Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh
Agung Laksono
By
AGUNG LAKSONO
Bandar Lampung City is Capital City of Lampung Province located in the corner
of Sumatera Island which is directly adjacent to Sunda Strait and traversed by ring
of fire and still happens often natural disasters especially earthquakes. To reduce
risk and impact from earthquake damage it is necessary to do earthquake disaster
mitigation by using mapping the earthquake-prone areas in Bandar Lampung City.
Mitigation done by measuring around the City of Bandar Lampung by using the
active MASW seismic method. MASW method is useful to determine rock type
and site class based on depth of shear wave velocity value from rock bedding
which in the surface. This method process is firstly done by data acquisition in 24
measuring point scattered in Bandar Lampung City, then data processing is done
from measured data geometry editting, then the data changed to velocity-
frequency phase from time-distance domain. Velocity picking done to dispersion
curve spectrum analysis to get dispersion curve value. Dispersion curve inverted,
and acquired 1D shear wave velocity value profile to depth. Shear wave value
obtained and generate site class, it will be useful to identify and map soil type and
rock type on that area.
i
ABSTRAK
Oleh
AGUNG LAKSONO
Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang terletak pada
ujung Pulau Sumatra yang berbatasan langsung dengan Selat Sunda dan dilalui
oleh ring of fire dan masih sering terjadi bencana alam khususnya gempa bumi.
Untuk mengurangi resiko untuk mengurangi dampak dari kerusakan gempa bumi
perlunya untuk dilakukan mitigasi bencana gempa bumi dengan cara melakukan
pemetaan daerah rawan gempa bumi di Kota Bandar Lampung. Mitigasi yang
dilakukan adalah dengan cara melakukan pengukuran di sekitar Kota Bandar
Lampung dengan menggunakan metode seismik MASW aktif. Metode MASW ini
berguna untuk menentukan jenis batuan dan site class berdasarkan kedalaman
nilai kecepaan gelombang geser dari perlapisan batuan yang berada pada
permukaan. Proses metode ini dilakukan yang pertama adalah akuisisi data
dilakukan pada 24 titik pengukuran yang tersebar pada Kota Bandar Lampung,
kemudian dilakukan pengolahan data dari edit geometri data pengukuran,
kemudian data dirubah ke domain frkuensi-kecepatan fasa dari domain waktu-
jarak.Dilakukan picking kecepatan pada analisis spektrum kurva dispersi untuk
mendapatkan nilai kurva dispersi. Kurva dispersi dilakukan inversi dan didapat
nilai profil kecepatan gelombang geser 1D terhadap kedalaman. Nilai gelombang
geser yang didapat menghasilkan site class dan bisa untuk identifikasi serta
memetakan jenis tanah dan batuan di daerah tersebut.
ii
INTERPRETASI NILAI KECEPATAN GELOMBANG GESER
(Vs30) MENGGUNAKAN METODE SEISMIK MULTI
CHANNEL ANALYSIS OF SURFACE WAVE (MASW) UNTUK
MEMETAKAN DAERAH RAWAN GEMPA BUMI DI KOTA
BANDAR LAMPUNG
Oleh
AGUNG LAKSONO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Geofisika
Fakultas Teknik Universitas Lampung
Lampung, Kec. Way Halim Kota Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2007,
Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan
Pada Tahun 2014/2015 juga penulis terdaftar sebagai kepala divisi workshop pada
vi
Pada tahun 2016, penulis dipercaya sebagai Ketua Pelaksana acara tahunan
melaksanakan Kerja Praktik pada tahun 2016 di PT. El Nusa Tbk. dengan
satu bulan. Penulis juga pernah menjadi Asisten mata kuliah workshop geofisika
vii
PERSEMBAHAN
Mamaku Tercinta
Berkat Do’a dan kasih sayang yang mama berikan kepada anakmu ini sehingga
aku bisa menyelesaikan tanggung jawabku untuk menjadi sarjana teknik dan
semoga bisa membuat mama bangga
Bapakku Terkasih
Terimakasih atas segala usaha dan kerja keras serta motivasi yang diberikan
kepadaku setiap hari
Adikku
viii
MOTTO
Agung Laksono
ix
KATA PENGANTAR
Penulis
Agung Laksono
x
SANWACANA
Dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari
bimbingan dan dukungan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis
1. Allah S.W.T yang telah memberikan rezeki, ilmu serta kelancaran dalam
2. Kedua Orang Tuaku Bapak Sukamto dan Mama Tri Indiyastuti yang selalu
3. Bapak Dr. Nandi Haeruddin, S.Si., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik
semua bimbingan, ilmu, kesabaran, dan saran yang diberikan kepada penulis.
5. Bapak Rustadi, S.Si., M.T., selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
6. Bapak Dr. Ordas Dewanto, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
Aristo, Abdi, Nafis, Imbron, Bunga, Cahaya, Deswita, Dian, Dody, Dwi, Eci,
xi
9. Edy, Egi, Endah, Farkhan, Haidar, Helton, Aloy, Kurnia, Fajri, Suryadi,
Reza, Nico, Noris, Putu, Priesta, Rafi, Vide, Pipit, Ririn, Ryan, Shiska, Udin,
Bana, Herlin, Harris, Kholil, Wuri, Yasrifa, Winda, Feni, Yeni, Hanun,
Bunga, Widia, Azhary, Ulfa terima kasih telah berbagi suka dan duka selama
perkenalan kita hampir lima tahun serta memberikan materi, dukungan dan mau
penulis gupekin selama penulisan skripsi ini, Saya bangga punya Temen Satu
10. Senior – Senior Teknik Geofisika yang hebat – hebat ( Kak Sinku Wira Sanjaya
sang Jendral, Bang Rian Hidayat sang motivator ulung, Kang Eki Zuhelmi si
hebat dalam segala medan, Kak Didi Darmadi si pemberi pencerahan disaat ada
11. Kakak-kakak serta teman nongkrong “FORMALIN” (Kak Esha, Kak Hilman,
Kak Irwan, Kak Kevin, Kak Ghifari, Kak Dimastya, Kak Dimas T, Kak
Jordy, Bang Edo , Bang Aldo dan Bang Ari Silalahi terima kasih telah mau
berbagi ilmu, pikiran dan bimbingan selama penulis kuliah dan menyelesaikan
Dirta, Dwina, Adjie , Adhit, Anang, Baai, Roby, Irfan, Rio, Rinaldi, Yudi
xii
akhirnya lulus juga temen lorang ini, Terima Kasih sudah banyak bantu penulis
13. “KKN Squad” (Rezky, Fajar, Husen , Eka , Ancas , Yeni, Citra) terima kasih
14. Kakak-kakak Tingkat Teknik Geofisika (2007, 2008, 2009, 2010, 2011,2012)
dan Adik tingkat (2014, 2015, 2016, 2017) terima kasih atas support dukungan
nya.
15. Terimakasih banyak atas semua pihak yang telah terlibat, pihak yang mau
direpotkan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga apa yang
Penulis
Agung Laksono
xiii
DAFTAR ISI
halaman
ABSTRACT .................................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
PERSETUJUAN............................................................................................. iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
PERNYATAAN .............................................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN........................................................................................... vii
MOTTO .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
SANWACANA ............................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
C. Batasan Masalah ................................................................................... 3
xiv
D. Transformasi Fourier............................................................................ 30
E.Modulus Geser....................................................................................... 32
F. Gelombang Geser.................................................................................. 33
G.Vs30 .................................................................................................... ..34
H. Metode MASW (Multi channel analysis of surface wave) .................. 35
I. Prosedur MASW................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xv
dan kecepatan Vp......................................................................... 59
Gambar 33 Model Stratigrafi site class Kota Bandar Lampung .................... 61
Gambar 34 Kategori site class Kota Bandar Lampung .................................. 62
Gambar 35. Model 3D site class Kota Bandar Lampung…………………... 63
xv
DAFTAR TABEL
xvi
15
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode seismik adalah metode geofisika yang terdiri atas dua jenis gelombang
yaitu gelombang tubuh (body wave) dan gelombang permukaan (surface wave),
seismik kedalam bumi, Gelombang yang biasa digunakan pada perekaman data
seismik adalah gelombang tubuh (body wave). Gelombang ini yang energinya
yang di transfer tidak melalui medium didalam permukaan bumi dan hanya
merambat di permukaan bumi saja. Gelombang tubuh terbagi atas dua bagian
gelombang transversal dimana arah pergerakan nya tegak lurus dengan arah
raya, pembuatan bendungan atau waduk dan mitigasi bencana alam untuk
2
pemetaan zona rawan bencana alam. Untuk mitigasi bencana alam harus
sering dilakukan untuk dapat memperoleh informasi berupa struktur bawah tanah
permukaan di lokasi yang dilakukan pengukuran. Salah satu faktor yang diteliti
dalam mitigasi bencana alam ini adalah kekakuan tanah (soil stiffness) dan
waves) atau MASW. Metode MASW ini adalah metode yang memanfaatkan
kisaran nilai Vs yang dibuat oleh National Earthquake Hazard reduction Program
(NEHRP, 1998). Penelitian yang bertemakan metode MASW ini telah banyak
dilakukan oleh (Miller, 1999) untuk pemetaan batuan bawah tanah (bedrock), (Xia
untuk pemetaan daya dukung tanah untuk diskontinuitas struktur tanah dasar,
Bandar Lampung adalah salah satu kota di Indonesia yang sekaligus menjadi
Ibukota provinsi Lampung, merupakan kota terbesar dan terpadat ketiga di Pulau
Sumatera. Secara geografis Kota Bandar Lampung menjadi gerbang utama pulau
Sumatera sehingg memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan
mempunyai luas wilayah daratan sebesar 169,21 km2 yang terbagi dalam 20
kecamatan dan 126 kelurahan dengan populasi penduduk 1.167.101 jiwa (BPS
B. Tujuan Penelitian
(Vs30)
C. Batasan Masalah
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data seismik 2d dengan
A. Lokasi Penelitian
penelitian ini berada pada Satuan Gunung Api Muda (Qhv) Terdiri dari lava
andesit-basa, bereksi dan tuf. Lokasi daerah penelitian ini bisa dilihat pada
Gambar 1 .
.
Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian
5
66
B. Geologi Regional
1. Tatanan Tektonika
Pulau Sumatra terletak di Pulau Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat daya
daratan Asia Tenggara dan merupakan bagian dari Busur Sunda. Kerak
Australia telah menunjam miring di sepanjang parit Sunda dilepas pantai Barat
Sumatera. Penunjaman yang terjadi dibawah Sumatera telah terjadi selama tersier
(±66-5.3 juta tahun yang lalu) dan menimbulkan busur magma yang luas di
Geologi Lembar Tanjung Karang ditunjukan pada (Gambar 3), terdiri dari
Kompleks Gunung Kasih (Pzg) yang terdiri dari batuan malihan (metamorphic
rocks), ditafsirkan merupakan satuan geologi tertua pada lembar Tanjung Karang.
Batuan ini terdiri dari sekis, gnes, kuarsit dan pualam yang tersingkap
kapur.
Batuan tersebut dianggap berumur karbon awal atau lebih tua dan kemungkinan
sedimen tersier awal yang luas di lajur busur-belakang. Formasi Lampung (Qtl)
Karang ini terdiri dari batuan riolit-tufan dan vulkano klastik tufan. Kegiatan
7
Samudera Hindia, terjadi diseluruh busur pegunungan barisan selama tersier yang
menghasilkan batuan tuf, lava dan breksi gunung api bersusunan riolit basal.
batugamping dan rawa (Mangga dkk, 1993) . Geologi lembar Tanjung Karang
Sumatera terletak disepanjang tepi Barat daya Dataran Sunda. Wilayah ini
merupakan bagian dari Busur Sunda. Kerak Samudera yang menjadi alas
miring sepanjang Parit Sunda di lepas pantai bagian Barat Pulau Sumatera
Secara umum daerah ini dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi: dataran
bergelombang dibagian Timur dan Timur laut, pegunungan kasar dibagian tengah
dan Baratdaya, dan daerah pantai berbukit sampai datar (Gambar 3). Daerah
dataran bergelombang menempati lebih dan 60% luas lembar dan terdiri dari
dari batuan alas beku dan malihan serta batuan gunung api muda. Lereng-lereng
umumnya curam dengan ketinggian antara 500-1.680 m diatas muka laut. Daerah
pantai bertopografi beraneka ragam dan sering kali terdiri dari pebukitan kasar,
mencapai ketinggian 500 m diatas muka laut dan terdiri dari batuan gunung api
Gambar 3. Peta Fisiologi dan Morfologi daerah Lampung (Mangga dkk, 1993).
D. Stratigrafi
Urutan stratigrafi Lembar Tanjungkarang dapat dibagi menjadi tiga bagian pra-
1. Urutan pra-Tersier
Batuan tertua yang tersingkap adalah runtunan batuan malihan derajat rendah
sedang, yang terdiri dan sekis, genes, pualam dan kuarsit, yang termasuk
Kompleks Gunung kasih (Pzg). Istilah tersebut diusulkan oleh Amin, dkk. (1988)
Dalam Lembar ini Kompleks Gunung kasih (Pzg) terdiri dari sekis kuarsa pelitik
dan grafitik, pualam dan sekis gampingan, kuarsit sensit, suntikan migmatit, sekis
dari sekis, kuarsit, pualam, genes dan sedikit migmatit. Sekis, terdiri dan dua
Jenis: sekis kuarsa- mikagrant & sekisam fibol. Semula ditafsirkan sebagai
sedimen malih dan kemudian sebagai batuan gunungapi malih. Warna tergantung
pada mineraloginya, sekis mika dikuasai oleh biotit serisit dengan pengubah
granit.
Sekisbasa, hijau sampai hijau kehitaman, dikuasai oleh amfibol dan klorit.
yang jelas. Kesekisan berarah 130° tetapi setempat berubah menjadi 70°–80°,
miring curam kearah Timur laut-Barat daya atau utara (Mangga dkk,
sebagai retas didalam granitoida malih. Migmatik, satuan setempat, terdiri dari
sekarang.
serpihan atau keratan yang berarah lebih kurang Barat laut-Tenggara atau paling
13
tidak kiraian susunan dalam, perdaunan dan sentuhan semuanya sejajar dengan
malih, yaitu sekis pelitik biotit-kuarsa-grafit, kuarsit dan pualam, di Barat daya
sekis amfibol atau batuan gunungapi malih, ortogenes diorit dan amifibolit di
dan di penampang tipe sepanjang Sesar Menanga yang terletak di utara Teluk
Formasi ini terdiri dari batu lempung-batupasir tufan dan gampingan, berselingan
dengan serpih, dengan sisipan batugamping, rijang dan sedikit basal. Sentuhan
panjang, batugamping dan sedikit basal. Serpih gampingan, coklat tua sampai
kelabu kehitaman, padat dan keras, terkekarkan dan berlapis baik dengan jurus
Barat laut-Tenggara. Dipotong oleh urat-urat kuarsa dan kalsit yang mencapai
2. Urutan Tersier
Batuan Tersier yang tersingkap di Lembar Tanjung karang terdiri dan runtunan
batuan gunungapi busur benua dan sedimen yang diendapkan ditepi busur
yang pasti belum dapat dibuktikan. Andesit (Tpv) adalah lava bersusunan andesit.
didalam massa dasaran desit afanitik, singkapannya nisbi segar, terkekarkan kuat.
tak selaras runtunan pra-Tersier dan ditindih tak selaras oleh batuan gunungapi
Sabu terdiri dan breksi konglomeratan dan batupasir dibagian bawah, ke alas
lembah menjadi batulempung tufan dan batupasir. Formasi ini terlipat dengan
Batuan Gunungapi Formasi Tarahan(Tpot) terdiri dari terutama tuf dan breksi
(Tpoc) yang terdiri dan batulempung, serpih, klastika gampingan, tuf dan breksi
(Tpot) dan batuan klastika serta batuan tufan Formasi Campang (Tpoc), sangat
0.5-4 cm, felspar dan keratan kuarsit sekis sela pejal, setempat ke atas
fluviatil. Terbentuk diseluruh Lajur Palembang dan setempat menindih tak selaras
satuan-satuan yang lebih tua. Terdiri dari perselingan batupasir tufan dengan tuf
berbatu apung dengan sisipan lempung tufan dan setempat lignit tipis. Batupasir
konglomerat polimik terdiri dan pecahan batuan granit dan malihan berukuran
Tuf berbatu apung, putih kusam kelabu kekuningan, berbutir sedang- kasar, pejal
dan berstruktur silang- slur. Mengandung banyak Batu Apung dan kaca dan dapat
dkk, 1993) .
16
menindih tak selaras satuan-satuan yang lebih tua dan ditindih tak selaras oleh
endapan Kuarter, menjemari dengan Formasi Kasai dan lajur busur belakang.
Terdiri dari tuf riolit-dasit dan vulkano klastika tufan. Tuf berbatuapung, kelabu
kekuningan sampai putih kelabu, berbutir sedang- kasar, terpilah buruk, terutama
terdiri dan batuapung dan keratan batuan. Batupasir tufan, putih kusam
lembar sangat kuat. Ditindih tak selaras oleh Formasi Lampung. Terdiri dari lava
terkekarkan kuat.
karbonan, coklattua- hitam, umumnya berlapis baik tebal 2- 15cm. Tak ditemukan
fosil. Batulanau karbonan, coklat tua-hitam, berlapis baik dengan tebal mencapai
berlapis baik, terlipat lemah, miring 15°-30° ke Utara. Terdiri dari selang-seling
tufit, breksi tufan, batupasir tufan dan grewake. Tufit putih, berbutir sedang kasar,
padat, keratan batuan felspar dan kecur mika, sedikit sulfida. Breksi tufan, kelabu
sedang, berbutir kasar, terdiri dari kecur batuan malihan menyudut- menyudut
tanggung, batuan sedimen dan batuan gunungapi terubah dan kuarsa di dalam
massa dasar tufan, terpilah buruk-sedang. Batu pasir tufan, putih-putih kelabu,
butiran sangat beragam, berbutir lava andesit menyudut didalam masa dasar
Lembar. Diterobos oleh pluton diorit berumur Miosen Tengah-Akhir, umur 20-17
dari Lava andesit-basal, tuf &breksi gunung api, terubah secara hidrotermal dan
sering bermineral.
Sering kali terabak kuat tetapi renceh struktur aliran masih terlihat. Tuf kelabu
andesit-basal menyudut, batuan terubah dan urat-urat kuarsa. Terpotong oleh urat-
3. Urutan Kuarter
Urutan Kuarter terdiri dari lava Plistosen, breksi dan tuf bersusunan andesit-basal
terumbu dan sedimen aluvium Holosen. Aluvium (Qa), Aluviumtua (Qat), Batu
Gamping (Qg) dan Terumbu Endapan Rawa (Qs) tersebar terutama disepanjang
sungai utama dibagian Timur Lembar. Terdiri dari Bongkah, kerikil, pasir, Ianau,
Satuan Gunungapi Muda (Qhv) tersebar di seluruh daerah Bukit Barisan. Terdiri
dari lava andesit-basal, breksi dan tuf. Lava kelabu kehitaman, afanitik dan
porfiritik dengan fenokrisplagioklas danau git dalam massa dasar kaca gunungapi
dan lava, kaca gunungapi dan bahan karbonan dalam massa dasar tufan. Tuf
kacuk: putih kusam sampai kelabu, terpilah buruk, kepingan lava menyudut
membundar tanggung, oksida besi dan bahan karbonan dalam massa dasar tuf
pasiran.
19
Basal Sukadana (Qbs) merupakan kumpulan basal toleitik busur belakang yang
laut-Tenggara. Terdiri dari aliran lava basal peal. Basal, kelabu tua-hitam,
terdin dan plagioklas, klinopiroksen, olivin & titano magnetit dan kaca
4. Batuan Terobosan
merupakan bagian dari sebagian batolit tak beratap yang meluas sampai Lembar
Kalipanas, Branti, Seputih dan Kalimangan, dengan kisaran umur dari 113±3
sampai 86±3 juta tahun, dan bersusunan diorit sarnpai granit (Mangga dkk, 1993).
Satuan Kuarter terdiri dan sedimen Holosen tak mengeras yang luas, dikuasai oleh
aluvium dan endapan rawa. Aluvium (Qa) tersebar di bagian Barat dan tengah
lembar, sepanjang sungai-sungai utama. Terdiri dari lempung, lanau dan pasir
tufan. Pasir kuarsa (Qak) tersebar disepanjang pantai yang tersusun dari pasir
kuarsa berbutir halus sampai sedang, terpilah baik dengan warna putih. Endapan
20
rawa (Qs) tersebar luas dibagian Timur lembar yang tersusun atas lumpur, lanau
III.TEORI DASAR
Seismik merupakan gelombang mekanik yang merambat pada batuan, oleh karena
itu hukum dasar bagi teori gelombang juga dapat digunakan dalam seismik.
Hukum dasar tersebut antara lain, Hukum Snellius, Prinsip Huygens, dan Asas
1. Hukum Snelius
Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh pada bidang batas
dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan
dibiaskan, jika sudut datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut
kritisnya. Gelombang akan dipantulkan, jika sudut datangnya lebih besar dari
= = (1)
22
dimana :
θi = Sudut Datang
θr = Sudut Bias
2. Prinsip Huygens
depan muka gelombang utama akan menjadi sumber bagi terbentuknya deretan
gelombang yang baru.Jumlah energi total deretan gelombang baru tersebut sama
3. Asas Fermat
Prinsip Fermat menyatakan bahwa jika sebuah gelombang merambat dari satu
titik ke titik yang lain, maka gelombang tersebut akan memilih jejak yang
tercepat. Jejak yang akan dilalui oleh sebuah gelombang adalah jejak yang secara
waktu tercepat bukan yang terpendek secara jarak. Tidak selamanya yang
melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar ke
a. Gelombang P
Jika pergerakan partikel tersebut sejajar dengan arah penjalaran gelombang, maka
(2)
Vp = √
25
dimana,
k : modulus inkrompresbilitas
µ : modulus geser
b. Gelombang S
gelombang S untuk arah vertikal (shear vertical) , dan gelombang untuk arah
horizontal (shear horizontal). Kedua gelombang ini saling tegak lurus (Brown,
Vs = √ (3)
dimana,
µ : modulus geser
ρ : densitas
2. Gelombang Permukaan
dan kebanyakan energi merambat pada daerah dangkal yang setara dengan satu
sifat bagian lapisan yang terbatasi pada metode MASW, gelombang permukaan
a. Gelombang Rayleigh
Gelombang Rayleigh (Groundroll) adalah gelombang yang penjalaranya di
geraknya mundur. Kecepatan pada gelombang Rayleigh dalam satu medium yang
sama lebih kecil bila berbanding dengan kecepatan gelombang geser. Bila ada
dispersi, dimana pada panjang gelombang yang berbeda akan merambat dengan
Gelombang Rayleigh memiliki ciri dengan ampitudo yang besar dan frekuensi
pantul, fundamental dan mide tinggi dari gelombang Rayleigh, gelombang udara,
Gelombang Rayleigh adalah jenis gelombang permukaan yang bisa membuat citra
dan struktur bawah permukaan dengan mudah yang langsung bisa diaplikasikan
mempunyai sifat yang unik, yaitu pada setiap perambatan gelombang yang biasa
melewati batas lapisan material bumi akan mengeluarkan sifat dispersi. Selain itu
efek yang dihasilkan dari gelombang Rayleigh sangatlah besar, bila kekuatan
mecapai 67% dari energi total yang dihasilkan oleh sumber (Hertantyo, 2010).
Gambar 10. Sifat penetrasi partikel gelombang Rayleigh (Rosyidi dkk, 2006)
yang lebih panjang dengan frekuensi rendah akan merambat lebih dalam dan bisa
b. Gelombang Love
Gelombang Love masih bagian dari gelombang permukaan yang terjadi hanya
kondisi stratigrafi khusus, dimana kecepatan geser pada lapisan teratas lebih kecil
29
dari lapisan bawahnya. Gelombang Love adalah hasil polarisasi dari gelombang S
dalam arah horizontal. Pergerakan partikel memotong dari arah rambat dan paralel
pada yang permukaan bebas. Gelombang ini tidak terjadi pada medium yang
sama, dan pada media berlapis gelombang Love ini mengeluarkan sifat
lapisan yang teratas pada frekuensi tinggi dan cenderung kepada kecepatan geser
pada lapisan bawah pada frekuensi rendah. Penjalaran gelombang love ditujukan
mana distribusi vertikal modulus geser dinamik suatu lapisan bawah permukaan
dapat diperoleh dengan metode ini. Prosedurnya terdiri dari estimasi sifat
Gambar 12. Profil vertikal dari gelombang geser (Rosyidi dkk, 2006).
menjadi hal yang dominan pada rekaman data seismik yang menyebarkan energi
ke semua arah. Hal ini disebabkan energinya lebih banyak dan penyebaran
D. Transformasi Fourier
tujuan agar sinyal yang diperoleh dalam domain waktu merubah menjadi
domain frekuensi. Hal ini dilakukan karena perhitungan lebih mudah dalam
berikut :
H(f) = ∫ dt
(f) = tan -1
dimana :
f : Frekuensi / (1/s)
Re : Variabel Rill
Im : Variabel Imajiner
Dari persamaan yang telah dijabarkan diatas maka akan dihasilkan spektrum
kurva dispersi yang menunjukan berbagai frekuensi dengan kecepatan fasa yang
Gambar 13 .
.
Gambar 13. Transformasi Fourier (Ebook Enskiplodi Seismik)
32
E. Modulus Geser
Kecepatan gelombang geser (Vs), modulus geser (G) dan rasio redaman (D)
merupakan parameter yang penting dan diperlukan dalam analisis respon dinamik
tanah. Penentuan parameter dinamik tanah ini dapat dilakukan dari pengujian
wave (MASW). SASW dan MASW merupakan metode seismik non- destruktif
dimana keduanya menunjukkan hubungan yang elastik linier. Semakin besar nilai
kecepatan gelombang geser, maka akan semakin besar juga nilai kekakuan
tanahnya atau semakin keras dan padat. Kecepatan gelombang geser hanya
dengan kepadatan tanah. Semakin rendah tingkat kejenuhan tanah, maka akan
tegangan geser siklik pada elemen tanah. Modulus geser tanah adalah merupakan
G max = ρ. VS (6)
dimana,
ρ : kerapatan massa
yang diperoleh dari metode MASW, nilai G untuk masing masing lokasi dapat
ditentukan.
F. Gelombang Geser
padat, gelombang geser menjalar dengan kecepatan antara 3-4 km/detik. Ketika
Turk, 1997). Gelombang geser merupakan salah satu parameter penting dalam
kondisi bawah permukaan untuk kebutuhan bidang rekayasa (Xia dkk., 2000) dalam
ASCE 2010 dan SNI 1726:2012, parameter kecepatan gelombang geser (Vs) sudah
Tabel 1. Klasifikasi dan Jenis tanah berdasarkan ASCE 2010 dan SNI 1726:2012
Pengklasifikasian jenis tanah dan batuan berdasarkan ASCE 2010 dan SNI 1726:2012
banyak digunakan untuk perencanaan bangunan gedung dan non-gedung yang akan
menggantikan metode konvensional seperti CPT (Cone Penetrating Test) dan SPT
G. Vs30
permukaan. Menurut Roser dan Gosar (2010) nilai Vs30 ini dapat dipergunakan
dalam penentuan standar bangunan tahan gempa. Nilai Vs30 digunakan untuk
efek lokal serta digunakan untuk keperluan dalam perancangan bangunan tahan
∑
Vs30 = ∑ (7)
dimana :
i : indeks pelapisan
ti : ketebalan lapisan ke i
menganalisa sifat dinamis batuan, sehingga kekakuan batuan, dan kuat geser
medium solid. Secara garis besar metode ini akan mengukur variasi kecepatan
seismik pasif dan atau aktif untuk menghasilkan gelombang permukaan dengan
rekaman yang ditimbulkan pada beberapa jarak dari sumber getaran, dimana tiap
jenis tanah
Metode MASW terbagi menjadi dua jenis yaitu metode MASW aktif dan
pasif. Perbedaan dari kedua metode ini terletak pada sumber gelombang yang
digunakan, pada MASW aktif sumber gelombang yang digunakan harus memiliki
frekuensi yang tinggi yaitu dapat berupa palu atau weightdrop. Sedangkan metode
MASW pasif menggunakan sumber dengan frekuensi rendah seperti pasang surut
air laut, lalu lintas kendaraan ataupun kerumunan pejalan kaki. Gambaran umum
Gambar 14. Gambaran umum survei metode MASW (Park dkk, 1999).
Gambar 15. Skema survei lapangan MASW aktif (Park dkk, 1999).
untuk survei 2D, dimana metode ini memanfaatkan gelombang permukaan yang
38
dihasilkan dari lalu lintas lokal. Hasilnya mungkin kurang akurat dibandingkan
dengan metode remote, namun konfigurasi ini paling mudah digunakan dalam
nya.
I. Prosedur MASW
1. Akuisisi Data
palu atau weighdrop dan sumber frekuensi rendah seperti aktifitas pejalan
kaki, lalu lintas kendaraan atau keretaapi tergantung metode MASW yang akan
digunakan. Pada tahap akuisisi data, agar diperoleh data yang bagus dengan rasio
S/N (signal to noise) yang baik. Variasi konfigurasi dan alat akuisisi sangat
(Zmax = 0,5 max). Jika jarak antar geophone kurang sesuai, hal ini dapat
mengakibatkan data kurang koheren. Jika ingin dilakukan survei lebih dalam,
39
beban yang diberikan harus semakin berat untuk menimbulkan energi yang besar.
Hal- hal seperti ini dijadikan pertimbangan apakah metode aktif atau pasif yang
2. Pengolahan Data
Data seismik yang didapat saat akuisisi data dengan metode Multichannel
analysis of surface wave berupa shoot gather dalam domain waktu dan
Pada gambar dispersi akan terlihat berbagai mode gelombang yang terekam.
permukaan ―C0‖ (mode dasar atau foundamental mode memiliki sensivitas yang
mode dasar dan frekuensi yang sempit. Kurva dispersi mode tinggi (higher
mode) sensitivitas tinggi pada kedalaman yang lebih dalam dan telah
Dalam metode MASW, data seismik yang telah diukur dan direkam oleh
40
mengolah dan menganalisis data seismik tersebut sehingga pada akhirnya akan
dispersi dan proses inversi terhadap kurva dispersi untuk mendapatkan profil
material bawah permukaan. Dengan metode MASW, suatu citra dari kurva
yang terekam dapat dibentuk langsung dari data rekaman multi-channel. Hal ini
dapat dilakukan dengan suatu metode yang telah dikembangkan oleh Park et al
frekuensi-kecepatan fase-amplituda.
dari kurva dispersi, seperti terlihat pada Gambar 17. Dari citra kurva dispersi,
dengan lebih akurat. Jika kurva dispersi dapat diperoleh dengan akurat, maka
tingkat ketelitian profil kecepatan gelombang geser dari hasil inversi juga akan
lebih tepat
41
inversi ini. Kurva dispersi dari model lapisan tersebut kemudian dihitung
dengan menggunakan metode Knopoff (Xia dkk, 1999a). Kurva dispersi hasil
model lapisan yang telah ditentukan di awal proses. Proses iterasi dilakukan
dan metode least square digunakan sehingga akhirnya diperoleh satu profil
geser (vs), kecepatan gelombang tekan (vp), berat jenis ( ) dan ketebalan (h)
proses inversi akan diperoleh (Xia dkk, 1999a). Setelah proses inversi berakhir
3. Inversi
Profl Vs dihitung dengan menggunakan inversi berbasis iterasi yang memerlukan
data inversi dan estimasi poission ratio dan densitas. Pendekatan last square
hanya Vs yang berubah setiap melakukan iterasi, sisanya poission ratio, densitas
dan ketebalan tidak mengalami perubahan selama proses inversi. Inisial model
bumi dibutuhkan sebagai langkah awal proses inversi berbasis iterasi. Model
dkk 1999).
dimana,
perkalian kedalaman
Vs (z) adalah kecepatan gelombang geser pada kedalaman, sementara z,c (λ)
adalah kecepatan fasa yang berkaitan dengan panjang gelombang (λ) yang
berkaitan dengan perkalian kedalaman (z) dan faktor konversi kedalaman (r)
(antara 2 dan 4) (Ismed Kanli dkk, 2004). Profil kecepatan gelombang geser 1-D
genetik. Dimana dasarnya dilakukan untuk mendapatkan model yang paling baik
berikut :
Missfit =∑
dimana,
frekuensi, nf adalah jumlah dari sample frekuensi, jika tidak ada ketidakpastian σi
diganti oleh (Wahlet,dkk, 2004). Proses inversi Vs 1-D ini bisa dilihat pada
Gambar 18 .
Gambar 17. Profil Vs 1-D hasil inversi dari kurva dispersi (Sholihan, 2009)
22
Karang Barat, Teluk Betung Utara, Teluk Betung Barat, Bumi Waras, Rajabasa,
1. Laptop
6. Plat Besi
C. Diagram Alir
Mulai
Akuisisi MASW
Edit Geometri
Transformasi Fourier
Proses Inversi
H (f) = ∫ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡 𝑒 𝑗 𝜋𝑓𝑡
dt
= Re (f) + j Im (f)
Ya
Picking Kurva Dispersi
Profil Vs terhadap kedalaman
Kurva Dispersi
Pemetaan Persebaran Nilai Vs30
Interpretasi
Selesai
D. Prosedur Penelitian
data.
1024 Ms, sampling rate 0,25 Ms, dengan menggunakan konfigurasi off end.
3.Melakukan edit geometri dengan memberi posisi pada source, jarak antar
frekuensi.
5.Setelah merubah domain waktu didapat hasil fase velocity – frekuensi untuk
7. Melakukan proses inversi dengan kurva dispersi dan medapatkan hasil nilai
RMS error .Berhasil atau tidaknya proses inversi ini bergantung pada nilai RMS
minimum, bila nilai nya besar maka tidak bisa dilakukan tahapan selanjutnya
Dari hasil profil Vs bisa dilakukan proses pemetaan nilai persebaran Vs30.
9.Tahapan terkahir adalah interpretasi data yang dihasilkan dari pengolahan data
masw ini.
66
A. Kesimpulan
1. Site class S1 yang berada pada timur dan selatan Kota Bandar Lampung dengan
2. Site class B dengan jenis tanah keras terletak pada titik pengukuran TB_15
dengan rata-rata nilai Vs 589,09 m/s dan site class S1 dengan jenis tanah lunak
terletak pada titik pengukuran KT_01 degan rata-rata nilai Vs 223,16 m/s.
memiliki tingkat kerawanan yang tinggi saat terjadi guncangan gempa bumi
B. Saran
Untuk melakukan mitigasi bencana alam ada baiknya dilakukan penelitian tidak
bertahap dan monitoring dengan menggunakan metode yang lain minimal setahun
66
67
sekali untuk melihat apakah ada perubahan pada jenis tanah di Kota Bandar
Lampung.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ismed Kanli, Peter, T. Pronay, Z. Pinar, A. and Herman, L., 2005. VS30
mapping and soil classification for seismic site effect evaluation in
Dinar region, SW Turkey Geophysical Journal International (2006)
165 (1): 223-235
Choon B. Park, Richard D. Miller and Jianghai Xia., 1999. Multichannel analysis
of surface waves.. Geophysics, Vol. 64, No. 3 (May-June 1999); P.
800– 808, 7 Figs
Mangga, SA., Amirudin, T., Suwarti, S., Gafoer dan Sidarto. 1993. Peta Lembar
Tanjungkarang, Sumatra. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi.
Miller, Richard D. and Xia, Jianghai., 1999. Using MASW to Map Bedrock in
Olathe, Kansas. Kansas Geological Survei. Kansas Geological
Survey Open File Report No 99-9.
Miller, R.D. Xia, J. and Park, C.B., 1999. MASW to investigate Subsidence in the
Tampa, Florida Area . Kansas Geological Survey Open File Report
99-33. Report to ELM Consulting LLC,Olathe, Kansas.
Rusydy, I., Jamaluddin, K., Fatimah, E., Syafrizal., Andika, F., 2016, Studi Awal
: Analisa Kecepatan Gelombang Geser (Vs) Pada Cekungan
Takengon Dalam upaya mitigasi Gempa Bumi, No.1 Vol.3 Hal 5
Telford, W.M. Geldart, L.P. and Sheriff, R.E., 1990. Applied Geophysics Second
Edition. New York: Cambrige University.
Thompson, G.R., dan turk, J., 1997, Introduction to Physical Geology, Brooks
Cole, Pp.
Xia, J. Miller, R.D., dan Park, C.B (1999a). Estimation of near-surface shear-
wave velocity by inversion Rayleigh Wave: Geophysics 64:691-700.
Xia, J., R.D. Miller, C.B. Park, dan J. Ivanov. (2000). Construction of 2-D
vertical shear-wave velocity field by the multichannel analysis of
surface wave technique: Proceedings of the Symposium on the
Application of Geophysics to Engineering and Environmental
Problems (SAGEEP 2000), Arlington, Va., February 20 -24, p.
1197-1206.
Xia, J. Miller, R.D. Park, C.B. and Tian, G., 2003. “Inversion of high frequency