Sunteți pe pagina 1din 11

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No.

4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

PENGEMBANGAN PRODUK SEDIAAN GEL KOMBINASI EKSTRAK


DAUN SIRSAK (Annona muricita L.) DENGAN EKSTRAK RIMPANG
TEMULAWAK (Curcuma xanthorhiza Roxb.) SEBAGAI ANTI BAKTERI
PENYEBAB JERAWAT (Propionibacterium acne dan Staphylococcus
epidermidis)
Christel Nataniel Sambou1) , Agung Eru Wibowo1) , Shelly Taurhesia1)
1)
Program Studi Magister Ilmu Kefarmasian Universitas Pancasila Jakarta, 12640

ABSTRACT

One of the causes of acne is the presence of Propionibacterium acnes and Staphylococcus
epidermidis on skin. The aim of this research was to develop gel product made from the combination
of extracts that are effective as anti-acne against P. Acnes and S. epidermidis. This research was based
on experiment method. Soursop leaf and temulawak rhizome were extracted by maceration in ethanol
96%. The viscous extract was then tested to P.Acnes and S.epidermidis to gain Minimum Inhibitory
Concentration (MIC). The MIC value of soursop leaf and temulawak rhizome extract for P. Acnes and
S.epidermidis were 3% b/v and 1% b/v respectively. The antibacterial potential of formulated gel was
gained by evaluating the average diameter of the radical zone with three repetitions of gel contained
ethanol extract of temulawak rhizome 1% b/v against bacteria P. acnes and S. epidermis (1,33 mm
and 1,67 mm), ethanol extract of soursop leaf 3% b/v (1,33 mm and 1,67 mm), combination of
temulawak rhizome and soursop leaf 3:1% b/v (2 mm and 2,67 mm), 1,5:1% b/v (1,67 mm and 1,63
mm), and 4,5:1% b/v (3,67 mm and 3,63 mm). The result showed that in gels contained the
combination of of temulawak rhizome and soursop leaf with the similar concentration of single
extract did not have the better radical zone result compared to the single extracts, and were considered
as antagonist.

Keywords : Annona muricita L., Curcuma xanthoriza Roxb., Propionibacterium acnes,


Staphylococcus epidermidis
ABSTRAK

Salah satu penyebab munculnya jerawat adalah berkembangnya bakteri Propionibacterium


acne dan Staphylococcus epidermidis. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk sediaan
gel dari kombinasi ekstrak yang efektif sebagai anti jerawat terhadap bakteri P. Acnes dan
S.epidermidis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Daun sirsak dan rimpang temulawak
di ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak kental yang diperoleh
kemudian dilakukan uji anti bakteri P. Acnes dan S.epidermidis untuk mendapatkan nilai Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM). Nilai KHM ekstrak daun sirsak dan ekstrak rimpang temulawak untuk
bakteri P. Acnes dan S.epidermidis berturut-turut adalah 3% b/v dan 1% b/v. Hasil uji anti bakteri
sediaan di peroleh diameter rataan zona bunuh/zona bening bakteri (radical zone) dengan 3 kali
pengulangan untuk Gel ekstrak etanol rimpang temulawak konsentrasi 1% b/v pada bakteri P. Acnes
dan S.epidermidis (3,33 mm dan 2,67 mm), ekstrak etanol daun sirsak konsentrasi 3% b/v (1,33 mm
dan 1,67 mm), kombinasi konsentrasi ekstrak rimpang temulawak dan ekstrak daun sirsak 3:1% b/v
(2 mm dan 2,67 mm), kombinasi konsentrasi 1,5:1% b/v (1,67 mm dan 1,63 mm), kombinasi
konsentrasi 4,5:1% b/v (3,67 mm dan 3,63 mm). Hasil uji tersebut bersifat antagonis karena pada gel
kombinasi kedua ekstrak dengan konsentrasi yang sama dengan ekstrak tunggal tidak memberikan
zona bunuh yang lebih baik dari sediaan gel ekstrak tunggalnya.

Kata kunci : Daun sirsak, rimpang temulawak, Propionibacterium acne, Staphylococcus epidermidis

255
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN Kandungan asetogenin pada daun sirsak


Jerawat disebabkan oleh bakteri dapat dimanfaatkan untuk mengobati
Propionibacterium acne dan penyakit kulit yang disebabkan oleh
Staphylococcus epidermidis. Bakteri ini beberapa bakteri seperti Staphylococcus
tidak patogen pada kondisi normal, tetapi aureus dan Propionibacterium acnes
bila terjadi perubahan kondisi kulit, maka (Sousa,2010). Hasil penelitian yang
bakteri tersebut berubah menjadi invasif. dilakukan Boesro S, (2006) menunjukkan
Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar ekstrak Rimpang Temulawak memiliki
sebasea menghasilkan air, asam amino, nilai KHM terhadap bakteri
urea, garam dan asam lemak yang menjadi Staphylococcus epidermidis pada
sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini konsentrasi 0,03% b/v . Sedangkan hasil
berperan pada proses kemotaktik inflamasi Uji KHM yang dilakukan Nurhabibah
dan pembentukan enzim lipolitik (2013) menunjukan kemampuan
pengubah fraksi sebum menjadi massa menghambat pertumbuhan bakteri
padat, yang menyebabkan terjadinya Propionibacterium acne pada konsentrasi
penyumbatan pada saluran kelenjar 1% b/v.
sebasea (Jawetz,2005). Penelitian tentang kombinasi ekstrak
Pemanfaatan bahan alam di Indonesia daun sirsak dan ekstrak rimpang
akhir-akhir ini meningkat, bahkan temulawak belum pernah dilakukan
beberapa bahan alam telah diproduksi sehingga pada penelitian ini akan dicoba
dalam skala besar. Penggunaan bahan dikembangkan dalam bentuk sediaan gel
tradisional dinilai memiliki efek samping dengan tujuan untuk mendapatkan efek
yang lebih kecil dibandingkan dengan sinergi sebagai antibakteri.
yang berasal dari bahan kimia dan Untuk memanfaatkan ekstrak daun
harganya lebih terjangkau. Keuntungan sirsak dan ekstrak rimpang temulawak
lainnya penggunaan bahan tradisional sebagai kosmetik bahan alam dalam
yaitu bahan bakunya yang mudah mengatasi jerawat, dilakukan formulasi
diperoleh dan harganya yang relatif murah kombinasi ekstrak daun sirsak dan ekstrak
(Putry ZF, 2010). rimpang temulawak menjadi bentuk
Menurut hasil penelitian ekstrak daun sediaan yang mudah digunakan, yaitu
sirsak (Annona muricita L) mengandung sediaan gel. Gel merupakan sediaan
senyawa metabolit sekunder flavonoid, semisolid dengan basis yang mudah dicuci
yang dapat berfungsi sebagai antibakteri sehingga besar harapan dapat disukai
(Hasmila, 2015). Hasil pengujian KHM masyarakat. Menurut Kepala Badan
(Konsentrasi Hambat Minimum) yang Pengawasan Obat dan Makanan Republik
dilakukan Yulianti (2015) ekstrak daun Indonesia Nomor HK.03.1.23.12.10.12459
sirsak memiliki kemampuan menghambat Tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis
pertumbuhan Propionibacterium acne Kosemtik menyatakan bahwa kosmetik
pada konsentrasi 1% b/v (Yulianti R, yang beredar harus memenuhi persyaratan
2015) sedangkan hasil Uji KHM yang teknis meliputi keamanan, kemanfaatan,
dilakukan Haryoto (2012) menunjukkan mutu, penandaan dan klaim.
kemampuan menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus epidermidis pada
konsentrasi 3% b/v (Kusworo, 2012).
256
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

METODE PENELITIAN dengan pergantian pelarut 5 x 24 jam


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan sebanyak 2 kali. Filtrat disaring dan
Februari sampai dengan Agustus 2017 di dipekatkan dengan rotary evaporator dan
Laboratorium Farmasi Program Studi waterbath hingga diperoleh ekstrak kental .
Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sam Skrining Fitokimia (budiputra, 2013)
Ratulangi Manado. a. Pemeriksaan Golongan Senyawa
Alat yang digunakan dalam penelitian Alkaloid
ini yaitu Ayakan mesh 60, Oven, Rotary Simplisia ditambahkan dengan HNO3
evaporator, Waterbath, Lumpang dan alu, encer digerus dalam mortir, lalu
Cawan petri, Tanur, Jarum Ose, ditambahkan beberapa mL klorofom
Timbangan digital, Elektroda pH meter, sambil digerus homogen. Kemudian
Wadah tertutup, pot gel, spektrofotometer disaring, setelah disaring filtrat
UV-Vis. dikocok dengan HCl 2 N. lapisan asam
Bahan-bahan yang digunakan yaitu dipisahkan, kemudian dibagi menjadi 3
Daun sirsak, Rimpang Temulawak, Etanol bagian. Bagian pertama digunakan
96 %, HNO3, Kloroform, HCl 2 N, sebagai blangko, bagian kedua ditetesi
Pereaksi Mayer, Peraksi Dragendorff, dengan larutan pereaksi Mayer dan
Logam Mg, Amil alcohol, Gelatin 1%, bagian ketiga ditetesi pereaksi
Eter, Peraksi Lieberman-Burchard, Media Dragedorff. Hasil positif adanya
Muller-Hinton Agar (MHA), NaCl 0,9%, alkaloid bila terbentuk endapan putih
Larutan Mc Farland. Nutrien Broth (NB), dengan pereaksi Mayer, dan jingga
Gel Clindamycin (Kontrol Positif) , CMC- dengan pereaksi Dragendorff .
Na, propilenglikol, Gliserin, Aquadest. , b. Pemeriksaan Golongan Senyawa
Bakteri Propionibacterium acne (ATCC Flavonoid
11827) dan Bakteri Staphylococcus Simplisia digerus dalam mortir dengan
epidermidis (ATCC 12228). sedikit air, kemudian dimasukkan ke
dalam tabung reaksi yang berisi logam
Pengambilan Sampel Mg dan larutan HCl 2N. Seluruh
Daun sirsak dan rimpang temulawak campuran dipanaskan beberapa saat.
yang telah dikumpulkan dibersihkan dari Kemudian filtrat ditambah amil
pengotor selanjutnya dicuci di bawah air alkohol dan dikocok kuat-kuat. Adanya
mengalir sampai bersih, ditiriskan, lalu flavonoid akan menyebabkan filtrat
dikeringkan di dalam oven. Sampel yang berwarna merah.
telah kering diserbuk dengan c. Pemeriksaan Golongan Senyawa
menggunakan blender, serbuk yang Saponin
dihasilkan diayak menggunakan ayakan Simplisia dimasukkan dalam tabung
mesh 60 hingga diperoleh serbuk yang reaksi yang ditambahkan sedikit air
halus dan seragam. Hasilnya dimasukkan dan dipanaskan. Setelah dingin tabung
ke dalam wadah tertutup. dikocok kuat-kuat selama beberapa
menit. Pembentukan busa sekurang-
Ekstraksi Sampel kurangnya setinggi 1 cm dan konsisten
Serbuk kering di ekstraksi dengan selama beberapa menit dan tidak
cara maserasi dengan pelarut etanol 96% hilang menunjukkan adanya saponin.

257
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

d. Pemeriksaan Golongan Senyawa eksikator dan ditimbang berat abu


Tannin setelah dingin (Djajadisastra, 2009).
Simplisia digerus dalam mortir dan
dipanaskan dengan air di penangas air, Sterilisasi Alat
lalu disaring. Filtrat ditambahkan Semua alat yang digunakan uji
dengan larutan gelatin 1%, adanya aktivitas antibakteri, terlebih dahulu
endapan putih menunjukkan bahwa dilakukan proses sterilisasi dengan
dalam simplisia terdapat tanin. menggunakan autoklaf pada suhu 121oC
e. Pemeriksaan Golongan Senyawa selama 15 menit.
Triterpenoid dan Steroid Pembuatan Media Pembiakan
Simplisia disari dengan eter, kemudian Sebanyak 38 gram Mueller Hinton
sari eter diuapkan hingga kering. Pada Agar (MHA) di timbang dan dilarutkan
residu ditetesi larutan pereaksi dengan 1 liter aquades dan dipanaskan
Lieberman-Burchard. Penambahan hingga homogen. Kemudian disterilisasi
pereaksi dilakukan dalam keadaan dengan menggunakan autoklaf pada suhu
dingin. Terbentuknya warna ungu 121oC selama 15 menit .
menunjukkan bahwa dalam simplisia
terkandung senyawa kelompok Pembuatan Suspensi Bakteri
triterpenoid, sedangkan bila terbentuk Suspensi bakteri dibuat dengan cara
warna hijau-biru menunjukkan adanya mengambil koloni bakteri dari koloni
senyawa kelompok steroid. strain murni dengan menggunakan ose
bulat steril, lalu dimasukkan ke dalam
Pemantauan Mutu Ekstrak tabung reaksi yang berisi NaCl fisiologis
a. Penetapan Kadar Air 0,9% steril campurkan sampai kekeruhan
Penetapan kadar air dilakukan secara sama dengan larutan Mc Farland 1 yang
pemanasan. Serbuk bahan uji diukur secara visual .
ditimbang sebanyak 1-2 gram dalam
cawan yang telah diketahui beratnya. Pembuatan Gel
Kemudian keringkan dalam oven pada Pembuatan gel dilakukan dengan cara
suhu 100-1050 C selama 3-5 jam. CMC-Na di timbang kemudian
Kemudian dinginkan dalam eksikator dikembangkan di cawan porselin dengan
dan ditimbang. Panaskan lagi dalam sedikit aquadest panas, kemudian
oven selama 30 menit, dinginkan dilakukan pengadukan secara terus –
dalam eksikator dan ditimbang. menerus sehingga terdispersi sempurna
Pengurangan berat merupakan dan membentuk basis gel. Selanjutnya
banyaknya air dalam bahan (Maharani ditambahkan gliserin, propilenglikol dan
,2013). aquadest dan terus dilakukan pengadukan
b. Penetapan Kadar Abu Total hinga terbentuk sediaan gel dan
Ditimbang seksama 2 sampai 10 gram ditambahkan dengan dengan ekstrak sesuai
bahan dalam cawan yang kering dan jumlah dalam formula (Sasanti TJ,2012).
telah diketahui beratnya, kemudian
Uji Aktivitas Anti Bakteri Gel Ekstrak
pijarkan dalam tanur sampai diperoleh
Tunggal dan Kombinasi Ekstrak Daun
abu berwarna keputih-putihan.
Masukkan cawan dan abu kedalam

258
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Sirsak dan Ekstrak Rimpang Uji homogenitas dilakukan dengan


Temulawak Secara In Vitro meletakkan sejumlah sediaan gel pada
Uji aktivitas antibakteri sediaan gel kaca transparan dan dilihat susunan
dilakukan menggunakan metode difusi. partikel dari sediaan.
Sebanyak 0,2 mL suspensi bakteri uji
dicampurkan dengan 20 mL media Muller HASIL DAN PEMBAHASAN
Hinton Agar (MHA) steril dan dituangkan Daun Sirsak dan Rimpang Temulawak
dalam cawan. Dibuat lubang pada media yang telah diambil dari Kecamatan Pasan
agar, selanjutnya sediaan gel ekstrak Kabupaten Minahasa Tenggara kemudian
tunggal maupun kombinasi ekstrak daun di potong kecil-kecil (perajangan). Hal ini
sirsak dan ekstrak rimpang temulawak bertujuan untuk memperluas permukaan
ditotolkan kedalam lubang dan kemudian yang akan berinteraksi dengan pelarut,
diinkubasi pada suhu 370C selama 18-24 sehingga akan lebih banyak senyawa yang
jam. Selanjutnya diamati area zona bening dapat ditarik oleh pelarut. Setelah itu
di sekitar sumur dan diukur dengan lakukan proses ekstraksi yang bertujuan
menggunakan jangka sorong. Sebagai untuk memisahkan atau menyari senyawa
kontrol positif dibuat dari gel Clindamycin aktif yang ada di dalam sampel, sehingga
yang ada di pasaran dan dilakukan juga uji adanya suatu proses pemisahan dua atau
aktivitas antibakterinya (Maswadeh,2006). lebih komponen yang terkandung dalam
sampel, oleh suatu pelarut (Suryanto
Evaluasi Sediaan Gel E.,2012).
a. Organoleptik Sampel diekstraksi dengan
Pengamatan dilakukan terhadap menggunakan metode maserasi. Tujuan
berbagai perubahan gel secara pemilihan metode maserasi karena cara
organoleptik, sediaan disimpan pada pengerjaan dan peralatan yang digunakan
suhu kamar dan yang diamati yaitu sederhana serta mudah dilakukan,
warna, bau dan bentuk. walaupun kekurangan dari metode ini
b. Pengukuran pH adalah pengerjaannya lama dan
Diambil 1 gram sediaan gel kemudian penyariannya kurang sempurna . Agar
dilarutkan dengan aquadest sampai 10 senyawa kimia di dalam sampel dapat
ml. Elektroda pH meter dicelupkan ke terekstrak secara menyeluruh maka di
dalam larutan yang akan diukur jarum lakukan remaserasi atau pengulangan
pH meter dibiarkan bergerak sampai dengan penggantian pelarut sebanyak tiga
menunjukkan posisi tetap, pH yang kali. Ekstraksi sampel ini menggunakan
ditunjukkan pH meter di catat. pelarut etanol 96% karena pelarut etanol
c. Uji Daya Sebar menyari hampir keseluruhan kandungan
Sediaan sebanyak 0,5 g diletakkan simplisia baik non polar, semi polar
pada kaca transparan, dibiarkan maupun polar (Iswanti DA,2009). Pelarut
sediaan melebar pada diameter ini bersifat selektif, tidak beracun, dan
tertentu. Kemudian ditutup dengan bersifat universal yang cocok untuk
plastik transparan dan diberi beban 150 mengekstrak semua golongan senyawa
g kemudian diukur luas daerah metabolit sekunder (Kristanti A,2008).
penyebarannya. Hasil ekstraksi sampel basah daun
d. Uji Homogenitas sirsak memiliki berat 624 gram kemudian

259
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

melalui proses pengeringan memperoleh Senyawa alkaloid, flavononoid dapat


sampel kering 213 gram dan ekstrak kental berfungsi sebagai antibakteri. Senyawa
26 gram. Sedangkan untuk rimpang alkaloid memiliki mekanisme kerja dengan
temulawak memiliki berat sampel basah cara mengganggu komponen penyusun
1.283 gram kemudian melalui proses peptidoglikan pada sel bakteri sehingga
pengeringan memperoleh sampel kering lapisan dinding sel tidak terbentuk secara
221 gram dan ekstrak kental 36,6 gram. utuh. Senyawa Flavonoid dapat merusak
Hasil ini menunjukkan bahwa untuk membrane sitoplasma yang dapat
sampel daun sirsak memiliki rendemen menyebabkan bocornya metabolit penting
12,20% dan rimpang temulawak memiliki dan menginaktifkan system enzim bakteri.
rendemen sebesar 16,54 %. Kerusakan ini memungkinkan nukleotida
Setelah diperoleh ekstrak kental dari dan asam amino merembes keluar dan
masing-masing sampel, selanjutnya mencegah masuknya bahan-bahan aktif ke
dilakukan skrining fitokimia untuk dalam sel dan mengakibatkan kematian
mengetahui senyawa golongan apa saja bakteri (Rakhel NP,2017).
yang terdapat di dalam simplisia tersebut. Selanjutnya dilakukan pemantauan mutu
Dari hasil pengujian diperoleh hasil yang ekstrak yaitu penetapan kadar air dan
ditujukan pada tabel 1. kadar abu total. Dari pengujian diperoleh
Tabel 1 . Skrining Fitokimia Ekstrak Daun nilai kadar air untuk daun sirsak yaitu
Sirsak dan Ekstrak Rimpang Temulawak 6,72% dan untuk rimpang temulawak yaitu
HASIL 8,73 %. Penetapan kadar air simplisia
METABOLIT
TANAMAN sangat penting untuk memberikan batasan
SEKUNDER
maksimal kandungan air dalam simplisia,
Alkaloid ADA karena jumlah air yang tinggi menjadi
Flavonoid ADA media tumbuhnya bakteri dan jamur yang
Saponin ADA dapat merusak senyawa yang terkandung
Daun Sirsak Tanin ADA di dalam simplisia. Persyaratan kadar air
Triterpenoid TIDAK dari simplisia menurut parameter standar
ADA yang berlaku adalah tidak lebih dari 10%,
Steroid
hal ini menunjukkan bahwa kedua
Alkaloid ADA tanaman memiliki kadar air yang sesuai
Flavonoid ADA persyaratan. Untuk kadar abu total daun
Rimpang Saponin ADA sirsak dan rimpang temulawak masing-
Temulawak Tanin TIDAK masing 9,54% dan 4,69%. Penetapan
Triterpenoid ADA kadar abu total dilakukan dengan tujuan
Steroid TDAK untuk memberikan gambaran kandungan
Dari hasil skrining fitokimia tersebut mineral internal maupun eksternal yang
dapat dilihat bahwa ekstrak daun sirsak berasal dari proses awal sampai
mengandung senyawa metabolit sekunder terbentuknya simplisia. Kadar abu total
yaitu alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, berkaitan dengan mineral baik senyawa
dan steroid. Sedangkan ekstrak rimpang organik maupun anorganik yang diperoleh
temulawak mengandung senyawa secara internal maupun eksternal (Depkes
metabolit sekunder yaitu alkaloid, RI,2000). Secara ringkas di sajikan dalam
flavonoid, saponin dan triterpenoid. tabel 2.
260
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Tabel 2 Pemantauan Mutu Ekstrak pengamatan dengan melihat ada atau


tidaknya zona bunuh (radical zone) di
Paramete Hasil sekeliling lubang (Prayoga E.,2013).
No Ekstrak
r Standar Pemeriksaa Metode ini menjadi metode yang dipilih
. Tanaman
Simplisia n (%) dalam uji aktivitas karena memiliki
Kadar Air 6,72 keuntungan yaitu prosedurnya yang
Daun
1. Kadar sederhana (mudah dan praktis) untuk
Sirsak 9,54
Abu Total dilakukan dan dapat digunakan untuk
Rimpang Kadar Air 8,73 melihat sensitivitas berbagai jenis mikroba
2. Temulawa Kadar terhadap antimikroba pada konsentrasi
4,69
k Abu Total tertentu (Mawaddah R,2008). Zona yang
dimaksud yaitu zona bunuh (radical zone)
Masing-masing ekstrak yang diperoleh, dan zona hambat (irradikal zone). Zona
dibuat kedalam bentuk sediaan Gel baik bunuh ditunjukkan dengan adanya area
dalam konsentrasi tunggal maupun bening disekeliling sumur sedangkan zona
kombinasi dari ekstrak daun sirsak dan hambat ditunjukan oleh area yang terlihat
rimpang temulawak. Pengamatan tidak subur atau lebih keruh jika
dilakukan setelah inkubasi pada suhu 37˚C dibandingkan dengan daerah yang tidak
selama 1x24 jam. Konsentrasi ekstrak terpengaruh oleh zat (Ayu, 2014).
dalam sediaan gel yaitu pada gel ekstrak
daun sirsak mengandung ekstrak daun Tabel 3. ZONA BUNUH (radical zone)
sirsak 3% b/v dan gel rimpang temulawak
1% b/v. Untuk sediaan Gel kombinasi FORMULASI Zona bunuh (radical
ekstrak antara lain Gel kombinasi 1 SEDIAAN GEL zone) (mm)
perbandingan ekstrak daun sirsak dan P.acne S.epidermidis
rimpang temulawak yaitu 3 : 1 % b/v, Kontrol Negatif 0 0
sementara untuk gel kombinasi 2 yaitu 1,5 (Basis Gel)
: 1 % b/v dan gel kombinasi 3 yaitu 4,5 : Kontrol Negatif 10,67 10
1% b/v dengan pembanding sebagai kontol (Medi-Klin
®
negative yaitu basis gel dan control positif Gel )
yaitu Gel Clindamycin. Pengujian aktivitas Gel Ekstrak 3,33 2,67
antibakteri dari ekstrak daun sirsak dan Rimpang
ekstrak rimpang temulawak pada bakteri Temulawak (1%
Propionibacterium acne dan b/v)
Staphylococcus epidermidis menggunakan Gel Ekstrak 1,33 1,67
metode difusi sumur. Metode Daun Sirsak (3%
lubang/sumuran yaitu membuat lubang b/v)
pada agar padat yang telah diinokulasi Gel Kombinasi 1 2 2,67
dengan bakteri. Pada lempeng agar yang (1 + 3) % b/v
telah diinokulasikan dengan bakteri uji Gel Kombinasi 2 1,67 1,33
dibuat suatu lubang yang selanjutnya diisi (1 + 1,5) % b/v
dengan zat antimikroba uji.. Setelah Gel Kombinasi 3 3,67 3,33
diinkubasi pada suhu dan waktu yang ( 1 + 4,5)% b/v
sesuai dengan mikroba uji, dilakukan

261
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua kandungan dalam ekstrak masih berfungsi
ekstrak setelah dikombinasikan dalam membunuh bakteri tetapi tidak
memberikan efek antagonis. Hal ini dapat maksimal karena terjadi saling
dilihat bahwa diameter zona bunuh menurunkan efektivitasnya.
(radical zone) kombinasi ekstrak 1 dan 2 Dalam pengujian ini digunakan
tidak lebih besar dari ekstrak tunggal. Hal kontrol positif dan negatif. Kontrol positif
ini disebabkan adanya persamaan yang digunakan yaitu gel clindamycin .
kandungan senyawa dalam ekstrak yang Pemilihan clindamycin ini di dasari karena
berfungsi sebagai antibakteri sehingga peredaraannya yang paling banyak di
kombinasi tidak menghasilkan efek pasaran sebagai zat kimia anti jerawat.
sinergis. Selain itu, kombinasi lebih baik Clindamycin bekerja dengan menghambat
dilakukan pada ekstrak yang telah sintesis protein dari bakteri dengan
difraksinasi atau senyawa murni dari pada menghambat translokasi ribosom,
ekstrak kasar. Hal ini dikarenakan pada clindamycin akan berikatan dengan 50S
ekstrak kasar masih terdapat senyawa yang dari bakteri, secara khusus ia mengikat
dimungkinkan dapat bereaksi satu dengan terutama ke subunit RNA 23S.
yang lain sehingga dapat mempengaruhi Penggunaan kontrol positif berfungsi
aktivitasnya. Selain itu aksi ntagonis sebagai kontrol dari zat uji, dengan
reseptor terjadi saat suatu bentuk kimia membandingkan diameter zona bunuh
inaktif yang menyerupai agonis akan (radical zone) yang terbentuk. Dengan ada
berkompetisi menduduki sisi aktif dari nya pembanding ini kita dapat melihat
reseptor sehingga efek yang diharapkan apakah sediaan gel bahan alam yang kita
tidak muncul. Efek antagonis yang juga buat memiliki hasil yang lebih baik
dapat terjadi adalah non-kompetitif yaitu dibandingan sediaan dengan zat aktif
suatu bentuk kimia inaktif yang akan bahan kimia yang beredar di pasaran
menduduki sisi alosterik dari suatu sebagai anti jerawat dalam hal ini
reseptor sehingga kimia aktif lain yang clindamycin gel. Hasil pengujian
bersifat agonis menjadi tidak memiliki menunjukan bahwa diameter zona bunuh
afinitas sehingga akan menurunkan efek (radical zone) untuk control positif lebih
yang dikehendaki (Hu ZQ,2002). Selain baik dibandingkan dengan sediaan gel
itu dengan melihat pada nilai Fractional ekstrak bahan alam yang dibuat. Hal ini
Inhibitory Concentration (FIC) yang dikarenakan adanya senyawa lain dalam
menyatakan bahwa nilai FIC ≤ 0,5 akan ekstrak tanaman yang menurunkan efek
menghasilkan efek sinergis, =1,00 antibakteri karena masih dalam bentuk
memberikan hasil aditif dan ≤2,00 akan ekstrak kasar yang memiliki banyak
bersifat antagonis (Soemiati A,2002). kandungan dibandingkan sediaan gel
Selain itu, kandungan tanin dalam ekstrak clindamicyn yang sudah dalam bentuk
dapat mengikat berbagai senyawa aktif tunggal dan pembuatannya sudah
sehingga sukar di absorpsi hal ini memenuhi standar sediaan gel antijerawat
mengakibatkan khasiat dari zat aktif tidak yang baik.
maksimal karena jumlah yang di absorpsi Untuk kontrol negatif digunakan
terbatas. Pada formula kombinasi 3 basis sediaan gel. Kontrol negatif
menunjukkan zona bunuh yang lebih besar digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
dari ekstrak tunggal. Hal ini dikarenakan pengaruh basis gel terhadap pertumbuhan
262
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

bakteri uji, sehingga dapat diketahui bunuh lebih besar dari gel ekstrak
bahwa aktivitas yang ditunjukan oleh tunggal tetapi tidak secara signifikan.
ekstrak ialah zat yang terkandung dalam 4. Sediaan Gel kombinasi ekstrak daun
sampel bukan berasal dari basis gel yang sirsak dan ekstrak rimpang temulawak
digunakan. Dari pengujian tersebut di dapat menekan jumlah pertumbuhan
peroleh hasil bahwa zona bunuh (radical bakteri Propionibacterium acne dan
zone) untuk kontol negatif (basis gel) yaitu bakteri Staphylococcus epidermidis
0 mm, hal ini menunjukkan bahwa basis namun tidak lebih kuat dibandingkan
gel yang digunakan tidak mempengaruhi sediaan kontrol positif (Sediaan gel
penghambatan bakteri penyebab jerawat. anti jerawat komersial).
Sediaan gel yang telah dibuat
kemudian dilakukan evaluasi sediaan SARAN
untuk melihat apakah sediaan gel yang di Melakukan isolasi senyawa yang
buat sudah memiliki karakteristik sediaan berfungsi sebagai antibakteri dalam
sesuai dengan peruntukannya. Secara ekstrak daun sirsak dan ekstrak rimpang
keseluruhan hasil evaluasi sediaan gel temulawak yang memiliki mekanisme
memberikan hasil yang baik dan sesuai kerja yang berbeda untuk mengatasi efek
secara farmasetis. Untuk evaluasi sediaan antagonis yang dihasilkan dari kombinasi
untuk pengujian pH memberikan nilai pH kedua ekstrak.
yang sesuai dengan nilai pH kulit yaitu DAFTAR PUSTAKA
berkisar 4 – 6,518 . Pada pengujian daya
sebar memberikan hasil yang sesuai
Ayu ND, Recita I, Sandy C. 2014.
dengan standar daya sebar sediaan gel
Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Mete
yaitu berkisar antara 5-7 cm (Depkes
(Anacardium occidentale L) Terhadap
RI.1995).
pertumbuhan Aggregatibacter
SIMPULAN Actinomycetemcomitans pada
1. Ekstrak Daun Sirsak memiliki nilai Gingivitis – In Vitro. Odonto Dental
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Journal I. 1 (1) : 44-48.
3% b/v dan Rimpang Temulawak 1%
Boesro S. 2006. Pembuatan Sedian Krim
b/v .
Antiakne Ekstrak Rimpang Temulawak
2. Ekstrak daun sirsak dan ekstrak
(Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) .
rimpang temulawak dapat
FMIPA UNDIP.
diformulasikan dalam bentuk sediaan
Gel yang memiliki homogenitas lebih Budiputra DK. 2013. Pengembangan
baik dari pada bentuk larutan. Formula dan Karakterisasi
3. Sediaan Gel Kombinasi ekstrak daun Nanoemulsi dan Nanosuspensi
sirsak dan ekstrak rimpang temulawak Kurkumin Dalam Bentuk Gel Untuk
memberikan efek antagonis. Rute Transdermal (Tesis). Bandung :
Kombinasi kedua ekstrak dengan Institut Teknologi Bandung.
konsentrasi yang sama dengan ekstrak
tunggal tidak memberikan hasil yang Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia.
lebih baik dari ekstrak tunggalnya. Edisi IV. Jakarta: Depkes RI.
Sediaan gel kombinasi 3 memiliki zona

263
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

Departemen Kesehatan Republik Penerjemah: N. Widorini. Jakarta:


Indonesia. 2000. Parameter Standar Penerbit Salemba Medika.
Umum Ekstrak tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan republic Kristanti A, Aminah NS, Tanjung M,
Indonesia. Kurniadi B. 2008. Buku Ajar
Fitokimia. Unair Press, Surabaya.
Dick RM. 2011. General Pharmacologic Kusworo. 2012. Aktivitas antibakteri dan
Concepts, Jones and Bartlet Learning. bioautografi fraksi polar ekstrak
Londong, 17-19. etanol daun sirsak terhadap klebsiella
pneumonia dan staphylococcus
Djajadisastra, Munim A, Dessy NP. 2009.
epidermidis. Naskah publikasi ; UMS.
Formulasi Gel Topikal dari Ekstrak
Surakarta.
Nerii Folium dalam Sediaan Anti
Jerawat. Jurnal Farmasi Indonesia, 4: Maharani RK, Sulaiman, Munawaroh.
4. 2014. Formulasi Sediaan Gel
Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Daun
Hasmila I, Amaliah, Danial M. 2015.
Kemangi (Ocimum Basilicum) Dengan
Efektivitas Salep ekstrak Daun Sirsak
Basis HPMC dan Aktivitas Antibakteri
(Annona Muricita L) Pada Mencit
Terhadap Staphylococus aureus.
yang Terinfeksi Bakteri Staphylococus
(NASKAH PUBLIKASI). Universitas
aureus. UIN Alauddin Makassar..
Muhamadiyah Surakarta.

Hu ZQ, Zhao WH, Yoda Y, Asano N, Maswadeh, Semreen M, Naddaf A. 2006.


Hara Y, Shimamura T. 2002. Additive, Anti-inflammatory Activity of Achillea
indifferent and antagonistic effects in and Ruscus Topical Gel On
combinations of epigallocatechin Carragenan-induced Paw Edema in
gallate with 12 non-β-lactam Rats. Acth Poloniae Pharmaceutica-
antibiotics against methicillin-resistant Drug Research. 63(4).
Staphylococcus aureus. Journal of
Antimicrobial Chemotherapy. Mawaddah R. 2008. Kajian Hasil Riset
Potensi Antimikroba Alami dan
Iswanti DA. 2009. Uji Aktivitas Aplikasinya dalam Bahan Pangan di
Antibakteri Fraksi N-Heksan, Fraksi Pusat Informasi Teknologi Pertanian
Etil Asetat, Dan Fraksi Etanol 96% Fateta IPB [skripsi]. Fakultas
Daun Ekor Kucing (Acalypha Hispida Teknologi Pertanian ITB, Bogor.
Burm. F) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus ATCC 25923 Nurhabibah. 2013. Formulasi Emulgel
Secara Dilusi [skripsi]. Fakultas Anti Jerawat dari Ekstrak Rimpang
Farmasi Universitas Setia Budi, Temulawak dan Uji Aktivitasnya
Surakata. terhadap bakteri Propionibacterium
acnes. Jurnal.
Jawetz M dan Adelbergs. 2005.
Mikrobiologi kedokteran. (Buku 2). Prayoga E. 2013. Perbandingan Efek
Ekstrak Daun Sirih Hijau ( Piper betle

264
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4 NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493

L.) dengan Metode Difusi Disk dan Suryanto E. 2012. Fitokimia Antioksidan.
Sumuran terhadap Pertumbuhan Putra Media Nusantara, Surabaya.
Bakteri Staphylococcus aureus.
Universitas Islam Negeri Syarif Yulianti R, Abdassah M, Abdulah R,
Hidayatullah. Skripsi. Jakarta. Surachman E. 2015. Gel Kombinasi
Ekstrak Daun Sirsak dan Daun Jambu
Putri ZF. 2010. Uji aktivitas antibakteri Biji Sebagai Obat Anti Jerawat.
ekstrak etanol daun sirih (Piper betle Universitas Padjajaran, Sumedang.
L.) terhadap Propionibacterium acne Vol. 7 No.3.
dan Staphylococcus aureus
multiresisten (skripsi). Surakarta :
Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah.

Rakhel NP. 2017. Perbandingan Aktivitas


Antibakteri Infusa Kombinasi Daun
Sirih dan Daun Sirih Merah Dengan
Infusa Tunggalnya Terhadap
Antibakteri Staphylococcus aureus.
Skripsi ; SADHAR. Yogyakarta.

Sasanti TJ, Wibowo MS, Fidrianny I,


Caroline S. 2012. Formulasi gel
ekstrak air teh hijau dan penentuan
aktivitas antibakterinya terhadap
propionibacterium acnes. , Bandung :
School of Pharmacy ITB, Gedung
LabTek VII.

Soemiati A, dan Elya B. 2002. Uji


Pendahuluan Efek Kombinasi
Antijamur dan Infusa Daun Sirih
(Piper betle L.) Kulit Buah Delima
(Punica granatum L.) dan Rimpang
Kunyit (Curcuma domestica Val.)
Terhadap Jamur Cndida Albicans.
FMIPA UI : Depok.

Sousa. 2010. Efek Ekstrak Etanol Daun


Sirsak Terhadap Hambatan
Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur
Dinding Sel Dan Aktivitas Acinobacter
baumannii. ADLN Perpustakaan
UNAIR.

265

S-ar putea să vă placă și