Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun oleh :
Abi Sufyan Harits
220201141210120
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Usia lanjut atau Lansia adalah periode terakhir dalam masa kehidupan seseorang. Masa
Lansia dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan
yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Proses penuaan merupakan proses
alami yang akan dialami seseorang, berjalan secara terus menerus. Hal ini akan menyebabkan
perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh yang akan mempengaruhi fungsi dan
kemampuan tubuh lansia secara keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008).
Terdapat bermacam-macam masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur,
semakin tua umur seseorang maka akan semakin banyak masalah kesehatan terutama yang
berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Peran perawat dalam mengurangi dan menangani masalah kesehatan pada lansia
adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia pada tingkat individu dan kelompok.
Fokus asuhan keperawatan lansia adalah peningkatan kesehatan, peningkatan status mental dan
mengoptimalkan fungsi fisik.
Menurut Boedhi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit, namun merupakan
proses perubahann dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan beradaptasi menjadi
berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant, dimana lansia akan mengalami 13i yaitu
imobilisasi, instabilitas (mudah jatuh), intelektualitas terganggu (demensia), isolasi (depresi),
inkontinensia, imunodefisiensi, infeksi mudah terjadi, impaksi (konstipasi), iatrogenesis
(kesalahan diagnosis), insomnia, impairment of (gangguan pada), penglihatan, pendengaran,
pengecapan, penciuman, komunikasi dan integritas kulit, inaniation (malnutrisi), impotensi.
Salah satu penghuni Panti Harapan Ibu mengalami kondisi imobilisasi dan gangguan
integritas kulit . Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk mengelola kasus yang
dialami oleh Ny.W dengan judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.W di Ruang
Isolasi Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan,Semarang”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan secara holistik dengan memperhatikan aspek biologis,
psikologis, sosial dan spiritual pada lansia.
2. Tujuan Khusus
a. Membuat asuhan keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
b. Merumuskan diagnosa keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
c. Menentukan prioritas masalah keperawatan gerontik pada Ny.W di Panti Wreda Harapan Ibu
Ngaliyan
d. Membuat intervensi keperawatan gerontik pada Ny.w di Panti Wreda Harapan Ibu Ngaliyan
e. Mahasiswa dapat merumuskan rencana tindak lanjut (RTL) pada Ny.w di Panti Wreda Harapan
Ibu Ngaliyan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hambatan mobilitas fisik
a. Definisi
Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau
beresiko mengalami keterbatsan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang
mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi
anatomis akibat perubahan fisiologis (kehilangan fungsi motorik,klien dengan stroke, klien
pengguna kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan
gerakan volunteer (Potter, 2005).
b. Jenis jenis mobilisasi dan rentangnya
1) Mobilitas penuh, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh
ini merupakan fungsi saraf motorik volunteer dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang.
2) Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sesnsorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan
pemasangan traksi. Pada pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik.
Rentang Gerak dalam mobilisasi
Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1) Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan
kaki pasien.
2) Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
c. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan,dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan
pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi
mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang
berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di
rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
1) Kelainan postur
2) Gangguan perkembangan otot
3) Kerusakan system saraf pusat
4) Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
5) Kekakuan otot
d. Pencegahan
Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsug sepanjang kehidupan dan episodik.
Sebagai suatu proses yang berlangsung sepanjang kehidupan, moblilitas dan aktivitas tergantung
pada fungsi sistem musculoskeletal, kardiovaskuler, pulmonal. Sebagai suatu proses episodik
pencegahan primer diarahkan pada pencegahan masalah-masalah yang dapat timbul akibat
imoblitas atau ketidakaktifan.
1) Hambatan terhadap latihan
Berbagai hambatan mempengaruhi partisipasi lansia dalam latihan secara teratur. Bahaya-
bahaya interpersonal termasuk isolasi sosial yang terjadi ketika teman-teman dan keluarga telah
meninggal, perilaku gaya hidup tertentu (misalnya merokok dan kebiasaan diet yang buruk)
depresi gangguan tidur, kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan. Hambatan lingkungan
termasuk kurangnya tempat yang aman untuk latihan dan kondisi iklim yang tidak mendukung.
2) Pengembangan program latihan
Program latihan yang sukses sangat individual, diseimbangkan, dan mengalami
peningkatan. Program tersebut disusun untuk memberikn kesempatan pada klien untuk
mengembangkan suatu kebiasaan yang teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai
yang dapat memberikan efek latihan.
Ketika klien telah memiliki evaluasi fisik secara seksama, pengkajian tentang faktor-
faktor pengganggu berikut ini akan membantu untuk memastikan keterikatan dan meningkatkan
pengalaman;
a)Aktivitas saat ini dan respon fisiologis denyut nadi sebelum, selama dan setelah aktivitas
diberikan)
b) Kecenderungan alami (predisposisi atau peningkatan kearah latihan khusus)
c)Kesulitan yang dirasakan
d) Tujuan dan pentingnya latihan yang dirasakan
e)Efisiensi latihan untuk diri sendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang akan berhasil)
Keamanan
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima oleh klien, instruksi tentang
latihan yang aman harus dilakukan. Mengajarkan klien untuk mengenali tanda-tanda intoleransi
atau latihan yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
3) Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas dapat dikurangi atau
dicegah dengan intervensi keperawatan. Keberhasilan intervensi berasal dri suatu pengertian
tentang berbagai faktor yang menyebabkan atau turut berperan terhadap imobilitas dan penuaan.
Pencegahan sekunder memfokuskan pada pemeliharaan fungsi dan pencegahan komplikasi.
Diagnosis keperawatan dihubungkan dengan pencegahan sekunder adalah gangguan mobilitas
fisik.
c. Fungsi kulit
1. Perlindungan terhadap dehidrasi
1) Keratin yang ada pada epidermis & sebum merupakan jaringan hidariopobik yang dapat
mencegah keluarnya cairan & elektrolit.
2) Trauma pada epidermis yang luas akibat luka bakar/injuri/temperatur ruangan terlalu tinggi
dapat menyebabkan dehidariasi.
2. Perlindungan terhadap gangguan fisik & mekanik
Bagianian stratum korneum epidermis merupakan pelindung yang paling efektif terhadap
berbagai faktor lingungan seperti bahan-bahan kimia, sinar matahari (UV), virus, bakteri, fungus,
gigitan serangga, & gangguan fisik/mekanik baik tekanan, gesekan, tarikan & infeksi luar.
3. Persepsi (penerima rangsang)
1) Kulit bertanggung jawab sebagai indaria terhadap rangsangan dari luar (tekanan, raba, suhu &
nyeri)
2) Reseptor rangsangan pada kulit :
a) Raba : Benda Meissner, Diskus Merkelenjaringanl & korpuskulum Golgi
b) Tekanan : Korpuskulum Pacini
c) Suhu panas : Korpuskulum Ruffini
d) Suhu dingin : Benda Krauss
e) Nyeri : Nervous End Plate.
4. Pengatur Suhu Tubuh
1) Dua reflek pusat yang ada di Hypothalamus bertanggung jawab terhadap kontrol temperatur.
Satu indra peningkatan Core Temperatur & satu indra penurunan.
2) Core temperature adalah temperatur yang ada pada darah, dalam dada, abdomen & kepala.
3) Produksi panas > kehilangan panas = Core temperatur naik.
4) Produksi panas < kehilangan panas = Core temperatur turun.
5) Idealnya : produksi panas = kehilangan panas.
6) Ketika core temperatur turun, tubuh akan menggigil & vasokonstriksi pembuluh darah.
7) Ketika core temperatur naik maka terjadi vasodilatasi pembuluh darah.
5. Pengeluaran (Eksresi)
1) Kulit membantu organ-organ utama sistem eksresi seperti hati, ginjal & usus untuk
menyingkirkan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh.
2) Keringat mengandung urea dengan konsentrasi 1/130 dari urea urin.
3) Suhu tubuh / lingkungan meningkat menyebabkan pembuluh darah di kulit akan melebar, maka
semakin banyak darah mengalir kedaerah tersebut. Karena pangkal kelenjar keringat
berhubungan dengan pembuluh darah maka terjadilah penyerapan air, garam & sedikit urea oleh
kelenjar keringat kemudian keringat keluar melalui pori-pori kulit.
6. Sintesis Vitamin D
1) Kulit dapat merbuat vit D dari bahan baku 7-dihidarioksi kolesterol dengan bantuan sinar
matahari (UV).
2) Vit D merupakan unsur esensial untuk mercegah penyakitriketsia(suatu keadaan yang terjadi
akibat defisiensi vitamin D, kalium serta fosfor yang menyebabkan deformitas tulang)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. DATA UMUM
1. Nama lansia : Ny.W
2. Usia : Ny.W tidak dapat mengingat usianya
3. Agama : Islam
4. Suku : Jawa
5. Jenis kelamin : Wanita
6. Nama wisma : Isolasi
7. Pendidikan : tidak ada
8. Riwayat pekerjaan : Pernah menjadi penjaga di universitas diponegoro
9. Status perkawinan : Janda
10. Pengasuh wisma : Bu Kani
b. RIWAYAT VAKSINASI
Ny. w tidak pernah vaksin dibuktikan dengan Ny.w mengatakan” mboten mboten pernah
disuntik kulo mas?” setelah ditanyakan pihak panti, ternyata belum ada agenda vaksin untuk
penghuni panti.
c. SKRINING KESEHATAN YANG DILAKUKAN
Pengkajian dengan pengasuh didapatkan data bahwa selama di Panti Wreda Harapan Ibu
belum pernah dilakukan skrining kesehatan.
4. STATUS GIZI
Berat badan Ny.w tidak bias dikaji karena Ny.W tidak dapat berjalan atau di berdiri untuk
ditimbang
D. DIMENSI PSIKOLOGI
1. STATUS KOGNITIF
The Short Portable Mental Status Quesionnaire (SPMSQ)
Jawaban
Pertanyaan
Betul Salah
1. Tanggal berapa hari ini? V
2. Hari apakah hari ini? V
3. Apakah nama tempat ini? V
4. Berapa nomor telepon rumah anda? V
5. Berapa usia anda? V
6. Kapan anda lahir (tgl/bln/thn)? V
7. Siapa nama presiden sekarang? V
8. Siapa nama presiden sebelumnya? V
9. Siapa nama ibu anda? V
10. 5+6 adalah ? V
Setelah dilakukan pengkajian dengan The Short Portable Mental Status Quesionnare (SPMSQ)
klien memiliki skor 5 di kolom salah, hal ini menunjukkan bahwa klien mengalami gangguan
sedang.
2. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Ny.w masih hafal dan sering menceritakan kejadian kejadian masa lalu, masih dapat menngingat
nama mahasiswa yang merawatnya namun kadang bercerita sendiri walau tidak ada lawan
bicara.
3. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS KOGNITIF
Tidak ada dampak
4. STATUS DEPRESI
The Geriatric Depresion Scale
PERTANYAAN JAWABANJAWABAN
Ny. B
1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan Tidak Ya
kehidupan anda?
2. Sudahkah anda meninggalkan aktivitas Ya Ya
yang anda minati?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda Ya Ya
kosong?
4. Apakah anda merasa bosan? Ya Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat setiap Tidak Ya
waktu ?
6. Apakah anda takut sesuatu akan terjadi Ya Tidak
pada anda ?
7. Apakah anda merasa bahagia setiap waktu Tidak Ya
?
8. Apakah anda merasa jenuh ? Ya Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah Ya Ya
pada malam hari, daripada pergi
melakukan sesuatu yang baru ?
10. Apakah anda merasa bahwa anda lebih Ya Tidak
banyak mengalami masalah dengan
ingatan anda daripada yang lainnya ?
11. Apakah anda berfikir sangat Tidak Tidak
menyenangkan hidup sekarang ini ?
12. Apakah anda merasa tidak berguna saat ini Ya Ya
?
13. Apakah anda merasa penuh berenergi saat Tidak Tidak
ini ?
14. Apakah anda saat ini sudah tidak ada Ya Ya
harapan lagi ?
15. Apakah anda berfikir banyak orang lain Ya Ya
lebih baik daripada anda ?
Skor GDS 8
5. PERUBAHAN YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Setelah dilakukan pengkajian dengan skala depresi (The Geriatric Depression Scale) Ny.W
memiliki skor kesesuaian sebesar 8 menunjukkan depresi.
6. DAMPAK YANG TIMBUL TERKAIT STATUS DEPRESI
Berdasarkan pengkajian berdasarkan (The Geriatric Depression Scale) klien lebih cenderung
mengalami depresi karena merasa sudah tidak berguna. Klien juga sering bercerita sudah siap
menunggu meninggal namun belum diijinkan meninggal. Klien yang hanya bedrest total di
tempat tidur membuat sosialisasi kurang.
7. KEADAAN EMOSI
a. Anxietas
Ny.W mengatakan “mboten kawatir teng mriki mpun kerso di paringi maem kalih bu kan,
pakean, tempat turu”
b. Perubahan perilaku
Ny.W termasuk tipe orang yang senang diajak ngobrol, tidak ada perubahan perilaku yang
menyimpang, klien terlihat semangat jika sedang bercerita.
c. Mood
Ny. W terlihat selalu senang jika diajak bercerita namun jika tidak ada lawan bicara klien sering
berbicara sendiri.
E. DIMENSI FISIK
1. LUAS WISMA
Luas tanah : 3.744 m2
Luas wisma : 2.303 m2
2. KEADAAN LINGKUNGAN DI DALAM WISMA
a. Penerangan
Penerangan ruangan yang ada di panti sudah sangat baik, jika pagi hari sinar matahari mampu
menerangi ruangan tanpa memberikan efek panas yang berlebihan
b. Kebersihan dan kerapian
Setiap hari ada mas Wahyu yang membersihkan ruangan mawar anggrek da isolasi dengan
menyapu dan mengepel, mahasiswa juga dilibatkan untuk menunjang aspek ini. Setiap penghuni
ruangan juga sudah dibekali tanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan kerapihan sekitar
tempat tidur.
c. Pemisahan ruangan antara pria dan wanita
Panti Harapan Ibu hanya memiliki 3 ruangan yaitu Mawar, Anggrek dan isolasi semua berjenis
kelamin perempuan.
d. Sirkulasi udara
Panti Harapan Ibu memiliki desain ruangan yang bagus, hal ini ditunjukkan oleh posisi jendela di
setiap tempa tidur, ventilasi diatas jendela dan pintu. Terdapat pula pintu-pintu yang saling
menghubungkan anatara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya.
e. Keamanan
Pihak panti sudah memberikan fasilitas yang mendukung aspek keamanan ini mulai dari keramik
yang selalu dibersihkan sehingga tidak licin, terdapat pegangan berbentuk huruf L terbuat dari
pipa besi disekitar tempat wudhu.
f. Sumber air minum
Sumber air minum berasal dari air mineral yang tertampung di galon, Setiap 3-4 hari sekali air
galon di isi ulang.
g. Ruang berkumpul bersama
Ruang berkumpul sering diadakan di Ruang Utama setelah pintu masuk, disana sering menjadi
tempat aktivitas para lansia penghuni wisma, mulai dari TAK, senam, mengobrol, dan karaoke.
3. KEADAAN LINGKUNGAN DI LUAR WISMA
a. Pemanfaatan Halaman
Halaman Panti cukup luas, sering digunakan untuk acara lomba, parkir kendaraan, menjemur
pakaian dan kasur.
b. Pembuangan air limbah
Pembungan limbah langsung dialirkan menuju sungai
c. Pembuangan Sampah
Setiap ruangan sudah difasilitasi sampah, jika sudah penuh akan dibawa ke samping halaman
untuk selanjutnya dibakar.
d. Sanitasi
Sanitasi di Panti sudah baik, terdapat saluran pembungan air hujan, jamban, .
e. Sumber Pencemaran
Pencemaran polusi udara tidak begitu berpengaruh karena letak panti yang sedikit menjorok ke
dalam dan jauh dari lingkungan pabrik.
F. DIMENSI SOSIAL
1. HUBUNGAN LANSIA DENGAN LANSIA DIDALAM WISMA
Berdasarkan hasil observasi kondisi lansia antara satu dengan yang lainnya terbina hubungan
yang baik, mereka sering melemparkan lelucon yang kadang membuat suasana menjadi ramai,
kadang juga penghuni wisma bertengkar satu sama lain.
2. HUBUNGAN ANTAR LANSIA DI LUAR WISMA
Ny.W mengatakan bahwa “ kulo mboten saget mlampah mas ya teng mriki mawon”. Observasi :
klien melakukan semua kegiatan sehari-hari hannya ditempat tidur.
3. HUBUNGAN LANSIA DENGAN PENGASUH WISMA
Ny.W mengatakan bahwa “ bu kani sae tenan mas, kulo di paring panggonan turu maem gratis
mboten bayar ”
4. KEGIATAN ORGANISASI SOSIAL
Terdapat kegiatan sosial setiap sebulan sekali yaitu posyandu lansia dan kegiatan keagamaan
setiap hari kamis yaitu pengajian, kerja bakti di hari rabu dan senam di hari senin dan jumat.
Klien mengatakan “ kulo mboten pernah nderek mas, kulo mboten saget mlampah tur abot kulo
awak kulo gede”.
DO :
Ny.W terlihat hampir selalu sendirian
Nilai GDS : 8
klien sering berbicara sendiri.
No Diagnosa Keperawatan Prioritas Masalah Pembenaran
1 (00085) High Diagnosa keperawatan ini diambil sebagai High
Hambatan mobilitas fisik Priority dengan pertimbangan sebagai berikut :
berhubungan dengan penurunan
kekuatan otot. Urgency : Ny. W selalu melakukan aktifitas seh
hari di tempat tidur, hal ini beresiko menimbulk
banyak masalah keperawatan yang akan muncu
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan Kode
Keperawatan Umum Khusus NIC
1 (00085) Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan Environmental
Hambatan keperawatan selama 7 hari, keperawatan selama 7 x 25 menit, 1. Menyediakan k
diharapkan Ny.W dapat diharapkan dapat mengoptimalkan aman bagi Ny.
mobilitas fisik melakukan mobilisasi ditempat keseimbangan tubuh dan kekuatan 2. Mengkaji kema
berhubungan tidur secara bertahap sesuai otot serta sendi secara bertahap mobilisasi
dengan penurunan dengan batas kemampuan dengan sesuai dengan batas kemampuan
kekuatan otot. kriteria hasil: dengan kriteria hasil: Exercise Thera
a. Ny. W mampu melakukan alih a. Ny.w mampu berpindah dari posisi 3. Berikan latihan
posisi miring secara mandiri. miring kanan ke miring kiri. 4. Monitor TTV
b. Ny.W tidak menunjukkan b. Ny.w melakukan gerakan -gerakan 5. Melatihan keta
kelelahan. ROM pasif. posisi.
c. Ny.W melakukan aktifitas 6. Memotivasi Ny
sehari-hari dengan mandiri sesuai mandiri.
kemampuan.
d. TTV dalam batas normal
2. (00046) Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan Pressure management:
Kerusakan keperawatan selama 7 x 12 menit, keperawatan selama 7 x 12 menit 1. Melonggarkan
kerusakan intergritas kulit kondisi kulit menjadi baik dengan 2. Menjaga keb
Integritas kulit mengalami perbaikan dengan kriteria hasil: bersih dan tidak
berhubungan kriteria hasil: a. Ny. W bersedia menggunakan 3. Memonitor k
dengan imobilisasia. Lesi tidak meluas lotion. tanda infeksi
fisik b. Ny.W tidak merasakan gatal. b. Ny.W mampu menjaga kulit agar 4. Oleskan lotion
c. Tidak terdapat tanda-tanda tidak kering dan lesi.
infeksi. c. Ny.W bersedia merawat kulit. 5. Melakukan ali
d. Luka bersih, lembab (tidak
kering)
3. (00052) Setelah di lakukan tindakan Setelah melakukan tindakan Self awareness
Hambatan interaksi keperawatan selama 1 bulan, keperawatan selama 7 x 10 menit, 1. Mengajak klien
Hambatan isolasi sosial klien klien mampu mendemontrasikan keinginan dan p
sosial berhubungan mengalami perbaikan dengan keinginan dan hasrat untuk 2. Memotivasi kl
dengan hambatan kriteria hasil: bersosialisasi dengan orang lain dengan orang la
mobilitas fisik a. Klien mampu menjalin hubungan dengan criteria hasil :
baik dengan orang lain sesuai a. Klien menyukai berinteraksi dengan
No. Diagnosa Tujuan Kode
Keperawatan Umum Khusus NIC
kemampuan. orang lain.
b. Nilai GDS direntang 0-4 b. Klien dapat membuka percakapan
dengan orang lain
c. Suasana hati klien tetap baik.
IMPLEMENTASI
Selasa 30 september 2014
O:
09.00 1 Klien dapat makan, toileting ditempat tidur
secara mandiri,
10.00 Menganjurkan S
klien memakai klien mengatakan lebih enak jika pakaian
yang dipakai lebih lonngar
pakaian yang
longgar O
klien terlihat mengenakan pakaian longgar
2
O
Klien mengatakan biasanya hanya tidur tanpa
memperhatikan posisi tidur
10.10 Melakukan alih
baring kepada O
Klien terlihat senang dan cooperative
klien
Memotivasi klien S
untuk berinteraksi Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
O
13.00 3 dengan orang lain
Klien terlihat bersemangat dalam bercerita
namun kadang pembicaraan klien menjadi
tidak jelas
09.00 1. Menjaga O
kebersihan kulit Kulit sudah tidak kering lagi
agar tetap bersih S
dan tidak kering -
2. Oleskan lotion di
daerah yang
tertekan dan lesi. S
2 Klien menngatakan badan klien
menjadi wangi dan lebih enak
O
3. Melakukan alih Kulit klien terlihat tidak kering
baring kepada
klien. S
Klien mengatakan nyaman
O
Klien terlihat lebih rileks dan tenang
10.30 Memotivasi klien S
untuk berinteraksi
Klien mengatakan akan menyapa
dengan orang lain.
teman satu panti jika lewat
3
O
Klien Terlihat menyapa sesama
penghuni panti yang kebetulan lewat.
Sabtu 4 oktober 2014
Memberikan
1 latihan rom pasif S
Klien mengatakan lebih enakan
Klien mengatakan bersedia melakukan
latihan sendiri jika tidak ada perawat
O
Klien cooperative
Klien dapat melakukan rom aktif pada
ektremitas atas amun untuk ekstremitas
bawah harus dibantu (pasif)
10.00 Menjaga O
kebersihan kulit Kulit sudah tidak kering lagi
S
agar tetap bersih -
dan tidak kering
Oleskan lotion di
daerah yang S
2 tertekan dan lesi. Klien menngatakan badan klien menjadi
wangi dan lebih enak
O
Kulit klien terlihat tidak kering
Melakukan alih
S
baring kepada Klien mengatakan nyaman
klien. O
Klien terlihat lebih rileks dan tenang
13.00 Memotivasi klien S
untuk berinteraksi
Klien mengatakan akan menuruti
dengan orang lain.
saran perawat
3
O
Klien Terlihat menawarkan
makanannya kepada teman satu panti
O:
09.00 1 Klien dapat makan, toileting ditempat tidur
secara mandiri,
10.00 Menganjurkan S
klien memakai klien mengatakan lebih enak jika pakaian
yang dipakai lebih lonngar
pakaian yang
longgar O
klien terlihat mengenakan pakaian longgar
2
O
Klien mengatakan biasanya hanya tidur tanpa
memperhatikan posisi tidur
10.10 Melakukan alih
baring kepada O
Klien terlihat senang dan cooperative
klien
Memotivasi klien S
13.00 3 untuk berinteraksi Klien menceritakan kehidpuan masa lalu
O
dengan orang lain
Klien terlihat bersemangat dalam bercerita
namun kadang pembicaraan klien menjadi
tidak jelas
EVALUASI SUMATIF
Diagnosa
Evaluasi Sumatif
Keperawatan
(00085) Subjektif
Hambatan mobilitas Ny W mengatakan dapat melakukan alih
fisik berhubungan
dengan penurunan
baring secara mandiri
kekuatan otot. Ny W mengatakan jika melakukan ROM dan
alih baring tidak merasa lelah
Ny W mengatakan dapat melakukan aktifitas
makan,minum toileting dll secara mandiri
diatas temoat tidur
Objektif
Ny w terlihat makan dan minum diatas tempa
tidur dengan mandiri
Ny w terlihat melakukan ROM secara mandiri
sebisanya
Ny w terlihat bisa melakukan alih baring
secara mandiri
Analisa
Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
karena foku intervensi meningkatkan kualitas
hidup klien, sedangkan masalah keperawatan
sendiri sulit diatasi mengingat usia klien yang
lansia
Planning
Lanjutkan intervensi rom secara mandiri
semampunya
Lanjutkan alih baring secara mandiri minimal
4 kali sehari
(00046) Subjektif
Kerusakan Integritas Klien mengatakan akan memakai lotion setiap
kulit berhubungan
dengan imobilisasi fisik
hari
Klien mengatakan sudah tidak merasakan
gatal
Objektif
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Lesi tidak meluas
Klienn terlihat sering membersihkan diri
ssecara mandiri dengan cara mmengoleskan
lotion atau membasuh dengan air
Analisa
Masalah keperawatan teratasi
Planning
Lanjutkan intervensi alih baring secara
mandiri minimal 4 kali sehari
Lanjutkan intervensi mengoleskan lotion
secara madiri
(00052) Subjektif
Hambatan interaksi Nilai GDS klien 4
sosial berhubungan
dengan hambatan Klien merasa senang
mobilitas fisik Klien mengatakan mempunyai banyak teman
dip anti
Objektif
Klien terlihat sering berinteraksi dengan
teman satu panti
Klien terlihat senang
Analisa
Masalah keperawatan teratasi
Planning
Lanjutkan intervensi motivasi klien untuk
terus berinteraksi dengan teman satu panti
Nama : Ny. W
Alamat : Panti wredha ngaliyan
B. Implementasi
Diagnosa keperawatan yang menjadi high priority dalam kasus ini hambatan
mobilitas fisik berhungan dengan penurunan kekuatan otot,. Adapun fokus intervensi yang
dilakukan adalah dengan melatih pergerakan sendi untuk meningkatkan kekuatan otot dengan
latihan Range of Motions (ROM). ROM merupakan salah satu bentuk upaya
mempertahankan dan meningkatkan fungsi gerak yang masih bisa dilakukan secara mandiri.
Rom yang dipilih adalah ROM pasif karena pada bagian kaki klien mengalami kelumpuhan
sehingga klien tidak dapat melakukan rom aktif. Prioritas utama dalam intervensi
keperawatan pada lansia adalah memandirikan klien. Latihan ini dilakukan setiap hari.
Diharapkan ROM ini memberikan efek mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas
persendian.
Diagnosa kedua adalah kerusakan integritas kulit Implementasi yang dilakukan adalah
dengan menjaga kebersihan dan turgor kulit agar tidak basah. Perawat memberikan terapy
topikal berupa pemberian bedak dan lotion didaerah ekstremitas untuk mengurangi gatal dan
luka tekan.
Diagnosa keperawatan yang selanjutnya adalah hambatan interaksi social
berhubungan hambatan mobilitas fisik. Intervensi terapi aktifitas kelompok tidak dapat
dilakukan kepada ny.w karena klien tidak dapat berpindah dari tempat tidur. Oleh karena itu
intervensi yang dilakukan adalah memotivasi klien untuk berinteraksi dengan teman satu
panti yang kebetuan lewat di bed klien.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.W ditegakkan 3 diagnosa dan hasil intervensi selama 7
hari diantaranya adalah diagnosa yang pertama hambatan mobilitas fisik b.d penurunan
kekuatan otot belum teratasi. Diagnosa kedua kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hambatan mobilitas fisik sudah teratasi. Sedangkan untuk diagnosa yang ketiga mengenai
hambatan interaksi sosial berhubngan dengan hambatan mobilitas fisik sudah teratasi.
B. Saran
1. Untuk Lansia
Lansia diharapkan untuk lebih bersemangat dalam menjalani aktifitas sehari-hari dan merasa
bahagia di masa lansia.
2. Untuk Pengasuh
Diharapkan pengasuh dapat memotivasi lansia untuk melanjutkan intervensi yang telah
diberikan oleh perawat.
3. Untuk Mahasiswa
Diharapkan lebih memperhatikan klien dengan keterbatasan mobilitas fisik karena klien
dengan gangguan mobilitas fisik sering tidak mendapatkan perhatian
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Tamher, S. dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Lukman, Ningsih.2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba Medika
Pranarka.2010. Buku Ajar Geriatri Edisi 4.Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Suratun.2008.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:EGC
kuesioner hipertensi
Caring
Total Pageviews
162,311
wa(085170550)
kuesioner hipertensi
KUESIONER TEKANAN DARAH TINGGI A. SOSIAL Identitas diri 1.
Nama inisial : . . . . . . . . . . . . . 2. Alamat ...
Caring
Blog Archive
► 2017 (21)
► 2016 (14)
▼ 2015 (25)
o ► November (3)
o ► October (1)
o ► September (3)
o ▼ August (18)
KARYA TULIS ILMIAH “PENGARUH PERAWATAN LUKA
DENGAN...
Asuhan keperawatan Stroke non hemoragic (SNH)
FORMAT PENULISAN ASUHAN KEPERAWATAN
Perawatan Luka Modern "Anatomi fisiologi kulit"
TUMBUH KEMBANG
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
LEMBAR KUESIONER GAMBARAN PERILAKU (PLAN OF
BEHAVI...
SUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH
HIPERTE...
pengkajian askep komunitas
kuesioner hipertensi
Kuesioner Diabetes Melitus
Kuesioner Diabetes Melitus
ASKEP GERONTIK HAMBATAN MOBILITAS FISIK DAN
RESIKO...
asuhan komprehensif Diabetes melitus
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL PADA NY. D
(G1P0A0) D...
Caring
ASUHAN KEPERAWATAN ANTENATAL PADA NY. D
(G1P0A0) ...
Askep pemfigus Vulgaris