Sunteți pe pagina 1din 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM)
yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional,
nasional maupun lokal. Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu
mengalami peningkatan penderita setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.
Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik menahun akibat pancreas
tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah (Infodatin, 2014; Sarwono, dkk, 2007).
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insiden dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federation (IDF) tingkat
prevalensi global penderita DM pada tahun 2013 sebesar 382 kasus dan
diperkirakan pada tahun 2035 mengalami peningkatan menjadi 55% (592 kasus)
diantara usia penderita DM 40-59 tahun (International Diabetes Federation,
2013). Tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat
jumlahpasien DM terbanyak di dunia setelah AmerikaSerikat, India dan China
(Suyono, 2006).
Jumlah kasus DM yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013
sebanyak 209.319 kasus, terdiri atas pasien DM yang tidak tergantung insulin
sebanyak 183.172 jiwa dan pasien yang tergantung insulin sebanyak 26.147 jiwa
(DinkesJateng, 2012). Menurut Profil Kesehatan Surakarta tahun 2014 jumlah
penderita diabetes mellitus sebanyak 6.105 per 100.000 penduduk. Meningkat
signifikan pada tahun 2015 menjadi 8.684 per 100.000 penduduk (Dinkes
Surakarta, 2014 dan 2015)
Menurut PERKENI (2006), terdapat banyak faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian Diabetes Mellitus diantaranya, riwayat keluarga dengan
diabetes, umur, riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Serta terdapat
faktor yang meningkatkan risiko penyakit Diabetes Mellitus yakni berat badan
lebih, kurangnya aktivitas fisik atau gaya hidup, pola makan, hipertensi,
dislipidemia, diet tidak sehat dan stress.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang
disertai dengan berbagai kelainan metabolik yang diakibatkan oleh gangguan
hormonal yang menimbulkan berbagai macam komplikasi kronik pada organ
mata, ginjal, saraf, pembuluh darah disertai lesi padda membran basalis dalam
dengan menggunakan pemeriksaan dalam mikroskop (Arief Mansjoer dkk, 2005).
Menurut Arif Mansjoer (2005), klasifikasi pada penyakit diabetes mellitus
ada dua antara lain: Diabetes Tipe I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM)). Diabetes tipe ini juga jenis diabetes yang sering disebut DMTI yaitu
Diabetes Mellitus Tergantung Pada Insulin. Pada tipe ini yaitu disebabkan oleh
distruksi sel beta pulau langerhans diakibatkan oleh proses autoimun serta
idiopatik. Diabetes Mellitus Tipe II, diabetes tipe II atau Non Insulin Dependent
Diabetes mellitus (NIDDM) atau jugu DMTTI yaitu Diabetes Mellitus Tak
Tergantung Insulin. Diabetes tipe II ini disebabkan karena adanya kegagalan
relativ sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan turunnya
kemampuan insulin dalam merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan
perifer, untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tersebut tidak
dapat mengimbangi resistensi insulin ini seutuhnya, yang dapat diartikan terjadi
nya defensiensi insulin, adanya ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya
sekresi insulin terhadap rangsangan glukosa maupun glukosa bersama
perangsang sekresi insulin yang lain, jadi sel beta pancreas tersebut mengalami
desentisisasi terhadap glukosa.
B. Anatomi fisiologi
1. Anatomi

Pankreas adalah kelenjar terengolasi berukuran besar dibalik kurvatura besar


lambung. Pankreas terlatak di retroperitonial rongga abdomen bagian atas, dan
terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan
lebar 2,5-5cm. Pankreas mendapat pasokan darah dari arteri mesenterika superior
dan splenikus.
a. Kelenjar pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan
kelenjar ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari
deudenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang
pada vertebral lumbalis I & II dibelakang lambung.
b. Bagian-bagian pankreas
1) Kepala pankreas
Terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan didalam lekukan
deudenum yang melingkarinya.
2) Badan pankreas
Merupakan bagian utama dan ini letaknya dilbelakang lambung dan
di depan vertebra umbalis utama.
3) Ekor pankreas
Bagian yang runcing disebelah kiri yang sebenarnya menyentuh
limpa.
c. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas
ke dalam duodenum.
1) Ductus Wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian
masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.
2) Ductus Sartonni, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di
sebelah atas sphincter oddi.
d. Pulau-Pulau Langerhan
Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing
pulau berbeda-beda yang menjadi system endokrinologis dari pankreas
terbesar dari seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total
pankreas. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang
terbesar 300μ, terbanyak adalah yang besarnya 100-225μ. jumlah semua
pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1-2 juta. Pulau langerhans
manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu:
1) Sel-sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20-40 % : memproduksi glikagon
yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormone yang mempunyai
“anti insulin like activity”.
2) Sel-sel B (betha), jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.
3) Sel-sel D (delta), jumlanya sekitar 5-15 %, membuat samatostatin.
2. Fisiologi
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin
a. Fungsi eksokrin pankreas ( asinar )
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan. ketiga jenis
makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. Getah pankreas juga
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan
penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke
dalam duodenum. Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin,
karboksi, peptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim pertama
memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan,
sedangkan nuclease memecahkan kedua jenis asam nukleat, asam
ribonukleat dan deoksinukleat. Enzim pencernaan untuk karbohidrat
adalah amylase pankreas, yang menghidrolisis pati, glikogen dan sebagian
besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat,
sedangkan enzim-enzim untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas
yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam lemak dan
kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.
Produk gabungan sel-sel asinar mengalir melalui duktus pankreas, yang
menyatu melalui duktus empedu komunis dan masuk ke deudenum dititik
ampula hepato pankreas. Getah pankreas ini dikirim kedalam deudenum
melalui duktus pankreatikus, yang bermuara pada papila vateri 14 yang
terletak pada dinding deudenum. Pankreas menerima darah dari arteri
pankreatika dan mengalirkan darahnya ke vena kava inferior melalui vena
pankreatika.
b. Fungsi endokrin pankreas.
Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau langerhans.
Pulau-pulau langerhans terdiri dari tiga jenis sel yaitu :
1) Sel α (alpha) yang menghasilkan glukagon
Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epineprin.
Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang
glikogenolisis (pemecahan glukogen menjadi glukosa) dan
meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningktakan
glukoneogenesis (Pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon, meningkatkan lipolisis
( Pemecahan lemak ).
2) Sel β (betha) yang menghasilkan insulin
Insulin sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi
glukosa melalui membran sel jaringan. Efek metabolik penting lainnya
dari hormon insulin adalah sebagai berikut :
a) Efek pada hepar
1. Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
2. Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
3. Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
dihepar
b) Efek pada otot
1. Meningkatkan sintesa protein
2. Meningkatkan tranportasi asam amino
3. Meningkatkan glikogenesis
c) Efek pada jaringan lemak
1. Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2. Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3. Menurunkan lipolisis
3) Sel deltha yang menghasilkan somastotatin namun fungsinya belum
diketahui
Hasil dari sistem endokrin ini langsung dialirkan kedalam
peredaran darah dibawa ke jaringan tanpa melewati duktus untuk
membantu metabolisme karbohidrat.

C. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi terbaru tahun 2005 menurut American Diabetes Association (ADA)
lebih menekankan penggolongan berdasarkan penyebab dan proses penyakit.
Ada 4 jenis diabetes melitus berdasarkan klasifikasi terbaru : (Sudoyo, 2006)
1. Diabetes mellitus Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM).

2. Diabetes mellitus Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (IDDM).


3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.

D. Etiologi
Faktor penyebab diabetes mellitus sesuai klasifikasi penyakit menurut (Smeltzer,
2002) antara lain :
a) DM tipe 1 : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Pada tipe ini insulin tidak diproduksi. Hal ini disebabkan dengan timbulnya
reaksi autoimun oleh karena adanya peradangan pada sel beta insulitis.
Kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen).
1) Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
2) Faktor imunologi
Respon abnormal dimana Antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi dengan jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan
distruksi sel beta.

b) DM tipe 2 : NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) Mekanisme


yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulin pada DM tipe
11 masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas,
riwayat keluarga, usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65
tahun (Suddarth, 2002)
c) DM tipe spesifik lain
Awitan selama kehamilan, disebabkan oleh hormon yang diekskresikan
plasenta dan mengganggu kerja insulin (Smeltzer, 2002).

E. Pathofisiologi
Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya
akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi
insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan
gula baru (glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat.
Kemudian terjadi proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya
peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan ketonuria (keton dalam
urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun yang menyebabkan
asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi
menurun, sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika
hiperglikemia ini parah dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul
Glukosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan diuresis osmotik yang
meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga
terjadi dehidrasi.
Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga
menimbulkan rasa lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh sel
menurun mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun, sehingga
tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan
menyebabkan luka tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak
adekuat akan menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina
menurun, sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya
pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati
Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem
syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2005)
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan Gejala diabetes mellitus :
Keluhan khas :
1. Rasa haus berlebihan (polidipsi)
2. Sering kencing (poliuri)
3. Cepat lapar
4. Cepat kehilangan berat badan
Keluhan tidak khas :
1. Mudah lelah
2. Kesemutan pada jari tangan dan kaki
3. Gatal-gatal dibagian genitalia
4. Luka sukar sembuh
5. Penglihatan kabur
6. Keputihan
7. Bisul hilang timbul
8. Mudah mengantuk
9. Pruritus vulva pada wanita
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan glukosa dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapi dari setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadnya hipoglikemia dan gangguan serius
pada pola aktivitas pasien. Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Smeltzer, 2002)
1. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Penyuluhan/ pendidikan kesehatan
Penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan
penyesuaian keadaan psikologik serta kualitas hidup yang lebih baik (Long,
1996)
b. Perencanaan makan
Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia (PERKENI) telah
ditetapkan bahwa standart yang dianjurkan adalah santapan dengan
komposisi yang seimbang. Pada saat ini, Perhimpunan diabetes amerika dan
perhimpunan diabetes amerikan merekomendasikan bahwa untuk semua
tingkat asupan kalori, makan 50 % hingga 60 % kalori berasal dari
karbohidrat, 20-30 % berasal dari lemak dan 12-20 % lainya berasal dari
protein. Rekomendasi ini juga konsisten dengan rekomendasi dari the
american heart asociation dan american cancer sosiety. Apabila diperlukan
santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75 % juga memberikan
hasil yang baik. Terutama untuk golongan ekonomi yang rendah. Jumlah
kalori disesuiakan dengan pertumbuhan, usia, statrus gizi, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal (Mirza, 2009). Karena itu
diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak
menjadi berlebihan dengan cara: kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi
karbohidrat komplek, hindari makanan manis dan perbanyak makanan
banyak serat.
c. Latian/ Olahraga
Latihan atau olahraga selain dapat menurunkan kadar gula darah karena
membuat kerja insulin lebih efektif dengan cara meningkatkan pengambilan
glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Olahraga sangat
bermanfaat pada diabetes karena dapat menurunkan berat badan, mengurangi
rasa stress, mengurangi faktor resiko kardiovaskuler dan mempertahankan
kesegaran tubuh. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan
lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat.
2. Penatalaksanaan secara Medis
a. Obat Hipoglikemi Oral
1) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin.
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi
insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para
penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan.
2) Golongan Biguanad/ Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki
pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai
obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b. Insulin
1) Indikasi Insulin
Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100
UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat
diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti
DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan
obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis
laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita
hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian
diet.
2) Jenis Insulin
a) Insulin kerja cepat
Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zinc, dan semilente.
b) Insulin kerja sedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon), globinzinc, lente.
c) Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin) (Long, 1996)
H. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting
dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka
pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer, 2002)
a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata (Smeltzer, 2002)
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah
tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN (Smeltzer, 2002)
c. Hypoglikemi
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral
yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu atau karena aktifitas
fisik yang terlalu berat (Smeltzer, 2002)
2. Komplikasi Kronik
Diabetes Melitus pada dasarrnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu :(Long, 1996)
a. Mikrovaskuler
Perubahan-perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran basal pembuluh-pembuluh kapiler, merupakan hal
unik pada diabetes. Perubahan-perubahan ini sering kali terjadi pada
penderita IDDM dan serinng terjadi pada organ berikut ini :
1) Penyakit ginjal (nefropati)
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Empat jenis yang
dapat ditimbulkan : pyelonephritis, lesi-lesi glomerular,
arteriosklerosis areteri renalis, dan aretrio afferen dan efferen, serta
lesi-lesi rubuler. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka
mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah dalam urin (Smeltzer, 2002)
2) Penyakit Mata
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan
sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan
retinopati (Sjaifoellah, 1996). Katarak disebabkan karena
hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Banyak dan
berbagai macam gejala dapat timbul, tergantung neuron yang terkena.
Akumulasi sorbital dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam
sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia
dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf, jenis neuropati yang
lazim, adalah polineuropati, perifer simetris. Hal ini terlihat pertama
kali dengan hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstremitas bawah
kemudian hilangnya kemampuan motorik dan ekstremitas atas dapat
terkena pula (Long, 1996)
b. Makrovaskuler
Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis (Guthrie & Gutrie,
1991). Ini terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang.
Pada adanya kekurangan insulin, lemak diubah menjadi glukosa untuk
energi. Perubahan pada sintesis dan katabolisme lemak mengakibatkan
peningkatan kadar VDL ( very low-density lipoprotein) dan LDL ( low-
26 density lipoprotein ). Oklusi vaskuler dari aterosklerosis dapat
menyebabkan penyakit yang diantaranya adalah :(Enggram, 1999)
1) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke.
2) Pembuluh Darah Kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai
dari celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel
kuku yang tertanam pada bagian kaki, bagian kulit kaki yang
menebal, dan kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang
terkena trauma (Long, 1996)
3) Pembuluh Darah Otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga
suplai darah keotak menurun (Long, 1996)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S
LANSIA DENGAN MASALAH KHUSUS DIABETUS MILITUS
DI RT 8 RW 10 MANYARAN SEMARANG BARAT

A. PENGKAJIAN
Data Umum
1. Identitas klien
a. Nama kk : Tn. S
b. Alamat : Rt 6 Rw 5 Kelurahan Keprabon
c. Pekerjaan kk : Tani
d. Pendidikan kk : SD
e. Komposisi keluarga

No Nama Jk Hub dg Umur Pendidikan Status Status kes Pekerjaan


KK perkawinan
1 Tn.S L KK 68 SMA Menikah Sehat Swasta

2 Ny.S p IRT 52 SD Menikah DM Swasta

3 Tn.M L Anak 30 Sd Blm Sehat parkir


menikah
4 Tn.A L Anak 28 SMK Menikah Sehat Swasta

Genogram (lihat cara membuat genogram )


f. Type Keluarga:
Termasuk tipe Keluarga inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak.
g. Budaya:
Ny.S adalah asli keturunan jawa dan dalam berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa jawa. Tidak ada pantangan dan kebiasaan
budaya (adat)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan
h. Agama :
Keluarga Ny. S menganut agama Kristen. Tidak ada kepercayaan
khusus dalam
keluarga Ny, S yang berkaitan dengan kesehatan.
i. Status Sosial Ekonomi Keluarga:
Penghasilan keluarga antara Rp. 1.500.000,00 sampai Rp.
2.000.000,00 per
bulan. Uang sebesar ini diperoleh dari gaji anaknya sebagai satpam di
RS Kasih
Ibu dan kadang sebagai petugas parkir di RS Kasih Ibu.
j. Aktivitas Rekreasi Atau waktu Luang Keluarga:
Rekreasi jarang dilakukan. Aktivitas yang paling menyenangkan bagi
keluarga
adalah menunggui cucunya yang dtitipkan dirumahnya saat ditinggal
kerja orang
tuanya. Di rumah memiliki televisi, radio maupun tape recorder.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
Saat ini keluarga sudah berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak
dewasa.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Semua tugas perkembangan keluarga sudah terpenuhi. Anak terakhir
yang belum berkeluarga masih tinggal satu rumah dan hidup mapan
dan memiliki penghasilan yang cukup. Anak-anak sebagian juga telah
memiliki tempat tinggal masing-masing yang terpisah.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti:
Ny. S, mengatakan telah 5 tahun ini menderita diabetes mellitus. Dan
pernah menjalani rawat inap di rumah sakit Kasih Ibu  5 tahun yang
lalu karena diabetes mellitus dan diperbolehkan pulang dalam kondisi
sudah sembuh dari sakitnya. Penyakit ini diketahui pada saat klien
pingsan pada saat berjualan, klien dulunya tidak mengetahui kalau
dirinya mempunyai penyakit diabetes mellitus. Sejak saat itu Ny. S
mendapatkan pengobatan dari dokter maupun dari Puskesmas Stabelan
secara teratur. Ny. S selalu menjalankan diet rendah gula setiap hari.
Dia juga tidak berani mengkonsumsi daging.
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya:
Ny. S. mengaku tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit diabetes
mellitus, hanya Ny. S yang terkena diabetes mellitus dan suami Ny. S
meninggal 5 tahun yang lalu karena syok mengetahui Ny. S menderita
Diabetes Mellitus.
3. Keadaan Lingkungan
a. Karakterisitik rumah :
Keluarga menempati rumah seluas  120 m² (10m x 12 m) yang
merupakan tanah milik sendiri. Rumah keluarga memiliki 1 ruang tamu, 2
kamar tidur, 1 ruang dapur, 1 kamar mandi, 1 WC. Dalam ruang tamu
terdapat satu set kursi kayu, 1 almari, 1 rak televisi, 1 kipas angin. Kamar
tidur di masing-masing kamar terbuat dari tembok permanen dengan
ventilasi yang cukup. Di ruang dapur terdapat kompor dan perabotan
dapur lainnya. Rak tempat perabot dapur diletakkan di dinding dapur
bagian belakang tak jauh dari tempat mencuci perabot tersebut.
b. type bangunan : tembok permanen secara keseluruhan, ttap terbuat dari
genting yang dipertahankan oleh kayu.
c. Pencahayaan dan ventilasi : Dalam rumah kelihatan terang, pencahayaan
cukup karena terpasang genting kaca, jendela.
d. Sediaan KM : Peresapan WC (septic tank) berada dalam tanah dibawah
WC, WCnya menggunakan leher angsa.
e. kebersihan ruang : rumah terlihat bersih dan lumayan rapi
f. sumber air : dari PAM, bak penampung air minum diletakkan tidak jauh
dari kompor.
g. denah rumah

Septick
sumur
Kamar 1 Kamar 2 tank

Ruang
KM WC
tamu
4. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Keluarga Ny.S tinggal di lingkungan yang padat penghuni. Di sebelah kanan
rumahnya adalah rumah tetangga, di samping kiri jalan menuju Rt sebelahnya,
dan dibelakang rumah adalah rumah tetangga yang sudah berbeda Rt.
Sedangkan di depan rumahnya terbentang jalan menuju puskesmas.

5. Mobilitas Geografis Keluarga:


Menurut Ny. S. keluarga sudah menempati hampir lebih dari 10 th malah
hampir 45 tahun sejak Ny.S menikah dengan suaminya yang asli orang
stabelan. Sekarang apabila Ny. M merasa tidak enak badan segera periksa ke
Puskesmas Stabelan yang hanya berjarak sekitar 100 meter. Apabila Ny. S
bepergian selalu diantar oleh anaknya dengan mengendari sepeda motor.

6. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat


Ny. S. adalah penduduk pendatang tetapi suaminya penduduk asli stabelan
dan sudah lama Ny. S tinggal di desa tersebut. Mereka telah mengenal akrab
dengan hampir seluruh penduduk asli, terutama yang usianya sebaya. Mereka
juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh warga.

7. Sistem Pendudukung Keluarga


Sistem pendukung yang dimiliki oleh keluarga adalah keenam anaknya yang
sudah berkeluarga yang selalu memberikan dana tambahan untuk keperluan
hidup sehari- hari. Dan satu anaknya yang belum menikah yang masih tinggal
serumah yang menjadi tulang punggung keluarga dan mengantar berobat bila
sakit. Disamping itu, tetangga sekitar juga sering membantu tenaga jika
keluarga mengalami masalah.

8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ny. S selalu memperhatikan keluarga, anak-anaknya, cucu-cucunya,
meskipun
tidak tinggal satu rumah dengan Ny S. Ny S selalu menghargai sikap
anggota
keluarganya.
b. Fungsi Sosial
Ny. S. selalu menanamkan disiplin pada anaknya. Walaupun sudah tua
masih disiplin dalam beberapa hal, misalnya bangun pagi, dan mengikuti
kegiatan kampung lainnya demikian juga Tn. S
c. Fungsi Keperawatan Kesehatan
1) Mengenal Masalah
Ny. S mengatakan mempunyai penyakit diabetes mellitus sekitar
5 tahun yang lalu. Menurut Ny. S diabetes mellitus adalah kadar gula
darahnya lebih dari normal. Ny. S hanya mengatakan mengerti pada
penderita diabetes mellitus tidak boleh mengkonsumsi gula yang
berlebih tetapi Ny. S bisa mengurangi takaran gula saat makan. Ny. S
mengatakan hanya Tn.S yang sering mengingatkan untuk mengurangi
mengkonsumsi gula. Ny. S mengatakan nyeri pada punggung, akibat
dari post operasi DM yang dilakukan pada 5 tahun yang lalu saat
diketahui Ny S terkena penyakit Diabetes Mellitus.
2) Mengambil Keputusan
Keluarga Ny. S sudah dapat mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat
dari penanganan yang dilakukan didalam mengatasi penyakit diabetes
mellitus dalam mengatasi penyakit diabetes mellitus yaitu dengan
berobat ke puskesmas atau ke RS Kasih Ibu.
3) Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
Keluarga Ny S mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang
sakit maka mereka akan merawat dengan baik. Perawatan yang telah
dilakukan pada Ny. S adalah memeriksakan ke puskesmas jika
diabetes mellitus kambuh.
4) Memodifikasi lingkungan
Keluarga Ny S kurang tahu bagaimana supaya tidak menimbulkan
risiko penyakit pada keluarganya, sementara yang dilakukan hanya
membersihkan rumah setiap hari dan membuka pintu rumah.
5) Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit maka keluarga Ny S
akan membawanya ke Puskesmas, ataupun ke RS Kasih Ibu.

9. Fungsi reproduksi
Ny. S. selama menikah dianugerahi 2 orang anak laki-laki. Ny. S
mengatakan tidak pernah melakukan KB. Saat ini keenam anaknya telah
menikah, dan tidak tinggal satu rumah dengan Ny S, anak-anaknya tidak
hanya tinggal di wilayah Surakarta, ada yang tinggal di Jakarta dan yang 1
masih tinggal 1 rumah dengan Ny S.

10. Fungsi Ekonomi


Sejak Ny. S. sakit Diabetes Mellitus sekitar 5 tahun yang lalu, semua biaya
hidup sehari-hari keluarga ditanggung sepenuhnya oleh Tn S yang masih
tinggal satu rumah dengan bekerja di RS Kasih Ibu dengan penghasilan
yang cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga.

11. Stress Dan Koping Keluarga


Stressor jangka pendek dan panjang:
a. Stressor jangka pendek
Ny. S. mengatakan bahwa kadang-kadang terjadi masalah-masalah
kecil dengan anaknya Tn S, akan tetapi hal tersebut tidak berlanjut
menjadi konflik yang berkepanjangan karena diselesaikan dengan baik
dengan musyawarah.
b. Stressor jangka panjang.
Ny. S. mengatakan selama ini tidak ada hal-hal yang menjadi
penyebab stress berkepanjangan karena setiap ada masalah yang terjadi
segera diselesaikan secara kekeluargaan dan musyawarah.
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor dan strategi
koping
yang digunakan apabila ada anggota keluarga yang sakit keluarga Ny.S
akan segera periksa ke puskesmas, untuk mendapatkan pengobatan dan
perawatan secepatnya supaya penyakitnya tidak tambah parah.

12. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia


a. Praktik diet keluarga (nutrisi dan cairan)
Ny. S dalam keluarganya tidak ada pantangan dalam makanan yang
menyebabkan alergi pada kulit. Ny. S mengatakan untuk dirinya semua
makanan sudah yang tidak banyak mengandung gula demikian juga
untuk lauknya Ny. S sudah tidak makan daging. Ny. S jarang memasak,
biasanya Ny S dibelikan makanan oleh anaknya yaitu Tn S, sedangkan
minumnya dalam sehari Ny S menkonsumsi the gelas dan minum air
putih sekitar 5 gelas. Tn S jarang makan dan minum dirumah biasanya
Tn S makan dan minum diluar rumah dengan membeli makanan di
warung.
b. Istirahat dan tidur keluarga
Ny. S mengatakan jarang tidur siang dan pada saat malam kadang-
kadang tidak bisa tidur dikarenakan Ny. S tidak bisa istirahat jika
suasananya ramai. Tn. S jarang tidur siang dan malam dikarenakan Tn
S bekerjanya tidak menentu disesuaikan dengan shiff dari RS,
sedangkan saat libur dari bekerja Tn S jarang beristirahat.
c. Olah raga/ mobilisasi.
Ny S tidak pernah melakukan olahraga, Tn. S juga tidak pernah
berolahraga dikarenakan sibuk bekerja.
d. Eliminasi
Ny. S mempunyai pola BAB satu hari sekali, BAK 4-6 kali perhari
tetapi kadang 2 sampai 3 hari baru BAB. Tn R biasa BAB sekali
perhari, BAK 4-5 kali perhari.
e. Personal hygiene.
Keluarga Ny. S mempunyai kebiasaan mandi dua kali sehari. Gosok
gigi dua kali sehari pada saat mandi pagi atau mandi sore. Ny.S dan Tn
S keramas seminggu tiga kali serta potong kuku setiap kali kukunya
tampak panjang, kurang lebih dua minggu sekali.

13. Pengkajian Psikiatrik


a. Konsep diri
Ny S mengatakan dulunya seorang pedagang makanan mempunyai
warung makan, sekitar 5 tahun yang lalu setelah menjalani operasi
karena penyakit Diabetes Mellitus yang dideritanya Ny S tidak bekerja,
sekarang Ny S dirumah mengasuh cucunya.
b. Status kesehatan mental
Status kesehatan mental keluarga Ny. S, sadar pada diri sendiri dan
lingkungan.
Saat diajak bicara dengan suara normal,
c. Pengkajian resiko
d. Tidak ada faktor resiko yang menyebabkan masalah kejiwaan pada
keluarga
Ny. S.
14. Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen, dll)
Tidak ada.
15. Pemeriksaan fisik
a. Ny. S
Keadaan umum: compos mentis
Tekanan darah: 140/100 mmHg
Frekuensi nadi: 80 X/menit
Frekuensi nafas: 22 X/menit
Suhu tubuh: 36,7oC
Tinggi badan: 150 cm
BB : 45 kg
Kepala: tidak didapatkan benjolan abnormal, rambut hitam
Mata: pandangan mengalami penurunan, jarak pandang sekitar 30 cm,
memakai alat bantu kacamata.
Hidung: bentuk tidak ada kelainan
Telinga : pendengaran masih berfungsi baik
Leher: tidak ditemukan benjolan yang abnormal
Dada: bentuk dada simetris sesuai irama nafas, ronchi basah (-),
wheezing (-).
Abdomen: hepar tidak membesar, peristaltic usus (+).
Ekstrimitas: dapat bergerak sesuai rentang gerak sendi dengan pelan,
ada keluhan nyeri tekan, ditemukan luka post operasi debridement pada
punggung.

b. Tn. S.
Keadaan umum: baik
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Frekuensi nadi: 80 X/menit
Frekuensi nafas: 20 X/menit
Suhu tubuh: 36.5oC
Tinggi badan: 165 cm
Kepala: tidak didapatkan benjolan abnormal, rambut hitam
Mata: kelopak tidak edema, konjungtiva tidak anemis, penglihatan baik.
Hidung: bentuk tidak ada kelainan
Leher: tidak ditemukan benjolan yang abnormal
Dada:bentuk dada simetris sesuai irama nafas , ronchi (-), wheezing (-).
Abdomen:hepar tidak membesar, peristaltic usus (+).
Ekstrimitas: dapat bergerak sesuai rentang gerak sendi, tidak ada
keluhan nyeri tekan.

16. Harapan keluarga terhadap perawat berhubungan dengan masalah yang


dihadapi
a. Persepsi keluarga terhadap perawat
Keluarga Ny. S menganggap perawat adalah seseorang yang mampu
membantu jika ada masalah kesehatan yang di alami.
b. Harapan keluarga pada perawat
Keluarga berharap bisa diberikan informasi tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit Diabetes Mellitus, yang diderita oleh Ny. S
misalnya bagaimana cara menurunkan kadar gula darah.

Analisa Data

Tanggal Data Fokus Masalah (P) Penyebab (E)


13 July 2011 DS : Manajemen regimen ketidak mampuan
terapeutik keluarga keluarga Tn SR
Ny. S mengatakan tidak
tidak efektif: (diet mengenal masalah
melakukan diet secara
DM) pada keluarga kesehatan (Diet DM)
Keseluruhan (tidak banyak
Tn . SR khususnya
mengkonsumsi makanan yang
Ny. S
mengandung gula)

DO :

pada saat ini


makan tidak sesuai dengan diet
DM
BB 45 kg, TB 150cm
KU baik.

13 July 2011 DS : Resiko terjadinya ketidakmampuan


komplikasi penyakit keluarga merawat
Keluarga Ny S Mengatakan Ny S
DM pada Ny S anggota keluarga
sakit DM sejak 5 tahun yang lalu,
yang menderita DM
Keluarga Ny S dan Ny S Tidak
tahu komplikasi DM, penyebab
dan perawatan DM.
Tn P mengatakan kadang-kadang
kakinya kesemutan

D0 :

KU baik, turgor kulit


baik, pandangan
kabur, jarak pandang
30 cm, memakai alat
bantu kacamata
TD : 140/100 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Resp : 22 kali/menit
Temp : 36,70C
TB : 150Cm
BB : 45 kg

13 July 2011 DS : Luka post operasi ketidakmampuan


DM Ny S keluarga merawat
Ny S mengatakan nyeri pada
anggota keluarga
ekstrimitas bawah (punggung)
yang menderita DM.
Ny S mengatakan terdapat luka
post operasi 5 tahun yang lalu
DO :

Tampak luka post operasi DM


pada punggung Ny S tampak
meringis kesakitan

B. Diagnosis Keperawatan
1. Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: (diet DM) pada
keluarga Tn . SR khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga Tn SR mengenal masalah kesehatan (Diet).
2. Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan
dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM
3. Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM.

Skoring
No Kriteria Nilai Bobot
1. Sifat masalah :
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Krisis 1 1

Kemungkinan
2 masalah dapat diubah
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1
 Tidak dapat 0
2
Potensi masalah untuk diubah
3
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
1
Menonjolnya masalah
4
 Masalah berat harus ditangani 2
 Masalah yang tidak perlu segera ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan
1
0

C. PRIORITAS DIAGNOSA
No Tanggal Prioritas Masalah
1. 13 July 2011 High Priority.
Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: kebutuhan gizi
yang harus dikonsumsi pada keluarga Ny. S berhubungan dengan
ketidaktahuan penatalaksanaan diet DM DM adalah penyakit kronis yang
bila tidak tertangani dengan baik dan benar akan menyebabkan gangguan
multi sistem, sehingga dalam hal ini diet menjadi prioritas utama untuk
dapat mengurangi kadar gula darah supaya tidak naik
2. 13 July 2011 Medium priority.
Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM. Luka bila tidak
ditangani dengan baik akan mengakibatkan infeksi lebih lanjut
3. 13 July 2011 Low priority.
Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita DM DM adalah penyakit kronis yang mengakibatkan gangguan
metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. Bila tidak tertangani dengan baik dan
benar akan menyebabkan gangguan multi sistem dan bisa mempunyai
karakteriastik hyperglicemi/ hypoglicemi

D. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Manajemen regimen terapeutik keluarga tidak efektif: kebutuhan gizi


yang harus dikonsumsi pada keluarga Ny. S berhubungan dengan
ketidaktahuan penatalaksanaan diet DM.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu manajemen
keluarga terapetik efektif pada keluarga Ny. S dapat bertambah dengan
kriteria hasil:
Ny. S dapat menjelaskan penatalaksanaan diet DM Setelah dilakukan
kunjungan rumah selama 3 x 30 menit keluarga Ny. S mengetahui tentang
pendidikan kesehatan dan perlunya penatalaksanaan diet DM pada Ny. S.
mengetahui tentang pendidikan kesehatan dan perlunya penatalaksanaan
diet DM pada Ny. S. dengan kriteria hasil
a. Ny. S tahu tentang kebutuhan diet DM yang diperlukan.
b. Diskusikan dengan Ny. S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet
DM
c. Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM
2. Luka post operasi DM Ny S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang menderita DM.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu tidak terjadi
infeksi
Pada luka post operasi pada Ny S dengan kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Luka tampak kering,bersih
Setelah dilakukan 3x30 menit keluarga mampu mengenal masalah DM,
dengan kriteria hasil:
a. Menyebutkan pengertian DM
b. Menyebutkan penyebab DM
c. Menyebutkan tanda dan gejala DM
d. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala DM
e. Memotivasi anggota keluarga dalam mengambil keputusan untuk
merawat anggota keluarga yang menderita DM

3. Resiko terjadinya komplikasi penyakit DM pada Ny S berhubungan


dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang
menderita DM.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu resiko
terjadinya komplikasi penyakit DM pada keluarga Ny.S tidak terjadi
dengan kriteria hasil:
a. Ny S dapat menjelaskan penatalaksanaan diet DM.
b. Ny S mampu mempraktekkan penatalaksanaan diet DM
Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 3 x 30 menit keluarga Ny. S
mampu merawat anggota keluarga yang menderita sakit yaitu Ny S
dengan kriteria
hasil :
a. Ny S tahu tentang kebutuhan diet DM yang diperlukan.
b. Diskusikan dengan Ny S dan keluarga tentang penatalaksanaan diet
DM.
c. Libatkan keluarga dalam hal penatalaksanaan diet DM.
d. Libatkan keluarga dalam pemeriksaan gula dengan glucotes

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO DX TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI FORMATIF


1 13-07-2011 Mendiskusikan dengan Ny. S : Ny.S mengatakan tahu
Jam 10.00 S dan keluarga tentang tentang penatalaksanaan diit
penatalaksanaan diet DM DM

O : Ny. S mampu menyiapkan


diit DM

S : Keluarga Ny S mengatakan
18-07-2011 Libatkan keluarga dalam hal
mampu menyiapkan diit DM
Jam 12.00 penatalaksanaan diet DM
O : Keluarga Ny S kooperatif

S : Ny. S mengatakan tahu


20-07-2011 Mendiskusikan dengan Ny.
penatalaksanaan diit DM
Jam 10.00 S dan keluarga tentang
O : Ny. S kooperatif
penatalaksanaan diet DM

23-07-2011 Libatkan keluarga dalam hal


Jam 10.15 penatalaksanaan diet DM
S : Keluarga Ny S mengatakan
mampu menyiapkan diit DM
O : Diit Ny S disendirikan
27-07-2011 Libatkan keluarga dalam hal
Jam 08.30 penatalaksanaan diet DM
S : Keluarga Ny S mengatakan
mampu menyiapkan diit DM
O : Keluarga Ny S kooperatif
28-07-2011 Mendiskusikan dengan Ny. Diit Ny S disendirikan
Jam 11.00 S dan keluarga tentang
penatalaksanaan diet DM S : keluarga mau melaksanakan
diit DM

O : keluarga kooperatif

2 13-07-2011 Mendiskusikan dengan S : keluarga Ny.S mengerti


Jam 11.00 keluarga tentang pengertian, penyebab DM
penyebab O : keluarga Ny.S kooperatif

18-07-2011 Memotivasi anggota S : Keluarga Ny.S mau merawat


Jam 13.00 keluarga dalam mengambil Ny.S
keputusan untuk merawat O : keluarga kooperatif
anggota keluarga yang
menderita DM

20-07-2011
Mendiskusikan dengan S : Keluarga Ny.S mengerti
Jam 09.00
keluarga tentang penyebab penyebab DM

O : keluarga mampu
menjelaskan penyebab DM

23-07-2011 Mendiskusikan dengan


S : Keluarga Ny.S mengerti
Jam 11.00 keluarga tentang tanda dan
tanda dan gejala DM
gejala DM O : keluarga NY.S mampu
menjelaskan penyebab DM

Memotivasi anggota
S : Keluarga Ny.S mau
keluarga dalam mengambil
merawat Ny.S
27-07-2011
keputusan untuk merawat
O : Keluarga Ny.S kooperatif
Jam 08.00
anggota keluarga yang
menderita DM

Mendiskusikan dengan S : Keluarga mengetahui apa itu


keluarga tentang pengertian, DM
27-07-2011
penyebab, tanda dan gejala
Jam 10.00
O: Keluarga mampu
DM
menjelaskan apa itu DM

3 13-07-2011 Diskusikan dengan Ny S dan S : Keluarga Ny.S tau tentang


Jam 12.10 keluarga tentang diit DM
penatalaksanaan diet DM.
O : keluarga mampu
menyiapkan diit DM

18-07-2011 Libatkan keluarga dalam hal


S : Keluarga Ny.S mengatakan
Jam 12.15 penatalaksanaan diet DM.
mampu menyiapkan Diit DM
O ; Keluarga Ny.S kooperatif

20-07-2011 Libatkan keluarga dalam


S : keluarga Ny.S menyetujui
Jam 08.45 pemeriksaan gula dengan
untuk pemerikasaan
glucotes
O : hasil GDS : 465 mg/dl
23-07-2011 Diskusikan dengan Ny S dan
Jam 11.30 keluarga tentang S : keluarga mengerti diit DM
penatalaksanaan diet DM. O : Keluarga tampak kooperatif

27-07-2011 Libatkan keluarga dalam hal S : keluarga mau memberikan


Jam 08.20 penatalaksanaan diet DM. diit DM

O : keluarga kooperatif

24-11-2010 Diskusikan dengan Ny S dan


S : keluarga mengerti diit DM
Jam 10.00 keluarga tentang
O : keluarga kooperatif
penatalaksanaan diet DM.

F. EVALUASI

Tanggal dan waktu No dx Evaluasi


24-11-2010 1 S : Ny.S mengatakan masih nyeri. Skala 3.

O : pasien tampak meringis kesakitan, Tampak


luka bekas DM.

A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan
24-11-2010 2 S : Ny.S mengatakan badan sedikit enakan setelah
melakukan diit DM.

O : pasien tampak melakukan aktifitas sehari hari.


A : Masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan
24-11-2010 3 S : Ny.S mengatakan mengerti tentang DM.

Ny.S mengatakan telah melaksanakan diit DM

O: Ny.S mampu melakukan diit DM

Ny.S mampu menjelaskan pengertian DM

A: Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dihentikan
BAB IV
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Ernawati, 2013. Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu, Mitra Wacana

Media, Jakarta.

Fauzi, Isma, 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, dan Pengobatan Asam Urat, Diabetes

Melitus dan Hipertensi, ARASKA, Jakarta.

Gusti ADP, Salvari, 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga, TIM, Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul, 2011, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Salemba Medika,

Jakarta.

Mubarak, Wahid iqbal, dkk, 2011. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 1,

Salemba Medika, Jakarta.

Mubarak, Wahid iqbal dkk, 2012. Ilmu Pengantar Komunitas Pengantar dan Teori Buku 2,

Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.

Nurarif, amin huda dkk, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan NANDA NIC-NOC. Media Action, Jakarta.

Profil Puskesmas Periuk Jaya, 2013 dan 2014

Suprajitno, 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.

Waspadji dan sukardji, 2004. Pedoman Diet Diabetes Melitus, FKUI, Jakarta

S-ar putea să vă placă și