Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
N DENGAN TETANUS
DI RUANG ICU RSUD CILACAP
2011
Di Susun Oleh :
Saiful Ma’arif
09. 027
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium tetani
yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka (Soeparman,1990).
II. Etiologi
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora,
golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik (tetanus
spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus
ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang
salah.(Deanna,1991)
III. patofisiologi
a. luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau, cangkul dan lain-
lain.
c. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
(Soeparman,1990)
Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke sirkulasi darah
dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen , sangat mudah diikat jaringan syaraf
dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam
c. Belum terimunisasi
2. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur vertebralis
(pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat kejang suhu dapat naik 2-4 derakat
VII. Prognosa
Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.
a. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan otot rahang.
a. Umum
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus segera
diberikan :
1. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar luka tidak boleh
diberikan IV)
(luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15
3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam, dosis ditingkatkan
dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk dewasa.
4. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2 mg IV untuk
dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas
sempatis jantung.
5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi rangsangan yang
6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan tetraciklin atau
11. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot dan ambulasi selama
penyembuhan. (Doengoes,1993)
b. Pembedahan
1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau
2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi. (R,Theodore,1993)
B. Gambaran Patofisiologi
Terpapar kuman Clostridium
tetani
Eksotoksin
Gangliosides
-Hipotermi
-Aritmia
Hilangnya keseimbangan tonus otot
otot -Takikardi
Kekakuan otot
Hipoksia berat
Kesadaran
-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut) jalan nafas -Ggn. Perfusi Jaringan
Ortu
-Dx,Prognosa, Perawatan
C. Proses Keperawatan
C.1. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat kehamilan prenatal. Ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.
2. Riwayat natal ditanyakan. Siapa penolong persalinan karena data ini akan membantu
membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat pemotong tali pusat, tempat
persalinan.
3. Riwayat postnatal. Ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi tidak dapat
menetek (incubation period). Berapa lama selang waktu antara gejala tidak dapat menetek
dengan gejala kejang yang pertama (period of onset).
4. Riwayat imunisasi pada tetanus anak. Ditanyakan apakah sudah pernah imunisasi
DPT/DT atau TT dan kapan terakhir
5. Riwayat psiko sosial.
5.1. Kebiasaan anak bermain di mana
5.2. Hygiene sanitasi
6. Pemeriksaan fisik.
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari tetanus, bayi normal dan bisa
menetek dalam 3 hari pertama. Hari berikutnya bayi sukar menetek, mulut “mecucu” seperti
mulut ikan. Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi tali pusat kotor.
Hipoksia dan sianosis.
Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan kesukaran untuk membuka
mulut (trismus).
Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat kekakuan otot-otot mimik, dahi
mengkerut, alis terangkat, mata agak menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.
Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot punggung, otot pinggang, semua
trunk muscle.
Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-mula terjadi setelah
dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status konvulsius.
Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah, atau gigitan binatang.
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Peningkatan kebutuhan kalori yang
tinggi, makan tidak adekuat.
Tujuan : nutrisi dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan dan
pertumbuhan normal.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi dehidrasi
Tidak terjadi penurunan BB
Hasil lab. tidak menunjukkan penurunan albumin dan Hb
Tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
1. Catat intake dan output secara akurat.
2. Berikan makan minum personde tepat waktu.
3. Berikan perawatan kebersihan mulut.
4. Gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress nafas.
5. Berikan formula yang mengandung kalori tinggi dan protein tinggi dan
sesuaikan dengan kebutuhan.
6. Ajarkan dan awasi penggunaan makanan sehari-hari.
7. Tegakkan diet yang ditentukan dalam bekerja sama dengan ahli gizi.
2. Ketidakefektifan jalan nafas b.d. terkumpulnya liur di dalam rongga mulut (adanya
spasme pada otot faring)
Tujuan : kelancaran lalu lintas udara (pernafasan) terpenuhi secara maksimal.
Kriteria hasil :
Tidak terjadi aspirasi
Bunyi napas terdengar bersih
Rongga mulut bebas dari sumbatan
Intervensi :
1. Berikan O2 nebulizer
2. Ajarkan pasien tehnik batuk yang benar.
3. Ajarkan pasien atau orang terdekat untuk mengatur frekuensi batuk.
4. Ajarkan pada orang terdekat untuk menjaga kebersihan mulut.
5. Berikan perawatan kebersihan mulut.
6. Lakukan penghisapan bila pasien tidak dapat batuk secara efektif dengan melihat
waktu.
KEPUSTAKAAN
Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year Book.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn.N
Umur : 57 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Menikah
Pendidikan :-
Pekerjaan : Tani
Suku : Jawa
Alamat : Kedung Reja
Diagnosa Medis : TETANUS
No. RM :
Tanggal masuk RS : 13 Desember 2011
Tanggal / Waktu pengkajian : 16 Desember 2011
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kaku pada lidah dan Perut seperti papan.
b. Keluhan tambahan
Keluarga pasien mengatakan lidah pasien kaku, perut seperti papan, dan pasien pernah
Terkena benda tajam pada ibu jari sebelah kiri sudah tiga bulan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 13 Desember 2011 dengan diantar keluarganya,
pasien mengatakan lidah kaku, perut sperti papan, dan mempunyai riwayat terkena benda
tajam pada ibu jari sebelah kiri .
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat terkena beda tajam dan sudah tiga bulan tidak
pernah dilakukan perawatan luka.
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular
4. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Tersedasi
c. Tanda-tanda vital : - TD : 150/90 mmHg
- N : 88 x/menit
- S : 36,50 C
- R : 24 x/menit
2. Pemeriksaan Head To Toe
Kulit :
Turgor baik, terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang, tidak ada
hiperpigmentasi, sianosis (-).
Kepala :
Bentuk kepala mesosephal, kotor, sedikit berbau, rambut beruban mudah dicabut dan
tidak ada lesi, pusing
Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric, tidak ptosis,
koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas.
Hidung :
Simetris, kotor, tidak ada polip hidung, kadang tampak nafas cuping hidung sewaktu
sesak nafas dan terpasang NGT.
Telinga :
Simetris, agak kotor, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada.
Mulut :
Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut lembab, tonsil tidak membesar dan terpasang ET.
Leher :
Perut :
Bentuk perut simetris, tidak ditemukan distensi abdominal dan tidak ada pembesaran
hepar dan bising usus normal.
Ekstrimitas :
Terapi Farmakologis
- Ampicilin : 500 mg/ 6 jam
- Metrodiazole : 500 mg/ 8 jam
- Neurobion : 1 amp/ hari
- Morphin : 5 mg/12 jam
- Lasix : 1 amp/12 jam
B. Analisa Data
NO Data Problem Etiologi
1. DS : - Bersihan jalan nafas Adanya
DO : - Bunyi nafas terdengar ronkhi tidak efektif . penumpukkan secret
(di sertai dengan secret) / di dalam rongga
kotor. mulut.
- Rongga mulut terpenuhi oleh
air liur dan secret.
- Pasien tampak sesak nafas RR
: 18x/mnit.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya penumpukkan secret di
dalam rongga mulut di tandai dengan bunyi nafas kotor, RR : 18X/ mnit.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan tidak tampaknya
aktivitas di atas tempat tidur,ADL tergantung total.
D. INTERVENSI
1. Monitoring TTV
1. . Monitoring TTV
18/12/2011 2 1. Memonitoring TTV setiap 2 jam sekali.
1. 16-12-2011 1 S :.
O : irama nafas tidak teratur, terpasang O2
- TD : 138/70 mmHg
07.00
-N : 87 x/menit
-S : 36,60 C
-R : 23 x/menit
A : masalah belum teratasi
2. 16-12-2011 2 S:
1 18/12/2011 1 S :.
O : irama nafas tidak teratur, terpasang O2
20.00
- TD : 138/70 mmHg
-N : 87 x/menit
-S : 36,60 C
-R : 20 x/menit
A : masalah belum teratasi
S :.
1. 19/12/2011 1 O : irama nafas tidak teratur, terpasang O2
14.00
- TD : 148/70 mmHg
-N : 87 x/menit
-S : 36,60 C
-R : 20 x/menit
A : masalah belum teratasi
2. 19/12/2011 2
S:
14.00
O : pasien beraktivitas dengan gerakan kaki miring kanan
miring kiri.
A : Masalah belum teratasi
Long. Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah Vol. 2. Bandung : Yayasan Alummi
Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Mahasiswa PSIK.B. 2001. Diagnosa Keperawatan. Nanda. Definisi dan Klafikasi. 2001-
2002. Yogyakarta : FK-UGM.
Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius : FKUL.
Robin dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzzare C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.