Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
POSTPARTUM BLUES
Disusun oleh :
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2017
DAFTAR ISI
Daftar Isi
...................................................................................................................................
i
A. Latar
Belakang .............................................................................................................
1
B. Topic
............................................................................................................................
1
C. Tujuan
TAK ....................................................................................................................
1
1. Tujuan
Umum ............................................................................................................
1
2. Tujuan
Khusus ...........................................................................................................
1
D. Kriteria Peserta
............................................................................................................................
2
E. Proses Seleksi Peserta
............................................................................................................................
2
F. Uraian Struktur
Kegiatan ..............................................................................................................
2
G. Alat yang akan digunakan ..................................................................................
H. Tahap pelaksanaan TAK ....................................................................................
1. Tahap orientasi...............................................................................................
2. Tahap kerja ....................................................................................................
3. Tahap Hasil ....................................................................................................
I. Evaliasi ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah
mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan
adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita menganggap
sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-
alat kandungan dan anggota badan serta psikologis yang berhubungan dengan
kehamilan/persalinan selama 6 minggu. Dalam proses adaptasi pada masa post
partum terdapat tiga metode yang meliputi “ immediate puerperineum “ yaitu 24
jam pertama setelah melahirkan, “ early puerperineum “ yaitu 24 jam hingga 1
minggu setelah melahirkan, “ late puerperineum “ yaitu setelah satu minggu
samapi 6 minggu post partum.
Perubahan psikologi merupakan hal yang normal terjadi pada seorang ibu
yang baru melahirkan. Namun kadang-kadang terjadi perubahan psikologis yang
abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu
postpartum blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis,
dan psikosis pascapartum. Pada makalah ini kami akan membahas secara khusus
mengenai postpartum blues.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud
dengan gangguan psikologis pada ibu masa postpartum khususnya
postpartum blues.
b. Untuk mendapatkan gambaran umum secara teoritis konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan postpartum blues.
b. Menganalisa data untuk merumuskan Diagnosa Keperawatan pada klien
dengan postpartum blues.
c. Membuat rencana Keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
d. Melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan postpartum blues.
e. Membuat pendokumentasian pada klien dengan post partum blues.
3. Manfaat penulisan
Penulisan dan penyusunan makalah ini sangat bermanfaat bagi
perkembangan dunia keperawatan dalam melakukan tindakan asuhan
keperawatan terhadap klien dengan askep postpartum patologis (postpartum
blues).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Post Partum Blues disebut juga depresi pasca melahirkan. Menurut Ann
Dunnewold, seorang ahli jiwa di Dallas, 10-20% perempuan yang baru
melahirkan mengalami depresi. Yang muncul dalam beragam bentuk bisa berupa
kesedihan mendalam, sering menangis, insomnia (susah tidur) atau tidur
nyenyak, mudah tersinggung, kehilangan minat terhadap bayi, kurang berminat
terhadap kegiatan rutin sehari-hari. Bisa juga berupa perasaan ketakutan,
hilangnya nafsu makan, lesu atau bahkan tidur yang berlebih. Kondisi ini bisa
berlangsung hingga tiga sampai enam bulan, bahkan terkadang sampai delapan
bulan. Sayangnya, sangat banyak ibu yang tidak menyadarinya, demikian juga
dengan mereka yang ada disekitarnya, termasuk suaminya.
Postpartum Blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875
telah menulis refrensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia
ringan pasca-salin yang disebut “ milk fever “ karena gejala disforia tersebut
muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini, postpartum blues atau sering juga
disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma
gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari
ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua
minggu pasca persalinan.
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu sekitar dua hari hingga 10
hari sejak kelahiran bayinya.
B. ETIOLOGI
Menurut C. Nell Epperson, asisten professor psikiatri serta kebidanan dan
kandungan dari Yale University School of Medicine, New Haven, perubahan
suasana hati tersebut bisa diakibatkan oleh fluktuasi hormone, yang terjadi
selama dan sesaat pascapersalinan.
Penyebab pasti belum diketahui secara pasti, namun banyak faktor yang diduga
berperan dapat menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesterone, prolaktin dan ekstradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktivitas enzim monoamine aksidase
yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti ; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, social ekonomi serta keadekuatan dukungan social dari
lingkungan ( suami, keluarga dan teman ). Apakah suami menginginkan
juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga dan teman memberikan
dukungan moril ( misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tang selama
atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah ) selama ibu
menjalani kehamilannya atau timbul permasalahan misalnya suami yang
tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan
lainnya dengan suami, problem dengan orangtua dan mertua, problem
dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa postpartum blues tidak
berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi.
Antara 8 % sampai 12 % wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang
tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata
lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi postpartum jika
mereka tertekan secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami
peristiwa kehidupan yang menekan.
Ada juga pendapat bahwa kemunculan dari postpartum blues ini disebabkan
oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu. Penelitian dari Dirksen dan
De Jonge Andriaansen ( 1985 ) menunjukan bahwa depresi tersebut membawa
kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak dikemudian hari.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab.
2. Menangis tanpa sebab.
3. Tidak percaya diri.
4. Tidak sabar.
5. Sensitif, mudah tersinggung.
6. Merasa kurang menyayangi bayinya.
7. Tidak memperhatikan penampilan dirinya.
8. Kurangnya menjaga kebersihan dirinya.
Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang
berdebar-debar.
9. Ibu merasa kesedihan, kecemasan yang berlebihan.
10. Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami atauapun keluarga.
D. PENCEGAHAN
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga
untuk selalu memperhatikan si ibu.
2. Menu makanan yang seimbang.
3. Olahraga secara teratur.
4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5. Rencankan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.
6. Rekreasi.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara
langsung post partu blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa syntom
yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila
memenuhi kriteria dan gejala yang ada. Kekurangan hormone thyroid yang
ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan luar biasa (fatique)
ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai jumlah
kadar thyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat
dipergunakan beberapa kuesioner dengan alat bantu. Endinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validasi yang teruji yang
dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin.
Pertanyaan-pertanyaan berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan,
perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post partum
blues. Kuesiner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, dimana setiap
pertanyaan memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan
harus dipilih satu sesuai dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin
saat itu. Pertanyaan harus dijawab sendiri oleh ibu dan rata rata dapat
diselesaikan dalam waktu 5 menit, nilai scoring lebih besar 12 (dua belas)
memiliki sensitifitas 86 % dan nilai prediksi positif 73 % untuk mendiagnosis
psot partum blues. EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin
dan bila hasilnya meragukan dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu
kemudian.
F. PENATALAKSANAAN
Post-partum blues atau gangguan mentak pasca-salin seringkali terabaikan
dan tidak ditangani dengan baik. Banyak ibu yang berjuang sendiri dalam
beberapa saat setelah melahirkan. Mereka merasakan ada suatu yang salah
namun mereka sendiri tidak benar-benar mengetahui apa yang sedang terjadi.
Apabila mereka pergi mengunjungi dokter atau sumber-sumber lainnya untuk
minta pertolongan, seringkali hanya mendapatkan saran untuk neristirahat atau
tidur lebih banyak, tidak gelisah, minum obat atau berhenti mengasihani diri
sendiri dan mulai merasa gembira menyambut kedatangan bayi yang mereka
cintai.
Penangganan gangguan mental pasca-salin pada prinsippnya tidak berbeda
dengan penangganan gangguan mentak pada momen-momen lainnya. Para ibu
yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang
sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan
kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi
yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau
istirahat, dan seringkali merasa gembira mendapat pertolongan praktis. Dengan
bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau
menata kembali kegiatan rutin sehari-hari,atau mungkin menghilangkan
beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan
perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diberikan pertolongan dari para
ahli, misalnya dari seorang psikolog atau konselor yangberpengalaman dalam
bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para
wanita untuk kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera
memberikan penangganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan
merujuk kepada para ahli psikologi/konseling bila memang diperlukan.
Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu : dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi
yang memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk
penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta
penangganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan,
ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal
mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya,
bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam
penangganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan
pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling, emosional,
bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman
dan harapan-harapan mereka miungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis
besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku,
emosional, intelektual, social dan psikologis secara bersama-sama dengan
melibatkan lingkungannya yaitu : suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.
G. WOC Post Partum Blues
C. Rencana Keperawatan
a. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan teruma mekanis,
edema / pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Mengidentifikasi 1. Tentukan adanya, lokasi 1. Mengidentifikasi
kebutuhan dan dan sifat kebutuhan-
mengunakan ketidaknyamanan. kebutuhan khusus
intervensi untuk 2. Inspeksi perbaikan dan intervensi yang
mengatasi perineum dan epiostomi. tepat.
ketidaknyamanan. 3. Berikan kompres es pada 2. Dapat menunjukan
perineum, khususnya trauma berlebihan
selama 24 jam pertama pada jaringan
setelah melahirkan. perineal dan
4. Berikan kompres panas terjadinya
lembab ( misalnya : komplikasi yang
rendam duduk / bak memerlukan
mandi ). evaluasi / intervensi
5. Anjurkan duduk dengan lanjut.
otot gluteal terkontraksi 3. Memberi
diatas perbaikan anesthesia lokal,
episiotomy. meningkatkan
6. Kolaborasi dalam vasokontriksi, dan
pemberian obat analgesic mengurangi edema
30-60 menit sebelum dan vasodilatasi.
menyusui. 4. Meningkatkan
sirkulasi pada
perineum,
meningkatkan
oksigenasi dan
nutrisi pada
jaringan,
menurunkan edema
dan meningkatkan
penyembuhan.
5. Pengunaan
pengencangan
gluteal saat duduk
menurunkan stress
dan tekanan
langsung pada
perineum.
6. Memberikan
kenyamanan,
khususnya selama
laktasi, bila
afterpain paling
hebat karena
pelepasan
oksitoksin.
b. Resiko gangguan proses menyusui berhubungan dengan tingkat
pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan,
struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
d. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu
A. Kesimpulan
a. Post partum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk, merupakan
kemurungan dan kesediahan.
b. Penyebab post partum blues belum diketahui secara pasti.
c. Penderita post partum blues dapat di deteksi melalui skrining yaitu
dengan kuesioner yang berupa pertanyaan tentang rasa cemas.
d. Asuhan keperawatan pada pasien post partum blues pada dasarnya harus
holistic yaitu menyeluruh dari Bio-Psiko-Sosial-Spiritual dan
melibatkan orang tua si anak yaitu ayah dan ibu si anak.
B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambauh pengetahuan mahasiswa
dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk para pelayanan kesehatan
khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita
untuk memberikan Health Education dalam perawatan depresi post partum
blues.
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo T. ( 2001 ). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta: Gaya Baru.
Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad ( 1994 ), Obstetri Patologi, Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. ( 2002 ). Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi
4. Jakarta: EGC.
Hanifa Wikyasastro. ( 1997 ), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta.
Hacker Moore ( 1999 ), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ),
Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Ngastiyah. (1997 ), Pedoman Anak Sakit. EGC, Jakarta.
Sacharin Rosa M. ( 1996 ). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa:Maulanny
R.F. EGC, Jakarata.