Sunteți pe pagina 1din 9

RESUME TEHNIK INSTRUMENTASI FUNGSI FOSSA KANINA DEKSTRA

+ CWL DEKSTRA + KONKA REDUKSI DENGAN RADIO FREKUENSI


SINISTRA + SEPTOPLASTI DEKSTRA + FESS DEKSTRA PADA TN “S”
DENGAN INDIKASI PANSINUSITIS KRONIS DEKSTRA + SEPTUM
DEVIASI + HIPERTROFI KONKA INFERIOR SINISTRA
DI OK. 5.6 (BEDAH THT) RSSA MALANG

Oleh
LALU BANU KARISMA SETIAJI
NIM 1601410035

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI


INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2017

RESUME
INSTRUMENTASI TEKNIK
FUNCTIONAL ENDOSKOPIC SINUS SURGERY (FESS)
PADA TN. S DENGAN RINOSINUSITIS KRONIS DEXTRA SINISTRA
DI OK 8 (THT)
A. Pengertian
Sinusitis adalah proses peradangan mukosa yang melapisi sinus disebabkan
oleh kuman atau virus. Secara klinis sinusitis dikatakan kronis bila gejalanya
berlangsung lebih dari 3 bulan. Sedangkan sinusitis yang menahun disbut
rinosinusitis kronis (muttaqin, 2009).

Functional Endoskopic Sinus Surgery atau Bedah Endoskopi Sinus


Fungsional, merupakan bedah sinus dengan menggunakan alat endoskopi
dengan tujuan melakukan eradikasi penyakit, memperbaiki saluran udara (aerasi)
dan drainase sinus dengan prinsip mempertahankan fungsi sinus secara fisiologis
(prasetyo,2009).

B. Etiologi

Sinusitis dapat disebabkan oleh

a. Rhinogen / Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis)


penyebabnya adalah kelainan atau masalah di hidung, seperti :

- Rinitis Akut (influenza)

- Polip, septum deviasi

b. Dentogen / odontogenik (penyebabnya adalah kelainan gigi), yang sering


menyebabkan sinusitis adalah infeksi pada gigi premolar dan molar atas.

Kuman penyebab : Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza,


Streptococcus viridians, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis

C. Patofisiologi
Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya edema pada dinding hidung dan
sinus sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan pada ostium sinus, dan
berpengaruh pada mekanisme drainase di dalam sinus. Virus tersebut juga
memproduksi enzim dan neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan
mempercepat difusi virus pada lapisan mukosilia. Hal ini menyebabkan silia
menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus menjadi lebih kental,
yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri patogen.
Adanya bakteri dan lapisan mukosilia yang abnormal meningkatkan
kemungkinan terjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus

D. Tujuan
1. Mengatur alat secara sistematis dimeja instrument
2. Memperlancar handling instrumen
3. Mempertahankan keseterilan alat - alat instrumen selama operasi
E. Petugas
1. Perawat instrumen kamar operasi
2. Dokter operator dan asisten
3. Peserta pelatihan
F. Pengkajian
1. Identitas
2. Kondisi lokasi
3. Kondisi fisik
4. Kelengkapan instrumen
5. Persiapan pasien dan lingkungan
6. Persetujuan operasi
7. Alat - alat dan obat – obatan
G. Persiapan pasien
1. Persetujuan tindakan operasi.
2. Pasien dilakukan dengan anasthesi general (GA)
3. Posisi pasien supinasi dimeja operasi.
4. Memasang arde/ plat diatermi pada penampang luas (paha,betis).
5. Mencuci area yang akan dilakukan insisi dengan Betadine
6. Menanggalkan semua perhiasan
7. Pastikan area operasi telah di cukur dan pasien telah puasa
H. Persiapan ruangan
1. Menata ruangan dengan mengatur penempatan kursi, mesin suction,
mesin cauter disebelah kiri meja operasi, meja instrument,troli waskom
dan meja mayo sesuai dengan kebutuhan dan luas kamar operasi,
monitor, mesin light source, mesin endocam.
2. Cek lampu operasi, mesin suction, couter dan lampu kepala.
3. Memberi alas perlak dan linen pada meja operasi.
4. Menempatkan tempat sampah yang sesuai agar mudah penggunaannya.
5. Cek monitor, mesin light source, mesin endocam.

I. Persiapan alat
a. Alat on steril
1. Meja operasi
2. Lampu operasi
3. Meja mayo
4. Meja instrumen
5. Gunting untuk menggunting hipafix
6. Mesin diatermi dan ground
7. Tempat sampah medis
8. Mesin suction
9. Troli baskom
10. Mesin couter (elektro surgery)
11. Lampu kepala
12. Monitor
13. Mesin light source
14. Mesin endocam
15. Kabel rol
16. Sabuk pengaman pasien

b. Alat steril
Meja mayo
1. Doek klem 4
2. Desinfeksi klem 1
3. Pincet anatomis panjang/pendek 1/1
4. Pincet cirurgi 1
5. Kokher 1
6. Guting lurus 1
7. Pincet bayonet 1
8. Speculum Hidung (Hatrman) 1
9. Blaklesly lurus besar/kecil 1/1
10. Blaklesly bengkok atas besar/kecil 1/1
11. Tampon tang 1
12. Megil 1
13. Metal suction hidung kecil/sedang 1/1
14. Spatel lidah 2
15. Raspatorium kecil 1
16. Cucing 1
17. Canule suction hipofaring 1
18. Langenbeck 1
19. Mess FESS (mess sabit) 1

Meja instrumen
1. Doek besar 2
2. Doek kecil 6
3. Doek sedang 4
4. Doek lubang 2
5. Schort 6
6. Handuk 6
7. Bengkok/kom 1/1
8. Selang suction 1
9. Cucing 1
10. Nasoendoscopy (optic 300, 700, 00) 1 set
11. Kassa

Alat tambahan
1. Lampu kepala 3 set
2. Light source 1

c. Persiapan bahan habis pakai


1. Sarung tangan sesuai ukuran dan kebutuhan
2. Underpad steril 1
3. Spuit 10/3/1 cc 1/1/1
4. pehacain 5
5. Deppers besar 5
6. Kasa kecil 20
7. Spoorjes kering 4
8. Spoorjes Boorzalp 6
9. Kapas 20
10. Tampon kering 2 rol
11. NS 0,9% aquadest 1L 1/1
12. Povidon iodine sesuai kebutuhan
13. Hipafix sesuai kebutuhan
14. Alkohol 70% sesuai kebutuhan
15. Catheter 16/urobag 1/1
16. Towel 1
17. Aquadest WFI 1

TEKNIK INTRUMENTASI
Sign In
1) (Identitas pasien,area operasi,tindakan operasi, lembar persetujuan,
penandaan area operasi, kesiapan mesin, obat-obatan anastesi, pulse
oksimetri , riwayat alergi serta penyulit airway atau resiko operasi)

2) Pasang underpad pada bagian atas (untuk alas kepala)


3) /Membantu mengatur posisi pasien selah dilakukan pembiusan, posisi
supine dengan bahu diganjal kain tipis dengan posisi kepala fleksi dan
kepala diganjal dengan bantal cincin.
4) Cuci area operasi dengan antiseptic kemudian Perawat instrumen
melakukan scrubbing (cuci tangan), gowning (memakai gaun steril), dan
gloving (memakai handscone). Kemudian membantu memakaikan scoret
dan handscone pada operator dan asisten operator.
5) Operator antiseptis area yang akan dioperasi, perawat instrumen
memberikan desinfeksi klem, deppers, kom berisi betadine dalam
bengkok. Urutan antisepsis pertama alcohol, bethadine, kemudian kassa
basah dan keringkan dengan kassa kering
6) Dilakukan drapping area operasi
a. Pertama Duk kecil 2 buah untuk dibawah kepala, kemudian :
1. Duk kecil pertama ditata hingga menutupi mandibula
pasien, fiksasi dengan duk klem.
2. Duk kecil kedua ditata hingga menutupi rambut dan mata
pasien, fiksasi dengan duk klem.
b. Kedua drapping badan dengan doek besar,
c. Ketiga draping dengan doek lobang dan doek sedang
7) Perawat instrumen memasang selang suction, kemudian difiksasi dengan
doek klem
8) Meja mayo didekatkan
Time Out
9) (Perkenalan tim operasi dan tugasnya masing-masing, konfirmasi nama,
jenis tindakan dan area operasi, pemberian antibiotik profilaksis, antisipasi
kejadian kritis dan kebutuhan instrumen radiologi) kemudian operator
memimpin do’a sebelum operasi dimulai.
10) Berikan kapas betadine untuk desinfeksi bagian cavum nasi kanan dan kiri,
dengan diberikan pincet bayonet dan speculum hidung (Hartman)
11) Kemudian berikan kapas yang dibasahi pehacain dan pincet bayonet untuk
dimasukkan kedalam kavum nasi disela-sela polip dan konka untuk
mengecilkan konka (masing-masing hidung 3 kapas).
12) Pasang tampon hipofaring dengan memberikan megil, spatel lidah, langen
back dan suction mulut serta rool tampon, setelah itu suction diganti
dengan suction hidung
13) Berikan speculum Hartman dan pincet bayonet untuk mengambil kapas
pehacain, hitung jumlah kapas yang keluar. Evaluasi cavum nasi, bila ada
secret maka disuction.
14) Siapkan kabel light source dan kabel endoskopi untuk memulai tindakan.
Tindakan dilakukan dengan optic 300 (nasoendoscopy) dengan melihat
kearah monitor saat melakukan tindakan.
15) Evaluasi konka dalam cavum nasi, jika konka telah mengecil berikan spuit
1 cc yang berisi pehacain yang jarumnya telah dig anti dengan jarum spuit
3 cc untuk infiltrasi di area meatus unsinatus
16) Berikan mess sabit (mess fess) untuk insisi di area meatus unsinatus.
Kemudian berikan beckesly untuk menghancurkan tulang etmoid agar
jaringan yang terinfeksi dalam sinus etmoid terlihat
17) Berikan beckelsley (sesuai permintaan operator) untuk mengangkat
jaringan yang sudah terinfeksi (polip, tl etmoid) cavum nasi kanan,
selanjunya rawat perdarahan dengan suction dan pasang tampon pehacain
untuk menghentikan perdarahan.
18) Dan bila sebelah kanan selesai kemudian tampon dengan kapas pehacain,
dan selanjutnya pindah di cavum nasi sebelah kiri dan dikerjakan sama
dengan cavum nasi kanan
19) Bila sudah selesai kemudian evaluasi adanya jaringan sisa atau pus, bila
masih ada bersihkan dengan beckelsley
20) Setelah bagian cavum nasi kanan selesai, selanjutnya pindah pada cavum
nasi sebelah kiri dan dikerjakan sama dengan cavum nasi kanan
21) Jika kedua cavum nasi telah bersih dan perdarahan telah berhenti maka
pasang spotjes borzalp
Sign Out
22) (Jenis tindakan,Kecocokan jumlah instrumen,kassa,jarum sebelum dan
sesudah operasi, Permasalahan pada alat dan Perhatian khusus pada masa
pemulihan)

23) Ambil tampon pehacain dan kemudian dipasang tampon spootjes


(boorzalp) 2 buah untuk masing-masing cavum nasi, atau sesuai dengan
kebutuhan dan situasi
24) Ambil tampon hipofaring dan bersihkan cairan dengan suction mulut
25) Tutup dengan kasa dan hipafix hidungnya
26) Operasi selesai, rapikan pasien. Perawat instrumen menginventaris alat-
alat dan bahan habis pakai pada depo farmasi, kemudian mencuci dan
menata kembali alat-alat pada intrumen set (yang akan disterilkan), serta
merapikan kembali ruangan.

Pembimbing OK 8

S-ar putea să vă placă și