Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi
Ovarium merupakan organ kelenjar seksual wanita, dapat menghasilkan sel
ovum dan mensekresikan hormone seks wanita. Pada wanita dewasa berukuran
panjang 2,5 sampai 3,5 cm, lebar 2 cm dan tebal 1 cm kedua ovari terletak dikiri
dan kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan
dengan uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium
melalui ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum).1,2,3
Gambar 1. Sistem organ reproduksi wanita pada penampang sagittal pada cavum
uterus1
2
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar
ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuknya
pembuluh-pembuluh darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan
lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.2,3
Gambar 2. Sistem organ reproduksi wanita pada penampang depan cavum uterus1
Struktur ovarium terdiri atas dua lapisan jaringan yaitu lapisan medula dan
korteks. Lapisan medula terletak di tengah dan terdiri dari jaringan fibrosa,
pembuluh darah dan saraf. Sedangkan korteks adalah lapisan yang mengelilingi
medula terdiri dari jaringan ikat, atau stroma, ditutupi oleh epitel germinal berisi
folikel ovarium berbagai tahap jatuh tempo yang masing-masing berisi ovum.
Sebelum pubertas ovarium tidak aktif tapi stroma sudah mengandung folikel
(primordial) dewasa, yang dimiliki perempuan sejak lahir. Setiap 28 hari, satu
folikel ovarium (Graafian folikel) dewasa pecah dan melepaskan ovum ke dalam
rongga peritoneum hal Ini disebut ovulasi dan itu terjadi selama siklus
menstruasi.2
Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
kubik-silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat
3
tunika albuginea dan dibawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-
folikel primordial. Pada wanita diperkirakan terdapat banyak folikel. Tiap bulan
satu folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graaf.
Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting dan dapat
ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam
tingkat-tingkat perkembangan dari satu telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-
sel saja sampai folikel de Graaf yang matang. Folikel yang matang ini terisi
dengan likuor follikuli yang mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi.2,3
4
estrogen. Jika sel telur dibuahi sendiri di dinding rahim di mana ia tumbuh dan
berkembang dan menghasilkan hormon human chorionic gonadotropin (hCG),
yang merangsang korpus luteum untuk terus mensekresi progesteron dan estrogen
untuk 3 bulan pertama kehamilan, setelah waktu ini fungsi dilanjutkan oleh
plasenta. Jika ovum tidak dibuahi yang berdegenerasi korpus luteum dan siklus
baru dimulai dengan menstruasi. Di lokasi korpus luteum merosot yang massa
aktif dari bentuk jaringan fibrosa, disebut corpus albicans. Kadang-kadang lebih
dari satu folikel jatuh tempo pada suatu waktu, merilis dua atau lebih ovum di
siklus yang sama. Ketika ini terjadi dan ovum dibuahi hasilnya adalah kehamilan
ganda.2
II. EPIDEMIOLOGI
III. PATOFISIOLOGI
Penyebab karsinoma ovarium secara pasti belum diketahui. Terdapat beberapa
teori tentang penyebab terjadinya karsinoma ovarium.
1. Teori Incessant Ovulation
Teori incessant ovulation berhubungan dengan resiko terjadinya karsinoma
ovarium. Karsinoma ovarium terbentuk dari hasil transformasi maligna jaringan
ovarium akibat chronic uninterrupted ovulation. Ovulasi mengganggu epitelial
ovarium dan mengaktifkan cellular repair mechanism. Ketika proses ovulasi
berulang untuk waktu yang lama tanpa ada interupsi, mekanisme ini memberi
peluang untuk somatic gene deletions serta terjadi mutasi selama proses perbaikan
sel. Sehingga nuliparitas, menarke awal dan menopause lambat merupakan faktor
yang dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya karsinoma ovarium.2,3,5,6,7
5
Oleh karena itu, faktor yang berhubungan dengan penghambatan incessant
ovulation atau dengan terjadinya supresi ovulasi yang berlangsung secara terus –
menerus dapat mengurangi aktivasi dari mekanisme perbaikan sel epithelial
(cellular repair mechanism), sehingga dapat mengurangi peluang untuk terjadi
deletasi gen dan mutasi. Oleh karena itu penggunaan oral kontrasepsi, pemberian
air susu ibu, multiparitas dan chronic anovulation dapat mengurangi resiko
terhadap karsinoma ovarium dengan menginterupsi atau mengsupresi terjadinya
ovulasi.2,3,6,7
2. Teori Gonadotropin
Teori ini didasarkan pada pengetahuan dari percobaan pada binatang dan data
– data epidemiologi. Hormon hipofise diperlukan untuk perkembangan tumor
ovarium pada beberapa percobaan binatang rodentia. Pada percobaan ini
ditemukan jika kadar hormon estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon
gonadotropin akan meningkat. Peningkatan kadar hormon gonadotropin ini
ternyata berhubungan dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada
binatang tersebut dengan merangsang perkembangan sel epitel ovarium.6,7
Pada sel-sel epitel wanita dewasa terdapat reseptor untuk hormon estrogen,
progesteron dan androgen, dan proliferasi sel epitel ovarium superfisial dapat
distimulasi oleh hormon androgen. Patomekanisme kontribusi hormon esterogen
dalam kejadian kanker ovarium masih belum diketahui, namun bisa secara tidak
langsung oleh karena estrogen mengurangi reseptor GnRH di sel epitel ovarium
superfisial sehingga menyebabkan penekanan fungsi GnRH sebagai penghambat
pertumbuhan sel epitel ovarium superfisial, dimana sel-sel tersebut akan terus
terstimulasi.7
6
hipotesis bahwa hormon androgen sangat berperan pada kejadian kanker ovarium.
Walaupun 50 – 60 % tumor ovarium memiliki peningkatan hormon estrogen,
namun sampai 95% dari tumor tersebut juga menunjukkan peningkatan hormon
androgen. Androgen adalah hormon utama yang diproduksi ovarium
postmenopause, dan peningkatan resiko terjadinya kanker ovarium ditemukan
pada wanita dengan peningkatan kadar hormon androgennya (wanita
postmenopause).7
a. Nuliparitas
Nuliparitas berhubungan dengan ovulasi yang berulang dalam jangka
waktu lama dan wanita nulipara mempunyai resiko dua kali lipat mendapat
karsinoma ovarium. Namun, pada wanita yang mendapatkan terapi untuk
infertilitas dengan kelahiran hidup tidak meningkatkan resiko terhadap karsinoma
ovarium. Pada umumnya, resiko berkurang pada setiap kelahiran hidup dan
mendatar pada wanita dengan paritas lima kali. Kehamilan pula mempunyai efek
proteksi terhadap sel ovarium premaligna. Kehamilan berhubungan dengan
menurunnya resiko terkena kanker ovarium 13-19 % per kehamilan. 2,5,7,8
7
c. Infertilitas
Pengobatan infertilitas masih menjadi kontroversi terkait dengan
hubungannya meningkatkan resiko kanker ovarium. Sebuah kelompok analisis
dari 5207 wanita dengan kanker dan 7705 kontrol menunjukkan tidak ada
hubungan peningkatan resiko infertilitas dengan paparan obat ovulasi. Sedangkan
infertilitas sendiri memberikan resiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker
ovarium seperti nullipara jika dibandingkan dengan multipara.5,7,
d. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga dengan karsinoma ovarium dalam tingkat pertama, yaitu
seorang ibu, anak, atau saudara, mempunyai tiga kali lipat resiko seumur hidup
menderita karsinoma ovarium. Identifikasi pasien beresiko tinggi dengan anggota
keluarga menderita kanker ovarium, payudara, atau kolon saat ini adalah strategi
pencegahan terbaik. Sekitar 10% kasus merupakan karsinoma ovarium. HBOC
(hereditary breast ovarian cancer) merupakan kelainan herediter yang paling
banyak ditemukan dan merupakan 85-90% karsinoma ovarium herediter.
Sebagian besar tumor berhubungan dengan mutasi lokus BRCA 1. Gen lain yang
berperan dalam kerentanan tehadap kanker ovarium dan payudara adalah
BRCA2. Wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan riwayat keluarga dengan kanker
mempunyai resiko sebesar 90% untuk mendapat kanker payudara dan 65%
untuk mendapat karsinoma ovarium.2,5,6,8
e. Umur
Pertambahan usia berhubungan langsung dengan peningkatan resiko
terhadap karsinoma ovarium, khususnya diatas 50 tahun. Penelitian menunjukkan
pasien berusia 65 tahun ke atas terdiagnosa pada stadium lanjut. Prognosis dan
kelangsungan hidup juga lebih jelek dibanding pasien yang berusia kurang 65
tahun.2,4,8
8
Gambar 1. Distribusi Insiden Kanker Ovarium Menurut Umur14
Meningkatkan Menurunkan
Umur Menyusui
Diet Kontrasepsi oral
Riwayat keluarga Kehamilan
Infertilitas Ligasi tuba dan histerektomi
Nuliparitas
Obat ovulasi
Tabel 1. Faktor-faktor Resiko Karsinoma Ovarium Epitelial
V. DIAGNOSIS
a. Gejala Klinis
9
badan, dan anoreksia. Gejala biasanya berhubungan dengan proses
gastrointestinal.5,7,8
Pada stadium lanjut ini gejala-gejala yang ditemukan umumnya berkaitan
dengan adanya asites, metastasis ke omentum, atau metastasis ke usus.6,7,8,10
b. Pemeriksaan Fisis
Tanda paling penting adanya kanker ovarium adalah ditemukannya massa
tumor di pelvis. Bila tumor tersebut padat, bentuknya irregular dan terfiksir ke
dinding panggul, keganasan perlu dicurigai. Bila di bagian atas abdomen
ditemukan juga massa dan disertai asites, keganasan hampir dapat dipastikan.
Cairan asites ini diyakini hasil dari peningkatan produksi cairan karsinomatosus
atau oleh karena obstrusi saluran limfatik.5,6,8,
Pada stadium lanjut, pemeriksaan abdomen bagian atas biasanya
menunjukkan massa menandakan penggumpalan di omentum.4
Auskultasi dada juga penting karena pasien dengan efusi pleura mungkin
tidak ada gejala yang jelas. Selain itu, palpasi pada kelenjar limfe perifer harus
dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya metastasis.6,7,8
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Jika dicurigai keganasan ovarium, pemeriksaan laboratorium termasuk
pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit harus dilakukan pada semua
pasien. Pemeriksaan kadar hCG serum perlu dilakukan pada wanita
yang memiliki kemungkinan hamil. Selain itu perlu juga diukur kadar
AFP serum dan laktat dehidrogenase (LDH) pada wanita muda dan
10
remaja yang datang dengan keluhan massa pada adneksa karena
kemungkinan besar merupakan germ cell tumor maligna. Serum CA-
125 juga harus diperiksakan setiap adanya diagnosis banding
keganasan ovarium. Pemeriksaan serum CA-125 adalah biomaker
untuk karsinoma ovarium. CA-125 adalah glikoprotein yang tidak
diproduksi oleh epitelial ovarium normal tetapi dapat diproduksi oleh
tumor ovarium jinak dan ganas. Tumor marker ini disintesis dalam sel
epitelial ovarium yang terkena dan sering disekresikan ke dalam kista.
Namun secara hipotesis, jaringan arsitektur abnormal berhubungan
dengan karsinoma dapat memungkinkan pelepasan antigen ini ke
dalam sirkulasi pembuluh darah. Kadar >35U/mL adalah abnormal.
Hampir 50% pada karsinoma ovarium stadium awal dan >85% pada
stadium lanjut ditemukan peningkatan kadar CA-125 3,6,10
Dalam 90% wanita dengan karsinoma nonmusinosus, kadar CA-
125 tinggi. Namun pada pemeriksaan preoperatif, tidak boleh hanya
digunakan pengukuran CA-125 semata. Setengah dari karsinoma
ovarium stadium I memiliki kadar CA-125 normal (negatif palsu).
Sebaliknya, nilai tinggi (positif palsu) dapat dikaitkan dengan penyakit
radang panggul, endometriosis, leiomyoma, kehamilan dan bahkan
mentruasi.2,3,8
Pada wanita pascamenopause dengan massa pelvis, pengukuran
CA-125 dapat membantu dalam memprediksi kemungkinan adanya
keganasan. Pada tumor musinosus, serum maker tumor, Cancer
Antigen 19-9 (CA 19-9) dan Carcinoembryonic Antigen (CEA)
indikator yang lebih baik dibandingkan CA-125.8
2. Sonografi
Untuk membedakan tumor jinak dan karsinoma ovarium tahap
awal, pemeriksaan sonografi transvaginal adalah pemeriksaan yang
paling bermanfaat. USG Transvaginal dapat meningkatkan ketajaman
diagnosis karena mampu menjabarkan morfologi tumor ovarium
dengan baik. Morfologi tumor ovarium yang diperiksa terdiri atas
volume struktur, struktur dinding tumor, dan struktur septum tumor.
11
Dengan menilai tiap kategori diatas, dapat dibuat suatu indeks
morfologi. Bila indeks morfologi tersebut <5 maka tumor tersebut
bersifat benigna, tumor ganas dicurigai apabila indeks >5 pada wanita
pasca-menopause dan bersifat bilateral, multiloculated, padat atau
echogenik, besar (>5 cm), dan memiliki septa tebal dengan daerah
nodularitas. Gambaran lain dapat berupa proyeksi papiler atau
neovaskularisasi pada pemeriksaan Doppler.3,6,7,8,10
Pada pasien dengan stadium lanjut, sonografi kurang membantu
karena sangat sulit untuk membedakan massa yang besar yang
mencakupi uterus, adneksa dan struktur sekitarnya. Asites, jika ada
akan mudah terdeteksi.8
3. Radiografi
Pada setiap pasien dicurigai karsinoma ovarium harus di rontgen dada
untuk mendeteksi efusi pleura atau metastasis ke paru.8
4. CT Scan
Keuntungan utama CT scan dalam menentukan penatalaksanaan
wanita dengan karsinoma ovarium stadium lanjut. Pada preoperatif, dapat
mendeteksi metastasis ke hepar, retroperitoneum, omentum atau di tempat
lain di abdomen dan hal ini dapat memberi panduan bagi operasi
sitoreduksi. Namun, CT scan tidak terlalu dapat diandalkan dalam
mendeteksi penyakit intraperitoneal dengan diameter lebih kecil dari 1
cm. Akibatnya, hampir selalu lokasi tumor tidak yang terdeteksi oleh CT
12
scan dapat diidentifikasi intraoperatif. Selain itu, keakuratan CT scan
sangat minim dalam membedakan massa ovarium jinak dan ganas. Dalam
hal ini, transvaginal sonografi lebih bermanfaat.7,8
Gambar 4. Pemeriksaan CT-Scan Axial (A) Tampak lesi metastasis pada hepar
dan lien (B) Potongan yang lebih caudal : Tampak Asites dan Omental Caking8
5. Paracentesis
Pasien dengan massa pelvis dan asites dapat dianggap mengidap
karsinoma ovarium sampai terbukti sebaliknya. Jadi beberapa pasien
dilakukan paracentesis diagnostik untuk panduan pengobatan. Namun,
prosedur ini biasanya dihindari karena hasil sitologi yang nonspesifik.
Akan tetapi, paracentesis biasa diindikasikan pada pasien dengan asites
tanpa massa pelvis.8
13
VI. KLASIFIKASI TUMOR OVARIUM
Karsinoma ovarium epitelial merupakan 60% dari seluruh neoplasma pada
ovarium dan merupakan 80-90% keganasan ovarium. Neoplasma ovarium lain
berasal dari germ cell atau stromal cell.
14
Karsinoma Ovarium Epitelial
Karsinoma ovarium epitelial berasal dari sel-sel mesothelial ovarium dan
termasuk beberapa tipe sel: serosa, musinosa, endometrioid, clear cell, sel
transisional, dan tidak berdiferensiasi.2,5,10
a. Tipe Serosa
Tipe serosa adalah tipe karsinoma ovarium dengan frekuensi tertinggi,
yaitu 40% dari keseluruhan karsinoma ovarium. Pada gambaran mikroskopis,
terlihat sel-sel menyerupai epitelia di tuba fallopi pada tumor berdiferensiasi baik,
atau sel anaplastik dengan atipia nuklir yang berat pada tumor berdiferensiasi
jelek. Dalam tumor berdiferensiasi baik, struktur papiler jelas terbentuk dalam
daerah kistik, dan psammoma body sering ditemukan. Pada evaluasi frozen
section, psammoma body adalah tanda patognomonik dari karsinoma ovarium tipe
serosa. Tumor ini sering mengandung berbagai tipe sel lain sebagai komponen
minor (<10%) yang dapat menyebabkan masalah diagnostik tapi tidak
mempengaruhi hasil. 2,5,9,10,11
Gambar 6. Tipe Karsinoma Ovarium Serosa (A) High grade (B) Low Grade (C)
Psammoma Bodies 8,11
15
b. Tipe Musinosa
Sekitar 5 sampai 10 persen dari karsinoma ovarium epitelial adalah tipe
adenokarsinoma musinosa. Tipe musinosa mengandung sel epitelial terisi dengan
musin, dan jinak. Sel ini mirip dengan sel di endoserviks dan sel intestinal. 2,5,10,11
c. Tipe Endometrioid
Sekitar 15 sampai 20 persen dari karsinoma ovarium epitelial adalah tipe
adenokarsinoma endometrioid, tipe karsinoma ovarium kedua yang paling sering.
Endometrioid karsinoma sering terjadi pada wanita di usia 40-an dan 50-an.
Namun, hasil frekuensi yang lebih rendah tersebut terutama karena tipe
endometrioid dan serosa yang berdiferensiasi jelek tidak dapat dibedakan dengan
mudah, dan kasus-kasus seperti ini biasanya diklasifikasikan sebagai tipe serosa.
Akibatnya, tumor endometrioid berdiferensiasi baik lebih umum ditemukan,
sehingga dapat menjelaskan prognosis tumor ini yang secara keseluruhan adalah
baik. 2,5,9,10,11
Pada 15 sampai 20% kasus, ada adenokarsinoma endometrial secara
bersamaan. Sehingga metastasis dari satu situs ke situs yang lain sulit untuk
dibedakan.
16
Gambar 8. Karsinoma Ovarium Endometrioid11
17
e. Malignant Brenner Tumor
Tipe karsinoma ovarium ini jarang, dengan karakteristik koeksisten
karsinoma sel transisional berdiferensiasi buruk dan diselingi nukleus dari tumor
jinak atau borderline tumor Brenner. Secara mikroskopis, komponen karsinoma
sel transisional mirip dengan karsinoma dari vesica urinaria. Karakteristik tumor
Brenner adalah padat, luar biasa banyak, fibrous stroma dengan ditutupi oleh
epitelial transisional. 2,5,10,11
g. Karsinoma Campuran
Ketika lebih dari 10% karsinoma ovarium menunjukkan dua tipe sel, dapat
diklasifikasikan sebagai karsinoma campuran. Kombinasi yang sering adalah
campuran clear cell-endometrioid atau serosa-endometrioid adenokarsinoma. 2,5,10
18
tertutup dengan aktifitas mitosis yang tinggi. Beberapa penulis berpikir ini lebih
mirip tumor Germ Cell daripada yang berasal dari epitelial, terutama karena
distribusi usia. Prognosis dari tumor ini biasanya buruk. 2,5,10
j. Tumor Sekunder
Tumor maligna yang bermetastasis ke ovarium sering bilateral (75%) dan
solid. Tumor ini disebut tumor Krukenberg, yang mempunyai gambaran
mikroskopik khas berupa sel sel yang menyerupai cincin signet ditengah-tengah
stroma. Tumor primernya biasanya berasal dari lambung, payudara, colon,
endometrium, limfoma.2,5,10
19
Gambar 11. Penyebaran Intraperitoneal12
b. Penyebaran limfatik
Penyebaran kanker ovarium dapat juga melalui pembuluh getah bening yang
berasal dari ovarium. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah di ligamentum infundibulo pelvikum, sel-sel kanker dapat menyebar
mencapai KGB disekitar aorta dan KGB interkavoaortik sampai setinggi arteri
atau vena renalis. Melalui pembuluh getah bening yang mengikuti pembuluh
darah di ligamentum latum dan parametrium, sel-sel kanker dapat pula mencapai
KGB di dinding panggul seperti KGB iliaca eksterna, KGB obturatoria, dan KGB
disekitar pembuluh darah hipogastrika. . 2,5,8,14,15
c. Penyebaran hematogen
Penyebaran hematogen kanker ovarium jarang terjadi. Bila terjadi,
penyebaran tersebut dapat ditemukan di parenkim paru, hepar, otak atau ginjal
pada 2-3% kasus. Sel-sel maligna dapat menyebar melalui pembuluh darah
yang menyuplai ovarium sepanjang ligamentum infundibulopelvikum yang
berakhir di kelenjar getah bening para-aorta sampai ke tingkat pembuluh darah
ginjal. 2,5,8
20
VIII. STADIUM KANKER OVARIUM
Stadium kanker ovarium disusun menurut keadaan yang ditemukan pada
operasi eksplorasi. Stadium tersebut menurut International Federation of
Gynecologist and Obstenricians (FIGO) sebagai berikut:9
Stadium I: Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Stadium IA : pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh,
tidak ada pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan
asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritonium
Stadium IB : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada
pertumbuhan di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor cairan asites ataupun
pada bilasan cairan di rongga peritonium
Stadium IC : tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan ruptur kapsul
tumor, ditemukan sel tumor ganas pada cairan asites maupun bilasan rongga
peritoneum.
Stadium II: Pertumbuhan pada satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke
panggul
Stadium IIA : perluasan dan/atau metastasis ke uterus dan/atau tuba
Stadium IIB : perluasan ke jaringan pelvis lainnya
Stadium IIC : tumor stadium IIa dan IIb tetapi dengan tumor pada permukaan
satu atau kedua ovarium, kapsul pecah, atau dengan asites yang mengandung
sel ganas atau bilasan peritoneum positif.
21
Gb12. Stadium I - II karsinoma ovarium9
Stadium III: Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implantasi ke
peritoneum di luar pelvis dan/atau KGB retroperitoneal atau inguinal positif.
Metastasis di permukaan liver dikategorikan masuk stadium III. Tumor terbatas
dalam true pelvic tetapi secara histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
Stadium IIIA : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologik dan dikonfirmasi secara mikroskopik adanya
pertumbuhan di permukaan peritoneum abdominal.
Stadium IIIB: tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan perlengketan
di permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopik, diameter tidak
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
Stadium IIIC : perlengketan di abdomen >2 cm dan/atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
22
Stadium IV: Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis
jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dimasukkan dalam stadium IV.
Begitu juga metastasis parenkim hati.
IX. PENATALAKSANAAN
1. KARSINOMA OVARIUM STADIUM AWAL
a. Surgical staging
Ketika karsinoma ovarium terbatas pada ovarium, operasi pengangkatan
dan staging harus dilakukan. Sepertiga pasien yang tampak memiliki kanker
yang terbatas pada ovarium sering memerlukan kemoterapi pasca operasi setelah
di surgical staging. Pada stadium IA atau IB, grade 1 atau 2 karsinoma ovarium
epitelial tidak diperlukan pengobatan lanjut pasca operasi.1,3,5
Insisi midline abdominal harus adekuat untuk mengidentifikasi dan
melakukan reseksi pada bagian yang mungkin telah terlewatkan pada
pemeriksaan fisik atau foto rontgen. Operasi dimulai dengan aspirasi cairan asites
bebas atau bilas rongga peritoneal, diikuti visualisasi dan palpasi semua
permukaan peritoneum. Omentum infrakolik harus diangkat atau setidaknya
dibiopsi. Selanjutnya extrafascial (simple) histerektomi dan Bilateral salpingo-
23
oophorectomy (BSO) dilakukan. Dengan tidak adanya metastasis ekstraovarium
secara kasar, biopsi peritoneum dilakukan, serta biopsi atau kikisan dari
diafragma kanan. Sampai akhirnya, limfadenektomi pelvis dan infrarenal para-
aorta dilakukan. 1,3,5,6
Laparoskopi staging sangat bermanfaat sebagai penatalaksanaan utama
pada wanita dengan stadium I karsinoma ovarium. Sekitar 10% dari karsinoma
ovarium epitelial berkembang pada wanita berusia kurang dari 40 tahun,
sehingga pembedahan fertility-sparing merupakan pilihan pada pasien dengan
karsinoma yang terbatas pada satu ovarium. Pada stadium 1, tidakan unilateral
adnektomi mempunyai kelangsungan hidup jangka panjang yang sangat baik.
Pada beberapa kasus, kemoterapi pasca operasi diperlukan, dan pasien biasanya
dapat mempertahankan kemampuan untuk hamil sehingga aterm.1,3,4,7,8,10
b. Kemoterapi Adjuvan
Pasien dengan stadium IA atau IB, grade 3 karsinoma ovarium epitelial
dan semua pasien dengan stadium IC dan II harus dilakukan 3 sampai 6 siklus
kemoterapi karboplatin dan paclitaxel. Pada percobaan fase III Gynecologic
Oncology Group( GOG ), wanita dengan stadium awal secara acak diberikan
kombinasi ini untuk 3 atau 6 siklus. Secara keseluruhan, 3 siklus menghasilkan
tingkat kekambuhan sebanding 6 siklus, namun dengan kurangnya
toksisitas.7,8,10,11,13
Meskipun dengan kemoterapi, lebih dari 20 persen wanita dengan stadium
awal kambuh dalam waktu 5 tahun, hal ini menunjukkan diperlukannya strategi
pengobatan yang lebih baik. Sebagai tanggapan, GOG saat ini melakukan
percobaan fase III secara acak dari tiga siklus kemoterapi adjuvan karboplatin
dan paclitaxel diikuti dengan observasi atau paclitaxel mingguan selama 24
minggu.8,10,12,13,14
24
2. KARSINOMA OVARIUM STADIUM LANJUT
25
Sitoreduksi dilakukan dengan melakukan insisi vertikal untuk memberikan
akses ke seluruh abdomen. Pasien dengan stadium lanjut tidak memerlukan
pembilasan peritoneal atau penilaian sitologi asites, tetapi sering beberapa liter
asites perlu dievakuasi untuk memperbaiki lapangan operasi. Selanjutnya,
abdomen dieksplorasi dengan cermat untuk segera menentukan apakah layak
dilakukan debulking optimal atau tidak. 5,6,8,11,13,14
b. Kemoterapi
26
Kemoterapi Intravena (IV)
27
Jelas, tidak setiap wanita dengan karsinoma ovarium lanjut adalah
kandidat yang tepat untuk kemoterapi IP. Pasien stadium IV dan mereka dengan
volume residu yang besar kurang bermanfaat. Selain itu, toksisitas umumnya lebih
tinggi dengan terapi IP, dan kelebihan kelangsungan hidup masih kontroversial.
Apapun, konsesus saat ini adalah bahwa terapi IP harus dipertimbangkan untuk
volume rendah pada optimal debulking stadium III. 13,14,15
4. OPERASI KEDUA
28
5. KEMOTERAPI PEMELIHARAAN
6. RADIOTERAPI
29
Wanita yang rekuren lebih dari 6 sampai 12 bulan setelah menyelesaikan terapi
primer dianggap platinum-sensitive. Pasien-pasien ini, terutama remisi yang lama
melampaui 18,24, atau 36 bulan, memiliki beberapa pilihan.8,12,13,14
X. PROGNOSIS
30