Sunteți pe pagina 1din 7

STUDI ABSORBSI PERKUTAN OBAT SECARA IN VITRO

Arief Fitriansyah, Devi Oktaviani Pravitasari, Faizah Refani, Meilita Rahma, Nur Hidayatillah
devimljn@gmil.com

1)Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi, Universitas Sriwijaya

ABSTRACT
Salicylic acid standard curves are made from salicylic acid parent solution 500 ppm in ethanol
which is then diluted to 30 ppm, 25 ppm, 20 ppm, 15 ppm, and 10 ppm.Through the linear line
equation obtained from the standard curve, we can calculate the remaining salicylic acid levels
absorbed at T = 15 minutes, T = 30 minutes, T = 45 minutes, and T = 60 minutes. The results of
making a standard curve found a graph that has a value of r that still meets the requirements so
that the results of the linear equation of the standard curve are still biased to be used, namely in
the range of 0.7 to 1.0 only the results of r are obtained that is not good, namely r = -0.7889
where the value of r should be closer to 1. Absorbance measurements were carried out using a
UV-Vis spectrophotometer at a maximum wavelength of salicylic acid worth 302 nm. Frans
diffusion cell is used in the diffusion test of salicylic acid permeation into the skin membrane
with the principle of always maintaining a sink condition where each volume of solution taken
must be returned with the same volume.
Key word: Absorption, Biological Sawar, Standard curve, Franz Diffusion Cell, Sink Condition
ABSTRAK
Kurva baku asam salisilat dibuat dari larutan induk asam salisilat 500 ppm dalam pelarut etanol
yang kemudian diencerkan menjadi 30 ppm, 25 ppm, 20 ppm, 15 ppm, dan 10 ppm. Melalui
persamaan garis linier yang didapat dari kurva baku, dapat dihitung sisa kadar asam salisilat
yang terabsorbsi pada T=15 menit, T=30 menit, T=45 menit, dan T=60 menit. Hasil pembuatan
kurva baku didapati grafik yang memiliki nilai r yang masih memenuhi syarat sehingga hasil
dari persamaan linier kurva baku masih bias digunakan, yaitu pada rentang 0,7 sampai 1,0
hanya saja hasil r yang didapat kurang baik yaitu r=-0,7889 dimana seharusnya nilai r semakin
mendekati 1. Pengukuran absorbansi dilakukan menggunakanspektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum asam salisilat senilai 302 nm. Frans diffusion cell digunakan
dalam uji difusi permeasi asam salisilat kedalam membrane kulit dengan prinsip selalu
mempertahankan kondisi sink dimana tiap volume larutan diambil harus dikembalikan dengan
jumlah volume yang sama.
Kata kunci :Absorbsi, Sawar Biologis, Kurva Baku, Franz Diffusion Cell, Kondisi Sink

Universitas Sriwijaya Page 1


I.PENDAHULUAN Asam salisilat bekerja keratolitis
Kulit manusia merupakan sehingga dalam sediaan obat luar
lapisan pelindung tubuh yang terhadap jamur yang ringan. Sediaan
sempurna terhadap pengaruh luar baik Gel umumnya merupakan suatu sediaan
fisik ataupun kimia. Kulit berfungsi semi padat yang jernih, tembus cahaya
sebagai sistem epitel pada tubuh untuk dan mengandung zat aktif, merupakan
menjaga keluarnya subtansi-subtansi dispersi koloid mempunyai kekuatan
penting dari dalam tubuh dan untuk yang disebabkan oleh jaringan yang
mencegah masuknya subtansi-subtansi saling berikatan pada fase terdispersi (2).
asing yang berasal dari luar tubuh untuk Sediaan gel mempunyai ke-
masuk ke dalam tubuh. Secara lebihan diantaranya adalah memiliki
mikroskopik kulit tersusun dari berbagai viskositas dan daya lekat tinggi
lapisan yang berbeda-beda, berturut- sehingga tidak mudah mengalir pada
turut dari luar kedalam yaitu lapisan permukaan kulit, memiliki sifat
epidermis, lapisan dermis yang tersusun tiksotropi sehingga mudah merata bila
atas pembuluh darah dan pembuluh dioles, tidak meninggalkan bekas, hanya
getah bening dan lapisan jaringan di berupa lapisan tipis seperti film saat
bawah kulit berlemak atau yang disebut pemakaian, mudah tercucikan dengan
lapisan hypodermis (1). air, dan memberikan sensasi dingin
Epidermis terdiri dari beberapa setelah digunakan, mampu berpenetrasi
lapisan salah satunya yaitu stratum lebih jauh dari krim, sangat baik dipakai
corneum (lapisan tanduk). Mekanisme untuk area berambut dan lebih disukai
kerja obat pemberian secara perkutan secara kosmetika, gel segera mencair
harus mampu berpenetrasi kedalam jika berkontak dengan kulit dan
kulit melalui stratum coneum, terjadi membentuk satu lapisan dan
proses difusi pasif. Difusi pasif absorpsinya pada kulit lebih baik
merupakan proses perpindahan masa daripada krim (4).
dari tempat yang berkonsentrsi tinggi ke Sel difusi Franz adalah suatu sel
tempat yang berkonsentrasi rendah (3). difusi tipe vertical untuk mengetahui
Asam salisilat merupakan penetrasi zat secara in vitro. Sel difusi
senyawa yang berkhasiat sebagai Franz mempunyai kompartemen berupa
fungisidal dan bakteriostatis lemah. kompartermen donor, kompartemen

Universitas Sriwijaya Page 2


reseptor, tempat pengambilan sample, sampai menutupi semua permukaan
cincin O, dan water jacket. Kompar- agar. Diamkan selama 2 menit,
temen donor berisi zat yang akan diuji kemudian sisa larutan FeCl3 dituang
penetrasinya. Kompartemen reseptor and dikeringkan agar dengan
berisi cairan air atau dapar fosfat pH 7,4 menggunakan kertas saring. Buat 4
yang mengandung albumin. Water lobang pada masing-masing cawan
jacket berfungsi untuk menjaga petri. Letakkan sampel/sediaan uji
temperature tetap konstan selama sel dengan jumlah yang sama,. Simpan
difusi franz beroperasi (5). cawan petri didalam kulkas selama
II. BAHAN DAN METODE 30 menit, amati percobaan yang
2.1 Tempat dan waktu terjadi setelah 2 dan 3 jam.
Percobaan dilakukan pada III. HASIL DAN PEMBAHASAN
laboratorium farmakologi jurusan Tikus dipilih dalam percobaan
farmasi Universitas Sriwijaya pada membrane ini karena dinilai memiliki
tanggal 28 Agustus 2019. kedekatan kerabat dengan fisiologi
2.2 Alat dan Bahan manusia. Terutama pada bagian kulit
2.2.1 Alat punggungnya yang memiliki ketebalan
Cawan petri, pipet tetes, gelas mirip dengan membran manusia.
beker, hotplate, timbangan analitik, Penggunaan dapar fosfat atau SIF
kulkas, dan batang pengaduk. (Simulation Intestinal Fluid) bertujuan
2.2.2 Bahan untuk melakukan pemisahan lemak
Agar – agar tidak berwarna, gel dengan membran yang akan digunakan.
asam salisilat, FeCl3, aquadest. Lemak dinilai mengganggu proses
2.3 Prosedur Kerja absorbsi perkutan pada proses
Metode yang dipakai pada percobaan ini, sehingga disingkirkan
praktikum ini adalah metode dengan buffer fosfat tersebut. Natrium
eksperimental laboratorik dengan fisiologis berfungsi agar pH yang ada
tahapan sebagai berikut: sesuai dengan kondisi biologis.
Siapkan 6 cawan ptri yang telah Sebelum pengujian absorbsi
berisi media agar yang telah dengan menggunakan alat Franz
didinginkan. Tambahkan 2 mL FeCl3 Diffusion Cell (FDC), kulit punggung
ke dalam masing-masing cawan petri tikus direndam dalam buffer atau dapar

Universitas Sriwijaya Page 3


fosfat dengan Ph 6,8 terlebih dahulu. pada penetapan panjang gelombang
Tujuannya untuk menyamakan pH maksimum ini adalah etanol, selain
antara membrane uji dengan kondisi sebagai pelarut etanol juga digunakan
fisiologis aslinya. sebagai blanko dengan tujuan untuk
Franz Diffusion Cell (FDC) mengkalibrasi alat instrumentasi
dipasangkan pada magnetic stirer spektroskopi UV-Vis agar dapat
dengan suhu 37°C dengan kecepatan meminimalisir kesalahan pada
250 rpm. Suhu 37° dipilih karena sesuai pemakaian alat sehingga diperoleh besar
dengan suhu tubuh manusia, kecepatan absorbsi dan panjang gelombang
250 rpm merupakan kecepatan standar maksimum sampel dengan teliti.
yang digunakan. Pengambilan sampel Spektrofotometer UV-Visible,
uji dilakukan setiap 15 menit sekali alat ini banyak bermanfaat untuk
selama 1 jam, setiap pengambilan penentuan konsentrasi senyawa-
sampel diambil 2 ml dan diganti dengan senyawa yang dapat menyerap radiasi
larutan buffer pH 6,8 sebanyak 2 ml pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm)
kedalam alat FDC untuk mempertahan- atau daerah sinar tampak (400 – 800
kan kondisi sink. nm). Analisis ini dapat digunakan yakni
Pengambilan larutan sampel dengan penentuan absorbansi dari
tersebut dilakukan untuk kemudian larutan sampel yang diukur. Larutan
dihitung kadarnya dengan bantuan alat sampel yang digunakan yakni asam
spektrofotometri UV-Vis. Sebelum salisilat sebagai zat aktif utama dalam
melakukan perhitungan kadar sampel sediaan gel.
pada spektrofotometer UV-Vis, terlebih
dahulu ditentukan panjang gelombang Konsentrasi Abs (302nm)
maksimum dengan tujuan agar dapat 10 2,107

memberikan kepekaan sampel yang 15 2,045


20 2,040
mengandung asam salisilat (sampel)
25 2,036
dengan maksimal.
30 2,035
Spektrofotometer UV-Vis di--
Tabel 1. Absorbansi kurva baku
pilih karena senyawa yang ingin
asam salisilat
ditetapkan kadarnya memiliki kromofor
dan auksokrom, Pelarut yang digunakan

Universitas Sriwijaya Page 4


2,120
ada, yakni batas nilai R antara 0,70-1,00
2,100 masih memenuhi kriteria, sehingga
2,080
2,060 masih dapat digunakan sebagai acuan.
r=-0,7889
2,040
Proses percobaan absorbansi gel
2,020
2,000 asam salisilat secara perkutan pada kulit
1,980
10 15 20 25 30 hewan percobaan yakni tikus.
Percobaan dilakukan dengan meng-
Grafik 1. Grafik absorbansi terhadap
gunakan FDC (Franz Diffusion Cell).
konsentrasi
Penggunaan alat ini dilakukan untuk
Mulanya dibuat larutan induk
mengukur disolusi sediaan gel asam
500 ppm asam salisilat yang kemudian
salisilat pada membran kulit tikus,
larutan ini diencerkan hingga 30, 25, 20,
sehingga diperoleh data sebagai berikut:
15, dan 10 ppm dengan menggunakan
Waktu (Menit) Abs
pelarut etanol. Tujuan dari pengenceran
15 0,265
ini adalah untuk mengetahui absorbansi
30 0,293
dari larutan asam salisilat yang akan di
45 0,300
uji. Setelah dilakukan uji spektro- 60 0,313
fotometer didapat absorbansi dari Tabel 2. Absorbansi sampel asam
larutan asam salisilat berturut turut dari salisilat
konsentrasi 30, 25, 20, 15, dan 10 ppm Tabel 2 menunjukkan hasil
antara lain 2,107; 2,045; 2,040; 2,036 berupa,regresi linear 𝑦 = 2,1138 −
dan 2,035. Tujuan pengujian larutan 0,00306𝑥 , diperoleh kadar dari asam
asam salisilat diawal ini merupakan salisilat yang terdisolusi pada
suatu simulasi yang mana dimaksudkan membrane kulit tikus sebesar.
untuk mengetahui konsentrasi asam
Waktu (Menit) Kadar (mg)
salisilat yang akan di uji.
15 10,875
Nilai regresi yang diperoleh 30 10,711
adalah -0,7889. Sedangkan nilai regresi 45 10,67

yang baik adalah mendekati 1 karena 60 10,593

kesalahan inilah yang menyebabkan Tabel 3. Kadar asam salisilat dalam


garis kurva kalibrasi tidak linear membrane
(berbentuk garis lurus ). Namun hasil Tabel 3 diperoleh hasil bahwa
ini tidak terlalu jauh dari literatur yang tiap waktu tertentu kadar dari asam

Universitas Sriwijaya Page 5


salisilat dalam gel terus menurun. Hal Pemilihan panjang gelombang
ini berarti asam salisilat benar-benar yang tidak tepat juga menjadi hal yang
masuk ke dalam reseptor yang ada di mendasari penyimpangan kurva baku
dalam membran kulit tikus. asam salisilat tersebut. Pemilihan
Persen kadar yang diperoleh dari panjang gelombang hanya diladasarkan
tiap menit waktu yang dilakukan pada pada jurnal saja sehingga kurang
percobaan tersebut berturut turut dari mencukupi terhadap keakuratan nilai
menit ke-15, 30, 45 dan 60 antara lain nya. Kesalahan pemilihan panjang
0,181%; 0,179%; 0,178% dan 0,177%. gelombang maksimal memang sangat
Hasil tersebut dikatakan kurang baik fatal ketika dipilih panjang gelombang
karena range perolehan kembali kadar dibawah gelombang maksimalnya. Hal
yang masih dapat ditoleransi adalah ini terjadi karena ketika panjang
antara 95 % - 105 %. Meskipun nilai gelombang maksimal suatu zat yang
regresi yang diperoleh memenuhi syarat dipilih lebih kecil dari nilai sebenarnya,
yakni antara 0,70-1,00, namun nilai maka absorbansi zat tersebut tidak akan
regresi dari kurva baku asam salisilat terukur dan hasil absorbansi yang
tetap tidak baik karena jauh dari 1,00 diperoleh sangat kecil.
dan bentuk kurva yang diperoleh tidak
garis lurus. IV.KESIMPULAN DAN SARAN
Penyimpangan yang terjadi di- 4.1 Kesimpulan
duga akibat beberapa hal seperti, masih Absorbsi perkutan dimulai
terkandung zat pengotor. Zat pengotor ketika sediaan obat masuk kedalam
ini dapat diperoleh dari zat aktif yang stratum corneum kulit menembus
telah tercemar dan pencucian alat-alat jaringan dalam kulit.Perbedaan
laboratorium yang kurang bersih. Selain absorbi perkutan dapat dilihat dari
itu, kurang telitinya praktikan dalam jenis basis sediaan yang dibuat
mengukur jumlah pelarut cair yang mengikuti sifat hukum fick dimana
diperlukan dalam pembuatan larutan sifat kulit sendirisemi permeable.
kurva baku dan ketidakhomogenan Laju absorsi perkutan dipengaruhi
dalam pengocokan juga dapat oleh ketebalan membrane, ukuran
mengakibatkan hal tersebut. partikel, luas area, jarak dan
suhu.Diperoleh absorbansi sample

Universitas Sriwijaya Page 6


pada tiap menit ke-15, 30, 45 dan 60 (5)
Sinko, Patrick. 2011, Martin’s
sebesar 0,265, 0,293, 0,300 dan Physical Pharmacy and
0,313.Diperoleh kadar asam salisilat Pharmaceutical Science 6th
pada tiap menit ke-15,30,45 dan 60 edition, Lippincot Williams &
sebesar 10,875 mg, 10,711 mg, Wilkins, Cina
10,670 mg, dan 10,593 mg.
4.2 Saran
Percobaan sebaiknya di-
lakukan dengan membuang bagian
lemak tikus terlebih dahulu karna
akan menghambat proses absorbsi.
Saat proses spektrofotometri
dilakukan penambahan besi (III)
klorida agar memberikan gugus
kromofor.

DAFTAR PUSTAKA

(1)
Aiache, J. M., dan Devissaguet, J. Ph.
1993, Farmasetika 2 Biofarmasi,
Edisi kedua, Airlangga University
Press, Surabaya, Indonesia

(2)
Ansel, H.C. 1989, Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, Edisi IV,
Universitas Indonesia Press,
Jakarta, Indonesia

(3)
Mutschler, E. 1991, Dinamika Obat,
Institut Teknologi Bandung,
Bandung, Indonesia

(4)
Sharma, S. 2008, Topical Drug
Delivery System: a Review,
Pharmaceut. Rev 6, 1-29.

Universitas Sriwijaya Page 7

S-ar putea să vă placă și