Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
KELAS 3A KEPERAWATAN
2018
BAB I
KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hematogenous (infeksi masuk dari dalam tubuh). (Reeves, 2001)
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan sum-sum tulang yang dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (m.tuberkulosa,jamur). (Arif
mansjoer, 2002)
Osteomyelitis adalah infeksi jaringan tulang yang dapat bersifat akut maupun
kronis. (Price and wilson, 2005).
Osteomyelitis adalah infeksi tulang ( smeltzer 2002)
2. ANATOMI FISIOLOGI
Susunan kerangka terdiri dari sebagai susunan macam – macam tulang yang
banyaknya kira – kira 206 buah tulang yang satu sam lain saling berhubungan (
Anatomi Fisiologi, Drs. Syaiful BAC. Hal 19 )
Guna dari kerangka :
a. Menentukan seluruh bagian – bagian badan supaya jangan rapuh
b. Melindungi alat – alat tubuh yang halus seperti otak, jantung dan paru – paru
c. Tempat melekatnya otot – otot danuntuk pergerakan tubuh dengan perantara otot
d. Tempat pembuatan sel – sel terutama sel darah merah
e. Memberikan bentuk pada bangunan tubuh
f. Sebagai alat pergerakan
3. ASPEK EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat tercatat angka kejadian osteomielitis adalah satu kasus per
5.000 anak. Angka kejadian osteomielitis pada neonatal sekitar 1 kasus per 1.000
kelahiran hidup. Pada penderita sickle cell anemia, angka kejadian penyakit ini adalah
sekitar 0,36% per tahun. Osteomielitis dapat terjadi pada sekitar 16% pasien yang
sebelumnya mengalami luka tusuk pada kaki, dan angka ini meningkat menjadi 30-
40% bila pasien menderita diabetes mellitus.2,3 Tulang yang paling sering mengalami
osteomielitis adalah tibia (50%), disusul oleh femur (30%), fibula (12%), humerus
(3%), ulna (3%), dan radius (2%).3 Di seluruh dunia, angka kejadian osteomielitis
karena lebih tingginya angka kejadian luka tusuk dan fraktur terbuka serta banyaknya
berupa osteomielitis.
4. ETIOLOGI
Osteomyelitis dapat disebabkan oleh karena bakteri, virus, jamur dan mikro
organisme lain. Golongan atau jenis patogen yang sering adalah Staphylococcus
5. PATOFISIOLOGI
Organism patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomilitis meliputi proteus,
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada pembuluh darah
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses inveksi dapat dikontrol
Pada perjalan alamiahnya, abses dapat keluar secara spontan; namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses
pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir
keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
infeksius kronis yang tetap ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
Normal
Genetik,gaya hidup,alcohol,
penurunan prod.hormon
Kiposis/Gibbus
Reseptor nyeri
Risiko cedera
b/d imobilitas
8. KLASIFIKASI
Menurut Arif Mansjoer dkk (2002):
Pembagian Osteomyelitis yang lazim dipakai adalah :
1) Osteomyelitis primer yang disebabkan penyebaran kuman-kuman
mencapai tulang secara langsung melalui luka Osteomyelitis primer dapat
dibagi menjadi Osteomyelitis akut dan kronik
2) Osteomyelitis sekunder atau Osteomyelitis yang disebabkan penyebaran
kuman dari sekitarnya, seperti bisul dan luka.
9. PENCEGAHAN
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan infeksi
fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi
jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan
perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan Selama 24 sampai 48 jam setelah operasi akan
sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan
insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomielitis (Smeltzer,
Suzanne C, 2002).
11. KOMPLIKASI
Menurut Arif muttaqin (2008) :
1) Septikemia. Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotik yang
memadai, kematian akibat septikemia pada saat ini jarang ditemukan
2) Infeksi yang bersifat metastatik. Infeksi dapat bermetastasis ke tulang
sendi lainnya ,otak dan paru-paru, dapat bersifat multifokal, dan biasanya
terjadi pada klien dengan gizi buruk
3) Artitis supuratif. Dapat terjadi pada bayi karena lempng epifisis bayi
belum berfungsi dengan baik
4) Gangguan pertumbuhan. Osteomilitis hematogen akut pada bayi dapat
menyebabkan kerusakan lempeng epifisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
a) Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembangkakan, eritema, demam
atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam.
b) Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang,
cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya.
c) Hal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka,
tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor
tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.
2) Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable,
lemah, bengkak, nyeri, maupun eritema.
3) Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya
hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
4) Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah
meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya
osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan
biopsi tulang atau MRI.
2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa pada pasien dengan osteomielitis
keperawatan menurut wilknson (2006) /NANDA meliputi:
1) Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2) Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, tidak nyaman,
kerusakan muskuloskeletal, anjuran imobilitas.
3) Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
4) Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, peningkatan kecepatan
metabolik.
5) Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.
DAFTAR PUSTAKA