliputi :
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memenjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
d. Tidak haid sama sekali
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk injeksi).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu sebelum injeksi berikut.
4. Permasalahan peningkatan berat badan merupakan efek samping tersering. Pada
umumnya peningkatan berat badan bervariasi antara 1 kg sampai 5 kg.
Permasalahan peningkatan berat badan ini disebabkan oleh DMPA yang
merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan
akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. (Sari Priyanti, 2016)
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian karena belum
habisnya pelepasan obat injeksi dari deponya (tempat injeksi).
6. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang sehingga
mengakibatkan penurunan kadar kolesterol HDL dan meningkatkan kolesterol
LDL dan trigliserida. (Nur Dahlina, dkk., 2014)
7. Pada penggunaaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas).
8. Pada penggunaaan jangka panjang yaitu lebih dari 2 tahun, mengakibatkan
terjadinya penumpukan hormone progesterone di dalam tubuh sehingga
mempengaruhi timbulnya hiperpigmentasi pada wajah (melasma) selain itu
faktor keturunan dan paparan sinar matahari juga merupakan pemicu dari
timbulnya hiperpigmentasi ini. (Sari Priyanti, 2016)
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina
karena hormone esterogen yang terus ditekan sehingga akan sedikit
memproduksi lender serviks, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala/migrain, nervositas, jerawat.
10. Penelitian terbaru terhadap penggunaan jangka panjang injeksi progestin (injeksi
3 bulan) pada ibu dapat meningkatkan kejadian stroke pada penggunaan >4
tahun, hal ini dikarenakan penggunaan kontrasepsi hormonal sendiri dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga dapat meningkatkan pula resiko stroke.
Resiko stroke mutlak stroke pada wanita dengan hipertensi paling sedikit 3 kali
lipat daripada pemakai tanpa hipertensi. Sedangkan pada wanita yang merokok
dengan pemakaian kontrasepsi hormonal resikonya berlipat 2-3 kali lipat
terutama pada usia >35 tahun. (AHA, 2013)
11. Penelitian Risk of Arterial Thrombosis in Relation to Oral Contraceptive
(RATIO) di Amerika dan Inggris menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi
oral/hormonal meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular, diantaranya adalah
infrak miokard, tromboemboli vena dan stroke. (AHA, 2013)
12. Penggunaan kontrasepsi hormonal dalam jangka waktu lama dapat
meningkatkan terjadinya tromboemboli yang bersifat irreversible setidaknya
selama 4 tahun penggunaan. (Sujiwa, 2014)

1.2.8 Waktu mulai penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Menurut Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi tahun 2003, seorang
wanita dapat memulai penggunaan kontrasepsi jika :
1. Setiap saat selama siklus haid, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil.
2. Dapat dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan
diyakini ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah injeksi hindari melakukan
berhubungan seksual atau dapat menggunakan alat kontrasepsi tambahan seperti
kondom atau diafragma.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi injeksi progestin. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, injeksi pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi injeksi yang lain lagi, kontrasepsi injeksi yang akan
diberikan dimulai pada jadwal kontrasepsi injeksi yang sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non-hormonal dan ingin menggantinya
dengan kontrasepsi hormonal, injeksi pertama kontrasepsi hormonal yang akan
diberikan dapat segera diberikan, asal diyakini ibu tersebut tidak hamil dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah injeksi tidak boleh
melakukan hubungan seksual atau dapat menggunakan alat kontrasepsi
tambahan seperti kondom atau diafragma.
7. Ibu yang ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Injeksi pertama,
dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, atau dapat
diberikan setiap saat setelah hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut
tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Injeksi pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
injeksi tidak boleh melakukan hubungan seksual atau dapat menggunakan alat
kontrasepsi tambahan seperti kondom atau diafragma.
9. Bila ibu tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, injeksi dapat
diberikan 2 minggu sebelum jadwal injeksi ulang. Injeksi juga dapat diberikan 2
minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal diyakini ibu tidak hamil. Tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau dapat menggunakan
metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari seperti kondom atau diafragma. Bila
perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi darurat.
10. Ibu dengan penyakit hati akut (virus), penyakit jantung dan stroke sebaiknya
menggunakan kontrasepsi yang lain atau selain hormonal karena kontrasepsi
dapat memperburuk keadaan penyakit.
11. Suatu penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak wanita yang
menggunakan kontrasepsi hormonal dengan jangka waktu yang lama minimal 4
tahun penggunaan, maka semakin rentan pula memicu terjadinya penyakit
stroke.
12. Suatu penelitian menunjukkan usia >35 tahun (mendekati menopause)
sebaiknya menggunakan kontrasepsi non-hormonal karena riwayat penggunaan
kontrasepsi hormonal yang sebagian besar lebih besar dari 4 tahun dapat
meningkatkan kejadian stroke. (AHA, 2013)

1.2.9 Cara penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin


Penggunaan alat kontrasepsi suntik, seperti depo Provera, merupakan suatu
tindakan invasive. Karena menembus pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan
hati-hati dengan teknik aseptic untuk mencegah infeksi. Kekhawatiran lain adalah
meningkatnya masalah penyebaran virus hepatitis B, hepatitis C, dan AIDS kepada
klien, provider, dan petugas klinik, khususnya petugas kebersihan dan rumah tangga.
Untuk mengurangi risiko tersebut, sedapat-dapatnya menggunakan jarum dan alat
suntik sekali pakai (disposable) atau alat suntik jenis baru, yaitu “autodisable syringe”.
Bila menggunakan jarum dan alat suntik pakai ulang (reusable), setelah digunakan,
dekontaminasi segera dengan direndam dalam larutan klorin 0,5% atau disinfektan lain
yang tersedia di daerah setempat.
a. Pelaksanaan Pelayanan
Ruang untuk pasien rawat jalan. Bila mungkin, ruangan tersebut harus berada
jauh dari daerah ramai di lingkungan klinik atau rumah sakit. Ruangan tersebut
harus:
- Mendapat cahaya yang memadai.
- Menggunakan lantai keramik atau semen agar mudah dibersihkan
- Bebas dari debu dan serangga
- Memiliki ventilasi yang baik
Fasilitas untuk mencuci tangan juga harus tersedia di dekat ruang tersebut,
termasuk persediaan air bersih yang mengalir, serta tersedia wadah atau
kantung plastic untuk pembuangan limbah terkontaminasi. Wadah tahan tusuk
harus diletakkan di tempat yang amanuntuk pembuangan jarum dan alat suntik.
b. Persiapan klien
Karena kulit tidak mungkin disterilisasi, antiseptic digunakan untuk
meminimalkan jumlah mikroorganisme pada kulit tempat suntikan harus
dilaksanakan. Hal ini mutlak harus dilaksanakan untuk mengurangi
kemungkinan risiko infeksi pada lokasi injeksi.
- Periksa daerah suntik apakah bersih atau kotor.
- Bila lengan atas atau pantat yang akan disuntik terlihat kotor, calon klien
diminta membersihkannya dengan sabun dan air
- Biarkan daerah tersebut kering
c. Persiapan yang Dilakukan Petugas
Langkah 1: Mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
Keringkan dengan handuk atau dianginkan.
Langkah 2: Membuka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet.
Hapus karet yang ada di bagian atas vial dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alcohol 60-90%. Biarkan kering (pada Depo Provera/ Cyclofem).
Langkah 3: Bila menggunakan jarum dan semprit suntik sekali pakai, segera
buka plastiknya. Bila menggunakan jarum dan semprit suntik suntik yang telah
disterilkan dengan DTT, memakai korentang/ forsep yang telah di DDT untuk
mengambilnya. Catatan: Jangan memakai semprit suntik untuk lebih dari sekali
suntik. Pada penelitian didapatkan pemakaian satu semprit dengan beberapa
jarum dapat menularkan vius hepatitis B.
Langkah 4: Memasang jarum pada semprit suntik dengan memasukkan jarum
pada mulut semprit penghubung.
Langkah 5: Membalikkan vial dengan mulut vial ke bawah. Masukkan cairan
suntik dalam semprit. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi
suntik dan menyuntikkannya pada klien.
d. Persiapan Daerah Suntikan
Langkah 1: Membersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi oleh ethi/ isopropil alcohol 60-90%.
Langkah 2: Membiarkan kulit tersebut kering sebelum dapat disuntik
e. Peralatan
- Obat yang akan disuntikkan (Depo Provera)
- Semprit suntik dan jarumnya (sekali pakai)
- Alkohol 60-90% dari kapasTeknik Suntikan
- Mengocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara (pada Depo Provera). Mengeluarkan isinya.
- Menyuntikkan secara intramuscular dalam di daerah pantat (daerah gluteal).
Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi
suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
- Depo provera (3 ml/150 mg atau 1 ml/150 mg) diberikan setiap 3 bulan (12
minggu).
f. Setelah Tindakan Suntik
- Jangan memijat daerah suntik. Jelaskan pada klien bahwa obat akan terlalu
cepat diserap.
- Membuang jarum dan semprit dalam kotak/ tempat tahan robekan/ tusukan/
tembus, misalnya kotak kayu, botol plastic, atau kaleng, yang mempunyai
tutup. Botol bekas infus dapat dipakai, tetapi ada kemungkinan tertembus
atau robek.
- Letakkan kotak tersebut pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah
dibuka tanpa menggunakan benda tajam.
- Kubur/ bakar bila kotak tersebut telah 2/3 penuh
1.2.10 Penanganan efek samping yang sering dijumpai pada penggunaan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
Tabel 2.1

Efek Samping Penanganan


Amenore (tidak terjadi  Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak
perdarahan/spotting) perlu. Jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim. Nasihati untuk
kembali ke klinik.
 Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien.
Hentikan penyuntikan.
 Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien
segera
 Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila
tidak terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.

Perdarahan/perdarahan bercak  Informasikan bahwa perdarahan ringan


(spotting) sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah
masalah serius, dan biasanya tidak
memerlukan pengobatan. Bila klien tidak
dapat menerima perdarahan tersebut dan
ingin melanjutkan injeksi maka dapat
disarankan 2 pilihan pengobatan :
 1 siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg
etinilestradiol), ibuprofen (sampai 800 mg, 3
x/hari untuk 5 hari), atau obat sejenis lain.
Jelaskan bahwa selesai pemberian pil
kontrasepsi kombinasi dapat terjadi
perdarahan banyak selama pemberian injeksi
ditangani dengan pemberian 2 tablet pil
kontrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari
dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi
hormonal, atau diberi 50 µg etinilestradiol
atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk
14-21 hari.

Meningkatnya atau menurunya berat  Informasikan bahwa kenaikan/penurunan


badan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja
terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan
berat badan terlalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan injeksi dan
anjurkan metode kontrasepsi lain.

2.3. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Akseptor Kontrasepsi Suntik 3


Bulan/progestin Menurut Varney 2007, yaitu :

Tanggal :
Jam :
Oleh :
Tempat :

2.3.1 Pengkajian
Data Subjektif
1. Biodata / Identitas
a. Nama Ibu dan Nama Suami : identifikasi pasien
b. Umur : Umur pasangan sebagai akseptor KB. Hal ini sangat terkait dengan
tujuan penggunaan kontrasepsi, seperti menunda kehamilan (usia <20 tahun),
mengatur/ menjarangkan kehamilan (20-35 tahun), dan mengakhiri kehamilan/
tidak ingin hamil lagi (usia > 35 tahun).
c. Suku /bangsa: identifikasi pasien
d. Agama : pandangan agama tertentu melarang penggunaan KB jenis tertentu.
e. Pendidikan: Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
klien, termasuk menerima health education tentang KB Suntik 3 bulan.
f. Pekerjaan: Taraf sosial ekonomi yang mempengaruhi sikap, perilaku sosial
kehidupan dan status gizi klien.
g. Alamat : identifikasi pasien.
2. Alasan Kunjungan
Ingin menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin atau jadwal kunjungan
suntik ulang.

3. Keluhan Utama
Keluhan pasien dapat berhubungan dengan efek samping pengguna kontrasepsi
suntik. Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin :
 Adanya gangguan haid, seperti :
- Siklus haid yang memanjang atau memendek
- Perdarahan banyak atau sedikit
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
- Tidak haid sama sekali
 Pertambahan berat badan
 Gangguan emosi (jarang)
 Sakit kepala
 Nervositas
 Jerawat
(Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2003)

4. Riwayat Menstruasi
Tidak diperkenankan pemakaian Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin pada
wanita yang mengalami perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
sampai dapat di evaluasi, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenore. Pada akseptor KB suntik ulangan, umumnya haid tidak teratur pada
pengguna injeksi kombinasi, dan tidak menstruasi/spotting pada injeksi progestin.
(Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2003)

5. Riwayat Obstetri
Riwayat obstetri terkait kontrasepsi adalah mengetahui tujuan ber-KB.
termasuk dalam fase menjarangkan atau mengakhiri kehamilan, jumlah kehamilan
ibu akan dapat membantu memutuskan tingkat reversible dan keefektifan metode
KB yang dipilih. Riwayat obstetri juga dapat digunakan untuk menetukan kapan
mulai penggunaan injeksi. Juga riwayat penggunaan kontrasepsi sebelumnya.
(Hartono, 2007)

6. Riwayat Kontrasepsi
Berisi data kontrasepsi terakhir yang digunakan oleh klien dan lama
penggunaannya. (Rize Budi, 2018)

7. Riwayat Kesehatan Klien


Ibu dengan penyakit jantung koroner/ infark, stroke, atau tekanan darah
>180/110 mmHg tidak boleh menggunakan alat kontrasepsi hormonal (pil, suntik,
implan). Hal ini dikarenakan progestin yang terkandung dalam kontrasepsi
hormonal dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah, sehingga dapat
memperparah tekanan. Progestin juga dapat menyebabkan spasme pembuluh darah
sehingga meningkatkan risiko stroke darah yang sudah diderita ibu. (AHA, 2013)
Ibu dengan riwayat kanker payudara, kanker ovarium, dan mioma uteri juga
tidak diperbolehkan menggunakan kontrasepsi hormonal (minipil maupun
Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin) karena progestin dapat memicu
pertumbuhan kanker. (Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2003)
Ibu dengan penyakit TBC yang sedang menggunakan obat tuberkulosis
(rifampisin) atau obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) tidak dapat
menggunakan kontrasepsi hormonal (terutama yang mengandung esterogen)
karena akan menurunkan efektivitas obat yang sedang dikonsumsi. (Buku Panduan
Pelayanan Kontrasepsi, 2003)

8. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit-penyakit dengan faktor resiko genetik dapat mengganggu keefektifan
atau merupakan kontraindikasi penggunaan kontrasepsi injeksi, seperti hipertensi,
diabetes mellitus, penyakit jantung/hati/mioma/kanker endometrium/kanker
ovarium/kista ovarium/kanker payudara. Juga penyakit menular seperti TBC.
(Mochtar, 1998)

9. Riwayat Fungsional Kesehatan


a) Nutrisi
Tidak mempengaruhi Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin
b) Eliminasi
Tidak mempengaruhi Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin
c) Istirahat
Pada beberapa akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
menyebabkan sakit kepala dan nervositas, sehingga membutuhkan lebih
banyak istirahat (Ivon Diah, 2018)
d) Personal hygiene
Tidak mempengaruhi Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
e) Aktivitas
Pada beberapa akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin terjadi
pertambahan berat badan sebanyak 1-2 kg. Harus diimbangi dengan
aktivitas fisik agar pertambahan berat badan tidak terlalu signifikan. (Ivon
Diah, 2018)
f) Kebiasaan
Rokok atau penggunaan obat dari penyakit tertentu yang dapat
menghambat efektifitas kontrasepsi injeksi. Jika klien berusia ≥ 35 tahun
dan merokok ≥ 15 batang rokok/ hari maka jangan berikan injeksi bulanan.
Sarankan untuk berhenti merokok dan memilih metode lainnya. (Buku
Panduan Pelayanan Kontrasepsi, 2003)

10. Riwayat Psikososial dan Budaya


Riwayat pernikahan akseptor yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan tindakan medis yang akan dilakukan. Berkaitan dengan tingkat
kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan sosial klien. (Bunga, 2013)

Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
 Tekanan Darah : Injeksi progestin 160/100 mmHg.
 Suhu : 36,5 – 37,50C
 Nadi : 60 – 100 kali/menit.
 RR : 12 – 20 kali/menit.
d. Berat Badan : Pengkajian berat badan diperlukan untuk mengetahui apakah ibu
memiliki kontraindikasi untuk menggunakan salah satu jenis kontrasepsi,
terutama yang memiliki efek samping peningkatan berat badan.
(Varney, 2007)

2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka: Tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih.
b. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis.
c. Dada : tidak ada ronchi, tidak ada benjolan abnormal pada payudara.
d. Abdomen : tidak teraba massa/ tidak terdapat nyeri tekan.
e. Ekstremitas Atas/ Bawah : tidak terdapat oedema.
(Manuaba, 2007)

2.3.2 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah


Diagnosis kebidanan adalah hasil analisis data dan perumusan masalah yang
diputuskan oleh bidan sesuai dengan teori masalah-masalah yang sering terjadi
pada ibu kehamilan fisiologis. (Suryani, 2008; h. 99).
a. Diagnosa Aktual : PAPAH akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
b. Masalah : masalah yang muncul berdasarkan hasil pemeriksaan

2.3.3 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Mengidentifikasi masalah atau komplikasi yang mungkin terjadi berdasarkan
diagnosa yang sudah diidentifikasi. (Suryani, 2008; h. 99). Bidan diharapkan dapat
waspada dan bersiap mencegah diagnosa ini benar-benar terjadi.
Masalah potensial : berat badan meningkat > 2 kg per-tahun.

2.3.4 Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan
bersama dengan tim kesehatan yang lain sesuai kondisi pasien. (Suryani, 2008; h.
99).
1) Mandiri : sesuai kewenangan bidan.
2) Kolaborasi : bekerja sama dengan dokter atau tim medis lainnya agar keadaan
umum klien bisa diperbaiki dan segera mendapat penanganan yang tepat.
Rujukan : mengalihkan tanggung jawab ke tenaga kesehatan yang lebih
kompeten.

2.3.5 Perencanaan
Lanjutan manajemen terhadap masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Asuhan yang diberikan dilakukan secara menyeluruh, mencakup
semua hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Semua keputusan
harus benar-benar rasional dan valid berdasarkan pengetahuan serta teori up to
date. Berikut ini adalah perencanaan yang dilakukan pada ibu akseptor lama
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin :
1. Menyapa ibu dengan ramah dan mempersilahkan ibu untuk mengatakan alasan
ibu berkunjung dan keluhannya, lalu lakukan pemeriksaan dasar seperti
pemeriksaan tanda-tanda vital dan mengukur berat badan.
2. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada ibu agar ibu tahu tentang
kondisinya saat ini.
2. Menyebutkan tanggal kadaluarsa obat dan menjelaskan prosedur tindakan
yang akan dilakukan pada ibu, yaitu berupa pemberian injeksi progestin secara
IM dalam pada bokong. Dengan mengetahui tindakan yang akan dilakukan
maka akan mengurangi kecemasan ibu dan membuat ibu lebih tenang.
3. Review kembali mengenai cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang
mungkin akan terjadi pada penggunaan kontrasepsi progestin serta
menyampaikan kepada ibu apa yang harus dilakukan agar ibu tetap mau
melanjutkan alat kontrasepsi tersebut.
4. Tindakan medis yang dilakukan harus didahului dengan informed consent pada
pasien, meski merupakan kunjungan ulang. Persetujuan tindakan medis ini bisa
secara lisan karena yang tertulis (penandatanganan informed consent) sudah
dilaksanakan saat kunjungan pertama kali pemakaian lalu tawarkan kepada ibu
apakah masih mau melanjutkan kontrasepsi progestin sebagai bentuk
persetujuan tindakan medis.
5. Siapkan alat (spuit 3cc, kapas alkohol) dan obat Kontrasepsi progestin.
6. Atur posisi yang nyaman pada ibu agar ibu merasa nyaman dan memudahkan
proses penyuntikan untuk dilakukan penyuntikan, dan jaga privasi ibu
7. Berikan kontrasepsi injeksi progestin pada ibu secara IM Deep pada 1/3 SIAS
ke arah ujung os.coxygeus.
8. Berikan konseling pasca suntik, untuk tidak menggosok bekas injeksi untuk
mencegah terjadinya abses.
9. Beritahukan pada ibu waktu untuk melakukan injeksi ulangan sesuai waktu
kembali kontrasepsi injeksi progestin, menganjurkan pada ibu untuk datang
tepat waktu atau jika terdapat keluhan dapat datang sewaktu-waktu.
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan ke dalam rekam medic sebagai
bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat bidan atas pelayanan yang telah
dilakukan.

2.3.6 Pelaksanaan
Pelaksanaan dibuat sesuai dengan perencanaan.

2.3.7 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untruk menilai keberhasilan dari seluruh asuhan yang
telah diberikan.
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP. Adapun konsep SOAP
menurut Varney (2007), adalah :
S : Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui
anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan langkah satu Varney.
A : Assement
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan indentifikasi :
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnosa
potensial dan intervensi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan
evaluasi.
(Varney, 2007)
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK 3


BULAN/PROGESTIN

PENGKAJIAN
Tanggal : 30 Mei 2018 No. Register Persalinan : 013xxxx
Oleh : Virna Safira P. Pukul : 10.00 WIB

3.1 Data Subjektif


3.1.1 Identitas
Nama : Ny. J Nama Suami : Tn. R
Umur : 37 tahun Umur : 35 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : D1
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Karyawan Swasta

3.1.2 Alasan Kunjungan


Ibu mengatakan ingin kunjungan ulang Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin

3.1.3 Keluhan Utama


Ibu mengatakan menstruasi mulai tanggal 28 Mei 2018 namun biasanya ibu tidak
mengalami menstruasi selama penggunaan Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin ini.

3.1.4 Riwayat Menstruasi


a) Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama pada umur 14 tahun
b) Lama : Ibu mengatakan lamanya kurang lebih 7 hari
c) Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 30 hari
d) Teratur/tidak teratur: Ibu mengatakan menstruasinya teratur sebelum
menggunakan kontrasepsi
e) HPHT : Ibu mengatakan tidak mengingat kapan hari pertama haid
terakhirnya karena sudah lama tidak mengalami menstruasi
3.1.5 Riwayat Obstetri Lalu
Hamil Tahun Tempat Penolo Jenis Anak Nifas
ke- partus partus ng partus
Jenis BB PB Umur Keadaan Laktasi
hidup
1 2014 RSI Dokter SC L 4 Normal ASI +
tahun Sufor

2 2017 RS Dokter SC P 2,8 kg 50 8 Normal ASI +


cm bulan Sufor

3.1.6 Riwayat Kontrasepsi


a) Kontrasepsi yang lalu : Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
b) Lama pemakaian : ±3 tahun
c) Keluhan : Tidak ada
d) Rencana KB selanjutnya: Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin

3.1.7 Riwayat Kesehatan Ibu


Ibu tidak pernah menderita penyakit hipertensi. Tidak pernah menderita
penyakit gula (DM), penyakit jantung, asma, hepatitis, maupun ginjal.

3.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga


Salah satu keluarga ibu mempunyai penyakit hipertensi, namun tidak
mempunyai penyakit gula (DM), penyakit jantung, asma, hepatitis, maupun
ginjal, dan tidak ada riwayat keturunan kembar.

3.1.9 Riwayat Operasi


Ada riwayat operasi SC (Sectio Caesarea)

3.1.10 Pola Fungsional Sehari-hari


a) Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 2 kali sehari dengan porsi cukup (nasi, lauk pauk, dan
sayur) namun kurang teratur, serta minum ± 6-8 gelas air putih.
b) Pola Eliminasi
Ibu mengatakan buang air kecil kurang lebih 4 kali sehari, buang air besar dua
hari sekali dalam sehari.
c) Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam rata-rata 5 jam sehari
d) Pola Aktivitas
Ibu mengatakan jarang berolahraga sehingga tidak ada penambahan berat badan
yang signifikan
e) Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, pagi dan sore.
f) Pola Hubungan Seksual
Ibu mengatakan akhir-akhir ini jarang berhubungan seksual, namun biasanya
ibu aktif berhubungan seksual 2-3 kali seminggu, dan tidak terdapat nyeri saat
berhubungan.
g) Pola Kebiasaan Sehat
Suami dan ibu tidak merokok, ibu mengatakan terkadang minum jamu-jamuan
seperti sinom atau beras kencur ketika sedang lelah.

3.1.11 Riwayat Psikososial Budaya


Ibu sudah 5 tahun menikah, pertama kali pada tahun 2013 dan sudah memiliki
2 anak yang direncanakan. Sebelum kehamilan anak pertama ibu tidak menggunakan
kontrasepsi karena ingin program hamil. Setelah anak pertama lahir ibu menggunakan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin selama ±3 tahun lalu program hamil anak kedua.
Setelah kelahiran anak kedua ibu tetap menggunakan Kontrasepsi Suntik 3
Bulan/progestin. Ibu mengatakan sudah tidak ingin memiliki anak lagi karena umur ibu
namun ibu tidak teratrik dengan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD dan implant
karena takut proses pemasangannya. Dalam memilih Kontrasepsi Suntik 3
Bulan/progestin ini, suami ibu mengetahui dan setuju.

3.2 Data Objektif


3.2.1 Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x per menit
RR : 20 x per menit
Suhu : 36,5oC
4) Berat Badan : 50 kg
5) Tinggi Badan : 149 cm
6) IMT : 22,52

3.2.2 Pemeriksaan Fisik


1) Muka : tidak pucat, tidak oedem, konjungtiva merah muda, sklera
putih
2) Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar
tiroid
3) Abdomen : tidak ada pembesaran uterus, tidak ada benjolan atau tumor,
tidak ada nyeri tekan, ada bekas operasi SC
4) Ekstremitas atas/bawah : tidak oedem, tidak ada varises

3.3 Analisis Data


P2002 Akseptor lama Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
Menstruasi setelah lama tidak mengalami menstruasi

3.4 Penatalaksanaan (Implementasi)


Tanggal : 30 Mei 2018
Pukul : 10.25 WIB

1. Memberitahukan kembali mengenai cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang
mungkin akan terjadi pada penggunaan kontrasepsi progestin ini, yaitu seperti
gangguan haid, kenaikan berat badan serta menjelaskan jenis kontrasepsi dengan
jangka waktu panjang contohnya IUD yang tidak mengandung hormon sehingga ibu
tidak mengalami gangguan menstruasi yang berkepanjangan dan cepat
mengembalikan kesuburan, ibu mengatakan sebenarnya bermasalah dengan efek
samping kontrasepsi suntik yang menyebabkan menstruasi tidak teratur namun ibu
masih takut untuk menggunakan kontrasepsi IUD dan ibu akan
mempertimbangkannya kembali untuk mengganti kontrasepsinya, namun utnuk saat
ini ibu akan tetap menggunakan kontrasepsi 3 bulan/progestin.
2. Mempersilahkan ibu untuk naik ketempat tidur untuk dilakukan pemeriksaan dasar
seperti tanda-tanda vital.
3. Setelah melakukan pemeriksaan lalu memberitahukan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan pada ibu agar ibu mengerti kondisinya saat ini yang dapat memperoleh
Kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin.
4. Sebelum melakukan tindakan injeksi obat ke ibu, beritahu ibu mengenai tanggal
kadalurasa obat.
5. Melakukan penyuntikan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin pada ibu secara IM
pada 1/3 SIAS ke arah ujung os.coxygeus, suntikan telah dilakukan.
6. Memberikan konseling pasca suntik, untuk tidak menggosok bekas suntikan, ibu
mengerti dan berkata akan melakukannya.
7. Memberitahukan pada ibu waktu untuk melakukan suntikan ulangan tanggal 28
Agustus 2018 untuk melakukan suntikan ulang atau datang sewaktu-waktu bila ada
keluhan, ibu mengatakan akan kembali tepat waktu untuk suntikan ulang tanggal 28
Agustus 2018 atau sewaktu-waktu bila ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Pengkajian data subjektif didapatkan usia Ny “J” telah berusia 37 tahun. Menurut
BKKBN (2002), tujuan KB pada wanita usia >35 tahun termasuk dalam KB
menghentikan/mengakhiri kehamilan/menghentikan kesuburan, hal ini didukung dengan
jumlah anak telah sesuai yang diinginkan oleh Ny “J” dan suaminya, yaitu 2 anak. Namun,
pada kasus Ny “J” yang tidak menginginkan anak lagi namun masih ingin menggunakan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin dengan alasan takut dengan proses pemasangannya.
Pada pengkajian riwayat obstetri yang lalu Ny “J” diketahui saat ini masih menyusui
anaknya namun ditambah dengan susu formula karena Ny “J” mengatakan bahwa ASI yang
keluar sedikit. Hal ini sesuai dengan teori pada buku panduan pelayanan kontrasepsi tahun
2003 yang menyatakan bahwa Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin tidak mempengaruhi
produksi ASI.
Pada pengkajian riwayat kesehatan Ny “J” tidak pernah menderita hipertensi, diabetes
mellitus, penyakit jantung, hati, mioma, kanker, TBC, epilepsi serta tidak merokok. Namun
pada pengkajian riwayat keluarga Ny “J” didapatkan salah satu orang tua Ny “J” ada yang
menderita hipertensi. Hal ini sesuai dengan teori pada buku panduan pelayanan kontrasepsi
tahun 2003 yang menyatakan kontraindikasi dalam penggunaan Kontrasepsi Suntik 3
Bulan/progestin salah satunya adalah menderita kanker atau ada riwayat kanker payudara
dan diabetes mellitus karena kedua penyakit tersebut dapat diperburuk dengan pemberian
hormone sintesis. Pada riwayat kelurga dengan hipertensi tidak didapati penelitian yang
pasti terhadap riwayat hipertensi pada keluarga yang dapat mempengaruhi ke-efektivitasan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin selama pengguna menjaga gaya hidupnya.
Pada pengkajian riwayat KB diketahui Ny “J” sudah menggunakan Kontrasepsi Suntik
3 Bulan/progestin ini selama >3 tahun, menurut penelitian terbaru dari American Heart
Associate terhadap penggunaan jangka panjang injeksi progestin (injeksi 3 bulan) pada ibu
dapat meningkatkan kejadian stroke pada penggunaan >4 tahun, hal ini dikarenakan
penggunaan kontrasepsi hormonal sendiri dapat meningkatkan tekanan darah sehingga
dapat meningkatkan pula resiko stroke dan tromboemboli irreversible menurut Sujiwa,
2014.
Pada pengkajian pola fungsional Ny “J”, kebutuhan nutrisi, cairan , eliminasi, istirahat
dan aktivitas ibu dalam batas normal, Ny “J” tidak mengalamai peningkatan berat badan
yang signifikan dan tidak mengalami keluhan yang menyulitkan Ny “J” seperti sakit kepala
ringan, yang mana sesuai dengan teori yang terdapat pada buku panduan pelayanan
kontrasepsi tahun 2003 biasanya pada penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin
terjadi peningkatan berat badan sekitar 1-2 kg dan pada beberapa akseptor lain mengalami
sakit kepala ringan.
Pada pengkajian kebiasaan Ny “J” diketahui Ny “J” terkadang meminum jamu-jamuan
seperti sinom atau beras kencur, belum ada penelitian pasti yang menyebutkan bahwa jamu-
jamuan dapat mengganggu kefektivitasan dari Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin ini,
namun pada penggunaan kontrasepsi pil kb dengan jamu-jamuan diketahui dapat
menyebabkan metabolism pil kb yang dikonsumsi terganggu. (Ari Angga, 2017)
Pada pengkajian data objektif hasil pemeriksaan tanda-tanda vital Ny “J” dalam batas
normal dan pemeriksaan fisik inspeksi dan palpasi tidak ditemukan adanya penyakit yang
merupakan kontraindikasi untuk menggunakan kontrasepsi suntikan 3 bulan, sesuai dengan
teori yang terdapat pada buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi tahun 2003 seperti
hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, hati, mioma, kanker payudara dan TBC.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif, tidak ada kontraindikasi atau perhatian
khusus untuk melakukan kontrasepsi suntikan 3 bulanan. Sehingga, didapatkan analisa data
Ny “J” P2002 Akseptor lama KB Suntik 3 Bulan.
Penatalaksaanaan yang dilakukan adalah menjelaskan hasil pemeriksaan, menjelaskan
kembali efek samping kontrasepsi suntikan 3 bulan, menjelaskan tentang kontrasepsi IUD
yang cocok untuk usia >35 tahun namun Ny “J” masih ragu dan takut, untuk sementara
Ny “J” mengatakan masih ingin tetap menggunakan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin.
Suntikan DMPA sebanyak 3 cc dilakukan pada 1/3 sias ke arah ujung coccygeus. Setelah
suntikan dilakukan Ny “J” dianjurkan untuk tidak menggosok bekas suntikan, kemudian
meberitahukan jadwal kembali melakukan suntikan ulangan, tanggal 28 Agustus 2018, dan
Ny “J” telah setuju akan kembali tepat waktu seperti biasanya. Hal ini sesuai dengan teori
pada buku panduan pelayanan kontrasepsi tahun 2003 tentang cara penggunaan
Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin dan kapan klien harus kembali, yaitu dalam 90 hari/3
bulan pasca suntik.
Pada kasus Ny.”J” tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus. Pengkajian
subjektif dan data objektif yang didapatkan telah lengkap dan memenuhi syarat.
Penatalaksanaan yang diberikan telah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu dengan akseptor
kontrasepsi suntik 3 bulan/progestin adalah sebagai berikut:
1) Dari hasil pengkajian subyektif dan obyektif, mahasiswa mampu membuat diagnosa
sesuai teori.
2) Rencana disusun sesuai kebutuhan serta berdasarkan pada ilmu pengetahuan (teori)
tetapi terkadang disesuaikan dengan kondisi klien saat itu.
3) Tindakan yang dilakukan sesuai rencana, dan dilaksanakan secara plan of action
diikuti dengan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi pelayanan kebidanan
Dapat meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan kesehatan sehingga dapat
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pada umumnya.
5.2.2 Bagi institusi Pendidikan
Dapat menambah sumber pustaka sebagai referensi bagi mahasiswa dalam pembuatan
asuhan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, I. A. C. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta: EGC
Sulistyawati, L. 2012. Pelayanan Keluarga Berencana 2012. Jakarta : Salemba Medika.
BKKBN. 2016. LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2015. BKKBN
Basit Mohammad, Dahlina Nur, dkk., 2014. HUBUNGAN RIWAYAT PENGGUNAAN
KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN STROKE DI POLIKLINIK
SYARAF RUMAHSAKIT UMUM DAERAH ULIN BANJARMASIN. Banjarmasin.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sari Mulia Banjarmasin
Priyanti Sari. 2016. LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN/PROGESTIN
TERHADAP KEJADIAN MELASMA DI DESA KARANGJERUK KECAMATAN
JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO. Mojokerto. Hospital Mojopahit Vol 8 No. 2
Putri Anugraheni S., 2014. Naskah Publikasi : HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN
KONTRASEPSI ORAL DENGAN KEJADIAN STROKE ISKEMIK DI POLI SYARAF
RSUD DR. MOEWARDI. Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Himawary. 2018. HANDOUT PELAYANAN KONTRASEPSI. Surabaya. Kewirausahaan
Himpunan Mahasiswa Midwifery
DHMH/PHPA/MCHB/OFPHV Maryland Tittle X Family Planning Program Clinical
Guidelines : Progestin-Only Oral Contraceptive – Revised January 2017
Espey Eve, Ogburn Tony, Schrader Ronald, etc., 2013. EFFECT OF PROGESTIN VS.
COMBINED ORAL CONTRACEPTIVE PILLS ON LACTATION : A DOUBLE-
BLIND RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL. Obstet Gynecol ncbi
Kaern T. 2012. EFFECT OF AN ORAL CONTRACEPTIVE IMMEDIATELY POSTPARTUM
ON INITIATION OF LACTATION. Brit Med J.
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat .................................................................................................................... 3
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan .............................................................................. 3
1.5 Sistimatika Laporan ................................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5
2.1 Konsep Keluarga Berencana ................................................................................... 5
2.2 Landasan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/Progestin ................................................... 10
2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
Akseptor Kontrasepsi Suntik 3 Bulan/progestin .................................................... 19
BAB III TINJAUAN KASUS ....................................................................................... 27
3.1 Data Subjektif ....................................................................................................... 27
3.2 Data Objektif ......................................................................................................... 30
3.3 Analisa Kasus......................................................................................................... 30
3.4 Penatalaksanaan (Implementasi) ........................................................................... 30
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................. 32
BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 34
5.2 Saran ..................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 35

S-ar putea să vă placă și