Sunteți pe pagina 1din 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

INFEKSI POST PARTUM


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Erni Chaerani, S.Pd., MKM


Disusun Oleh :
1. Aisyah (171440101)
2. Devi Safitri (171440104)
3. Ela Juwita (171440106)
4. Juwita Maharani (171440109)
5. Komariah (171440110)
6. Nirwana (171440116)
7. Rizky Anggita AP (171440122)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI POST PARTUM

A. Pengkajian
1. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat.
2. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
3. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
4. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
5. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
6. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang
menggunakan obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress
yang tinggi.
7. Pemeriksaan fisik bagian luar,
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung
bradicardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum.
Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae.
Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi,
kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang.
Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau
konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus :
hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko)
dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang
mungkin muncul antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen, after pains, distensi
kandung kemih.
2. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan rauma persalinan, jalan
lahir, dan infeksi nasokomial.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan
medis.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
5. Aktivitas intoleran berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
6. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan
dengan kurang informasi.
7. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan
bayi, peralihan sebagai orang tua.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan
pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana
asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara
tepat mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan
keperawatan pada klien post partum menurut (Dongoes, 1994 : 417).
1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains,
distensi kandung kemih.
Tujuan :
Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
a. Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24
x/menit),
b. Tidak meringis,
c. Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
d. Skala nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua tekanan kemajuan atau penyimpangan
darah, nadi dan pernafasan setiap dari hasil yang diharapkan.
4 jam. 2. Relaksasi dan nafas dalam
2. Anjurkan klien untuk dapat mengurangi ketegangan
menggunakan teknik relaksasi otot dan menghambat
dan nafas dalam serta teknik rangsang nyeri serta
distraksi (untuk nyeri ringan dan menambah pemasukan
sedang). oksigen. Distraksi
3. Anjurkan posisi tidur miring. mengganggu stimulus nyeri
4. Berikan obat analgetik sesuai tetapi tidak mengubah
order intensitas nyeri, paling baik
untuk periode pendek.
3. Mempermudah pengeluaran
gas
4. Analgetik bersifat
menghambat reseptor nyeri,
sehingga persepsi nyeri
berkurang/hilang

2. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan


lahir, dan infeksi nasokomial.
Tujuan :
Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak
lebih dari 38 0C),
b. Insisi kering
c. Lochea tidak berbau busuk
d. Uterus tidak lembek
e. Dolor : 1 – 2
f. Kalor : 36’5 – 37’2 C
g. Rubbor : Normal
h. Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka dengan 1. Akan meminimalkan dan
mencegah kontaminasi dan
teknik aseptic dan anti septic.
atau masuknya
2. Observasi adanya tanda-tanda mikroorganisme.
2. Akan memudahkan intervensi
infeksi pada daerah luka : dolor,
lebih dini dan intervensi
kalor, rubor dan function laesa. selanjutnya.
3. Antibiotik bersifat bakterisida
3. Berikan antibiotic sesuai order
dan adanya leukositosis
dan kolaborasi untuk pemeriksaan merupakan salah satu tanda
infeksi.
leukosit.
4. Protein dan viatamin C
4. Anjurkan untuk makan makanan dibutuhkan untuk
tinggi protein, vitamin C dan zat pertumbuhan jaringan dan zat
besi untuk pembentukan
besi.
hemoglobin.

3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.


Tujuan :
Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi :
a. Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter
b. Terhindar dari infeksi system urine.
Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter 1. Mencegah agar tidak
secara rutin dan teratur. mendukung pertumbuhan
2. Tempatkan kantung kencing bila bakteri.
dipasang kateter lebih rendah dari 2. Untuk mencegah refluk,
pasien. sehingga tidak tumbuh bakteri
3. Ajarkan teknik merangsang 3. Klien biasanya bisa buang air
kencing setelah diangkat kateter kecil setelah 6-8 jam setelah
seperti siram daerah kandung pengangkatan kateter. Posisi
kemih dengan air dan anjurkal duduik dapatmenimbulkan
klien duduk. rasa penuh sehingga klien
4. Angkat kateter sesuai ketentuan terangsang untuk kencing.
biasanya 6-12 jam post operasi 4. Untuk menghindari
pertumbuhan bakteri.

S-ar putea să vă placă și