Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam
tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan
dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu
tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya. Semakin kecil tubuh
neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus
juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya.
Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan
suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun
pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien.
Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu
untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh
yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya.
Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada
ketiga unsur tersebut sehingga terjadi hipotermia pada bayi baru lahir.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari hipotermia?
2. Bagaimana patofisiologi dari hipotermia?
3. Bagaimana etiologi dari hipotermia?
4. Bagaimana klasifikasi dari hipotermia?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia?
6. Apa saja tanda gejala dari hipotermia?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipotermia pada bayi baru lahir?
8. Apa saja komplikasi dari hipotermia?

C. Tujuan Penulisan

1
1. Mengetahui definisi dari hipotermia
2. Mengetahui patofisiologi dari hipotermia
3. Mengetahui etiologi dar ihipotermia
4. Mengetahui klasifikasi dari hipotermia
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hipotermia
6. Mengetahui tanda gejala hipotermia
7. Mengetahui penatalaksanaan hipotermia
8. Mengetahui komplikasi dari hipotermia

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Hipotermia
Hipotermia merupakan keadaan seorang individu mengalami atau
beresiko mengalami penurunan suhu tubuh dibawah 35,5OC per rectal karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal. (Maryunani, 2013)
Hipotermia adalah suhu tubuh kurang dari 36,5oC pada pengukuran
suhu melalui ketiak. Hipotermia merupakan suatu tanda bahaya karena dapat
menyebabkan terjadinya perubahan metabolism tubuh yang berakhir pada
kegagalan jantung paru dan kematian. (Azwar,A. 2008)
Hipotermia adalah bila panas tubuhnya turun sampai >36,5°C
(Manuaba dkk, 2009).

B. Patofisiologi Hipotermia
Gangguan salah satu atau lebih unsur-unsur termoregulasi akan
mengakibatkan suhu tubuh berubah, menjadi tidak normal.
Apabila terjadi paparan dingin, secara fisiologis tubuh akan
memberikan respon untuk menghasilkan panas berupa :
1. Shivering thermoregulation/ Merupakan mekanisme tubuh berupa
rnenggigil atau gemetar secara involuner akibat dari kontraksi otot untuk
menghasilkan panas.
2. Non-shivering thermoregulation/NST. Merupakan mekanisrne yang
dipengaruhi oleh stimulasi sistem saraf sirnpatis untuk menstimulasi
proses metabolik dengan melakukan oksidasi terhadap jaringan lemak cokl
Peningkatan metabolisme jaringan lemak coklat akan meningkatkan
produksi panas dan dalam tubuh.
3. Vasokonstriksi perifer. Mekanisme ini juga distimulasi oleh sistern saraf
simpatis, kemudian sistem saraf perifer akan memicu otot sekitar arteriol
kulit utuk berkontraksi sehingga terjadi vasokontriksi. Keadaan ini efektif
untuk mengurangi aliran darah ke jaringan kulit dan mencegah hilangnya
panas yang tidak berguna. (Kosim, 2008 : 92)

3
Untuk bayi, respon fisiologis terhadap paparan dingin adalah proses
oksidasi dari lemak coklat atau jaringan adiposa coklat. Pada bayi BBL, NST
( proses oksidasi jaringan lemak coklat) adalah jalur yang utarna dari suatu
peningkatan produksi panas yang cepat, sebagai reaksi atas paparan dingin.
Sepanjang tahun pertama kehidupan, jalur ST mengalami peningkatan
sedangkan untuk jalur NST selanjutnya akan menurun. (Kosim, 2008 : 92)
Jaringan lemak coklat berisi suatu konsentrasi yang tinggi dari
kandungan trigliserida, merupakan jaringan yang kaya kapiler dan dengan
rapat diinervasi oleh syaraf simpatik yang berakhir pada pembuluh-pembuluh
darah balik dan pada masing-masing adiposit. Masing-masing sel mempunyai
banyak mitokondria, tetapi yang unik di sini adalah proteinnya terdiri dari
protein tak berpasangan yang mana akan membatasi enzim dalarn proses
produksi panas. Dengan demikian, akibat adanya aktifitas dan protein ini, maka
apabila lemak dioksidasi akan terjadi produksi panas, dan bukan energi yang
kaya ikatan fosfat seperti pada jaringan lainnya. Noradrenalin akan
merangsang proses lipolisis dan aktivitas dari protein tak berpasangan,
sehingga dengan begitu akan menghasilkan panas. (Kosim,2008:92-93)
Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamu ssehingga akan
timbul peningkatan produksi dan meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya
perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit. Kondisi ini akan
merangsang serabut-serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin.
Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat,
meningkatkan HR dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan
vasokonstriksi pembuluh darah dengan mengalihkan darah dari kulit ke organ
untuk meningkatkan termogenesis.

C. Etiologi Hipotermia

4
Hipotermia dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan
yang dingin (suhu lingkungan rendah, permukaan yang dingin atau basah), atau
bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. (Yongki, 2012)
Terjadi perubahan termoregulasi dan metabolik sehingga :
1. Suhu bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat setelah kelahiran karena
lingkungan eksternal lebih dingin dari pada lingkungan didalam uterus.
2. Suplai lemak subkutan yang terbatas area permukaan kulit yang besar
dibandingkan dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan.
3. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin terjadi
melalui konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Penjelasannya sebagai berikut :
Dapat kehilangan panas tubuh nya melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada
permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Halini merupakan jalan
utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir
tubuh bayi tidak segera di keringkan atau terlalu cepat di mandikan dan
tubauh nya tidak segera di keringkan dan di selimuti.
2. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melaliu kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperatur nya lebih rendah dari tubuh bayi akan
menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi di
letakkan di atas benda-bena tersebut.
3. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang di lahirkan atau di tempat kan
di dalam ruangan yang dngin akan cepat mengalami kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin dari kipas angin,
hembusan udara dingin melalui pentilasi atau pendingin ruangan.
4. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karna bayi di tempatkan di
dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda

5
tersbut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung ). (Depkes, 2010).

D. Klasifikasi Hipotermia
Tabel dan anamnesis :

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

 Suhu tubuh 32-36,4°C


 Bayi terpapar suhu
 Gangguan nafas
lingkungan yang
 Denyut
rendah Hipotermia sedang
jantung<100x/m
 Waktu timbul kurang
 Malas minum
dari 2 hari
 Letargi

 Bayi terpapar suhu  Suhu tubuh 32°C


lingkungan yang  Tanda lain hipotermia
rendah sedang Hipotermia berat
 Waktu timbul kurang  Kulit teraba keras
dari 2 hari  Napas pelan dan dalam

 Suhu tubuh berfluktuasi


antara 36-39°C
 Tidak terpapar dengan meskipun berada disuhu Suhu tubuh tidak
dingin atau panas yang lingkungan yang stabil stabil (dugaan
berlebihan  Fluktuasi terjadi sepsis)
sesudah periode suhu
stabil

(Sumber :Azwar, A. 2008.)

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipotermia


Faktor- faktor penting yang dianggap berisiko terjadinya hipotermia :

6
1. Perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi dipisahkan dari ibunya
segera setelah lahir.
2. Bayi berat lahir rendah dan prematuria
Ini dikarenakan pusat pengaturan suhu tubuh bayi belum sempurna,
permukaan tubuh bayi relative luas, kemampuan produksi dan menyimpan
panas terbatas.(Azwar,A. 2008)
3. Tempat melahirkan dingin
Bayi kehilangan panas dari bayi ke udara sekitar
4. Suhu badan selama perjalanan rujukan tidak terjaga,
5. Asfiksia
6. Hipoksia atau penyakit lain. (Muslihatun, 2010)

F. Tanda Gejala Hipotermia


1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif letergi
shipotanus), tidak kuat menghisap ASI dan menangis
2. Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah
3. Timbul skrea kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian
punggung, tungkai dan lengan
4. Muka bayi berwarna pucat (Dwinda dkk, 2014).
Tanda gejala berdasarkan klasifikasi:
1. Tanda- tanda hipotermia sedang (stres dingin)
2. Aktivitas berkurang, letargis
3. Tangisan lemah
4. Kulit berwarna tidak rata (cutis marmorata)
5. Kemampuan menghisap lemah
6. Kaki teraba dingin
7. Tanda-tanda hipotermia berat (cedera dingin)
8. Sama dengan hipotermia sedang
9. Bibir dan kuku kebiruan
10. Pernafasan lambat
11. Pernafasan tidak teratur

7
12. Bunyi jantung lambat
13. Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
14. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermia
15. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
16. Bagian tubuh lainnya pucat
17. utama pada punggung, kaki, dan tangan (skelerema) (Syaifudin dkk, 2010)

G. Penatalaksanaan Hipotermia
Pencegahan hipotermia
1. Jangan memandikan bayi sebelum berumur 12 jam
2. Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25oC dan bebas dari
aliran angin)
3. Jangan meletakkan bayi di dekat benda yang dingin (misal di jendela)
walaupun bayi di bawah pemancar
4. Pada waktu memindahkan bayi ketempat lain, jaga kehangatan missal
dengan kontak kulit dengan
5. Bayi harus setiap saat diselimuti dalam keadaan apapun, meskipun saat
dilakukan tindakan pemasangan intravena, hanya buka bagian yang
diperlukan
6. Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan
7. Ganti popok setiap kali basah
8. Jangan menyentuh bayi dengan tangan dingin
9. Ukur suhu tubuh bayi setiap saat
(Azwar,A. 2008)

Beberapa Cara Menghangatkan Bayi


CARA PETUNJUK PENGGUNAAN

8
– Untuk semua bayi
– Tempelkan kulit atau permukaan kulit
bayi langsung pada permukaan kulit
ibu, mis. dengan merangkul,
menempelkan pada payudara atau
Kontak kulit
meneteki
– Untuk menghangatkan bayi dalam
waktu singkat, atay menghangatkan
bayi hipotermi (32-36,4˚C) apabila
cara lain tidak mungkin dilakukan

– Untuk menstabilkan bayi dengan berat


badan < 2500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan
berkelanjutan bayi dengan berat badan
< 1800 g
– Tidak untuk bayi yang sakit
Kangoro Mother Care (KMC) berat(sepsis, gangguan nafas berat)
– Tidak untuk ibu yang menderita
penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya
– Pada ibu yang sedang sakit, dapat
dilakukan oleh keluarga (pengganti
ibu)

– Untuk bayi sakit atau bayi dengan


berat 1500 g atau lebih
– Untuk pemeriksaan awal bayi, selama
Pemancar panas
dilakukan tindakan atau
menghangatkan kembali bayi
hipotermi

9
- Bila tidak tersedia pemancar panas,
Lampu penghangat dapat digunakan lampu pijar maksimal
60 watt dengan jarak 60 cm

– Penghangatan berkelanjutan bayi


dengan berat < 1500 g yang tidak
Inkubator dapat dilakukan KMC
– Untuk bayi sakit berat (sepsis,
gangguan napas berat)

- Bila tidak tersedia inkubator, dapat


digunakan boks penghangat dengan
Boks penghangat
menggunakan lampu pijar maksimal
60 watt sebagai sumber panas

– Untuk merawat bayi dengan berat <


2500 g yang tidak memerlukan
tindakan diagnostik atau prosedur
Ruangan hangat
pengobatan
– Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis,
gangguan nafas berat)

(Azwar,A. 2008)
Penanganan hipotermia bayi baru lahir
1. Bayi yang mengalami hipotermia biasanya mudah sekali meninggal.
Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di
dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.
2. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang
adalah menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan
telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi.
Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada di
dalam satu pakaian (merupakan teknologi tepat guna baru) disebut sebagai
Metoda Kanguru). Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar
berkancing depan.

10
3. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang
disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan
ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat.
4. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus
diberi ASI sedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap,
diberi infus glukosa 10% sebanyak 60-80ml/kg per hari. (Syaifuddin dkk,
2010).
Cara lain adalah disesuaikan dengan tingkatan hipotermia:
Hipotermia sedang
1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk yang kering, bersih dan hangat
2. Segera hangatkan tubuh dengan metode kanguru
3. Ulangi, sampai panas tubuh ibu menghangatkan tubuh bayi menjadi
hangat
4. Cegah bayi kehilangan panas
5. Beri ASI sedini mungkin
6. Setelah tubuh bayi menjadi hangat nasehati ibu cara merawat bayi dirumah
7. Pencegahan hipotermia
8. Menyusui secara ekslusif
9. Pencegahan infeksi
10. Anjurkan ibu control bayinya setelah 2 hari
11. Minta ibu untuk mengamati tanda bahaya(mis. Gangguan nafas, kejang)
dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut
12. Periksa kdar glukosa darah, bila <45mg/ dL (2.6 mmol/L), tangani
hipoglikemia
13. Nilai tanda bahaya. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik
minimal 0.5˚C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan
memeriksa suhu setiap jam
14. Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0.5˚C/jam, cari tanda sepsis.
(Azwar,A. 2008)
Hipotermia berat
1. Keringkan tubuh bayi dengan handuk kering, bersih dan hangat

11
2. Segera hangatkan tubuh bayi dengan metoda kanguru bila perlu ibu dan
bayi berada dalam satu selimut/ kain hangat yang disertai terlebih dahulu
3. Bila selimut dingin segera ganti dengan yang hangat. Cegah bayi
kehilangan panas dengan
4. Memberi tutup kepala / topi bayi
5. Mengganti kain / pakaian / popok yang basah dengan yang kering dan
hangat
6. Beri ASI sedini mungkin dan lebih sering selama bayi menginginkan.
7. Segera rujuk kerumah sakit terdekat (Dwienda dkk, 2014)
8. Hindari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi
sering diubah
9. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dosis rumatan dan selang infus
tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
10. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang 45mg/Dl
(2.6 mmol/L), tangani hipotermia.
11. Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4
jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
12. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan
dalam penanganan kemungkinan besar sepsis.
13. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
14. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum
15. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri
ASI perah begitu suhu bayi mencapai 35˚C
16. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5˚C/jam,
berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan
memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
17. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu
ruangan setiap jam
18. Setelah suhu tubuh bayi normal
19. Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi

12
20. Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam
21. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi
tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada
masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat
dipulangkan dan dinasehati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap
hangat selama dirumah.(Azwar,A. 2008)

Keadaan bayi Frekuensi pengukuran

Bayi sakit Tiap jam

Bayi kecil Tiap 12 jam

Keadaan bayi membaik Sekali sehari

Suhu Inkubator Yang Direkomendasi Menurut Berat dan Umur Bayi

Suhu inkubator (C˚) menurut umur


Berat bayi
35˚C 34˚C 33˚C 32˚C

< 1500 1-10 hari 11hari-3 minggu 3-5 minggu > 5 minggu

1500-
1-10 hari 11 hari-4 minggu > 4 minggu
2000g

2100-
1-2 hari 3 hari-3 minggu > 3 minggu
2500g

> 2500g 1-2 hari > 2 hari

Pencegahan hipotermia selama transportasi


1. Jaga temperatur selalu stabil sebelum transportasi
2. Catat temperatur dan lakukan usaha-usaha perbaikan
3. Gendong bayi dengan cara mendekatkan ke dada
4. Selimuti dengan baik, cegah jangan sampai terbuka
5. Gunakan inkubator dengan kain penghangat / alas plastik / kasur air yang
dlengkapi alat pengatur suhu

13
(Sudarti, 2013)

H. Komplikasi Hipotermia
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermia yaitu:
1. Hipoglikemi asidosis metabolik, karena vasokontriksi perifer dengan
metabolism anaerob. Hipoglikemia disebabkan karena pada proses
pembakaran lemak coklat, bayi menggunakan glukosa. Selanjutnya
cadangan lemak dan glukosa tersebut akan habis dengan adanya stres
dingin.
2. Kebutuhan oksigen yang meningkat
3. Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu
4. Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pumonal yang
menyertai hipotermia berat, shock, apnea, perdarahan intra
Hipotermia pada neonatus antara lain bisa menyebabkan gangguan pada sistem
anggota tubuh berikut ini:
1. Gangguan sistem saraf pusat: koma, menurunnya reflex mata (seperti
mengedip)
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex
perifer(Maryunani, 2013). Hal ini disebabkan karena hipotermi tidak
diatasi dengan segera sehingga terjadi hipoglikemi asidosis metabolik
dimana hipoglikemia adalah kadar glukosa bayi berkurang dan asidosis
metabolik adalah meningkatnya kadar asam dalam darah akibat proses
metabolisme oksidasi lemak untuk memproduksi panas. Hipoglikemia
asidosis metabolik bisa mempengaruhi sistem saraf pusat dan kerja otot.
(Nelson dkk, 2000)

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Hipotermi

14
1. Riwayat kehamilan
2. Kesulitan persalinan dengan trauma infant
3. Penyalahgunaan obat-obatan
4. Penggunaan anestesia atau analgesia pada ibu
5. Status bayi saat lahir
6. Prematuritas
7. APGAR score yang rendah
8. Asfiksia dengan rescucitasi
9. Suhu tubuh dibawah 36.5 0C (Hipotermi)
10. Kardiovaskular Bradikardi (hipotermi)
Gastrointestinal
1. Asupan makanan yang buruk
2. Vomiting atau distensi abdomen
3. Kehilangan berat badan yang berarti
4. Integumen
5. Cianosis central atau pallor
6. Edema pada muka, bahu dan lengan
7. Dingin pada dada dan ekstremitas
8. Neorologi
9. Tangisan yang lemah
10. Penurunan reflek dan aktivitas
11. Fluktuasi suhu diatas batas normal sesuai umur dan berat badan
12. Pulmonary
13. Nasal flaring atau penurunan nafas, iregguler
14. Retraksi dada
15. Ekspirasi grunting
16. Renal
17. Oliguria

Diagnosa Keperawatan

15
1. Suhu tubuh abnormal berhubungan dengan kelahiran abnormal, paparan
suhu lingkungan yang dingin
2. Ketidakefektifan pengaturan suhu tubuh yang berhubungan dengan
pembedahan
3. Deficit pengetahuan (orangtua) berhubungan dengan kondisi bayi baru
lahir dan cara mempertahankan suhu tubuh bayi.

Perencanaan
1. Dx I
a. Tujuan :
1) Mengidentifikasi bayi dengan resiko atau aktual ketidakstabilan
suhu tubuh
2) Mencegah kondisi yang dapat mencetuskan fluktuasi suhu tubuh
b. Intervensi :
1) Lindungi dinding inkubator dengan meletakkan inkubator
ditempat yang tepat
2) Monitor suhu tubuh, lakukan pengukuran secara teratur
3) Monitor suhu lingkungan
4) Cegah kondisi yang menyebabkan kehilangan panas pada bayi
seperti baju basah atau bayi tidak kering, paparan uadara luar atau
pendingin ruangan
5) Cek respiratory rate (takipnea), kedalaman dan polanya
6) Observasi warna kulit
7) Monitor adanya iritabilitas, tremor dan aktivitas seizure
8) Monitor adanya flushing, distress pernafasan, episode apnea,
kelembaban kulit, dan kehilangan cairan.
9) Suhu kamar perawatan/kamar operasi dipertahankan
10) Gunakan alas atau pelindung panas dalam inkubator
11) Keringkan bayi baru lahir segera dibawah pemanas
12) Air mandi diatas 37 C dan memandikannnya sesudah bayi stabil
dan 6 12 jam postnatal,keringkan segera

16
13) Pergunakan alas pada meja resusitasi atau pemanas
14) Tutup permukaan meja resusitasi dengan selimut hangat,
inkubator dihangatkan dulu
15) Pertahankan suhu kulit 36,5 0C
16) Sesedikit mungkin membuka incubator
2. Dx II
a. Tujuan :
Anak akan mempertahankan termoregulasi normal yang ditandai oleh
anak dapat mempertahankan suhu aksila 36,40C-37,20C.
b. Intervensi :
1) Pastikan bahwa suhu ruang operasi diatur pada 36,-37 selama 30
menit sebelum anak tiba diruangan
2) Letakkan bantalan aquatermia pada suhu 38,5c diatas meja
operasiberi anak selimut hangat pada anak saat tiba diruang operasi
3) Hindari pajanan kulit anak yang tidak perlu atau yang terlalu lama
selama periode praoperasi , dan fase induksi serta kegawat
daruratan anesthesia.
4) Pantau dan catat suhu anak sepanjang prosedur
5) Gunakan lampu termal sesuai kebutuhan selama fase induksi dan
kegawatdaruratan anesthesia.
6) Pantau denga ketat untuk mencegah pemanasan yang berlebihan
7) Hangatkan semua larutan yang akan digunakan di area bedah
dalam larutan salin normal atau air mandi steril
8) Lindungi ekstermitas anak dengan kantong plastik
9) Setelah prosedur pembedahan selesai keringkan anak secara
menyeluruh.
10) Apabila anak akan dipindahakan ke unit inkubasi self- contained
hangatkan unit tersebut selama 45 menit sebelum pemindahan
dilakukan
3. DX III
a. Tujuan :

17
Memberikan informasi yang cukup kepada orangtua tentang kondisi
bayi danperawatan yang diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi
b. Intervensi :
1) Beri informasi pada orangtua tentang penyebab fluktuasi suhu
tubuhKondisi bayi
2) Treatment untuk menstabilkan suhu tubuh
3) Perlunya membungkus/menyelimuti bayi saat menggendong dan
bepergian
4) Ajari orangtua cara mengukur suhu tubuh aksila pada bayi dan
minta mereka untuk mendemontrasikannya
5) Informasikan kepada orangtua tentang perawatan saat bayi di
inkubator
6) Anjurkan pasien bertanya, mengklarifikasi yang belum jelas dan
menunjukkan prilaku seperti diajarkan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hipotermia adalah suhu di bawah 36,5 ºC,
2. Terbagi atas : hipotermia ringan (cold stres) yaitu suhu antara 36-36,5 ºC,
hipotermia sedang yaitu antara 32-36ºC, dan hipotermia berat yaitu suhu
tubuh <32 ºC. (Yunanto, 2008).

18
3. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkan
secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama,
setelah lahir.
4. Tanda gejalanya adalah menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi aktif
letergis hipotanus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah,
Pernafasan megap-megap dan lambat dan menangis lemah, Timbul skrema
kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai
dan lengan, muka bayi berwarna pucat.
5. Penatalaksanaan hipotermia adalah hangatkan bayi apabila tersedia alat
yang canggih seperti incubator, gunakan incubator sesuai dengan
ketentuan.

B. Saran
1. Untuk Petugas Kesehatan
Memberikan pendidikan kesehatan kepada calon ibu, calon ayah,
dan anggota keluarga lainnya bahwa bayi yang lahir tidak terlepas dari
resiko hipertermi dan hipotermia sehingga keluarga paham akan hal
tersebut. Dengan demikian, keluarga sudah dipersiapkan untuk
melengkapi kebutuhan Keluarga juga akan paham tentang apa yang harus
dilakukan untuk mencegah bayi kehilangan panas tubuh berlebih.

2. Untuk Keluarga
Keluarga juga hendaknya menerima pendidikan kesehatan oleh
bidan dengan responsif. Kerja sama yang baik antara keluarga dan petugas
kesehatan akan membuahkan hasil yang diharapkan tidak akan
mengecewakan

19
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar.


Jakarta: JNPK-KR
Depkes. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta:
Kemkes.

20
Dwienda R, Okta. Dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi /Balita
dan Anak Pra sekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepubish
Hidayat, A. A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Kosim, Sholeh, dkk. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Manuaba, dkk. 2009. Buku ajar patologi obstetri untuk mahasiswa kebidanan.
Jakarta: EGC
Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawa tdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Trans Info Media
Nelson, dkk. 2000. Ilmu kesehatan anak nelson vol. 1 E/15. Jakarta: EGC
Syaifuddin, dkk.2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sudarti dan Fauziah A. (2013). Asuhan neonatus risiko tinggi dan
keperawatan.Yogayakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro Gulardi H., dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-
KR.
Yongki, dkk. 2012. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi dan
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

21

S-ar putea să vă placă și