Sunteți pe pagina 1din 20

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DALAM SITUASI BENCANA

Nama :
Margaretha Neneng 010116A053
Riska Novianti 010116A068
Septi Widya 010116A074
Tri Alan Mugi Rahayu 010116A078
Widyawati 010116A089

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketika suatu bencana terjadi di suatu wilayah, ditemukan berbagai
efek psikologis pada sejumlah besar penduduk di wilayah tersebut, karena itu
perlu disediakan pelayanan-pelayanan perawatan kesehatan mental. suatu
bencana diartikan sebagai suatu kejadian dengan efek serius yang tidak hanya
dirasakan oleh peorangan tetapi juga oleh seluruh penduduk suatu wilayah,
dan sangat mungkin merupakan kejadian yang melumpuhkan pelayanan dasar
pendukung kehidupan di wilayah tersebut. Secara khusus bencana bisa
mencakup gempa bumi, banjir atau bencana alam lainnya, kebakaran,
kecelakaan, kontaminasi lingkungan, dan juga tindak kejahatan. Dari beberapa
bencana yang terjadi ada dampak yang mengarah pada fisik maupun psikis
seseorang yang ada mengalami bencana alam tersebut. Terlebih lagi dampak
psikis yang sering dialami pasca bencana terjadi. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menangani masalah
tersebut.
B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian bencana.
2. Mahasiswa mampu mengetahui gejala PTSD.
3. Mahasiswa mampu mengetauhi fase-fase PTSD.
4. Mahasiswa mampu mengetahui dampak PTSD.
5. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi PTSD.
6. Mahasiswa mampu mengetahui penanganan PTSD.
7. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan jiwa pasca bencana.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana
Bencana adalah sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh factor alam dan atau factor non alam maupun faktir
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 Ps.1).
Post traumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan
kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu
peristiwa traumatis. PTSD dapat terjadi secara akut (gejala berlangsung <3
bulan), kronis (gejala berlangsung> 3 bulan), atau onset tertunda (selang 6
bulan dari acara untuk onset gejala). Banyak korban menunjukkan gejala
terjadinya PTSD segera sesudah terjadinya bencana, sementara sebagian
lainnya baru berkembang gejala PTSD beberapa bulan ataupun beberapa
tahun kemudian. Pada sebagian kecil orang, PTSD dapat menjadi suatu
gangguan kejiwaan yang kronis dan menetap beberapa puluh tahun bahkan
seumur hidup.

B. Gejala PTSD
Gejala utama PTSD terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Re-experience phenomena
a. Munculnya kembali perasaan tertekan atau terancam baik
dalam imajinasi, pikiran ataupun persepsi.
b. Munculnya mimpi-mimpi yang menakutkan.
c. Adanya reaksi psikologis yang merupakan simbol/ terkait
dengan peristiwa trauma.
d. Adanya reaksi fisik yang merupakan simbol/ terkait dengan
peristiwa trauma.
2. Avoidance or numbing reaction
a. Menghindari pikiran, perasaan atau pembicaraan yang
berkaitan dengan peristiwa traumatic.
b. Menghindari kegiatan, tempat atau orang-orang yang terkait
dengan trauma.
c. Ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari trauma.
d. Berkurangnya minat atau partisipasi dalam kegiatan yang
terkait.
e. Kekakuan perasaan atau ketidakmampuan mengekspresikan
perasaan seperti kasih sayang.
f. Kehilangan harapan seperti tidak memiliki minat terhadap
karir, perkawinan, keluarga atau kehidupan jangka panjang.
3. Symptoms of increased arousal: peningkatan gejala distress
Adapun kriterianya adalah :
a. Seseorang biasanya mengalami atau dihadapkan pada ancaman
yang serius termasuk bencana, kematian, kecelakan luar biasa,
ancaman fisik terhadap diri maupun orang lain.
b. Individu mengalami kondisi ketakutan, tidak berdaya dan
selalui dihantui oleh peristiwa tersebut. Pada kasus anak sering
terjadi perilaku yang disorganized atau agitasi. Jika kedua
kriteria tersebut muncul maka dapat dilakukan
pengelompokan gejala kedalam tiga gejala utama tadi.
C. Fase-Fase PTSD
Fase-fase keadaan mental pasca bencana:
1. Fase kritis
Fase dimana terjadi gangguan stres pasca akut (dini/cepat) yangmana
terjadi selama kira-kira kurang dari sebulan setelah menghadap bencana.
Pada fase ini kebanyakan orang akan mengalami gejala-gejala depresi
seperti keinginan bunuh diri, perasaan sedih mendalam, susah tidur,dan
dapat juga menimbulkan berbagai gejala psikotik.
2. Fase setelah kritis
Fase dimana telah terjadi penerimaan akan keadaan yang
dialami dan penstabilan kejiwaan, umumnya terjadi setelah 1 bulan
hingga tahunan setelah bencana, pada fase ini telah tertanam suatu
mindset yang menjadi suatu phobia/trauma akan suatu bencana tersebut
(PTSD) sehingga bila bencana tersebut terulang lagi, orang akan
memasuki fase ini dengan cepat dibandingkan pengalaman
terdahulunya.
3. Fase stressor
Fase dimana terjadi perubahan kepribadian yang berkepanjangan
(dapat berlangsung seumur hidup) akibat dari suatu bencana dimana
terdapat dogma “semua telah berubah”.

Periode bencana menurut Rice (1999) :

a. Periode impak  hanya berlangsung selama kejadian bencana. Pada


periode ini, korban selalu diliputi perasaan tidak percaya dengan apa
yang dialami. Periode ini selalu berlangsung singkat.
b. Periode penyejukan suasana (Recoil period)  berlangsung beberapa hari
selepas kejadian. Pada periode ini, tampak bahwa para korban mulai
merasakan diri mereka lapar dan mencari bekal makanan untuk
dimakan. Mereka tidak memahami bagaimana mereka harus
memulihkan keadaan dan mengganti harta benda mereka yang hilang.
c. Periode post traumatic (Recovery period)  berlangsung lama, bahkan
sepanjang hayat. Periode ini berlangsung tatkala korban bencana berjuan
untuk melupakan pengalaman yang terjadi berupa tekanan, gangguan
fisiologi, dan psikologi akibat bencana yang mereka alami.
D. Dampak PTSD
Gangguan stress pascatraumatik ternyata dapat mengakibatkan
sejumlah gangguan fisik, kognitif,emosi,behavior (perilaku),dan sosial.
1. Gejala gangguan fisik :
a. Pusing
b. Gangguan pencernaan
c. Sesak napas
d. Tidak bisa tidur
e. Kehilangan selera makan
f. Impotensi, dan sejenisnya.
2. Gangguan kognitif :
a. gangguan pikiran seperti disorientasi
b. Mengingkari kenyataan
c. Linglung
d. Melamun berkepanjangan
e. Lupa
f. Terus menerus dibayangi ingatan yang tak diinginkan
g. Tidak fokus dan tidak konsentrasi
h. Tidak mampu menganalisa dan merencanakan hal-hal yang
sederhana
E. Patofisiologi PTSD

Pengalaman yang traumatik dapat merangsang bagian tersebut untuk


menimbulkan rasa takut yang dalam terhadap kondisi-kondisi yang mungkin
menyebabkan kembalinya pengalaman traumatic tersebut. Amigdala dan
berbagai struktur lainnya seperti hipotalamus, bagian abu-abu otak
dan nucleus,mengaktifkan neurotransmitter dan endokrin untuk menghasilkan
hormone-hormon yang berperan dari berbagai gejala PTSD. Bagian otak
depan (frontal) sebenarnya berfungsi untuk menghambat aktivasi rangkaian
ini, walaupun begitu pada penelitian terhadap orang-orang yang
mengalami PTSD, bagian ini mengalami kesulitan untuk menghambat
aktivasi system amigdala. Amigdala menerima informasi berupa
rangsangan eksternal. Hal ini kemudian memicu respon emosional
termasuk “fight, flight, or freezing" dan perubahan dalam hormon
stress dan katekolamin.

Hipokampus dan korteks prefrontal medial mempengaruhi


respon amigdala dalam menentukan respon ketakutan akhir. Dalam
reaksi ini tubuh mengeluarkan adrenalin yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah,denyut jantung, glikogenolisis. Setelah
ancaman bahaya itu mulai hilang maka tubuh akan memulai proses inaktivasi
respon stress dan proses ini menyebabkan pelepasan hormone kortisol. Jika
tubuh tidak melepaskan kortisol yang cukup untuk menginaktivasi reaksi
stress maka kemungkinan kita masih akan merasakan efek stress
dari adrenalin. Pada korban trauma yang berkembang menjadi PTSD
seringkali memiliki hormon stimulasi (katekolamin) yang lebih tinggi bahkan
pada saat kondisi normal.

F. Penanganan PTSD
1. Farmakologi
a. Terapi anti depresan: Obat yang biasa digunakan adalah
benzodiazepin, litium, camcolit dan zat pemblok beta– seperti
propranolol, klonidin, dan karbamazepin. Dosis contoh, estazolam
0,5-1 mg per os, Oksanazepam10-30 mg per os, Diazepam (valium) 5-
10 mg per os, Klonaz-epam 0,25-0,5 mg per os, atau Lorazepam 1-2
mg per os atau IM.
b. Antiansietas: alprazolam digunakan untuk mengatasi depresi dan
panik pada pasien PTSD, buspirone dapat meningkatkan serotonin.
2. Non- farmakologi
Psikoterapi yang dapat digunakan dan efektif untuk penanganan PTSD
yaitu dengan Anxiety Management dimana terapis akan mengajarkan
beberapa keterampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD dengan
lebih baik melalui:
a. Relaxation training, yaitu belajar mengontrol ketakutan dan
kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan nyaman, bahkan
reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala.
b. Breathing retraining, belajar bernafas dengan perut secara perlahan,
santai. Menghindari bernafas tergesa-gesa yang merasakan tidak
nyaman.
c. Positive thinking dan self-talk, yaitu belajar untuk
menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif
ketika menghadapi hal– hal yang membuat stress (stresor).
d. Assertiveness training, yaitu belajar bagaimana
mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa menyalahkan atau
menyakiti orang lain.
e. Thought stopping, yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika
kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress.
f. Cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan
yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu
kegiatan. Tujuan kognitif terapi adalah mengidentifikasi pikiran-
pikiran yang tidak rasional, mengumpulkan bukti bahwa pikiran
tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran tersebut yang kemudian
mengadopsi pikiran yang lebih realistik untuk membantu mencapai
emosi yang lebih seimbang.
g. Exposure therapy: para terapis membantu menghadapi situasi yang
khusus, orang lain, obyek, memori atau emosi yang mengingatkan
pada trauma dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam
kehidupannya. Terapi dapat berjalan dengan cara: exposure in
the imagination, yaitu bertanya pada penderita untuk
mengulang cerita secara detail sampai tidak mengalami
hambatan menceritakan; atau exposure in reality, yaitu membantu
menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari
karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat.
h. Terapi bermain (play therapy) mungkin berguna pada
penyembuhan anak dengan PTSD. Terapi bermain dipakai untuk
menerapi anak dengan PTSD. Terapis memakai permainan untuk
memulai topik yang tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat
membantu anak lebih merasa nyaman
G. Asuhan Keperawatan Jiwa Pasca Bencana
1. Pengkajian
Pengkajian untuk klien dengan PTSD meliputi empat aspek yang akan
bereaksi terhadap stress akibat pengalaman traumatis, yaitu :
a. Pengkajian Perilaku ( Behavioral Assessment )
Yang dikaji adalah :
1) Dalam keadaan yang bagaimana klien mengalami perilaku agresif
yang berlebihan.
2) Dalam keadan yang seperti apa klien mengalami kembali trauma
yang dirasakan.
3) Bagaimana cara klien untuk menghindari situasi atau aktifitas yang
akan mengingatkan klien terhadap trauma.
4) Seberapa sering klien terlibat aktivitas sosial.
5) Apakah klien mengalami kesulitan dalam masalah pekerjaan
semenjak kejadian traumatis.
b. Pengkajian Afektif ( Affective Assessment )
1) Berapa lama waktu dalam satu hari klien merasakan ketegangan
dan perasaan ingin cepat marah.
2) Apakah klien pernah mengalami perasaan panik.
3) Apakah klien pernah mengalami perasaan bersalah yang berkaitan
dengan trauma.
4) Tipe aktivitas yang disukai untuk dilakukan.
5) Apa saja sumber - sumber kesenangan dalam hidup klien.
6) Bagaimana hubungan yang secara emosional terasa akrab dengan
orang lain.
c. Pengkajian Intelektual ( Intellectual Assessment )
1) Kesulitan dalam hal konsentrasi.
2) Kesulitan dalam hal memori.
3) Berapa frekuensi dalam satu hari tentang pikiran yang berulang
yang berkaitan dengan trauma.
4) Apakah klien bisa mengontrol pikiran – pikiran berulang tersebut
5) Mimpi buruk yang dialami klien.
6) Apa yang disukai klien terhadap dirinya dan apa yang tidak disukai
klien terhadap dirinya.

NO DIAGNOSA NOC NIC

1 Ansietas (1404) Kontrol diri (5820) Pengurangan


berhubungan dengan terhadap ketakutan kecemasan
perasaan takut yang Setelah dilakukan tindakan Definisi : mengurangi
disebabkan oleh keperawatan pada klien tekanan ,
antisipasi terhadap diharapkan cemas dan stress ketakutan.firasat,maupun
bahaya yang ketidanyamanan terkait
dialami klien menurun atau dengan sumber-sumber
menghilang. bahaya yang tidak
1. Memantau intensitas teridentifikasi.
ketakutan Aktivitas-aktivitas :
2. Menghilangkan 1. Gunakan
penyebab ketakutan pendekatan yang
3. Mencari informasi tenang dan
untuk mengurangi meyakinkan
ketakutan 2. Pahami situasi
4. Menggunakan teknik krisis yang
relaksasi untuk terjadi dari
mengurangi rasa pesrpektif klien
takut 3. Berikan objek
5. Mempertahankan yang
hubungan social menunjukan rasa
6. Mempertahankan aman
performa peran 4. Dengarkan klien
5. Kuatkan perilaku
yang baik secara
tepat
6. Ciptakan
atmosfir rasa
aman untuk
meningkatkan
rasa kepercayaan
7. Dorong
verbalisasi
perasaan,
persepsi, dan
ketakutan
8. Berikan aktivitas
pengganti untuk
mengurangi
tekanan

2 Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan,


berhubungan dengan Kepercayaan Kesehatan risiko
ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan Definisi : beresiko
untuk melaksanakan keperawatan pada klien terhadap pengalaman
aktifitas diharapkan pasien dapat hidup kendali
sebelumnya. melakukan aktifitas seperti terhadapsituasi ,
sebelumnya : termasuk suatu presepsi
1. Menahan diri dari bahwa tindakan seorang
kemarahan tidak secara bermakna
2. Kepercayaan mempengaruhi hasil.
mengenai kesehatan Aktivitas-aktivitas :
tinggi 1. Bimbningan
3. Control diri terhadap antisipasif
depresi 2. Peningkatan citra
4. Adaptasi terhadap tubuh
disabilitas fisik 3. Peningkatan
Outcome yang berkaitan koping
dengan fakto yang 4. Panduan system
berhubngan : pelayanan
-pemulihan terhadap kesehatan
kekerasan 5. Peningkatan
-tingkat kecemasan harga diri
Control kecemasan diri 6. Terapi aktivitas
Kepuasan klien 7. Pengurangan
kecemasan
8. Terapi keseian
9. Manajemen
lingkungan
3 Ketakutan (1404) Kontrol diri (5380) peningkatan
berhubungan dengan terhadap ketakutan keselamatan
perubahan fisik. Setelah dilakukan tindakan Definisi :
keperawatan pada klien mengintensifkan
diharapkan cemas dan stress perasaan fisik dan
yang dialami klien menurun psikologi pasien
atau menghilang. Aktivitas-aktivitas
1. Memantau intensitas 1. Tunjukan
ketakutan ketenangan
2. Menghilangkan 2. Luangkan waktu
penyebab ketakutan bersama pasien
3. Mencari informasi 3. Tawarkan pasien
untuk mengurangi untuk berada di
ketakutan lingkungan baru
4. Menggunakan teknik selama interaksi
relaksasi untuk awal dengan
mengurangi rasa yang lain
takut 4. Berada di sisi
5. Mempertahankan pasien dan
hubungan social berikan jaminan
6. Mempertahankan keamanan selama
performa peran periode
kecemasan
5. Peluk bayi / anak
dengan tepat (
jika bayi/anak)
6. Tetap nyalakan
lampu dimalam
hari , sesuai
kebutuhan
7. Diskusikan
situasi khusus
atau individu
yang mengancam
pasien atau
keluarga
8. Jelaskan semua
prosedur pada
pasien /keluarga
9. Jawablah semua
status kesehatan
dengan jujur
10. Bantu pasien
untuk
menggunakan
koping respon
yang telah
menunjukan
keberhasilan
sebelumnya.
4 Koping defensif Koping, defensive (5230) peningkatan
berhubungan dengan Definisi : proyek evaluasi koping
harapan diri yang diri positif yang salah dan Definsi :fasiitas usaha
tidak realistic berulang yang didasarkan kognitif dan perilaku
pada pola perlindungan diri untuk mengelola stressor
untuk bertahan terhadap yang dirasakan ,
ancaman yang dirasakan perubahan, atau
terhadap harga diri yang ancaman yang
positif. mengganggu dalam
1. Penerimaan , rangka memenuhi
statuskesehatan kebutuhan hidup dan
2. Adaptasi terhadap peran.
disabilitas fisik Aktivitas-aktivitas :
3. Perilaku patuh 1. Bantu pasien
4. Menahan diri dari dalam
agresifitas mengidentifikasi
5. Status kenyamanan jangka pendek
6. Tingkat kecemasan dan jangka
menurun panjang yang
7. Termotivasi tepat
8. Keseimbangan gaya 2. Dukung pasien
hidup untuk
mengidentifikasi
diskripsi yang
realistic terhadap
adanya
perubahan dalam
peran
3. Berikan penilaian
mengenai
pemahanman
pasien terhadap
proses
4. Berikan suasana
penerimaan
5. Gunkaan
penadekatan
yang tenang
danmemberikan
jaminan
6. Sediakan
informasi actual
mengenai
diagnosis,
penanganan, dan
prognosis
7. Dukung sikap
pasien terkait
dengan harapan
realistic sebagai
upaya untuk
mengatasi
perasaan
ketidakerdayaan
5 Sindrom pasca Risiko Sindrom pasca (5880) teknik
trauma berhubungan Trauma menenangkan
dengan respon Definisi : beresiko Definsi : mengurangi
maladaptif berulang mengalami respon ansietas pada pasien
terhadap maladaptif yang yang mengalami distress
peristiwa traumatik berkelanjutan pada kejadian akut.
yang penuh tekanan. luar biasa traumatis. Aktivitas-aktivitas :
1. Penghentian 1. Pertahankan
terhadap kekerasan sikap tenang dan
2. Perlindungan hati-hati
terhadap kekerasan 2. Pertahankan
3. Resolusi berduka kontak mata
4. Control diri terhadap 3. Berada di sisi
impuls klien
5. Dukungan social 4. Berikan wakrtu
6. Kesehatan spiritual klien untuk
menanengkan
diri
5. Tawarkan cairan
hangat atau susu
hagat
6. Tawarkan usapan
punggung jika
diperlukan
7. Istruksikan
pasien untuk
menggunakan
metode
pengurangan
kecemasan misal
nafas
dalam,relaksasi
otot progresif,
mendengarkan
music-masuik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terjadinya bencana dapat menyebabkan seseorang mengalami
gangguan yang menyerang psikososialnya salah satunya yaitu PTSD. Post
traumatic stress disorder (PTSD) merupakan gangguan kecemasan yang dapat
terjadi setelah mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa traumatis.
Pada sebagian kecil orang, PTSD dapat menjadi suatu gangguan kejiwaan
yang kronis dan menetap beberapa puluh tahun bahkan seumur hidup.

B. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan dapat mempelajari lebih banyak
mengenai gangguan-gangguan jiwa atau psikososial seseorang yang
mengalami traumatis dan bagaimana penanganan yang baik yang diberikan
kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Posttraumatic Stress Disorder (PTSD). Diambil 6 Oktober 2015, dari
http://drhasto.blogspot.co.id/2012/08/post -traumatic-stress-disorder-
ptsd.html?m=1
(2010, Mei 21). Posttraumatic Stress Disorder (gangguan stress pascatrauma).
Diambil 6 Oktober 2015, dari
https?//technurlogy.wordpress.com/2010/05/32/post-traumatic-stress-disorder-
gangguan-stres-pascatrauma/
Dochterman, J.M., & Bulecheck, G.M. 2004. Nursing Interventions Classification
(NIC). 5 th ed. America : Mosby Elseiver.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, L. 2008. Nursing Outcomes
Clasification (NOC). 5 th ed. United Statef of America : Mosby Elsevier
Nanda International. 2015. Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-
2017. 10th ed. Jakarta : EGC.

S-ar putea să vă placă și