Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pancreas
tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan
diperkirakan pada tahun 2035 mengalami peningkatan menjadi 55% (592 kasus)
diantara usia penderita DM 40-59 tahun (International Diabetes Federation,
2013). Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat
jumlahpasien DM terbanyak di dunia setelah AmerikaSerikat, India dan China
(Suyono, 2006).
Jumlah kasus DM yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
sebanyak 209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung insulin
sebanyak 183.172 jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147 jiwa
(DinkesJateng, 2012). Menurut Profil Kesehatan Surakarta tahun 2014 jumlah
penderita diabetes mellitus sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat
signifikan pada tahun 2015 menjadi 8.684 per 100.000 penduduk (Dinkes
Surakarta, 2014 dan 2015)
Menurut PERKENI (2006), terdapat banyak faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian Diabetes Mellitus diantaranya, riwayat keluarga dengan
diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat
faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan
lebih, kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi,
dislipidemia, diet tidak sehat dan stress.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang
disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik pada organ
mata, ginjal, saraf, pembuluh darah disertai lesi padda membran basalis dalam
dengan menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (Arief Mansjoer dkk, 2005).
Menurut Arif Mansjoer (2005), klasifikasi pada penyakit diabetes mellitus
ada dua antara lain: Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)). Diabetes tipe ini juga jenis diabetes yang sering disebut DMTI yaitu
Diabetes Mellitus Tergantung Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh
distruksi sel beta pulau langerhans diakibatkan oleh proses autoimun serta
idiopatik. Diabetes Mellitus Tipe II, diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent
Diabetes mellitus (NIDDM) atau jugu DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak
Tergantung Insulin. Diabetes tipe II ini disebabkan karena adanya kegagalan
relativ sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan turunnya
kemampuan insulin dalam merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer, untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tersebut tidak
dapat mengimbangi resistensi insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan terjadi
nya defensiensi insulin, adanya ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin terhadap rangsangan glukosa maupun glukosa bersama
perangsang sekresi insulin yang lain, jadi sel beta pancreas tersebut mengalami
desentisisasi terhadap glukosa.
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi
D. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus sesuai klasifikasi penyakit menurut (Smeltzer,
2002) antara lain :
a) DM tipe 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya
reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta insulitis.
Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen).
1) Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
2) Faktor imunologi
Respon abnormal dimana Antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan
distruksi sel beta.
E. Pathofisiologi
Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya
akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi
insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan
gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.
Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam
urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan
asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul
Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga
terjadi dehidrasi.
Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga
menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh sel
menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun, sehingga
tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan
menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak
adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina
menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya
pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati
Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem
syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2005)
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan Gejala diabetes mellitus :
Keluhan khas :
1. Rasa haus berlebihan (polidipsi)
2. Sering kencing (poliuri)
3. Cepat lapar
4. Cepat kehilangan berat badan
Keluhan tidak khas :
1. Mudah lelah
2. Kesemutan pada jari tangan dan kaki
3. Gatal-gatal dibagian genitalia
4. Luka sukar sembuh
5. Penglihatan kabur
6. Keputihan
7. Bisul hilang timbul
8. Mudah mengantuk
9. Pruritus vulva pada wanita
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan glukosa dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapi dari setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadnya hipoglikemia dan gangguan serius
pada pola aktivitas pasien. Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Smeltzer, 2002)
1. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Penyuluhan/ pendidikan kesehatan
Penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Long,
1996)
b. Perencanaan makan
Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI) telah
ditetapkan bahwa standart yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi yang seimbang. Pada saat ini, Perhimpunan diabetes amerika dan
perhimpunan diabetes amerikan merekomendasikan bahwa untuk semua
tingkat asupan kalori, makan 50 % hingga 60 % kalori berasal dari
karbohidrat, 20-30 % berasal dari lemak dan 12-20 % lainya berasal dari
protein. Rekomendasi ini juga konsisten dengan rekomendasi dari the
american heart asociation dan american cancer sosiety. Apabila diperlukan
santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75 % juga memberikan
hasil yang baik. Terutama untuk golongan ekonomi yang rendah. Jumlah
kalori disesuiakan dengan pertumbuhan, usia, statrus gizi, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal (Mirza, 2009). Karena itu
diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak
menjadi berlebihan dengan cara: kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan manis dan perbanyak makanan
banyak serat.
c. Latian/ Olahraga
Latihan atau olahraga selain dapat menurunkan kadar gula darah karena
membuat kerja insulin lebih efektif dengan cara meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Olahraga sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi
rasa stress, mengurangi faktor resiko kardiovaskuler dan mempertahankan
kesegaran tubuh. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat.
2. Penatalaksanaan secara Medis
a. Obat Hipoglikemi Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin.
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi
insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para
penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan.
2) Golongan Biguanad/ Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi Insulin
Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100
UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat
diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti
DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan
obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis
laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita
hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian
diet.
2) Jenis Insulin
a) Insulin kerja cepat
Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zinc, dan semilente.
b) Insulin kerja sedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon), globinzinc, lente.
c) Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) (Long, 1996)
H. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002)
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata (Smeltzer, 2002)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah
tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer, 2002)
c. Hypoglikemi
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu atau karena aktifitas
fisik yang terlalu berat (Smeltzer, 2002)
2. Komplikasi Kronik
Diabetes Melitus pada dasarrnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu :(Long, 1996)
a. Mikrovaskuler
Perubahan-perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran basal pembuluh-pembuluh kapiler, merupakan hal
unik pada diabetes. Perubahan-perubahan ini sering kali terjadi pada
penderita IDDM dan serinng terjadi pada organ berikut ini :
1) Penyakit ginjal (nefropati)
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Empat jenis yang
dapat ditimbulkan : pyelonephritis, lesi-lesi glomerular,
arteriosklerosis areteri renalis, dan aretrio afferen dan efferen, serta
lesi-lesi rubuler. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002)
2) Penyakit Mata
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan
retinopati (Sjaifoellah, 1996). Katarak disebabkan karena
hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Banyak dan
berbagai macam gejala dapat timbul, tergantung neuron yang terkena.
Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam
sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia
dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf, jenis neuropati yang
lazim, adalah polineuropati, perifer simetris. Hal ini terlihat pertama
kali dengan hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstremitas bawah
kemudian hilangnya kemampuan motorik dan ekstremitas atas dapat
terkena pula (Long, 1996)
b. Makrovaskuler
Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis (Guthrie & Gutrie,
1991). Ini terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang.
Pada adanya kekurangan insulin, lemak diubah menjadi glukosa untuk
energi. Perubahan pada sintesis dan katabolisme lemak mengakibatkan
peningkatan kadar VDL ( very low-density lipoprotein) dan LDL ( low-
26 density lipoprotein ). Oklusi vaskuler dari aterosklerosis dapat
menyebabkan penyakit yang diantaranya adalah :(Enggram, 1999)
1) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh Darah Kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai
dari celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel
kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagian kulit kaki yang
menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang
terkena trauma (Long, 1996)
3) Pembuluh Darah Otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah keotak menurun (Long, 1996)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S
LANSIA DENGAN MASALAH KHUSUS DIABETUS MILITUS
DI RT 8 RW 10 MANYARAN SEMARANG BARAT
A. PENGKAJIAN
Data Umum
1. Identitas klien
a. Nama kk : Tn. S
b. Alamat : Rt 6 Rw 5 Kelurahan Keprabon
c. Pekerjaan kk : Tani
d. Pendidikan kk : SD
e. Komposisi keluarga
Septick
sumur
Kamar 1 Kamar 2 tank
Ruang
KM WC
tamu
4. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Keluarga Ny.S tinggal di lingkungan yang padat penghuni. Di sebelah kanan
rumahnya adalah rumah tetangga, di samping kiri jalan menuju Rt sebelahnya,
dan dibelakang rumah adalah rumah tetangga yang sudah berbeda Rt.
Sedangkan di depan rumahnya terbentang jalan menuju puskesmas.
8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ny. S selalu memperhatikan keluarga, anak-anaknya, cucu-cucunya,
meskipun
tidak tinggal satu rumah dengan Ny S. Ny S selalu menghargai sikap
anggota
keluarganya.
b. Fungsi Sosial
Ny. S. selalu menanamkan disiplin pada anaknya. Walaupun sudah tua
masih disiplin dalam beberapa hal, misalnya bangun pagi, dan mengikuti
kegiatan kampung lainnya demikian juga Tn. S
c. Fungsi Keperawatan Kesehatan
1) Mengenal Masalah
Ny. S mengatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus sekitar
5 tahun yang lalu. Menurut Ny. S diabetes mellitus adalah kadar gula
darahnya lebih dari normal. Ny. S hanya mengatakan mengerti pada
penderita diabetes mellitus tidak boleh mengkonsumsi gula yang
berlebih tetapi Ny. S bisa mengurangi takaran gula saat makan. Ny. S
mengatakan hanya Tn.S yang sering mengingatkan untuk mengurangi
mengkonsumsi gula. Ny. S mengatakan nyeri pada punggung, akibat
dari post operasi DM yang dilakukan pada 5 tahun yang lalu saat
diketahui Ny S terkena penyakit Diabetes Mellitus.
2) Mengambil Keputusan
Keluarga Ny. S sudah dapat mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat
dari penanganan yang dilakukan didalam mengatasi penyakit diabetes
mellitus dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus yaitu dengan
berobat ke puskesmas atau ke RS Kasih Ibu.
3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Keluarga Ny S mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang
sakit maka mereka akan merawat dengan baik. Perawatan yang telah
dilakukan pada Ny. S adalah memeriksakan ke puskesmas jika
diabetes mellitus kambuh.
4) Memodifikasi lingkungan
Keluarga Ny S kurang tahu bagaimana supaya tidak menimbulkan
risiko penyakit pada keluarganya, sementara yang dilakukan hanya
membersihkan rumah setiap hari dan membuka pintu rumah.
5) Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga Ny S
akan membawanya ke Puskesmas, ataupun ke RS Kasih Ibu.
9. Fungsi reproduksi
Ny. S. selama menikah dianugerahi 2 orang anak laki-laki. Ny. S
mengatakan tidak pernah melakukan KB. Saat ini keenam anaknya telah
menikah, dan tidak tinggal satu rumah dengan Ny S, anak-anaknya tidak
hanya tinggal di wilayah Surakarta, ada yang tinggal di Jakarta dan yang 1
masih tinggal 1 rumah dengan Ny S.
b. Tn. S.
Keadaan umum: baik
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi: 80 X/menit
Frekuensi nafas: 20 X/menit
Suhu tubuh: 36.5oC
Tinggi badan: 165 cm
Kepala: tidak didapatkan benjolan abnormal, rambut hitam
Mata: kelopak tidak edema, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik.
Hidung: bentuk tidak ada kelainan
Leher: tidak ditemukan benjolan yang abnormal
Dada:bentuk dada simetris sesuai irama nafas , ronchi (-), wheezing (-).
Abdomen:hepar tidak membesar, peristaltic usus (+).
Ekstrimitas: dapat bergerak sesuai rentang gerak sendi, tidak ada
keluhan nyeri tekan.
Analisa Data
DO :
D0 :
B. Diagnosis Keperawatan
1. Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: (diet DM) pada
keluarga Tn . SR khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga Tn SR mengenal masalah kesehatan (Diet).
2. Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM
3. Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM.
Skoring
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
Tidak/kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2
Krisis 1 1
Kemungkinan
2 masalah dapat diubah
Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
2
Potensi masalah untuk diubah
3
Tinggi 3
Cukup 2
Rendah 1
1
Menonjolnya masalah
4
Masalah berat harus ditangani 2
Masalah yang tidak perlu segera ditangani 1
Masalah tidak dirasakan
1
0
C. PRIORITAS DIAGNOSA
No Tanggal Prioritas Masalah
1. 13 July 2011 High Priority.
Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: kebutuhan gizi
yang harus dikonsumsi pada keluarga Ny. S berhubungan dengan
ketidaktahuan penatalaksanaan diet DM DM adalah penyakit kronis yang
bila tidak tertangani dengan baik dan benar akan menyebabkan gangguan
multi sistem, sehingga dalam hal ini diet menjadi prioritas utama untuk
dapat mengurangi kadar gula darah supaya tidak naik
2. 13 July 2011 Medium priority.
Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM. Luka bila tidak
ditangani dengan baik akan mengakibatkan infeksi lebih lanjut
3. 13 July 2011 Low priority.
Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita DM DM adalah penyakit kronis yang mengakibatkan gangguan
metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Bila tidak tertangani dengan baik dan
benar akan menyebabkan gangguan multi sistem dan bisa mempunyai
karakteriastik hyperglicemi/ hypoglicemi
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
S : Keluarga Ny S mengatakan
18-07-2011 Libatkan keluarga dalam hal
mampu menyiapkan diit DM
Jam 12.00 penatalaksanaan diet DM
O : Keluarga Ny S kooperatif
O : keluarga kooperatif
20-07-2011
Mendiskusikan dengan S : Keluarga Ny.S mengerti
Jam 09.00
keluarga tentang penyebab penyebab DM
O : keluarga mampu
menjelaskan penyebab DM
Memotivasi anggota
S : Keluarga Ny.S mau
keluarga dalam mengambil
merawat Ny.S
27-07-2011
keputusan untuk merawat
O : Keluarga Ny.S kooperatif
Jam 08.00
anggota keluarga yang
menderita DM
O : keluarga kooperatif
F. EVALUASI
P : intervensi dilanjutkan
24-11-2010 2 S : Ny.S mengatakan badan sedikit enakan setelah
melakukan diit DM.
P : intervensi dilanjutkan
24-11-2010 3 S : Ny.S mengatakan mengerti tentang DM.
P : Intervensi dihentikan
BAB IV
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Media, Jakarta.
Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes
Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta.
Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1,
Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2,
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta