Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia sebagaiorgan
pengatur keseimbangan tubuh dan pembuangan zat zat yang tidak berguna serta bersifat
toksis.fungsi ginjal yang terpenteing adalah untuk mempertahankan homeostatis
biokimiawi yang normal di dalam tubuh, hal ini di lakukan dengan cara mengekresikan
zat zat yang tidak di perlukan lagi melalui proses filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan
sekresi tubulus . Sindrom Nefrotik merupakan salah satu penyakit ginjal yang sering di
jumpai pada anak
Sindromanefrotik (SN)adalahkeadaanklinisyangdisebabkanoleh peningkatan
permeabilitasglomerulusterhadapproteinplasmayangditandai dengan edema
berdasarkan, proteinuriamasif,hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia,dan
lipiduria(Prodjosudjadi,2007).Penyebabprimer
sindromnefrotikbiasanyadigambarkanoleh histologi,yaitu sindromanefrotik kelainan
minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada
anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun. Meskipun sindromnefrotikdapatmenyerangsiapa
sajanamunpenyakitini banyak ditemukanpadaanak-anakusia1sampai5
tahun.Selainitukecenderungan penyakitini menyeranganaklaki-
lakiduakalilebihbesardibandingkananak perempuan.(Gunawan,2006).
Sifat khususdari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh, sering gagalnya
pengobatan dan timbulnya penyulit, baik akibat dari penyulitnyasendirimaupunoleh
karenapengobatannya.Penyulityangsering terjadipada sindromnefrotikadalah
infeksi,trombosis,gagalginjalakut, malnutrisi,gangguanpertumbuhan,hiperlipidemiadan
anemia.Infeksi merupakanpenyulityangmengakibatkanmorbiditasdan mortalitasyang
bermakna.Bentuk infeksiyang sering dijumpaipada sindromnefrotikadalah
peritonitis,infeksisalurankemih,dan sepsis.Obat-obatyangdigunakanuntuk
terapipenyakitini pada umumnyasangattoksiksepertikortikosteroiddan
imunosupresant.Pemakaian kortikosteroid dosis tinggi dalam waktuyang lama dapat
menekan sistem imun (imunocompromised) dan menimbulkan berbagai
efeksampingyangmerugikan sepertimunculnya infeksisekunder. Infeksiyang
tidakditanganisebagaimanamestinyaakanmengakibatkan kekambuhandan
resistenterhadapsteroid(Arcana,2000).Mortalitasdan
prognosisanakdengansindromnefrotikbervariasiberdasakanetiologi,berat, luas kerusakan
ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya
terhadappengobatan.Namunsejak diperkenalkannyakortikosteroid,mortalitas
keseluruhan sindrom nefrotik telah menurun drastis dari lebih dari 50%
menjadisekitar2-5%.(Wirya,2002)
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Sindrom nefrotik ?
2. Mengetahui Etiologi dari Sindrom Nefrotik ?
3. Mengetahui Tanda dan Gejala dari Sindrom Nefrotik ?
4. Mengetahui Patofisiologi dari Sindrom Nefrotik ?
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Sindrom Nefrotik ?
6. Mengetahui Penatalaksanaan dari Sindrom Nefrotik ?
7. Askep dari sindrom Nefrotik
Bab II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.Gejalanya
adalah edema pada masa neonatus.Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua
pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada
masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita
meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.
2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
lebah, racun oak, air raksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik / primer ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan
yaitu: kelainan minimal,nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan
glomerulosklerosis fokal segmental.
D. Patofisiologi
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilangnya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Latas, 2002 : 383).
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadinya proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma
menurun sehingga cairan intravascular berpindah ke dalam intertisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan
jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemi. Menurunya aliran darah ke renal, ginjal
akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin angiotensin dan
peningkatan sekresi antideuretik hormone (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian
menjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan
edema (Wati, 2012).
Terjadi peningkatan cholesterol dan Triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.
Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam
urin (lipiduria). Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia, atau defisiensi seng. (Suriadi
dan yuliani, 2001 : 217).
PATWAY
Gangguan citra Protein dalam urine Protein dalam darah Pengeluaran IgG
tubuh meningkat menurun dan IgA
Ketidakefektifan
Mendesak rongga Otot pernafasan
bersihan jalan lambung tidak optimal
nafas
LFG= k xL/Scr
putra:0,7)
Kadar komplemen C3
Apabila terdapat kecurigaan lupus erimatosus sistemik,
pemeriksaanditambah dengan komplemen C4, ANA(anti nuclear
antibody), danantids-DNA.
F. Penatalaksanaan
a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak
berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan
tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari
dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan
edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein
yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang
persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus
mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia
akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.
c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma
terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus
dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut,
menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus
dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak
menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
e. Kemoterapi:
Prednisolon digunakan secra luas. Merupakan kortokisteroid yang mempunyai
efek samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis
pemeliharaan sebesar 5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya
sering terjadi dengan cepat dan obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat
dilanjutkan atau diperpanjang, efek samping dapat terjadi meliputi terhentinya
pertumbuhan, osteoporosis, ulkus peptikum, diabeters mellitus, konvulsi dan
hipertensi.
Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat
cairan berlebihan, misalnya obat-obatan spironolakton dan sitotoksik (
imunosupresif ). Pemilihan obat-obatan ini didasarkan pada dugaan
imunologis dari keadaan penyakit. Ini termasuk obat-obatan seperti 6-
merkaptopurin dan siklofosfamid.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama: Kaki edema, wajah sembab, kelemahan fisik, perut membesar
(adanya acites)
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawatan perlu menanyakan
hal berikut:
3) Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output
4) Kaji onset keluhan bengkak pada wajah atau kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah
5) Kaji adanya anoreksia pada klien
6) Kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perawat perlu mengkaji:
1) Edema
2) Ansietas
3) Anasarka
4) Gangguan pola nafas
5) Oliguria
6) Penambahan berat badan dalam waktu singkat
7) Perubahan berat jenis urine
j. Intervensi
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Interverensi Rasional
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan Timbang berat Estimasi penurunan
keperawatan selama … x badan setiap hari edema tubuh
24 jam, diharapkan dan monitor
kelebihan volume cairan status pasien
tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
a. Terjadi penurunan Jaga valuasi harian
edema dan ascites intake/asupan keberhasilan terapi dan
b. Tidak terjadi yang akurat dan dasar penentuan
peningkatan berat catat output tindakan
badan
Bangun Memudahkan
hubungan saling komunikasi personal
percaya dengan dengan anak
anak
Hindari Mempertahankan
terjadinya pasukan oksigen
palsava manuver
seperti
mengedan,
menahan napas,
dan batuk
k. Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik
diharapkan sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan teratasi
2. Meningkatnya asupan nutrisi
3. Meningkatnya citra tubuh
4. Bersihan jalan nafas efektif
5. Perfusi jaringan perifer efektif
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik merupakan suatu penyakit ginjal yang terbanyak pada anak.Penyakit
tersebutditandaidengan sindromklinik yangterdiridaribeberapa gejalayaitu proteinuria
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
Sindrom nefrotik bawaan, sindrom nefrotik sekunderdan sindrom nefrotik primer.
B. Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh
karena itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah
wawasan yang lebih luas tentang materi ini.
DAFTAR PUSTAKA