Sunteți pe pagina 1din 10

STRATEGI KOMUNIKASI PENANGANAN PEMINDAHAN PASAR TIBAN

DI KOTA PEKALONGAN

Communication Strategy of Pasar Tiban Relocation in Pekalongan

Trimanah dan Mubarok

(Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Sultan Agung Semarang)

ABSTRACT

Pekalongan is one of the citiesin Indonesia that undergo arapid development in various fields.
One of thestands out economic activity of the town is Pasar Tiban. Pasar Tiban is a term used
for a traditional market which opened without any legal approval from the local government.
Based on the data taken from Disperindagkop and UMKM Pekalongan, there are 28 pasar
tiban spread across the city in 2014. Eventhough it is ilegal, somehow it moves the informal
sector of the city.
However,its development has caused social problems such astraffic jam, disorder,
anddiscomfort. Its existencehas violatedthe ActNo.22of 2009 on Traffic and Transportation
(LLAJ Law), Article number 275 paragraph (1) in conjunction with Article 28 paragraph (2),
and Act No. 22 of 2009, which regulates the use of the road and side walk. In- depth research
has to be done in order to findthe best solutionto overcomethe phenomenonof Pasar Tiban.
The purpose of this study is to create a communication strategy to relocate Pasar Tiban
without neglecting the interests of traders and communities. This research was conducted by
combining quantitative and qualitative research methods. Quantitative data are obtained
from the questionnaire, where as qualitative data are obtained from in-depth interviews as
well as field observations.
The result showsthe importance of coordination and unity among local leaders, SKPD, and
Police so that the relocation can be done without any friction. Although most traders do not
agree with therelocation there are some traderswho are willing tobe relocated if the concept
and the srtucture if the new area is good enough and able to improve their we lf are. In a
communication strategy, theobjectives of an action should be clearly defined so that the
traderscould easily accept, understand,and are willing to follow all the stages needed for the
relocation. The selected communication strategy includes fourt actics, namely; Interpersonal
communication, Organizational media, Newsmedia, Advertising and Promotional Media
Tactic. All of them will be running perfectly if the objectives was cleary explanied and full
support from the stakeholders.

Keyword : Pasar Tiban market, strategy, communication, relocation


Literature : 22 (1979-2013)

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 141


PENDAHULUAN daerah setempat dan dibuka secara kontinu
dan (b) sektor informal yang dilakukan
Kota Pekalongan yang terletak di
secara illegal, menempati tempat usaha
pantai utara Jawa merupakan salah satu
yang tidak ditentukan oleh pemerintah
kota yang mengalami perkembangan pesat
daerah setempat sebagai lokasi sektor
di berbagai bidang. Posisinya yang strategis
informal.
membuat daya tarik kota ini terus
meningkat setiap tahunnya. Kota Salah satu kegiatan ekonomi warga
Pekalongan berada di jalur Pantura yang yang menonjol adalah maraknya pasar tiban
dikenal sebagai jalur transportasi dan di kota Pekalongan. Berdasarkan data
distribusi utama Pulau Jawa. Pertumbuhan Disperindagkop & UMKM Kota
ekonomi di kota pesisir ini dipengaruhi oleh Pekalongan pada tahun 2014 terdapat 28
beberapa faktor diantaranya peningkatan lokasi pasar tiban yang tersebar di berbagai
sektor usaha, peningkatan investasi tempat. Kegiatan pasar dadakan ini
perhotelan, pariwisata, perikanan, dan diantaranya berlokasi di Jalan Veteran
sektor jasa. Berdasarkan data dari BPS, Kraton (sekitar RS Kraton), Buaran, Tirto
jumlah penduduk Kota Pekalongan dan wilayah lain di kota Pekalongan. Pasar
mencapai 290.347 pada tahun 2012. tiban menjadi fenomena ekonomi yang khas
Pertumbuhan ekonomi kota yang relatif di kota Pekalongan. Mereka secara simultan
tinggi membuat potensi perkembangan menggelar dagangan berpindah-pindah
usaha semakin besar. tempat sesuai jadwal yang berjalan secara
konvensi alamiah. Dalam rentang waktu
Meningkatnya daya tarik ekonomi
tujuh hari dalam seminggu setidaknya
kota Pekalongan membuat orang dari
dalam satu hari terdapat 3-5 titik lokasi
berbagai daerah lain tertarik untuk mengadu
yang menggelar pasar tiban secara
nasib di kota ini. Tidak semua pencari kerja
bersamaan. Kegiatan ekonomi di pasar
mampu diserap oleh lapangan kerja formal
tiban biasanya dimulai pada pukul 16-00-
yang tersedia. Akibatnya banyak diantara
22.00 wib. Di beberapa tempat ada pasar
pendatang yang memilih menekuni sektor
tiban yang dilangsungkan di pagi hari.
informal seperti menjadi pedagang kaki
lima, pedagang pasar tiban, dan profesi Kegiatan pasar tiban sebagai
informal lainnya. Di satu sisi pengembangan sektor informal menjadi
perkembangan potensi ekonomi akan mata pencaharian dari penduduk baik yang
meningkatkan taraf hidup warganya, di sisi berasal dari kota Pekalongan maupun
lain juga diikuti dengan munculnya datang dari luar kota. Keberadaan mereka
permasalahan sosial yang harus diatasi. telah menjadi bagian dari dinamika
kehidupan ekonomi di kota Pekalongan.
Sektor informal menjadi salah satu
Bergeraknya sektor riil melalui usaha kecil
aktivitas penting perkotaan yang
dan menengah membuka lapangan kerja
membentuk elemen kota (Nitisudarmo,
bagi mereka yang tidak terserap di sektor
2009, Yatmo, 2009 dalam Brotosunaryo
formal. Namun demikian perkembangan
dkk, 2013). Kantung-kantung sektor
pasar tiban yang massif tanpa diikuti
informal banyak menempati lokasi-lokasi
dengan konsep penataan yang terarah telah
strategis seperti kawasan perdagangan,
menimbulkan permasalahan sosial, lalu
permukiman, perkantoran, kawasan industri
lintas, ketertiban, kenyamanan dan toleransi
hingga fasilitas-fasilitas umum. Bentuk
antara penduduk setempat, pedagang dan
sektor informal dapat dipilah menjadi 2
pengguna jalan.
(dua), yakni (a) sektor informal yang
bersifat legal yang biasanya menempati Undang-Undang No 22 Tahun 2009
lokasi yang ditentukan oleh pemerintah tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 142


(UU LLAJ) Pasal 275 ayat (1) jo pasal 28 lainnya terkait keberadaan pasar tiban. (2)
ayat (2), secara jelas menyebutkan; Setiap Wawancara mendalam dengan pimpinan
orang yang mengakibatkan gangguan pada: instansi terkait di Kota Pekalongan,
fungsi rambu lalu lintas, Marka Jalan, Alat wawancara dengan pedagang pasar tiban
pemberi isyarat lalu lintas fasilitas pejalan bermanfaat untuk mengetahui keinginan,
kaki, dan alat pengaman pengguna jalan. harapan, ide, gagasan tentang keberadaan
Pelanggar aturan tersebut dikenai Denda pasar tiban, wawancara dengan pengunjung
Rp250.000. Fungsi trotoar pun diatur dalam dan konsumen pasar tiban merupakan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, kelengkapan gambaran dari sisi lain,
yang melarang penggunaan badan jalan dan wawancara dengan penduduk setempat dan
trotoar sebagai tempat parkir dan usaha pengguna jalan akan menghasilkan
dalam bentuk apa pun. Larangan tersebut gambaran tentang opini, pendapat,
juga diatur dalam Undang-undang Nomor keberatan, ketidaknyamanan, gangguan
38 Tahun 2004 serta Peraturan Pemerintah ketertiban, keamanan yang mungkin timbul
Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. dari pelaksanaan pasar tiban. (3)
Dalam beleid itu terdapat ketentuan pidana Penyebaran kuesioner kepada pedagang
yang sangat tegas, 18 bulan penjara atau pasar tiban dan masyarakat di sekitar lokasi
denda Rp1,5 miliar bagi setiap orang yang pasar dimaksudkan untuk mendapatkan
sengaja melakukan kegiatan yang data kuantitatif sebagai pelengkap data
mengakibatkan terganggunya fungsi jalan wawancara yang telah dilakukan. Analisa
dan trotoar. data kualitatif diawali dengan membuat
transkrip hasil wawancara,
Pedagang pasar tiban di Kota
mengelompokkan jawaban responden yang
Pekalongan tidak hanya memanfaatkan
sama/sejenis, menerjemahkan jawaban
trotoar jalan sebagai tempat berjualan,
responden yang menggunakan bahasa
mereka juga memanfaatkan setengah bahu
kiasan, mengalihbahasakan jawaban
jalan. Di beberapa tempat mereka juga
responden kedalam bahasa Indonesia,
memenuhi semua bagian jalan sehingga
memilah jawaban yang tidak relevan
sulit bagi pengguna jalan untuk melintas.
dengan topik penelitian, membuat
Tindakan ini jelas bertentengan dengan UU
kategorisasi jawaban responden, melakukan
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
yang mengatur fungsi trotoar dan jalan. analisa hasil wawancara. Data hasil
wawancara dianalisa untuk mengetahui
Karena itu diperlukan sebuah upaya
gambaran mendalam tentang kondisi pasar
penataan yang mampu memecahkan
tiban saat ini. Gambaran dimaksud
persoalan ekonomi dan lalu lintas sekaligus.
diantaranya arah kebijakan, tugas pokok
Tujuan penelitian ini adalah: tersusunnya
dan fungsi dari masing instansi, gambaran
strategi komunikasi penanganan pasar
kordinasi dan komunikasi antar instansi.
Tiban dengan tetap memperhatikan
Data wawancara dengan pedagang akan
kepentingan pedagang dan masyarakat
memberikan gambaran opini, harapan,
lainnya.
usulan terkait pelaksanaan pasar tiban. Data
wawancara dengan masyarakat akan
METODE PENELITIAN memberikan kelengkapan keluhan, harapan,
Penelitian ini menggabungkan ide, dan sumbangsih pemikiran sebagai
metode kualitatif dan kuantitatif. Untuk bagian dari keterlibatan masyarakat. Data
memperoleh data penelitian dilakukan: (1) hasil kuesioner bermanfaat untuk
observasi lapangan diperlukan untuk generalisasi hasil penelitian sekaligus
mengetahui kondisi pasar tiban, suasana, melengkapi data kualitatif yang telah
arus lalu lintas, perparkiran dan aspek diperoleh. Data hasil kuesioner dianalisa

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 143


dengan statistik deskriptif maupun Observasi lapangan dilakukan di
inferensia. beberapa lokasi yang digunakan sebagai
tempat pasar tiban. Jenis dagangan yang
digelar sepanjang jalan meliputi kuliner,
HASIL PENELITIAN
pakaian, aksesoris, CD, dan kebutuhan
Berdasarkan hasil observasi, sehari-hari lainnya. Praktek jual beli
pedagang pasar tiban bisa dibagi menjadi sepanjang sore hingga malam tersebut
beberapa tipologi yang dibedakan diwarnai dengan beberapa catatan.
berdasarkan status kepemilikan prasarana Pertama, ketika pedagang mulai
dan sarana usaha, jenis dan asal produk, dan berdatangan di sore hari tidak nampak ada
ciri lokasi usaha. Pemahaman terhadap petugas resmi dari pemerintah yang sudah
berbagai tipologi pasar tiban ini bisa berada di lokasi untuk mengatur posisi
menjadi dasar lahirnya kebijakan pedagang. Mereka menggelar dagangan
penanganan pasar tiban yang lebih efektif sesuai dengan kebiasaan lokasi yang
dan tepat sasaran. Kebijakan-kebijakan mereka tempati. Menjelang malam
penanganan pasar tiban yang dilakukan pengunjung yang berdatangan semakin
selama ini cenderung melihat pasar tiban banyak, disinilah gangguan lalu lintas mulai
sebagai kategori yang homogen dan muncul. Posisi pedagang yang menjorok ke
mengabaikan keragaman yang ada. tengah, beberapa pedagang pakaian
Berbagai hal tersebut dapat berkontribusi menggunakan tenda cukup besar, dan
terhadap kegagalan penanganan pasar tiban. perilaku pembeli yang tidak tertib membuat
Pedagang pasar tiban terdiri dari pedagang kondisi jalan semakin semrawut.
dengan modal besar dan kecil. Pedagang Sepanjang jalan lokasi pasar tiban terdapat
bermodal besar memiliki sarana dan beberapa fasilitas publik diantaranya
prasarana usaha sendiri. Mereka memiliki masjid, rumah sakit, pertokoan, sekolah.
lapak dagang, beberapa pedagang Beberapa pedagang menggelar lapaknya
menggunakan mobil bak terbuka untuk tepat di posisi kanan dan kiri rumah sakit
mengangkut dagangan. Pedagang yang lain sehingga mengganggu gerak kendaraan
menggunakan gerobak yang ditarik dengan yang keluar maupun masuk ke rumah sakit.
sepeda motor. Jenis usaha dagangan seperti Kondisi seperti ini tentunya tidak bisa
pakaian pada umumnya dimiliki pedagang dibiarkan terus-menerus karena akan
bermodal besar, mereka mampu membuat mengganggu aktifitas di rumah sakit.
lapak sendiri. Sebagian pedagang kecil
Pembeli yang menggunakan sepeda
menggunakan lokasi tanpa lapak memadai,
motor biasa berhenti tepat di depan lapak
mereka memanfaatkan meja kecil atau
jualan yang dituju. Pembeli yang
menggelar dagangan. Tingkat pendidikan
menggunakan mobil beberapa juga berhenti
dari pedagang juga bervariasi. Ada
di dekat lapak penjual sehingga membuat
pedagang yang menyelesaikan pendidikan
jalan semakin sempit. Beberapa pembeli
di tingkat sekolah dasar, ada juga yang
yang tertib mencoba memarkir
menyelesaikan pendidikan di tingkat
kendaraannya di lokasi yang ada sehingga
perguruan tinggi. Pedagang yang
tidak mempersempit kondisi jalan. Salah
menyelesaikan pendidikan di tingkat
satu lokasi yang berhasil ditata adalah
sekolah dasar rata-rata sudah berusia tua
pedagang pasar tiban di JL. Teratai. Para
dan telah berdagang lebih dari 5 tahun.
pedagang dipindah ke lapangan Sorogenen.
Sedangkan pedagang yang berpendidikan
Keberhasilan penataan pedagang di
tinggi adalah sosok muda yang baru
lapangan Sorogenen bisa menjadi contoh
berdagang dan memilih sector perdagangan
kesuksesan pemerintah menata pedagang
sebagai lapangan pekerjaan.
pasar tiban. Pedagang pasar Sorogenen

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 144


adalah pindahan dari Jl.Teratai. Pemerintah ditanyakan perihal pasar tiban. Sebanyak
berhasil merelokasi mereka dengan baik 70% pedagang telah berdagang lebih dari 5
sehingga bersedia pindah ke lapangan tahun. Identifikasi lama waktu yang telah
Sorogenen. Hal ini menunjukkan digunakan oleh pedagang untuk menggelar
keberhasilan program dan strategi daganganya di pasar tiban akan membantu
komunikasi yang dijalankan. Keberhasilan proses komunikasi dan penataan. Mereka
penataan pedagang di lapangan Sorogenen yang telah berdagang lebih dari 5 tahun
tidak lepas dari kesadaran pedagang dan biasanya sudah memiliki pelanggan tetap,
kemampuan pendekatan yang bagus dari omset yang menjanjikan dan
pemerintah kota. ketergantungan antara penjual dengan
pembeli yang tinggi. Mereka juga sudah
Hasil wawancara dan observasi
merasa nyaman dengan lokasi berdagang
menghasilkan beberapa persoalan utama:
tersebut sehingga enggan untuk pindah.
1) Pentingnya arah yang jelas dan Selain di pasar tiban beberapa pedagang
kesatuan kata diantara pimpinan daerah juga berdagang di tempat lain. Beberapa
untuk mendorong terlaksananya pedagang yang sudah memiliki lokasi
pengelolaan pasar tiban berdagang permanen seperti butik, kios, dan
2) Butuh kebijakan yang jelas dan nyata lapak di pasar bisa diminta untuk pindah
tentang arah penataan pasar tiban, dari pasar tiban dengan segera. Ketika
apakah relokasi, penataan tanpa terjadi relokasi atau penataan pasar tiban
relokasi, pembubaran atau langkah mereka bisa memiliki alternatif berdagang
lainnya di tempat lain. Bagi mereka yang tidak
memiliki lokasi berdagang lain harus
3) Penguatan kordinasi antar instansi diberikan prioritas dalam penataan pasar
sehingga ada kesatuan kata dalam tiban.
penanganan pasar tiban. Hal ini akan
mempermudah penanganan pedagang Sebanyak 63% pedagang berasal
pasar tiban dari Kota Pekalongan dan 37% dari luar
kota. Para pedagang dari luar kota
4) Pedagang bersedia ditata sepanjang mengetahui lokasi pasar tiban dari saudara
kebijakan penataan jelas, terarah dan atau kerabat yang tinggal di kota
dibarengi penguatan potensi ekonomi Pekalongan. Mereka berasal dari Batang,
sehingga mereka tetap bisa mendapat Wiradesa, Comal, Pemalang, Sukorejo,
penghasilan Kendal. Asal-usul pedagang ini penting
5) Pemerintah kota memiliki beberapa untuk mengetahui prioritas penataan.
rencana untuk penataan pasar tiban, Tingkat pengetahuan pedagang
hanya perlu diperjelas, pasar tiban terhadap rencana penataan
dikomunikasikan dengan baik dan masih beragam. Di beberapa lokasi tingkat
dijalankan dengan terencana pengetahuan mencapai 100% sementara di
Berikut adalah pemaparan hasil lokasi lain masih bervariasi. Perbedaan
kuesioner yang dilakukan di 10 lokasi pasar tingkat pengetahuan dimungkinkan kurang
tiban. Jumlah responden untuk setiap pasar intensifnya upaya sosialisasi sehingga
tiban bervariasi mulai dari 4 sampai 8 belum semua pedagang mengetahui rencana
pedagang. Jumlah total responden adalah tersebut. Hal ini tentunya membutuhkan
32 pedagang. Jumlah responden tersebut upaya lebih kuat dari segenap stakeholder
merupakan upaya maksimal yang dilakukan untuk mensosialisasikan rencana penataan
oleh tim peneliti mengingat ketertutupan pasar tiban. Ketidaktahuan mereka
dan kecurigaan dari pedagang setiap kali menyangkut konsep penataan secara utuh.

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 145


Beberapa pedagang mengetahui kalau itu mereka bersedia dipindah dengan
mereka akan ditata di beberapa lokasi catatan bahwa lokasi mereka pindah tetap
seperti Sorogenen. Sementara sebagian ramai dengan pengunjung. Beberapa
yang lain masih belum tahun lokasi yang pedagang bersikukuh bahwa mereka tidak
akan digunakan untuk menempatkan mau pindah dari lokasi pasar tiban yang
mereka jika dilarang berdagang di lokasi telah mereka tempati bertahun-tahun.
pasar tiban. Kesediaan mereka pindah perlu diapresiasi
sehingga tidak menimbulkan konflik ketika
Upaya musyawarah tentang rencana
pemindahan. Pilihan pedagang pasar tiban
penataan pedagang pasar tiban telah
yang dianggap ideal sebagai lokasi
dilakukan oleh Pemerintah Kota
berdagang baru adalah kios di pinggir jalan,
Pekalongan. Sebanyak 75% pedagang
kios di lapangan ramai, kios di pasar
mengakui pernah diajak musyawarah
tradisional dan lokasi yang ramai penduduk
sedangkan 25% mengaku belum pernah.
lainnya. Bagi mereka yang sudah memiliki
Satpol PP, Pemerintah Kota dan Paguyuban
kios di pasar tradisional tentunya tidak
disebut sebagai pihak yang telah mengajak
diprioritaskan. Mereka sudah memiliki
pedagang untuk bermusyawarah. Meski
tempat untuk berjualan ketika terjadi
demikian jumlah pedagang yang belum
pemindahan. Disinilah dibutuhkan adanya
pernah diajak musyawarah juga masih
pendataan yang akurat tentang keberadaan
cukup signifikan. Ini menjadi pekerjaan
pasar tiban.
yang harus dituntaskan sehingga semua
pedagang bisa terlibat dalam pengambilan Terkait tata cara pemindahan juga
keputusan. Musyawarah ini penting agar harus dikomunikasikan dengan baik antara
mereka tidak merasa dipinggirkan dan tidak pemerintah dengan pedagang pasar tiban.
diakui aspirasinya. Beberapa pedagang menghendaki
pemindahan dilakukan oleh pemerintah.
Para pedagang mengetahui alasan
Sebagian yang lain menghendaki pindah
mengapa mereka harus ditata. Mereka
sendiri sehingga kondisi barang-barang
menyadari kalau berdagang di jalan
mereka lebih terjaga. Sebagai contoh
menyebabkan kemacetan, mengganggu
pedagang di Kandang Panjang yang 100%
ketertiban, menganggu kenyamanan,
memilih untuk pindah sendiri. Sementara
mengganggu akses masuk pemilik rumah
pedagang di Dekoro 100% menghendaki
dan beragam akibat lainnya. Meski
dipindah oleh pemerintah.
demikian mereka beranggapan bahwa
upaya pemindahan bukanlah solusi terbaik. Terkait aktifitas pedagang di
Mereka bisa ditata di lokasi tanpa harus paguyuban ternyata responya beragam.
pindah. Beberapa pedagang menganggap Pedagang di Pasirsari dan Kandang Panjang
bahwa alasan pemindahan tidak masuk mengatakan bahwa mereka tidak aktif di
akal. Mereka sudah berdagang bertahun- paguyuban pedagang. Sebanyak 90%
tahun dan baru diminta pindah sekarang. pedagang menagku tidak aktif di
Alasan-alasan keengganan pedagang ini paguyuban sedangkan 10% mengaku aktif.
bisa dimaklumi meski sebenarnya tidak bisa Artinya keberadaan paguyuban tidak
dijadikan pembenar untuk melanggar aturan merepresentasikan secara utuh kebaradaan
yang berlaku. pedagang. Sehingga dalam proses
musyawarah maupun pemindahan
Di beberapa lokasi pasar tiban,
paguyuban tetap dilibatkan meski tidak
pedagang menyatakan bahwa mereka
mutlak sebagai wakil seluruh pedagang.
bersedia pindah. Mereka menyadari bahwa
kegiatan berdagang dengan menggunakan
jalan telah mengganggu lalu lintas. Karena

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 146


PEMBAHASAN perlindungan terhadap keberadaan
pedagang.
Selama persoalan struktural belum
dapat dipecahkan, maka kegiatan ekonomi Perencanaan sektor informal sebagai
informal, khususnya perdagangan jalanan bagian dari perencanaan kota Pekalongan
akan tetap menjadi sebuah fenomena sangat penting dilakukan. Terdapat
perkotaan yang tidak dapat dihindarkan. hubungan harmonis antara pedagang
Oleh karena itu, pedagang baik lokal pedagang dan warga masyarakat
maupun pendatang, perlu diakui Pekalongan terutama dalam pemenuhan
keberadaannya dan diperhitungkan dalam kebutuhan sehari-hari dan perlu
perencanaan tata ruang kota. Apalagi diakomodasi di dalam perencanaan
perdagangan kaki lima memiliki peran penataan ruang Kota Pekalongan. Di
ekonomi penting bagi kelangsungan kalangan pengambil kebijakan sendiri
ekonomi masyarakat, tidak hanya terbatas belum memiliki arah yang jelas dalam
pada masyarakat perkotaan juga pedesaan. penanganan pasar tiban. Mereka tidak yakin
Sehingga berbagai kebijakan pemerintah bahwa upaya yang mereka lakukan akan
yang cenderung menghilangkan keberadaan berhasil karena tidak ada perencanaan
mereka tidak hanya akan mengancam matang, lemahnya kordinasi dan dukungan
kelangsungan hidup pedagang jalanan, juga kebijakan yang jelas. Para pedagang harus
dapat mengganggu perkembangan ekonomi yakin bahwa segala upaya yang dilakukan
secara umum. Adapun kebijakan Pemkot adalah bertujuan untuk kebaikan
pemerintah bisa diarahkan untuk semua. Untuk meyakinkan mereka
menyeimbangkan hubungan ekonomi membutuhkan strategi komunikasi yang
formal – informal agar tidak eksploitatif, jelas dan benar. Dalam perencanaan strategi
mengingat semakin banyak pedagang komunikasi diawali dengan riset
jalanan atau pelaku ekonomi informal yang pendahuluan dan diakhiri dengan riset
menjadi kepanjangan tangan dari evaluasi.
perusahaan-perusahaan besar (Bromley Strategi komunikasi adalah kegiatan
1979; Castells dan Portes 1989). atau kampanye komunikasi yang sifatnya
Dalam laporan penelitian ini juga informasional maupun persuasif untuk
terlihat bahwa pemerintah Kota Pekalongan membangun pemahaman dan dukungan
(negara) mencoba berperan dalam mengatur terhadap suatu ide, gagasan atau kasus,
pedagang jalanan. Namun, peran tersebut produk maupun jasa yang terencana yang
tidak sepenuhnya berhasil dijalankan dilakukan oleh suatu organisasi baik yang
karena pemerintah belum memiliki visi berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki
yang jelas dalam menangani keberadaan tujuan, rencana dan berbagai alternatif
pedagang jalanan. Berbagai kebijakan yang berdasarkan riset dan memiliki evaluasi.
dipilih masih terlihat mendua, antara Gambaran perencanaan kegiatan
memasukkan (inclusion) dan mengeluarkan komunikasi biasa widujudkan dalam
atau menggusur (exclusion) pedagang Piramida Komunikasi yang mencakup 6
dalam tata ruang kota. Di sisi lain, tekanan langkah yaitu: Identifikasi infrastruktur
terhadap keberadaan pedagang ternyata komunikasi , Menentukan tujuan, Target
mendorong berbagai upaya kegiatan,Menentukan target audience,
pengorganisasian pedagang. Meskipun Framing the issue dan Message. Terkait
organisasi yang ada sekarang, masih jarang dengan strategi komunikasi penanganan
dilibatkan secara langsung dalam proses pemindahan pasar tiban Kota Pekalongan
pembuatan kebijakan dan belum mampu perlu disusun langkah-langkah sebagai
memperjuangkan hak, pengakuan dan berikut:

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 147


1. Mengidentifikasi infrastruktur ini harus dipastikan bahwa pesan
komunikasi yang ada di Pemerintah komunikasi tersampaikan kepada
Kota Pekalongan pedagang dengan jelas, tepat dan tidak
bias kepentingan.
2. Menentukan tujuan dari kegiatan
komunikasi, apakah untuk 5. Mengemas isu penting dilakukan agar
mempengaruhi pedagang agar secara tidak muncul pemahaman bahwa
sukarela mau dipindahkan atau penertiban pedagang pasar tiban adalah
memberikan pemahaman bahwa bentuk penindasan. Isu dikembangkan
tindakan mereka berdagang di jalanan bahwa penertiban pasar tiban adalah
mengganggu kepentingan lalu lintas untuk kebaikan semua baik pedagang,
sehingga harus dipindahkan. pengguna jalan, pemerintah maupun
masyarakat pada umumnya.
3. Target kegiatan diperjelas seperti
perubahan perilaku, misalnya pedagang 6. Mengemas pesan dengan bahasa, symbol
mendukung rencana pemindahan dan dan ungkapan yang tepat. Dalam hal
penertiban terkandung bahwa pesan harus jelas,
mudah dipahami dan mengena pada
4. Menentukan target audiens berarti
memilih pihak yang tepat sebagai sasaran.
sasaran kegiatan komunikasi. Dalam hal

Berikut adalah taktik yang digunakan dalam strategi komunikasi penanganan pemindahan
pedagang pasar tiban di Kota Pekalongan.

Taktik 2. Organizational
TAHAP 2 media
Taktik 1: Interpersonal communications Mengoptimalkan berbagai
media luar ruang yang
Mengundang pedagang pasar tiba untuk musyawarah ditempatkan di lokasi
Berikan bantuan secara langsung kepada pedagang pasar tiban yang strategis yang mudah dibaca
kurang mampu berupa permodalan dan sarana berdagang dan di lokasi pasar tiban.
Berikan edukasi melalui sekolah kepada siswa tentang pentingnya Website dapat digunakan
menjaga tertib lalu lintas. Anak-anak akan menyampaikannya sebagai media mendukung,
untuk cakupan masyarakat
kepada orang tua mereka
yang lebih luas yang dapat
Ajaklah pedagang untuk berdialog terbuka, saling menghargai dan
mempengaruhi
bukalah hati dan pemikiran mereka agar mereka paham bahwa meningkatnya kesadaran
tindakan berdagang di jalan raya tidak dibenarkan akan ketertiban jalan.
Gunakan pendekatan human relation, hindari penggunaan power
relation. Hal penting yang harus
Memanfaatkan pemuka agama, tokoh masyarakat, LSM, kepolisian diperhatikan dalam
sebagai endorser. pembuatan tool tersebut
adalah isi pesan yang sesuai
dengan targetnya.
Membuat beberapa TVC
Taktik 3: News media kreatif tentang
Taktik 4. Tactic advertising and
Bekerjasama dengan media yang ada di permasalahan pasar tiban yg
promotional media berisi pentingnya
Kota Pekalongan seperti Radar
Pekalongan, Suara Merdeka, Radio, TV Beriklan dan berpromosi di media ketertiban, tanggapan
untuk membentuk opini public bahwa masyarakat, tokoh
lokal Pekalongan
penataan pasar tiban adalah untuk masyarakat, dll. Dapat
kebaikan bersama, tidak mematikan Iklan hanya sebagai pendukung ditayangkan di Batik TV
pedagang dari taktik yang lain dan diunggah ke website.

Memanfaatkan social media seperti Jika sudah memiliki gambar


facebook dan twitter. Ini juga atau sketsa pemindahan,
bermanfaat karena sebagian pedagang bisa disertakan
pasar tiban berusia muda dan aktif di
social media
Isi dari pemberitaan bersifat liputan, opini Gambar: Taktik yang digunakan dalam strategi komunikasi
maupun feature yang mendukung
penataan pasar tiban
Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 148
SIMPULAN Cross, John C. (1998). “Co-optation,
Competition, and Resistance: State
Berikut simpulan hasil penelitian:
and Street Vendors in Mexico City.”
pedagang sesungguhnya bersedia ditata
Latin American Perspectives 25 (2):
jika arah penataan jelas dan mampu
41-61.
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Karena itu diperlukan kordinasi dan Davis, Mike. (2004). “Planet of Slums:
kejelasan arah kebijakan yang diambil oleh Urban Involution and the Informal
pemerintah Kota Pekalongan, strategi Proletariat.” New Left Review 26:
komunikasi yang tepat dalam menangani 5-34.
pedagang pasar tiban, dan strategi
komunikasi bisa dilaksanakan jika tujuan Firdausy, C. M. (1995). Pengembangan
didefinisikan dengan jelas. Sektor Informal Pedagang Kaki
Lima di Perkotaan. Jakarta, Dewan
Riset Nasional dan Bappenas
DAFTAR PUSTAKA
Puslitbang Ekonomi dan
Breman, Jan. (2001). “An Informalised Pembangunan LIPI.
Labour System: End of Labour
Markt Dualism.” Economic and Handayani, Suci. (2006). Pelibatan
Political Weekly 36 (52) : 4801 - Masyarakat Marginal dalam
4821. Perencanaan dan Penganggaran
Partisipatif: Sebuah Pengalaman di
Brotosunaryo, PM, Wahyudin, Sariffudin, Kota Solo. Solo, KOMPIP dan The
“Strategi Penataan dan Ford Foundation.
Pengembangan Sektor Informal di
Kota Semarang”, Jurnal Riptek Vol. Hugo, Graeme J. (1991). “Partisipasi
7, No. 2, Tahun 2013, Hal. 71 - 80 Kaum Migran dalam Ekonomi Kota
di Jawa Barat.” Urbanisasi,
Bromley, Ray. (1979). “Organization, Pengangguran, dan Sektor Informal
Regulation and Exploitation in the di Kota. Chris Manning dan
So-Called ‘Urban Informal Sector’: Tadjuddin Noer Effendi. Jakarta,
The Street Traders of Cali, Yayasan Obor Indonesia.
Colombia.” The Urban Informal
Sector: Critical Perspectives on ILO. (2007). Labour and Social Trends in
Employment and Housing Policies. Asean 2007: Integration, Challenges
R. Bromley. Oxford, Pergamon and Opportunities. Bangkok: ILO.
Press: 1161-1172.
Kotler, Phillip. Marketing Management.
Castells, Manuel dan Alejandro Portes. The Millenium Edition. The Prentice
(1989). “World Underneath: The Hall International. USA. 2000.
Origins,Dynamics, and Effects of the
Informal Economy.” The Informal Kusakabe, Kyoko. (2006). Policy Issues on
Economy: Studies in Advance and Street Vending: An Overview of
Less Developed Countries. Studies in Thailand, Cambodia, and
Alenjandro Portes, Manuel Castells, Mongolia. Bangkok, ILO.
and Lauren A. Benton. London, The Manning, Chris and Tadjuddin Noer
Johns Hopkins University Press: 11- Effendi. (1991). Urbanisasi,
37. Pengangguran, dan Sektor Informal

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 149


di Kota. Jakarta, Yayasan Obor Skinner, Caroline. (2008). “The Struggle
Indonesia. for the Streets: Processes of
Exclusion and Inclusion of Street
Moser, Caroline N. (1979). “Informal Traders in Durban, South Africa.”
Sector or Petty Commodity Development Southern Africa 25 (2):
Production: Dualism or Dependence 227-242.
in Urban Development?” The Urban
Informal Sector: Critical Smith, D. Ronald. Strategic Planning For
Perspectives on Employment and Public Relations. Second Edition.
Housing Policies. R. Bromley. Lawrence Erlbaum Associates
Oxford, Pergamon Press: 1041-1064. Publisher. London. 2005

Pena, S. (1999). ”Informal Markets: Street Todaro, Michael P. dan Jerry Stilkind.
Vendors in Mexico City.” Habitat (1991). “Dilema Urbanisasi.”
International 23 (3): 363-372. Pengangguran, dan Sektor Informal
di Kota. Chris Manning dan
Priyono, Edy. (2002). “Mengapa Angka Tadjuddin Noer Effendi. Jakarta,
Pengangguran Rendah di Masa Yayasan Obor Indonesia: 4-33.
Krisis: Menguak Peranan Sektor
Informal sebagai Buffer
Perekonomian.” Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan 1 (2).
Rachbini, Didik J. dan Abdul Hamid.
(1994). Ekonomi Informal
Perkotaan: Gejala Involusi
Gelombang Kedua. Jakarta, LP3ES.
Rukmana, Deden. 2008. “PKL dan
Informalitas Perkotaan”. Diunduh
dari
http://www.jakartabutuhrevolusibuda
ya.com/2008/04/03/pedagang-
kakilima-dan- informalitas-
perkotaan/. Diakses pada 19 Agustus
2014
Setia M, Resmi. 2013. Ekonomi Informal
Perkotaan: Sebuah kasus tentang
pedagang kaki lima di Kota
Bandung. Available at
http://www.akatiga.org/index.php/ha
sil-penelitian/item/294-ekonomi-
infromal-perkotaan-sebuah-studi-
kasus-tentang-pedagang-kaki-lima-
di-kota-bandung?highlight Diakses
pada 19 Agustus 2014

Jurnal LITBANG Kota Pekalongan Tahun 2014 150

S-ar putea să vă placă și