Sunteți pe pagina 1din 13

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

EFEKTIVITAS FERRI KLORIDA (FeCl3)DALAM MENURUNKAN


KADAR CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) PADA LIMBAH CAIR
LAUNDRY

Ayu Larasati *, Yusniar Hanani Darundiati **, Hanan Lanang Dangiran **


*
) Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro
**)
Dosen Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang 50239, Indonesia
*
) Email:ayularasati346@yahoo.co.id

ABSTRACT

Laundry liquid waste contained high level of COD which can effect on water
contamination. Based on the preliminary studies, COD level of liquid waste in
Laundry Zone was 1.494 mg/l and 992 mg/l. This level exceeds standart quality
of COD in Laundry liquid waste is 100 mg/l. Therefore, it was necessary to
wastewater treatment, one of them with coagulation-flocculation system using
ferric chloride coagulant. The purpose of this study was to determined the
effectiveness of ferric chloride to reduced COD level in laundry liquid waste. The
type of research was true experimental research with pretest-postest with control
group design. The sample in this research was part of wastewater from Laundry
Zone that taken directly through the washing machine outlet pipe. Total sample
for 6 treatment (0,5 gr; 0,7 gr; 0,9 gr; 1,1 gr; 1,3 gr; dan 1,5 gr) with 4 replication
was 32 samples. Data analysis used Kruskal Wallis test showed that there was
difference average in decreasing COD level of laundry liquid waste with various
dose of ferric chloride (p-value = 0,005). The result of Man Whitney test, showed
that groups between dose variation that have significant difference in decreasing
COD level of laundry liquid waste (p≤0,05) was control group and 0.5 gr
treatment group with each other the treatment groups. The average COD after
treatment has decreased gradually as more doses of ferric chloride. The largest
efficiency was in the dose 1,5 gr with a decrease percentage was 73.79% or
decreased COD to 249.75 mg/l.

Keyword: Laundry Liquid Waste, Chemical Oxygen Demand (COD), and


Ferric Chloride (FeCl3)

Pendahuluan
oksigen yang dibutuhkan untuk
Air limbah laundry mengandung mengoksidasi zat-zat organik secara
beberapa bahan kimia pada bahan kimia dalam limbah cair. Konsentrasi
baku detergen salah satunya yaitu COD yang tinggi menyebabkan
COD (Chemical Oxygen kandungan oksigen terlarut di dalam
Demand).(1)COD adalah jumlah air menjadi rendah. Akibatnya

479
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

oksigen sebagai sumber kehidupan pada studi pendahuluan kedua,


bagi biotaair tidak dapat terpenuhi kadar awal COD sebelum diberi
sehingga makhluk air tersebut perlakuan yaitu 992 mg/l, kemudian
menjadi mati. (2) setelah diberi perlakuan dengan ferri
Terdapat beberapa teknik klorida sebanyak 0,1 gr; 0,2 gr, 0,3
pengolahan limbah cair detergen, gr, 0,4 gr, dan 0,5 gr dapat
salah satunya yaitu pengolahan menurunkan kadar COD hingga 858
kimia dengan menggunakan metode mg/l; 839 mg/l; 613 mg/l; 311 mg/l;
koagulasi flokulasi. Koagulan yang dan 305 mg/l.
digunakan dalam penelitian ini Dari hasil studi pendahuluan,
adalah Feri klorida. Koagulan FeCl3 dapat disimpulkan bahwa pemberian
memberikan rentang kondisi dosis 0,5 gr mampu menurunkan
optimum yang lebar (pH 4-8). Oleh COD paling tinggi. Oleh karena itu,
karena itu, dengan menggunakan untuk dapat menurunkan COD
koagulan FeCl3, variasi pH dalam air hingga di bawah mutu, akan
limbah dapat diredam dan tidak dilakukan pemberian dosis mulai
menyebabkan kegagalan dalam unit dari 0,5 gr; 0,7 gr, 0,9 gr; 1,1 gr; 1,3
kaogulasi-flokulasi-sedimentasi. gr sampai 1,5 gr.
(3)
Selain itu, FeCl3 dipilih karena Berdasarkan uraian di atas, kadar
mampu mengikat bahan-bahan COD limbah laundry telah melebihi
organik dengan cepat dan baku mutu air limbah. Limbah cair
membentuk flok-flok yang kuat laundry yang langsung dibuang ke
sehingga dapat mempercepat selokan menjadi hal yang perlu
proses pengendapan.(4) diperhatikan. Oleh karena itu, perlu
Berdasarkan studi pendahuluan dilakukan pengolahan air limbah
didapatkan bahwa kadar COD yaitu salah satunya dengan sistem
limbah cair yang dihasilkan oleh koagulasi-flokulasi menggunakan
Laundry Zone sebesar 1.494 mg/l koagulan ferri klorida. Penelitian ini
dan 992 mg/l. Hal ini menunjukkan dilakukan untuk mengetahui
bahwa menurut Peraturan Daerah efektivitas ferri klorida dengan
Jawa Tengah Nomor 5 tahun 2012 berbagai dosis dalam menurunkan
tentang Baku Mutu Air Limbah untuk kadar COD pada limbah cair
Kegiatan Laundry, kadar COD telah laundry.
melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 100 mg/l. Metode Penelitian
Studi pendahuluan yang
dilakukan dengan menggunakan Jenis penelitian yang digunakan
koagulan ferri klorida didapatkan dalam penelitian ini adalah true
hasil bahwa kadar COD limbah cair experimental research. Sedangkan
Laundry Zone mengalami penurunan rancangan penelitian yang
setelah diberi perlakuan dengan digunakan yaitu pretest-posttest
berbagai variasi dosis ferri klorida. dengan kelompok kontrol (The
Pada studi pendahuluan pertama, Pretest-Postest Control Group
kadar awal COD sebelum diberi Design).
perlakuan yaitu 1.494 mg/l, Populasi dalam penelitian ini
kemudian setelah diberi perlakuan adalah seluruh air limbah laundry
dengan ferri klorida sebanyak 3 gr, 4 yang dihasilkan oleh Laundry Zone,
gr, 5 gr, 6 gr mengalami penurunan Tembalang. Sedangkan sampel
kadar COD hingga 724 mg/l; 845 dalam penelitian ini adalah sebagian
mg/l; 979mg/l; 891 mg/l. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dari

480
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Laundry Zone. Pengolahan sampel Cο-Ci × 100 %


Ef =
dirancang dengan 6 perlakuan dan Cο
pengulangan sebanyak 4 kali. Jadi, Keterangan:
jumlah sampel yang akan diteliti Ef :efisiensi penurunan
yaitu 24 sampel perlakuan, 4 sampel parameter (%)
kontrol, serta 4 sampel pretest C0 :kadar COD sebelum diberi
sehingga total sebanyak 32 sampel. perlakuan
Untuk setiap sampel pengujian Ci :kadar COD sesudah diberi
membutuhkan 1 liter limbah cair perlakuan
laundry. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini membutuhkan 32 liter Uji statistik yang digunakan untuk
limbah cair laundry. analisis data yaitu Kruskal Wallis
Variabel bebas pada penelitian dan Man Whitney. Kruskal wallis
ini adalah dosis koagulan feri klorida. digunakan untuk mengatahui
Dosis feri klorida yang digunakan perbedaan rata-rata penurunan
dalam penelitian ini adalah 0,5 gr; kadar COD dengan berbagai variasi
0,7 gr; 0,9 gr; 1,1 gr; 1,3 gr; dan 1,5 dosis feri klorida. Sedangkan Man
gr sedangkan variabel terikatnya Whitney untuk mengetahui
adalah penurunan konsentrasi COD perbedaan penurunan kadar COD
pada limbah cair Laundry Zone. yang terjadi antar variasi dosis.
Kemudian untuk variabel
pengganggu dalam penelitian ini Hasil dan pembahasan
adalah pH, suhu, volume, kecepatan
pengadukan, lama waktu a. Kadar COD limbah cair Laundry
pengadukan, dan lama waktu Zone sebelum perlakuan
pengendapan.
Sumber data primer berasal dari Limbah laundry berasal dari
pengukuran fisik dan kimia di kegiatan pencucian dan
laboratorium, wawancara dan pembilasan pada mesin cuci.
observasi. Sedangkan data Dalam prosesnya, kegiatan
sekunder berasal dari literatur yang tersebut menggunakan detergen
sudah ada baik dari buku, jurnal dan untuk membersihkan pakaian,
internet. sprei, selimut, karpet, boneka,
Pengambilan sampel dilakukan di dan lain-lain. Penggunaan
Laundry Zone pada hari yang detergen akan menghasilkan
berbeda setiap pengulangan. polutan di dalam air limbah.
Kemudian, dilakukan pemberian Dalam proses penguraiannya,
perlakuan di Laboratorium polutan ini membutuhkan oksigen
Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP. dalam jumlah yang cukup .
Sampel juga dilakukan pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD)
pH dan suhu dengan pH meter. merupakan jumlah oksigen yang
Pada hari selanjutnya dilakukan dibutuhkan untuk mengoksidasi
pengukuran COD di Laboratorium zat-zat organik secara kimia
Teknik Lingkungan dengan dalam limbah cair. Oleh karena
menggunakan alat spektrofotometer. itu, dengan meningkatnya polutan
Besarnya efisiensi penurunan di dalam air semakin meningkat
COD dinyatakan dalam bentuk pula kandungan COD di dalam
prosentase (%) dengan rumus air. (5)
sebagai berikut:

481
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 1. Hasil pemeriksaan kadar saat penelitian lanjutan, sampel


COD kelompok perlakuan dengan yang diambil berasal dari proses
penambahan berbagai variasi dosis pencucian dengan menggunakan
FeCl3 detergen bubuk, sehingga
kandungan COD yang dihasilkan
berbeda-beda. Tingginya
kandungan COD pada air limbah
laundry menurut Effendi pada
tahun 2003 dapat disebabkan
karena kandungan bahan organik
yang tinggi.(5)
Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, kadarCOD pada
limbah cair yang dihasilkan oleh
Penelitian lanjutan terhadap Laundry Zone menunjukkan nilai
limbah cair Laundry di atas ambangmenurut
Zonesebanyak 4 kali Peraturan Daerah Jawa Tengah
pengulangandidapat hasil tentang baku mutu air limbah
kandungan COD seperti pada sebesar 100 mg/l. Jika limbah
tabel 1 yaitu sebesar 1.022 mg/l, laundry langsung dibuang ke
1012 mg/l, 717 mg/l, dan 1.061 lingkungan tanpa diolah terlebih
mg/l. Nilai ini merupakan kadar dahulu dapat mengakibatkan
COD dari sampel yang diambil pencemaran. Pembuangan air
berbeda hari. Hasilnya limbah dengan kandungan COD
menunjukkan selama 4 hari > 200 mg/l ke badan air akan
tersebut dan selama studi menyebabkan jumlah oksigen
pendahuluan menunjukkan nilai terlarut dalam air menjadi rendah,
yang fluktuatif. Hal tersebut dapat bahkan habis sama sekali.
dipengaruhi oleh metode Akibatnya oksigen sebagai
pengambilan sampel yang sumber kehidupan bagi makhluk
digunakan, yaitu metode sampel air (hewan dan tumbuh-
sesaat (grab sampling) dimana tumbuhan) tidak dapat terpenuhi
sampel ini hanya sehingga makhluk air tersebut
(2)
menggambarkan karakteristik menjadi mati. Pencemaran
sampel pada saat pengambilan COD pada badan air juga
sampel. Selain itu, perbedaan menyebabkan berkurangnya
kadar COD pada limbah cair potensi yang dapat digali dari
laundry juga disebabkan karena sumber daya alam perairan dan
jumlah pakaian yang dicuci oleh semakin sulitnya mendapatkan air
Laundry Zone dan banyaknya sungai yang memenuhi bahan
detergen yang digunakan. Pada baku air minum. Kandungan COD
saat pakaian yang dicuci banyak, di dalam air yang melebihi batas
maka dalam 1 mesin cuci waktu 18 jam, akan
tersebut membutuhkan air dan menyebabkan penguraian
detergen yang lebih banyak pula. (degradasi) secara aerob
Penggunaan jenis detergen juga sehingga menimbulkan bau. (6)
mempengaruhi kandungan COD. Pemeriksaan kadar COD juga
Pada saat studi pendahuluan, dilakukan pada kelompok kontrol.
Laundry Zone menggunakan Pada kelompok kontrol hanya
detergen cair, sedangkan pada dilakukan proses pengadukan

482
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

(jartest) baik pengadukan cepat


maupun pengadukan lambat. b. Kadar COD pada limbah cair
Hasil pemeriksaan rata-rata COD Laundry Zone setelah perlakuan
kelompok kontrol sebesar 1.116
mg/l, sedangkan kelompok Seperti yang terlihat pada tabel
pretest memiliki rata-rata kadar 1. terjadi penurunan kadar COD
COD sebesar 953 mg/l dimana setelah perlakuan. Kadar COD
tidak mengalami perlakuan sama setelah diberi ferri klorida dengan
sekali. Hasil pemeriksaan kadar dosis 0,5 gr; 0,7 gr; 0,9 gr; 1,1 gr;
COD kelompok kontrol 1,3 gr; dan 1,5 gr secara berturut-
mengalami kenaikan tepatnya turut sebesar 495,5 mg/l; 317
pada pengulangan ke-2 dari mg/l; 290,25 mg/l; 276,75 mg/l;
kadar awal sebesar 1.012 mg/l 259 mg/l dan 249,75 mg/l. Semua
menjadi 1.680 mg/l serta pada nilai tersebut belum berada di
pengulangan ke-3 dari kadar awal bawah baku mutu air laundry
717 mg/l menjadi 979 mg/l. menurut Peraturan Daerah Jawa
Kenaikan kadar COD pada Tengah tentang baku mutu air
limbah cair laundry dapat limbah sebesar 100 mg/l.
dipengaruhi oleh suhu.
Hubungan kenaikan kadar c. Penurunan kadar COD setelah
COD dengan perubahan suhu penambahan ferri klorida
adalah suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia dan Partikel-partikel koloid
biologi yang terdapat pada air umumya bermuatan negatif.
limbah laundry. Perubahan suhu Partikel koloid yang dimaksud
dapat juga mengakibatkan dalam penelitian ini adalah bahan
peningkatan viskositas organik yang terdapat di dalam air
(kekentalan), reaksi kimia, laundry. Di dalam air, partikel-
evaporasi dan volatisasi. partikel tersebut saling tolak
Perubahan suhu mengakibatkan menolak karena bermuatan
peningkatan kekentalan dan sejenis, sehingga menyebabkan
terjadinya perubahan struktur partikel tidak bisa saling tarik-
partikel koloid menjadi lebih kecil. menarik dan partikel tetap akan
Partikel koloid ini merupakan berada di tempatnya, ini
bahan-bahan organik pada air dinamakan sebuah kondisi stabil.
limbah. Kekentalan yang Kondisi partikel yang stabil tidak
meningkat mengakibatkan memungkinkan untuk
kecepatan untuk mengendap terbentuknya flok. Jika di dalam
semakin turun. Dengan partikel air tersebut diberikan koagulan
yang berukuran kecil dan yang bermuatan positif, maka
kecepatan pengendapan yang muatan positif akan mengurangi
berkurang, maka partikel akan gaya tolak-menolak antar sesama
sulit untuk diendapkan. Oleh koloid dan menyebabkan
karena itu, pada sampel kontrol penggabungan partikel-partikel
yang mengalami kenaikan kadar kecil untuk membentuk partikel
COD disebabkan karena partikel yang lebih besar (inti endapan)
tidak semua mengendap sebagai akibat dari perbedaan
sehingga bahan organik ikut muatan antara partikel koloid
terbawa saat sampel pengujian dengan koagulan. Proses ini
kadar(5) memerlukan pengadukan cepat

483
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

supaya terjadi turbulensi yang


baik agar bahan kimia dapat
menangkap partikel-partikel
koloid. Partikel-partikel koloid
yang dihasilkan dari proses ini
menjadi tidak stabil.(7) Partikel-
partikel koloid yang tidak stabil
cenderung menggumpal sehingga
terbentuk partikel dengan ukuran
lebih besar (macrofoc). Pada
tahap ini dilakukan pengadukan
lambat untuk meningkatkan
pengikatan antar partikel koloid Pada tabel 2. pH awal
hasil proses kaogulasi menjadi limbah cair laundry berada
macrofoc. Macrofloktersebut pada nilai 8,00-9,03 atau rata-
kemudian mengendap, sehingga rata 8,49. pH kontrol sama
partikel koloid (bahan organik) dengan pH awal karena tidak
dalam air limbah berkurang dilakukan pemberian koagulan
karena proses pengendapan.(8) FeCl3.
Pada penelitian ini, faktor-
faktor yang mempengaruhi
proses kaogulasi-flokulasi dengan
menggunakan kaogulan ferri
klorida antara lain sebagai
berikut:

1. Volume limbah

Pada penelitian ini, volume


limbah diatur yaitu 1000 ml
untuk setiap perlakuan yang
dimasukkan ke dalam masing- Gambar 1. Diagram pH sebelum dan
masing beaker glass.Untuk seteleh perlakuan dengan FeCl3
setiap pengulangan Nilai pH limbah laundry setelah
dibutuhkan ± 8 liter yaitu 6 liter penambahan ferri klorida
sebagai sampel perlakuan menunjukkan terjadinya
untuk 6 variasi dosis ferri penurunan kadar pH. Perubahan
klorida, 1 liter kontrol, dan 1 pH ini dipengaruhi oleh
liter sebagai sampel pretest. penambahan koagulan FeCl3
Jadi total volume limbah yang bersifat asam. Seperti yang
laundry yang dibutuhkan untuk terlihat pada gambar 1. bahwa
4 kali pengulangan yaitu 32 semakin banyak dosis ferri klorida
liter. yang diberikan menyebabkan
penurunan pH menjadi semakin
2. pH asam. Seperti halnya disebutkan
oleh Asmadi dan Suharno pada
Tabel 2. Hasil pemeriksaan pH tahun 2012 penambahan
sebelum dan sesudah penambahan koagulan sebanding dengan
koagulan berbagai variasi dosis penurunan pH, penambahan
FeCl3 koagulan semakin tinggi akan

484
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

menyebabkan penurunan pH dengan penambahan berbagai dosis


semakin tinggi pula. (9) Oleh FeCl3
karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan pengendalian pH
hingga netral agar proses
kaogulasi-flokulasi berjalan lebih
efektif. Pengendalian pH ini
dilakukan sebelum pengadukan
pada jartest.

Tabel 3. Rata-rata pH sebelum


dan sesudah jartest
Pada tabel 4.dapat dilihat
bahwa suhu awal limbah laundry
sebelum perlakuan berkisar 26,4
o
C - 28,3 oC atau rata-rata 27,5
o
C. Setelah perlakuan
mengalami penurunan menjadi
25,5 oC – 25,9 oC. Ini
menandakan bahwa suhu limbah
laundry setelah perlakuan masih
aman karena suhu maksimal
Seperti terlihat pada tabel 3. yang diperbolehkan yaitu 38 0C.
rata-rata pH netral pada Proses koagulasi pada suhu
kelompok perlakuan berkisar rendah dapat berkurang, hal ini
antara 7,19-7,29. Kemudian, rata- disebabkan oleh peningkatan
rata pH setelah perlakuan (jartest) kekentalan dan terjadinya
menjadi 7,33-7,54. Sedangkan perubahan struktur menjadi lebih
pada sampel kontrol yang tidak kecil sehingga dapat lolos dari
dilakukan pengendalian pH, saringan, sedangkan pada suhu
mempunyai pH awal 8,49, tinggi memiliki kerapatan lebih
kemudian setelah perlakuan kecil sehingga akan mengalir ke
(jartest) menjadi 8,85.Ini dasar kolam dan merusak
menandakan bahwa pH limbah timbunan lumpur.(10)
laundry setelah pengolahan telah Pada tabel 4. dapat dilihat
sesuai dengan Peraturan Daerah bahwa hasil rata-rata suhu pretest
Jawa Tengah tentang baku mutu dengan postest pada kelompok
air limbah karena berkisar kontrol mengalami perubahan
diantara nila pH 6 – 9. paling signifikan dibandingkan
Pada tabel 3 terjadi kenaikan dengan kelompok perlakuan ferri
pH tertinggi pada sampel kontrol klorida yaitu menurun sebesar 2,5
sebesar 0,36, sedangkan 0
C. Inilah yang mengakibatkan
kenaikan pH terendah pada sampel kontrol mengalami
sampel dengan dosis FeCl3 0,9 gr kenaikan kadar COD. Perubahan
sebesar 0,07. suhu pada penelitian ini terjadi
akibat suhu ruangan dari
3. Suhu Laboratorium Kesehatan
Lingkungan FKM Undip.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan suhu
sebelum dan sesudah perlakuan 4. Kecepatan pengadukan

485
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

selama 2 menit, sedangkan


Kecepatan putaran sangat pengadukan lambat selama 20
berhubungan dengan proses menit.
pencampuran kaogulan ke dalam
air, proses destabilisasi partikel 6. Lamanya pengendapan
dan perpindahan serta
penggabungan presipat yang Dalam penelitian ini waktu
terbentuk menjadi flok-flok. (11) pengendapan yaitu selama 30
Wardhani pada tahun 2014 menit. Waktu pengendapan
menyatakan bahwa kecepatan berpengaruh terhadap proses
tumbukan antara koloid dengan sedimentasi limbah. Semakin
koagulan berbanding lurus lama waktu pengendapan, filtrat
dengan percepatan, apabila (cairan yang sudah dipisahkan
percepatan besar akan dari flok) yang dihasilkan lebih
menghasilkan gaya geser yang jernih karena flok yang terbentuk
berlebihan dan mencegah dapat mengendap semua. Waktu
susunan flok yang diinginkan. (12) pengendapan yang paling baik
Pengadukan yang digunakan berkisar antara 45 menit sampai 2
yaitu pengadukan cepat 120 rpm, jam.(13) Oleh karena itu, waktu
sedangkan pengadukan lambat pengendapan dalam penelitian ini
20 rpm. kurang baik, karena kurang dari
60 menit, sehingga flok-flok yang
5. Lamanya pengadukan terbentuk ke dasar corong imhoff
tidak maksimal.
Waktu pengadukan juga Dengan berbagai proses
sangat berpengaruh dalam kaogulasi-flokulasi yang terjadi
proses kaogulasi-flokulasi karena serta faktor-faktor yang
berhubungan dengan waktu yang mempengaruhi, kadar COD pada
dibutuhkan presipat saling limbah laundry dapat berkurang.
bertumbukan satu sama lain Pada tabel 1. menunjukkan
sehingga cukup untuk bahwa pada setiap pengulangan
membentuk flok dengan kualitas kandungan COD setelah diberi
terbaik. (13) Seiring dengan kaogulan cenderung mengalami
bertambahnya waktu penurunan secara linier
pengadukan, terjadi peningkatan (bertingkat) seiring dengan
efisiensi penurunan kadar COD. semakin banyaknya kaogulan
(14)
Semakin lama pengadukan, yang diberikan, kecuali pada
maka jumlah flok yang dihasilkan pengulangan ke-3. Pada
semakin banyak. Namun jika pengulangan ke-3 terjadi
waktu pengadukan terlalu lama kenaikan kadar COD dari dosis
dapat mengakibatkan flok yang 1,3 gr ke 1,5 gr, yaitu 144 mg/l
sudah terbentuk akan pecah menjadi 180 mg/l. Hal ini dapat
kembali, sedangkan jika waktu disebabkan karena pada dosis
pengadukan terlalu cepat, maka tertentu suatu kaogulan telah
akan mengganggu proses mencapai titik maksimal dalam
koagulasinya karena flok yang menurunkan kadar COD. Dalam
terbentuk belum maksimal. (13) penelitian oleh Praswati pada
Pada penelitian ini, lamanya tahun 2010 yang menyatakan
pengadukan dikontrol. bahwa pada dosis yang terlalu
Pengadukan cepat dilakukan tinggi, restabilisasi koloid terjadi

486
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

karena kelebihan kation sehingga perlakuan tertinggi terdapat pada


partikel-partikel koloid akan dosis FeCl3 0,5 gr yaitu 495,5
menjadi positif dan partikel- mg/l. Semakin besar dosis yang
partikel ini justru akan saling ditambahkan ke dalam sampel air
menjauh karena gaya van der maka semakin tinggi pula reaksi
waals tidak bekerja, akibatnya pengikatan antara anion dan
pengikatan dan pembentukan flok kation melalui reaksi hidrolisis
gagal. (15)Selain itu, berlebihnya dan ionisasi terhadap bahan
ion positif dari koagulan juga organik yang ada di dalam air
menyebabkan partikel koloid laundry. Bahan organik yang
terdispersi kembali, dimana terkandung dalam air laundry
partikel-partikel besar yang telah memiliki muatan negatif sehingga
tergumpalkan sebagian akan dapat berikatan dengan ion-ion
dipecahkan kembali menjadi positif yang terkandung dalam
partikel berukuran koloid. koagulan. Ikatan-ikatan tersebut
(10)
Akibatnya pembentukan dan membentuk flok-flok yang lebih
pengendapan flok berkurang. besar setelah mengalami proses
Flok mengandung bahan organik, pengadukan lambat dimana
sehingga bahan organik yang ikut partikel saling bertubrukan dan
mengendap juga berkurang, dan mengalami pengikatan antara
menyebabkan penurunan COD anion dan kation, kemudian
semakin rendah. Oleh karena itu mengendap karena memiliki
kadar COD setelah pemberian berat. (16) Semakin banyak
ferri klorida dengan dosis berlebih kaogulan yang ditambahkan
yaitu 1,5 kg lebih besar dari pada maka semakin banyak flok yang
setelah pemberian dengan dosis terbentuk dan terendapkan. Flok
1,3 kg. mengandung bahan organik,
sehingga semakin banyak flok
yang terendapkan ,bahan organik
pada air limbah juga semakin
banyak yang mengendap dan
akhirnya kadar COD pada limbah
cair laundry semakin berkurang.

Tabel 5. Rata-rata efisiensi


penurunan kadar COD

Gambar 2. Diagram rata-rata


kandungan COD sebelum dan
sesudah perlakuan dengan FeCl3

Pada gambar 2. dapat dilihat


bahwa rata-rata kandungan COD
sesudah perlakuan mengalami
penurunan secara secara
bertingkat seiring dengan
semakin banyaknya koagulan Data pada tabel 5
yang diberikan. Rata-rata menunjukkan bahwa efisiensi
kandungan COD sesudah penurunan kadar COD pada

487
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kelompok perlakuan dengan Selanjutnya dilakukan uji Post


dosis 0,5 gr yaitu 48,01%. Hoc dengan menggunakan uji
Kemudian kelompok perlakuan Mann-Whitney. Hasil uji Mann-
dengan dosis 0,7 gr; 0,9 gr; 1,1 Whitney didapatkan hasil bahwa
gr; 1,3 gr; dan 1,5 secara kelompok yang mempunyai
berturut-turut mempunyai nilai perbedaan signifikan penurunan
efisiensi sebesar 66,74%; kadar COD dengan
69,54%, 70,96%; 72,82; dan menggunakan kaogulan ferri
73,79%. Nilai ini menunjukkan klorida antara lain kelompok
bahwa semakin banyak koagulan, kontrol dengan masing-masing
maka semakin meningkat kelompok perlakuan serta
prosentase penurunan COD kelompok dosis 0,5 gr dengan
(Gambar 4.3). masing-masing kelompok
perlakuan lainnya.

Gambar 4. Diagram
Gambar 3. Diagram efiensi
perbandingan kadar COD setelah
penurunan kadar COD
perlakuan dengan baku mutu
Efisiensi penurunan
kandungan COD terbesar pada
Efektivitas dosis kaogulan
limbah cair laundry terjadi pada
ferri klorida dinilai dari seberapa
dosis 1,5 gr dengan rata-rata
besar peran kaogulan dalam
penurunan sebesar 73,79%.
menurunkan kadar COD pada
Dosis tersebut dianggap optimum
limbah cair laundry hingga berada
karena mampu menyisihkan
di bawah baku mutu. Data pada
konsentrasi COD terbesar.(12)
gambar 4 menunjukkan bahwa
rata-rata kadar COD setelah
d. Efektivitas penurunan kadar COD
penambahan ferri klorida dengan
dengan penambahan kaogulan
berbagai dosis masih berada di
feri klorida
atas baku mutu berdasarkan
Peraturan Daerah Jawa Tengah
Berdasarkan uji statistik
tentang baku mutu air limbah
Kruskal Wallis didapat nilai
untuk kegiatan laundry
signifikansi p-value= 0,005
yaitusebesar 100 mg/l. Oleh
(p≤0,05), sehingga dapat
karena itu, koagulan ferri klorida
disimpulkan bahwa H0 ditolak
dengan dengan dosis 0,5 gr; 0,7
atau ada perbedaan rata-rata
gr; 0,9 gr; 1,1 gr; 1,3 gr; dan 1,5
penurunan kadar COD limbah
gr belum efektif dalam
cair laundry dengan berbagai
menurunkan kadar COD pada
variasi dosis feri klorida.
limbah cair laundry.

488
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

digunakan cara lain untuk


penerapannya. Salahsatu cara
yang mudah yaitu dengan cara
membuat pipa berbentuk zig-zag
dengan mengarah ke badan
airdengan membuat lubang di
bagian tengah pipa untuk tempat
pembubuhan atau
pengontakan.(17)

f. Keterbatasan penelitian
Gambar 5. Diagram perkiraan Penelitian ini memiliki
dosis kaogulan ferri klorida keterbatasan antara lain sebagai
Penambahan kaogulan feri berikut:
klorida yang tepat dapat 1. Koagulan ferri klorida bersifat
menurunkan kadar COD secara mudah mencair, sehingga
maksimal. Namun, karena kadar apabila setelah ditimbang tidak
COD yang terdapat saat segera dimasukkan ke dalam
penelitian ini mencapai rata-rata gelas beaker, dosis kaogulan
953 mg/l sehingga perlu akan berkurang dari yang telah
konsentrasi yang lebih besar ditetapkan karena mencair
dalam menurunkan kadar COD. pada media yang digunakan
Perkiraan dosis ferri klorida yang untuk alas menimbang.
dapat menurunkan COD hingga 2. Jumlah corong imhoff sebagai
memenuhi baku mutu yaitu 2,1 gr. media pengendapan sampel
Hasil tersebut diperoleh dengan hanya tersedia 4, sehingga
menggunakan rumus ekstrapolasi pengendapan sampel dengan
y = -202,32x + 517,03, dimana x 6 variasi dosis dan sampel
merupakan perkiraan dosis yang kontrol pada corong imhoff
dapat menurunkan kadar COD tidak dilakukan dalam waktu
hingga mencapai baku mutu, dan bersamaan.
y sebagai kadar COD yang ingin 3. Pemberian dosis ferri klorida
diturunkan hingga mencapai baku dan pemeriksaan COD tidak
mutu. Dengan dosis 2,1 gr maka dapat dilakukan dalam waktu
dapat menurunkan kadar COD satu hari dan dalam satu
hingga 100 mg/l. Kemudian untuk tempat, sehingga pemeriksaan
menurunkan hingga di bawah COD dilakukan pada hari
baku mutu maka dapat berikutnya di Laboratorium
ditambahkan ferri klorida pada yang berbeda.
limbah cair laundry dengan dosis
> 2,1 gr.
Kesimpulan
e. Penerapan di Tempat Laundry
Dalam penerapannya di 1. KadarCOD pada limbah cair
tempat laundry yang berskala Laundry Zone sebelum perlakuan
industri kecil masih perlu yaitu sebesar 953 mg/l.
dipertimbangkan lagi, mengingat 2. KadarCOD pada limbah cair
proses koagulasi-flokulasi harus Laundry Zone sesudah perlakuan
menggunakan alat yang tidak dengan dosis FeCl30,5 gr; 0,7 gr;
cukup murah dan mudah 0,9gr; 1,1 gr; 1,3 gr; dan 1,5 gr
didapatkan, namun dapat secara berturut-turut sebesar

489
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

495,5 mg/l; 317 mg/l; 290,25 mg/l; 1. Ahmad J, E H. Design Of A


276,75; 259 mg/l; dan 249, 75 Modified Low Cost Treatment
mg/l. System For The Recycling
3. Efisiensi penurunan kadar COD And Reuse Of Laundry Waste
sesudah penambahan FeCl3 Water. 2008;52(7):973–8.
dengan dosis 0,5 gr; 0,7 gr; 0,9 2. Monahan S. Fundamentals of
gr; 1,1 gr; 1,3 gr; dan 1,5 gr Enviromental Chemistry.
secara berturut-turut sebesar London: Lewis Publishers;
48,01%; 66,74%; 69,54%, 70,96; 1993. 41 p.
72,82%, dan 73,79%. 3. Rachmawati S. W BI, Winarni.
4. Dosis optimal FeCl3 dalam Pengaruh pH Pada Proses
menurunkan COD limbah cair Koagulasi Dengan Koagulan
laundry yaitu 1,5 gr. Namun, Aluminium Sulfat Dan Ferri
dosis ini belum mampu Klorida. J Tek Lingkung .
menurunkan kadar COD hingga 2009;5(2):40–5.
memenuhi baku mutu. 4. Hanafiah, Kemas A.
5. Ada perbedaan rata-rata Rancangan Percobaan, Teori,
penurunan kadar COD limbah dan Aplikasi. Jakarta:
cair laundry dengan berbagai Rajawali; 1993.
variasi dosis FeCl3(p-value ≤ 5. Effendi H. Telaah Kualitas Air
0,05). Bagi Pengelolaan Sumber
6. Kadar COD setelah perlakuan Daya Lingkungan Periaran.
masih di atas baku mutu menurut Yogyakarta: Kanisius; 2003.
Perda Jateng untuk air limbah 6. Lumaela, Otok, Sutikno.
laundry sehingga koagulan ferri Pemodelan Chemical Oxygen
klorida dengan dengan dosis 0,5 Demand (COD) di Surabaya
gr; 0,7 gr; 0,9 gr; 1,1 gr; 1,3 gr; dengan metode Mixed
dan 1,5 gr belum efektif dalam Geographically Weighted
menurunkan kadar COD pada Regression. J Sains dan Seni
limbah cair laundry. Dosis Pomits. 2013;2(1).
koagulan FeCl3 sebesar 2,1 gr 7. SATKER Pengembangan PLP
diperkirakan dapat menurunkan Jawa Tengah. Profil TPA
kadar COD limbah cair laundry Regional Semarang [Internet].
hingga mencapai baku mutu. 2012. Available from:
http://pplp-
Saran dinciptakaru.jatengprov.go.id/
?idmenu=63
Bagi pemilik usaha laundry 8. Asmadi, Suharno. Dasar –
disarankan untuk membuat Dasar Teknologi Pengolahan
saluran limbah sederhana Air Limbah. Yogyakarta:
menggunakan pipa berbentuk zig- Gosyen Publishing; 2012.
zag yang mengarah ke badan air 9. Sayuti PA. Keefektifan Ferri
dan dibuat lubang di bagian Chlorida (FeCl3) Dalam
tengah pipa untuk membubuhkan Menurunkan Kadar Chemical
koagulan ferri klorida dengan Oxygen Demand (COD) Pada
dosis 2,1 gr dalam 1 liter limbah Limbah Cair Industri Batik CV.
cair laundry. Brotoseno Masaran Sragen.
Naskah Publ. 2015.
Daftar pustaka 10. Risdianto D. Optimisasi
Proses Koagulasi Flokulasi

490
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

untuk Pengolahan Air Limbah


(Studi Kasus PT. Sido
Muncul). Universitas
Diponegoro. 2007.
11. Al-Layla AM, et all. Water
Supply Engineering Design.
Ann Abror Science Publisher
Inc the Bufeer Worth Group;
1998.
12. Wardhani WK. Rajungan
sebagai biokuagulan untuk
Penyisihan Turbidity, TSS,
BOD, dan COD pada
Pengolahan Air Limbah
Farmasi PT Phapros tbk,
Semarang. Tek Lingkung.
2014.
13. Alaerts, Santika SS. Metoda
Penelitian Air. Surabaya:
Penerbit Usaha Nasional;
1987.
14. Ramadani, Moesriati.
Pemanfaatan Biji Asam Jawa
(Tamarindus Indica) sebagai
Koagulan Alternatif dalam
Proses Menurunkan Kadar
COD dan BOD dengan Studi
kasus pada Limbah Cair
Industri tempe. J Tek
POMITS. 2013;2(1).
15. Wulan P, Dianursanti, Gozan
M, et all. Optimasi
Penggunaan Koagulan pada
Pengolahan Air Limbah
Batubara. In: Prosciding
Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejauangan.” 2010. p.
ISSN 1693-4393.
16. Faust SD, Osman. Chemistry
of Water Treatment. United
States of Amerika: CRC
Press; 1998.
17. Harwiyanti RD. Keefektifan
Dosis Koagulan Poly
Aluminium Chloride (PAC)
Dalam Menurunkan Kadar
Chemical Oxygen Demand
(COD) Pada Air Limbah
Laundry. Naskah Publ. 2015.

491

S-ar putea să vă placă și