Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
Background : Hospital has high risk to make victim when fire occure. Beside that, it also effect to building,
activity proccess, social impact and hospital imageThis is because hospital keep flammable objects where
most of inhabitants are disable patients that they need help when evacuation. The aim of this research is to
know the fire safety management system at Dr. Sobirin Hospital district of Musi Rawas.
Method : This research used the qualitative approach. Informants in this study consisted of eight informants
from Hospital Health and Safety Committee which was representative with each sector in hospital. Method of
collecting information through in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD), observation and review
documents. Data and content analysis is presented in matrix and narratives.
Result : Management policy have been socialized to all employees through the training. Fire hazard
identification haven’t been documented well. Fire prevention and control programme also have been started.
The Organization have formed the Committee of safety, fire and disaster precautions with a clear job
description. Training haven’t done routinely. Means of fire protection was still relying Fire Extinguisher.
Inspection and maintenance process have been carried out routinely. Fire emergency response was prepared
by creating standard operational procedure (SOP) and special diagram when fires break out. Reporting
system haven’t be done although already it have procedure and report formats. Audit fires already done
internally and not routine.
Conclusion : Fire safety management system has been implemented in hospital. But still need some
improvement in policy sociliazation to patients, routine training, additional protection devices, recording
and documenting any activity and incident, and management evaluation.
Keyword : Management System, Prevention, Control and Fire Fighting
ABSTRAK
Latar Belakang : Rumah sakit (RS) berisiko tinggi menimbulkan korban jiwa saat terjadi kebakaran. Selain
itu juga terhadap gedung, proses kegiatan, dampak sosial dan image RS. Hal ini dikarenakan RS menyimpan
benda-benda mudah terbakar dengan sebagian besar penghuninya adalah pasien yang dalam kondisi tidak
mampu secara fisik sehingga memerlukan bantuan dalam evakuasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
sistem manajemen keselamatan kebakaran di Rumah Sakit Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas.
Metode : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari
delapan orang informan dari Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (PK3RS) yang
merupakan perwakilan dari berbagai bidang di RS. Metode pengumpulan informasi melalui wawancara
mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi dan telaah dokumen. Analisa yang digunakan adalah
analisa isi dan data disajikan dalam bentuk matriks dan narasi.
Hasil Penelitian : Kebijakan manajemen telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan melalui pelatihan.
Identifikasi sumber bahaya kebakaran belum terdokumentasi dengan baik. Program pencegahan dan
pengendalian kebakaran juga telah dijalankan. Organisasi telah dibentuk Panitia keselamatan kerja,
kebakaran dan kewaspadaan bencana dengan uraian kerja yang jelas. Pelatihan belum dilakukan secara rutin.
Sarana proteksi kebakaran masih mengandalkan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Proses inspeksi dan
pemeliharaan telah dilakukan secara rutin. Upaya tanggap darurat kebakaran dipersiapkan dengan membuat
standar operasional prosedur (SOP) dan diagram khusus ketika terjadi kebakaran. Sistem pelaporan belum
103
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
dilakukan walau telah memiliki prosedur dan format laporan. Audit kebakaran sudah dilakukan secara
internal dan tidak rutin.
Kesimpulan : Sistem manajemen keselamatan kebakaran di Rumah Sakit telah terlaksana. Namun masih
perlu beberapa peningkatan pada sosialisasi kebijakan kepada pasien, pelatihan rutin, penambahan alat
proteksi, pencatatan dan pendokumentasian setiap kegiatan atau kejadian serta evaluasi manajemen.
Kata kunci : Sistem Manajemen, Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Kebakaran
BAHAN DAN CARA PENELITIAN medis, serta setiap ruangan berpotensi terjadi
Penelitian ini merupakan penelitian korsleting listrik.
deskriptif dengan menggunakan pendekatan “...sumber biso jadi dari bahan yang
kualitatif. Sumber informasi dari penelitian ini mudah terbakar, seperti tabung gas oksigen,
diperoleh dari beberapa orang informan. peralatan medis yang menggunakan listrik
Teknik pemilihan informan akan dipilih yang mempunyoi kemungkinan korsleting
secara purposive sampling. Jumlah informan listrik. Dan kito jugo ado sterilisasi yang
dalam penelitian ini berjumlah 8 (delapan) nggunoke kompor gas. Dan ada dari
orang yang dikelompokkan menjadi informan pembakaran sisa sampah medis di ruang
kunci dan informan. Teknik pengumpulan ujung (Insenerator) jugo...” (AJN)
data/sumber informasi dalam penelitian ini
menggunakan wawancara mendalam, Focus Program Pencegahan dan Pengendalian
Group Discussion (FGD), observasi dan Kebakaran
telaah dokumen yang terkait dengan topik
Program pencegahan dan pengendalian
penelitian.
kebakaran di antaranya pembentukan panitia,
pembuatan standar operasional prosedur
HASIL PENELITIAN
(SOP) tanggap darurat, pemenuhan fasilitas
Kebijakan Manajemen
dan pelatihan mengenai kebakaran. Selain itu
Kebijakan manajemen mengenai dilakukan pemeriksaan secara rutin terhadap
kebakaran sudah ada dan telah listrik dan bangunan (APAR, sumber air, dan
disosialisasikan kepada seluruh karyawan RS lain-lain), pembuatan SOP di setiap alat atau
melalui pelatihan. Kebijakan tersebut kegiatan, dan diterapkan peraturan larangan
tercantum dalam surat keputusan No merokok.
445/SK/RSSBR/2010 tentang Keselamatan “...kita punyo empat program, di
Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana. antaranya pembentukan panitia dengan
“...untuk kebijakan sudah ada, bentuk sasaran seluruh karyawan RS yang mewakili,
kebijakannya tertulis dan diterapkan sesuai pembuatan standar operasional prosedur
dengan ketentuan yang ada. ... kebijakan (SOP) tanggap darurat, pemenuhan fasilitas
disosialisasikan melalui pelatihan dan dan pelatihan...” (S)
simulasi di lapangan dengan petugas yang “...kalo di IPSRS itu pemeriksaan ado 2
terkait...”(S) tim, ado pemeriksaan listrik, ado pemeriksaan
bangunan. Dan untuk peraturan merokok kito
Identifikasi Bahaya Kebakaran
ado peraturan dilarang merokok, diawasi
Identifikasi bahaya kebakaran terdapat langsung oleh satpam dan perawat...” (TAS)
beberapa kondisi, tempat dan sumber yang
dapat menimbulkan kebakaran di RS Dr Organisasi dan Uraian Kerja
Sobirin. Di antaranya api dapat bersumber Organisasi dan uraian kerja telah
dari kompor gas, tabung elpiji, genset, dibentuk Panitia keselamatan kerja, kebakaran
korsleting listrik, Repligator, bahan kimia, dan kewaspadaan bencana (PK3RS) dengan
Autoclave, alat rontgen, alat pembakaran, uraian kerja yang telah ditetapkan. Selain
tabung oksigen (O2) ataupun juga Panitia K3RS, diketahui bahwa di RS Dr.
rokok.Ruangan yang berpotensi di antaranya Sobirin mempunyai diagram khusus tim
ruang gizi, ruang genset, ruangan pengendali kebakaran yang akan bertindak
laboratorium, ruang sterilisasi, ruang panel, ketika terjadi kebakaran.
ruang insenerator, ruang pembakar sampah “...struktur organisasi panitia K3RS ini
dibawahi langsung oleh direktur rumah sakit..
prosedur kerjanya sesuai dengan struktur ke IPSRS. Untuk kesiapan alat proteksi tadi
organisasi dan SOP panitia K3RS...” (S) insya Allah siap digunakan...” (S)
“...dari DPK (dinas pemadam
Pembinaan dan Pelatihan kebakaran) dio langsung ke rumah sakit, dan
Pembinaan dan pelatihan mengenai menemui bagian IPSRS memeriksa tabung
kebakaran dilakukan dengan metode seminar yang masih layak pakai...” (P)
dan simulasi langsung penggunaan APAR
Pelatihan tersebut pernah dilakukan sekali di Tanggap Darurat Kebakaran
tahun 2010 lalu. Tanggap darurat di RS dilaksanakan
oleh tim penanggulangan bencana kebakaran
“...untuk pelatihan pernah diadakan khusus dengan standar operasional prosedur
sekali di tahun 2010. Pelatihannya tentang (SOP) kejadian kebakaran yang telah
K3RS dan salah satu sub pelatihannya ditetapkan. Denah dan jalur evakuasi juga
tentang kebakaran. Untuk kebakaran ada telah terpasang di lingkungan RS dengan
simulasi cara menggunakan APAR oleh empat titik area berkumpul terbuka.
sekuriti RS dan dilihat oleh karyawan yang “...tanggap darurat kito sesuai dengan
lain. Sasaran peserta pelatihan itu yang prototype yang ado. Secara prosedur siapo
terkait dengan SOP. Untuk simulasi evakuasi yang pertamo kali liat melapor ke bagian
belum dilakukan...”(S) Tata Usaha yang lanjut melapor ke direktur
dan direktur megintruksikan petugas untuk
Sistem Proteksi Kebakaran memadamin api, evakuasi dan mindahkan
Alat proteksi kebakaran di RS barang. Untuk evakuasi kito punyo 4 titik
mengandalkan Alat Pemadam Api Ringan berkumpul...” (S)
(APAR) berjumlah 12 tabung dan belum
terdapat sistem deteksi kebakaran, sprinkler, Pencatatan dan Pelaporan
hidran dan Alarm. Alarm yang digunakan Pernah terjadi kejadian kebakaran di RS
untuk pemberitahuan keadaan darurat masih Dr. Sobirin, namun belum dilakukan
menggunakan alarm jam kunjungan. penyelidikan dan pencatatan setiap kejadian.
“...sarana untuk pemadamannyo itu Pencatatan dan pelaporan telah memiliki
kito baru pakek racun api, APAR. Kalo APAR format dan prosedur pelaporan.
itu kito gunain APAR yang powder, terus “...laporan itu ado formatnyo, untuk
CO2, dan ado jugo yang busa, tapi yang busa kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
itu sudah dak layak pakai itu. Jumlah totalnyo Pernah terjadi kejadian kebakaran, Yang
mungkin sekitar 12 APAR, 4 jenis busa, 4 idak dilakukan yang itu, laporan kronologis
jenis CO2 dan sisanya powder...” (TAS) sesudah terjadi kebakaran. Jadinyo idak
diarsipkan. Tapi sudah dilakukan tindakan
Inspeksi dan Pemeliharaan Sarana sesuai prosedur...” (S)
Proteksi Kebakaran
Audit Kebakaran
Inspeksi dan pemeliharaan sarana
proteksi kebakaran dilakukan secara rutin. Audit kebakaran dilaksanakan dengan
Pemeriksaan juga bekerja sama dengan Dinas penilaian atau evaluasi terhadap program K3
Pemadam Kebakaran (DPK) terhadap tabung ataupun kebakaran dalam bentuk evaluasi
APAR selama periode setahun sekali. tanpa form checklist. Belum terdapat
“...pemeriksaan rutin ado didalam prosedural pelaksanaan audit, pendokumen-
program dan yang bertanggung jawab lebih tasian hasil audit maupun tinjauan ulang hasil
audit tersebut.
“...untuk rapat evaluasi kito ado, tapi pengendalian dan pencegahan serta
tidak dengan form checklistnya rapat evaluasi menentukan prioritas program pencegahan.
seharusnya setiap enam bulan sekali minimal Penilaian risiko dapat dilakukan dengan
setahun sekali. Tapi itu belum pernah kito beberapa cara misalnya menggunakan Matriks
lakukan. Penanggung jawabnyo dari ketua Risiko Kebakaran. Saat ini, risiko yang lebih
panitia K3 di rumah sakit...” (S) menjadi perhatian pada rumah sakit adalah
pada instalasi listrik.
PEMBAHASAN
Kebijakan Manajemen Program Pencegahan dan Pengendalian
Kebijakan tersebut sesuai dengan Kebakaran
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Program pencegahan dan pengendalian
Indonesia No. 432/ MENKES/SK/IV/2007
kebakaran yang terorganisir akan menekan
yang menjelaskan bahwa komitmen diwujud-
risiko timbulnya api dan menghindari
kan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,
terjadinya kebakaran.4 Beberapa program
jelas dan mudah dimengerti serta diketahui
pencegahan bahaya kebakaran yang dijelaskan
oleh seluruh karyawan rumah sakit.12
dalam pedoman teknis prasarana rumah sakit
Kebijakan yang ada menyatakan bahwa
sistem proteksi kebakaran aktif di antaranya:14
RS Dr. Sobirin telah menyatakan
Batasi merokok di semua area,tempelkan
komitmennya terhadap K3RS di rumah sakit,
aturan dilarang merokok secara mencolok dan
khususnya mengenai kebakaran. Namun
jangan biarkan pasien merokok di tempat tidur
kebijakan tersebut belum mampu
atau dimana oksigen disimpan, peralatan yang
disosialisasikan kepada pasien dan
rusak dan tidak layak digunakan juga
pengunjung yang ada di RS. Hal ini
merupakan penyebab kebakaran, bersihkan
dikarenakan pasien dan pengunjung yang
serat dan lemak dari peralatan memasak dan
cenderung berganti-ganti. Bentuk sosialisasi
peralatan cuci pakaian,tudung ventilator
dapat berupa pemasangan kebijakan tersebut
(ventilator hood), filter, dan saluran, hindari
pada tempat strategis di RS tersebut.
penggunaan sambungan (ekstensi) kabel,
memeriksa dan memelihara semua peralatan
Identifikasi Bahaya Kebakaran
pada jadwal rutin. Berhati-hatilah mengguna-
Identifikasi tersebut sebagai langkah kan peralatan yang dibawa pasien dari rumah
awal untuk mengembangkan sistem dan ikuti kebijakan mengenai penggunaannya.
manajemen kebakaran adalah dengan Beberapa program pencegahan telah
melakukan identifikasi dan penilaian risiko dilaksanakan, namun beberapa masih butuh
kebakaran yang ada dalam perusahaan atau evaluasi efektivitas program. Misalnya pada
organisasi.6 Penilaian risiko akan membantu program larangan merokok, pengawasan
untuk memastikan bahwa prosedur peraturan merokok masih rendah. Hasil
keselamatan kebakaran, penilaian pencegahan observasi masih ditemukan pelanggaran dari
kebakaran, dan langkah-langkah keselamatan peraturan ini. Peraturan larangan merokok
kebakaran (perencanaan, sistem dan sarana) dapat dimaksimalkan dengan pemberian
semua bekerja dengan baik. Penilaian risiko sanksi untuk peraturan tersebut tidak hanya
harus mengidentifikasi setiap masalah yang berupa teguran kepada oknum yang terlihat
perlu perhatian.13 melanggar.
Pendokumentasian identifikasi dan
penilaian risiko potensi tersebut belum Organisasi dan Uraian Kerja
dilakukan oleh pihak RS. Hal tersebut dapat
Menurut Keputusan Menteri Tenaga
membantu dalam menentukan program
Kerja No. KEP.186/MEN/1999, organisasi
tanggap darurat kebakaran adalah satuan tugas ketika terjadi kebakaran, namun hal tersebut
yang mempunyai tugas khusus fungsional di belum dijalankan di RS tersebut.
bidang kebakaran. Petugas peran
penanggulangan kebakaran adalah petugas Sistem Proteksi Kebakaran
yang diserahi tugas tambahan untuk Menurut Kemenkes RI, sistem proteksi
mengidentifikasi sumber bahaya dan upaya kebakaran aktif adalah salah satu faktor
penanggulangan kebakaran unit kerjanya.15 keandalan bangunan gedung terhadap bahaya
Selain itu, Keputusan Menteri Kesehatan RI kebakaran. Sistem proteksi aktif wajib
Nomor 432 tahun 2007 menjelaskan bahwa diadakan untuk bangunan rumah sakit dimana
Organisasi K3 berada 1 tingkat di bawah sebagian besar penghuninya adalah pasien
direktur, bukan kerja rangkap dan merupakan dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat
unit organisasi yang bertanggung jawab menyelamatkan dirinya dari bahaya
langsung kepada Direktur RS.12 kebakaran. 14
kondisi baik berjumlah 23 buah sebesar 72% dengan tujuan untuk mengetahui apa
telah sesuai dengan standar, tetapi untuk penyebab kebakaran sehingga dapat diambil
pemeriksaan belum sesuai dengan standar langkah pencegahan, tindakan pencegahan
karena pemeriksaan alat pemadam api ringan dan perbaikan.6
dilaksanakan satu tahun sekali.18Begitu juga
dengan RS Dr. Sobirin, pemeriksaaan Audit Kebakaran
dilakukan setahun sekali dan tidak ditemukan Audit bertujuan untuk mengevaluasi
kartu pemeriksaan. kesesuaian penerapan sistem manajemen
kebakaran dalam suatu organisasi dengan
Tanggap Darurat Kebakaran ketentuan atau standar yang berlaku. Dari
Sebagai pembanding, RS Dr. Ernaldi audit akan diketahui apa kelebihan dan
Bahar sudah memiliki prosedur kekurangan dalam manajemen kebakaran
penanggulangan keadaaan darurat kebakaran, sehingga dapat diambil langkah perbaikan.6
namun untuk di setiap ruangan belum Penelitian Kristiyanto di Gedung
memiliki petunjuk teknis penanggulangan Rektorat Universitas Brawijaya belum ada
keadaan darurat kebakaran termasuk nomor checklist tentang audit kebakaran yang
telepon darurat.19 Sedangkan di BRSU ditujukan untuk melihat dan mengevaluasi
Tabanan juga terdapat prosedur tetap tentang kesesuaian sistem manajemen kebakaran
kebakaran. Pihak rumah sakit juga bekerja dengan ketentuan atau standar yang berlaku.21
sama dengan pihak PMK setempat, pihak Audit yang telah dilaksanakan oleh
Kepolisian, Depnaker, maupun masyarakat Panitia K3 Rumah Sakit Dr. Sobirin belum
setempat tetapi tidak ada perjanjian secara memiliki prosedur yang ditetapkan dan
tertulis untuk bantuan dari luar.4 lembar checklist pengevaluasian. Evaluasi
Informasi prosedur untuk kejadian hanya berbentuk rapat tahunan yang tidak
kebakaran atau kejadian darurat belum terlihat rutin. Audit hendaknya dilakukan minimal 1
di tempat strategis rumah sakit. Ini penting tahun sekali dan dapat menggunakan lembar
untuk memudahkan proses tanggap darurat checklist untuk mempermudah proses audit.
kebakaran. Serta pemasangan nomor telepon Audit dapat dilakukan independen baik secara
penting yang dapat dihubungi baik internal internal maupun eksternal Rumah Sakit oleh
maupun eksternal dalam keadaan darurat juga personil yang memiliki pengalaman dan
dapat mempermudah proses komunikasi. kompetensi di bidangnya.
telah diketahui di rumah sakit tersebut dan 1. Dilakukan sosialisasi kebijakan kepada
belum terdokumentasi dengan baik, pasien, pengunjung, dan lingkungan rumah
program pencegahan dan pengendalian sakit. Pendokumentasian terhadap
kebakaran juga telah dijalankan, telah identifikasi bahaya kebakaran yang ada di
dibentuk Panitia keselamatan kerja, gedung. Pengawasan dan peraturan
kebakaran dan kewaspadaan bencana larangan merokok dapat dimaksimalkan
(PK3RS) dengan uraian kerja yang jelas dengan pemberian sanksi. Perlu
sebagai Organisasi tanggap kebakaran, penempatan ahli K3 pada struktur
pelatihan yang telah dilaksanakan belum kepanitiaan K3 RS, khususnya pada
dilakukan secara rutin, sarana proteksi sekretaris Panitia K3 Rumah Sakit.
kebakaran masih mengandalkan APAR, Pelatihan mengenai kebakaran dan
proses inspeksi dan pemeliharaan telah evakuasi dapat dilakukan secara rutin dan
dilakukan secara rutin.\ periodik untuk membiasakan petugas
2. Saat terjadi kebakarran, upaya tanggap dalam bertindak. Serta penambahan alat
darurat kebakaran dipersiapkan dengan proteksi seperti alat deteksi kebakaran dan
membuat standar operasional prosedur springkler. Pendokumentasian pelaporan
(SOP) dan diagram khusus ketika terjadi dengan baik akan membantu dalam proses
kebakaran, yakni tim pengendali evaluasi program yang telah dijalankan.
kebakaran khusus. 2. Penempatan informasi prosedur kejadian
3. Pasca kebakaran, sistem pelaporan sudah kebakaran di tempat strategis RS dapat
memiliki prosedur dan format laporan memudahkan proses tanggap darurat
namun belum ada pencatatan yang kebakaran.
dilakukan. Audit kebakaran sudah 3. Pencatatan kejadian kebakaran diharapkan
dilakukan secara internal namun belum mampu mencegah dan memperbaiki sistem
menggunakan lembar checklist. agar kejadian kebakaran tidak terulang
Berdasarkan hasil penelitian diatas kembali. Serta audit yang dilakukan
dapat disarankan bahwa kepada Rumah Sakit minimal 1 tahun sekali dengan
Dr. Sobirin Kabupaten Musi Rawas untuk: menggunakan lembar checklist untuk
mempermudah proses audit.
8. Yanuar, Ardi. Ruang Pusat Data RSU Darurat dan Bencana, Dirjen Bina
Pamekasan Terbakar, Detik Surabaya, Upaya Kesehatan, Jakarta. 2012.
Senin, 11 Januari 2010. Dari: 14. Republik Indonesia. Keputusan Menteri
http://surabaya.detik.com/read/2010/01/1 Tenaga Kerja No.Kep.186/Men/1999
1/115615/1275717/475/ruang-pusat-data- tentang Unit Penanggulangan
rsu-pamekasan-terbakar [11 April 2013]. Kebakaran di Tempat Kerja. Jakarta.
2010. 1999.
9. Kristanti, Elin Yunita. Kerugian 15. Republik Indonesia. Peraturan Menteri
Kebakaran RS NTB Sekitar Rp 50 Miliar. Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008
VIVAnews, Minggu, 10 Juli 2011, Dari : tentang Persyaratan Teknis Sistem
http://cangkang.vivanews.com/timnas/ne Proteksi Kebakaran pada Bangunan
ws/read/232531-kerugian-kebakaran-rs- Gedung dan Lingkungan. Jakarta. 2008.
ntb-sekitar-rp50-miliar [11 April 2013]. 16. National Fire Protection Association
2011. (NFPA) 101. Life Safety Code. USA.
10. Lasino, dan Suhedi, Fefen. Kajian 2002.
Penerapan Manajemen Keselamatan 17. Widyaningsih. Studi tentang Sarana dan
Kebakaran (Fire Safety Management ) Prasarana Pemadam Kebakaran di
Pada Bangunan Gedung Tinggi di Rumah Sakit Umum Kardinah Kota
Indonesia, Balai Sains Bangunan- Tegal”. [Skripsi] Fakultas Kesehatan
Puslitbang Permukiman, Departemen Masyarakat Univeritas Dipoogoro,
Pekerjaan Umum, Jakarta. 2006. Semarang. 2006.
11. Republik Indonesia. Keputusan Menteri 18. Hepiman, Fison. Rancangan dan
Kesehatan No.432/MENKES/SK/ Tanggap Darurat Terhadap Bahaya
IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kebakaran di Rumah Sakit dr. Ernaldi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Bahar Palembang, [Skripsi] Fakultas
di Rumah Sakit. Jakarta. 2007. Kesehatan Masyarakat Universitas
12. HM Government. Fires Safety Risk Sriwijaya, Inderalaya.2009.
Assessment : sleeping acommodation. 19. Down, Philip B. Hospitals
Departement for Communities and Local Policy/Procedure. Doctors Community
Government, Eland House, Bressenden Hospitals. 2010.
Place. London. 2006. 20. Kristiyanto, A. Evaluasi Sistem
13. Kementrian Kesehatan Republik Manajemen Kebakaran Gedung Rektorat
Indonesia. Pedoman Teknis Bangunan Universitas Brawijaya (Lt. 1 s.d 4).
Rumah Sakit yang Aman dalam Situasi ERUDIO, Vol. 1, No. 1, Desember 2012
pp 21-27.2012.
.