Sunteți pe pagina 1din 19

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER MELALUI

MODEL PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Aditya Prasetya(1), I Dewa Putu Nyeneng(2), Abdurrahman(3)

(1) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila


adityaprasetya@hotmail.co.id
(2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila
idewaputunyeneng@yahoo.com
(3) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila
abe@unila.ac.id

ABSTRACT

Character education essentially noble will change the attitude and interest of
students towards better. There are many kind learning model’s wich able to
develop the positive character of students, among them are Problem Solving and
Problem BasedLlearning models. This research aims to know the models of
learning are more effective for increasing outcomes of the students with an
emphasis on the development of students ' character, between Problem Solving
or Problem Based Learning. Design experiments on this research, using the
form Pre Experimental Design with One-Group Pretest-Posttest of type design. In
the testing of hypotheses using a Paired Sample T Test and Independent Sample
T Test. Based on total score the student’s development character during the
learning process which is done by teachers and friend peers students obtainable
that the average value of problem solving class is 8.51 with the details of as
many as 25 students (83%) categorized the character developments began
experiencing positive (developed) and 5 students (17%) have a prominent
character (widespread). This is lower than that of the problem based learning is
10.40 with 30 students (100 %) has been having a prominent character
(widespread). Based on accumulative values assessment score is N-gain obtained
the development attitude of students in the problem solving class is 0.05 (low
category), and while in the problem based learning class is -0.15 (low category)
that indicates decreasing of the students attitude development. While for the
students interest devolepment, N-gain average value score on the problem
solving class is -0.04 (low category) that indicates the presence of a decrease in
students interest and on the problem based leaning class is 0.23 (low category)
but has increasing of the students interest development.

1
Keywords: The development of character, Attitude, Interest, Problem Solving,
Problem Based Learning.

PENDAHULUAN serta memiliki karakter yang kuat dan


Pendidikan karakter hakikatnya cerdas merupakan modal dasar
ingin membentuk individu menjadi dalam mewujudkan pendidikan yang
seorang pribadi bermoral yang dapat berkualitas yang mampu mencetak
menghayati kebebasan dan tanggung sumberdaya manusia yang berkarak-
jawabnya, dalam berelasi dengan ter, cerdas dan bermoral tinggi.
orang lain dan dunianya di dalam Dengan demikian, pendidikan
komunitas pendidikan. Komunitas karakter senantiasa mengarahkan diri
pendidikan ini bisa memiliki cakupan pada pembentukan individu ber-
lokal, nasional, maupun internasional moral, cakap mengambil keputusan
(antar negara), yang nantinya ber- yang tampil dalam perilakunya, seka-
ujung pada pembentukan manusia ligus mampu berperan aktif dalam
yang paripurna disetiap komunitas membangun kehidupan bersama.
dimana manusia itu berada. Dalam Singkatnya, bagaimana membentuk
konteks dunia internasional maupun individu yang menghargai kearifan
regional (negara). nilai-nilai lokal sekaligus menjadi
Berbicara masalah bangsa Indo- warganegara dalam masyarakat glo-
nesia dan pendidikannya pastinya kita bal dengan berbagai macam nilai yang
bisa melihaat kenyataan yang menun- menyertainya.
jukan bahwa perkembangan bangsa Pendidikan nasional berfungsi
Indonesia dalam beberapa tahun mengembangkan kemampuan dan
terakhir ini mengarah kepada peruba- membentuk watak serta peradaban
han yang bersifar regresif mundur bangsa yang bermartabat dalam rang-
terutama dalam bidang etika dan ka mencerdaskan kehidupan bangsa,
moral (akhlak). Perubahan bangsa bertujuan untuk berkembangnya po-
baik yang mengarah kepada ke- tensi peserta didik agar menjadi
majuan (progresif) maupun yang manusia yang beriman dan bertakwa
mengarah kepada kemunduran kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(regresif) merupakan masalah yang berakhlak mulia, sehat, berilmu,
terkait langsung maupun tidak cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
langsung dengan penyelengaraan warga negara yang demokratis serta
pendidikan, baik formal, maupun bertanggung jawab (Pasal 3 UU Sisdik-
informal. Pendidik yang handal, nas). Berdasarkan kutipan UU Sisdik-
profesional dan berdaya saing tinggi, nas tersebut, 5 dari 8 potensi peserta

2
didik yang ingin dikembangkan Problem solving adalah model
ternyata lebih dekat dengan karakter. pembelajaran yang menemukan
Namun, tidak bisa dipungkiri masalah dan memecahkanya ber-
untuk menjalankan pendidikan dasarkan data dan informasi dari pe-
karakter dengan sepenuhnya sesuai ngamatan yang akurat, sehingga da-
dengan tujuannya bukanlah suatu hal pat mencapai kesimpulan dan dapat
yang mudah. Dalam mengimplemen- diambil solusi atas permasalahan itu
tasikan pendidikan karakter dalam dengan tepat. Analisis pemecahan
dunia pendidikan harus ada metode masalah yang komperhensif merupa-
pembelajaran yang sesuai dan efektif kan titik tekan pendekatan pem-
untuk menjadi pendekatan penguatan belajaran model ini, yang diawali de-
karakter itu sendiri. ngan identifikasi masalah, kemudian
Terdapat beberapa model diteruskan ke tahapan sintesis, dan
pembelajaran yang mampu mengem- terjadi penganalisaan yang men-
bangkan karakter positif dari siswa dalam, yang didalamnya ada pemilah-
diantaranya adalah model Problem an seluruh masalah sehingga dapat
Solving (PS) dan Problem Based mencapai tindakan aplikatif berupa
Learning (PBL). PS dan PBL adalah solusi atas permasalahan yang terjadi.
model pembelajaran yang mengede- Sedangkan, Problem Based
pankan masalah sebagai titik poin Learning merupakan model pembela-
pembelajarannya. Hal ini dapat memi- jaran yang menggunakan masalah se-
cu siswa untuk dapat lebih mengem- bagai langkah awal dalam mengum-
bangkan karakter pribadi dengan pulkan dan mengintegrasikan penge-
menggunakan permasalahan yang dia tahuan baru. Dengan menggunakan
hadapi sebagai proses proses pembe- PBL sebagai model pembelajaran
lajaran yang berujung pada peningka- siswa akan dengan sendirinya membi-
tan perkembangan karakter personal na kemampuan berpikir secara kritis
individu tersebut. secara kontinu, yang berkaitan de-
Dalam kehidupan sehari-hari ngan ide yang dihasilkan serta yang
setiap individu pastinya pernah meng- akan dilakukan sehingga juga ber-
hadapi masalah-masalah. Bahkan da- ujung pada peningkatan karakter yang
pat dikatakan orang yang tidak semula diharapkan.
mempunyai masalahlah dalam hidup- Dari penjelasan di atas, dapat
nya adalah individu yang bermasalah. disimpulkan bahwa baik pembelajar-
Oleh karena itu, dalam pengem- an menggunakan model PS maupun
bangan karakter seseorang, permasa- PBL dapat meningkatkan perkem-
lahan yang dia hadapi dapat menjadi bangan karakter positif siswa dimana
proses kedewasaan berpikir yang sisi intelektual (ide) maupun kete-
berujung pada pengembangan karak- rampilan softskill (kognitif), psikomo-
terdirinya sendiri. torik dan afektif (sikap) dapat

3
terbangun menjadi lebih baik secara Model Problem Solving dan Problem
kese-luruhan. Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Masing-masing memiliki karak- Siswa”.
teristik dan sintaks pembelajaran Berdasarkan uraian tersebut,
yang mengarah pada peningkatan penelitian dilakukan untuk menjawab
perkembangan karakter siswa. Na- pertanyaan: (1) Apakah terjadi peni-
mun mengajar fisika menggunakan ngkatan hasil belajar siswa dengan
model PS dan PBL bukanlah suatu menggunakan model PS berbasis
perkara yang mudah. Strategi-strategi karakter?; (2) Apakah terjadi pening-
pembelajaran dalam model-model katan hasil belajar siswa dengan me-
pembelajaran tersebut bukan meru- nggunakan model PBL berbasis karak-
pakan suatu proses yang mengandung ter?; (3) Apakah terdapat perbedaan
langkah tetap melainkan memiliki hasil belajar antara model PS dan PBL
proses yang dinamis. berbasis karakter?
Selain itu, secara teoritis PS dan Berdasarkan rumusan masalah,
PBL juga memiliki kelebihan dan maka tujuan penelitian ini adalah un-
kekurangannya masing-masing. Pada tuk mengetahui: (1) Peningkatan hasil
kenyataannya, guru-guru masih be- belajar siswa pada pembelajaran
lum mampu menerapkan strategi fisika dengan model pembelajaran PS
pembelajaran tersebut di kelas untuk berbasis karakter; (2) Peningkatan
meningkatkan pekembangan karakter hasil belajar siswa pada pembelajaran
siswa. Salah satu faktor penyebabnya fisika dengan model pembelajaran
adalah masih minimnya pengetahuan PBL berbasis karakter; (3) Model
guru terhadap berbagai macam stra- pembelajaran yang lebih efektif
tegi pembelajaran baru sehingga guru dalam meningkatkan hasil belajar
juga belum mengetahui strategi pem- siswa diantara model pembelajaran
belajaran mana yang lebih efektif PS dan PBL berbasis karakter.
untuk meningkatkan perkembangan
METODE PENELITIAN
karakter siswa ke arah yang lebih
Populasi penelitian ini yaitu
baik.
seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2
Bertitik tolak dari latar bela-
Bandar Lampung dengan sampel 2
kang tersebut, maka penelitian ini
kelas, pada semester genap Tahun
pun dilakukan bertujuan untuk me-
Pelajaran 2011/2012. Teknik peng-
ngetahui model pembelajaran mana
ambilan sampel pada penelitian ini
yang lebih efektif untuk mening-
menggunakan teknik Purposive
katkan hasil belajar siswa dengan juga
Sampling. Sampel yang digunakan
mengutamakan perkembangan karak-
adalah kelas X RSBI 1 sebagai Kelom-
ter siswa pada materi pelajaran fisika
pok eksperimen 1 dan kelas X RSBI 2
dengan judul “Implementasi Pem-
sebagai kelompok eksperimen 2.
belajaran Berbasis Karakter Melalui

4
Desain eksperimen pada peneli- bobot penilaian sebesar 70% dan
tian ini menggunakan bentuk Pre- dengan teman sejawat (peer
Eksperimental Design dengan tipe assessment) dengan bobot penilaian
One-Group Pretest-Posttest Design. 30% yang dilakukan tiap pertemuan.
Pada desaign ini, terdapat pretest
HASIL PENELITIAN
sebelum diberi perlakuan dan post-
Penelitian pembelajaran suhu
test setelah diberi perlakuan. Dengan
dan kalor dengan sub pokok bahasan
demikian hasil perlakuan dapat
asas black ini mulai dilaksanakan pada
diketahui lebih akurat, karena dapat
tanggal 18 Mei 2012 di SMA Negeri 2
membandingkan keadaan sebelum
Bandar Lampung. Proses pembelajar-
diberi perlakuan dengan sesudah
an berlangsung selama 3 kali tatap
diberi perlakuan. Pada penelitian ini
muka dengan alokasi waktu 2x45
siswa yang menjadi sampel penelitian
menit setiap pertemuan pada setiap
dianggap memiliki kemampuan yang
kelas eksperimen. Hasil yang diper-
relatif sama dan siswa mendapatkan
oleh dari penelitian ini berupa data
materi pelajaran yang sama.
kuantitatif (kompetensi afektif dan
Pada penelitian ini terdapat tiga
perilaku berkarakter) yang selanjut-
bentuk variabel yaitu variabel bebas,
nya diolah dengan menggunakan SPSS
variable intervening dan variabel
versi 16.
terikat. Variabel bebas dalam pene
litian ini adalah pembelajaran meng- A. Hasil Uji Instrument
gunakan model pembelajaran PS Sebelum dilakukan pengum-
berbasis karakter ( X 1 ) dan PBL berba- pulan data mengenai perilaku ber-
sis karakter ( X 2 ), dengan variabel karakter dan kompetensi afektif siswa
(sikap dan minat), dilakukan uji coba
intervening adalah perilaku berka-
instrumen angket kompetensi afektif
rakter, sedangkan variabel terikatnya
siswa yang meliputi angket sikap dan
adalah hasil belajar siswa aspek
siswa pada kelas di luar sampel, tetapi
afektif pada pembelajaran PS ( Y1 ) dan
masih dalam satu populasi. Adapun
aspek afektif pada pembelajaran
jumlah responden uji coba angket
pada PBL ( Y2 ).
adalah 30 siswa. Uji coba ini dilaksa-
Instrumen untuk mengukur nakan untuk mengetahui validitas
hasil belajar (afektif) siswa adalah tiap-tiap butir soal dan reliabilitas
berbentuk angket sikap dan minat instrumen tersebut. Adapun hasil dari
siswa. Tes ini digunakan pada saat uji validitas dan reliabilitas tersebut
pretest dan posttest dengan jumlah adalah sebagai berikut:
sebanyak 10 butir pertanyaan. (1) Angket Sikap Siswa
Sedangkan untuk mengukur perkem- (a) Uji Validitas
bangan perilaku berkarakter siswa Uji validitas soal diolah menggu-
digunakan penilaian guru dengan nakan program SPSS 16. Dengan N =

5
30 dan α = 0,05 maka adalah Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat
0,361. Dari hasil uji validitas dapat dilihat bahwa nilai Cronbach's Alpha
dilihat bahwa untuk setiap instrumen sebesar 0,819 untuk angket pretest
pretest maupun posttest nilai Pearson dan 0,843 untuk posttest . Ini berarti
Correlation le- bih besar dari item-item soal bersifat sangat reliabel
oleh karena itu semua instrumen dan dapat digunakan sebab nilai
valid. Cronbach's Alpha > 0,6.
(b) Uji Reliabilitas
B. Data Kuantitatif
Uji reliabilitas yang dilakukan
(1) Data Aspek Kompetensi Afektif
diambil dari 30 koresponden dengan
Data aspek kompetensi ini di
jumlah soal sebanyak 10 butir. Relia-
ambil dari masing-masing kelas de-
bilitas soal dilakukan dengan menggu-
ngan jumlah siswa pada kelas Problem
nakan program SPSS 16.0. Berdasar-
Solving (PS) sebanyak 30 siswa dan
kan hasil uji reliabilitas dapat dilihat
pada kelas Problem Based Learning
bahwa nilai Cronbach's Alpha sebesar
(PBL) sebanyak 30 siswa. Data
0,960 untuk angket pretest dan 0,81
kompetensi afektif diperoleh dengan
untuk posttest . Ini berarti item-item
cara memberikan pretest pada awal
soal bersifat sangat reliabel dan dapat
pembelajaran dan posttest pada akhir
digunakan sebab nilai Cronbach's
pembelajaran yang terdiri dari data
Alpha > 0,6.
sikap dan minat. Data aspek
(2) Angket Minat Siswa
kompetensi afektif diperoleh dari
(a) Uji Validitas
pengisian angket. Untuk angket sikap
Uji validitas soal diolah menggu-
dan minat terdiri dari 10 item soal.
nakan program SPSS 16.0. Dengan N =
Adapun data perkembangan sikap
30 dan α = 0,05 maka adalah
dan minat setiap kelas dapat dilihat
0,361. Dari hasil uji validitas dapat
sebagai berikut :
dilihat bahwa untuk setiap instrumen
(a) Perkembangan Sikap Siswa
pretest maupun posttest nilai Pearson
Dari hasil angket yang diberikan
Correlation lebih besar dari
didapat data skor total angket sikap
oleh karena itu semua instrumen
pada setiap kelas yang ditampilkan
valid.
dalam Tabel 1 di bawah ini.
(b) Uji Reliabilitas
(b) Perkembangan Minat Siswa
Uji reliabilitas yang dilakukan
Dari hasil angket yang diberikan
diambil dari 30 koresponden dengan
didapat data skor total angket sikap
jumlah soal sebanyak 10 butir.
pada setiap kelas yang ditampilkan
Reliabilitas soal dilakukan dengan
dalam Tabel 2 sebagai berikut.
menggunakan program SPSS 16.

6
Tabel 1. Ringkasan data skor total angket sikap
Kelas PS Kelas PBL
No Parameter
Pretest Post Test Pretest Post Test
1 Jumlah Siswa 30 30 30 30
2 Rata-rata 31,33 32,13 32,90 31,83
3 Nilai Tertinggi 39 40 41 39
4 Nilai Terendah 22 20 18 25
5 Rata-rata Gain 0,80 -1,07
6 Rata-rata N – Gain 0,05 -0,15

Tabel 2. Ringkasan data skor total angket minat


Kelas PS Kelas PBL
No Parameter
Pretest Post Test Pretest Post Test
1 Jumlah Siswa 30 30 30 30
2 Rata-rata 30,50 30,83 29,53 34,37
3 Nilai Tertinggi 39 40 37 43
4 Nilai Terendah 19 20 18 19
5 Rata-rata Gain 0,33 4,83
6 Rata-rata N – Gain -0,04 0,23

(2) Data Aspek Perilaku Berkarakter lum terlihat, 2 = mulai terlihat,3 = mu-
Data aspek perilaku berkarakter lai berkembang dan 4 = membudaya.
diperoleh dari pengamatan perilaku Selain guru, siswa juga diberi
berkarakter siswa selama pembelajar- kesempatan untuk menilai teman-
an berlangsung dalam kelas problem temannya (peer assessment). Penen-
solving dan problem based learning. tuan skor total dilakukan dengan cara
Penilaian perilaku berkarakter siswa mengambil persentase 70% penilaian
selama proses pembelajaran dilaku- dari guru dan 30% penilaian dari
kan dengan menggunakan lembar siswa. Data skor total penilaian
penilaian dengan beberapa sikap perilaku berkarakter dapat dilihat
yaitu kejujuran, kerjasama (kepedu- pada kelas problem solving dan
lian) dan tanggung jawab. Skala peni- problem based learning dalam Tabel 3
laian yang digunakan adalah: 1 = be- dibawah ini.
Tabel 3. Ringkasan data skor total perkembangan perilaku berkarakter

Kelas Eksperimen
No Parameter
PS PBL

1 Jumlah Siswa 30 30

2 Rata-rata 8,51 10,40

3 Nilai Tertinggi 9,60 11,57

4 Nilai Terendah 7,23 9,90

7
C. Hasil Uji Normalitas Angket Sikap tailed) pada data kelas PS dan PBL
Minat dan Penilaian Perilaku yang diperoleh lebih dari 0,05. Hal ini
Berkarakter berarti data – data tersebut berdistri-
Hasil uji normalitas pada data busi normal.
angket sikap skor pretest dan
D. Hasil Uji Paired Sample T Test
posttest, angket minat skor pretest
Pada Perkembangan Sikap dan
dan posttest, dan penilaian perilaku
Minat Siswa
berkarakter ditampilkan pada tabel 4,
Setelah melakukan uji norma-
5 dan 6 sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest angket sikap
Kelas PS Kelas PBL
No Parameter
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 Jumlah Siswa 30 30 30 30
2 Rata-rata 31,33 32,13 32,90 31,83
3 Nilai Tertinggi 39 40 41 39
4 Nilai Terendah 22 20 18 25
Asymp. Sig (2-
5 tailed) 0,63 0,55 0,44 0,62

Tabel 5. Hasil uji normalitas skor pretest dan posttest angket minat
Kelas PS Kelas PBL
No Parameter
Pretest Posttest Pretest Posttest
1 Jumlah Siswa 30 30 30 30
2 Rata-rata 30,50 30,83 29,53 34,47
3 Nilai Tertinggi 39 40 37 43
4 Nilai Terendah 19 20 18 19
Asymp. Sig (2-
5 tailed) 0,73 0,50 0,81 0,96

Tabel 6. Hasil uji normalitas penilaian perilaku berkarakter


Kelas Eksperimen
No Parameter
PS PBL
1 Jumlah Siswa 30 30
2 Rata-rata 8,51 10,40
3 Nilai Tertinggi 9,60 11,57
4 Nilai Terendah 7,23 9,90
Asymp. Sig (2-
5 tailed) 0,95 0,58

Berdasarkan tabel 4 dan 5 dapat di- litas skor pretest dan posttest dari
ketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2- kedua kelas eksperimen tersebut,
tailed) pada data pretest maupun selanjutnya dilakukan pengujian dua
posttest yang diperoleh lebih dari sampel berhubungan menggunakan
0,05. Hal tersebut juga terjadi pada Paired Sample T Test untuk menge-
tabel 6 dimana nilai Asymp. Sig. (2- tahui ada tidaknya perbedaan rata-

8
rata perkembangan sikap dan minat < t hitung < ttabel (-2,045< -2,017 < 2,045)
siswa sebelum dan sesudah dilakukan dan signifikansi (0,053 >0,05) sehing-
pembelajaran pada masing-masing ga kesimpulan dari hasil uji tersebut
kelas eksperimen. Adapun yang diuji adalah tidak terdapat perbedaan rata-
adalah nilai pretest dan posttest dari rata perkembangan sikap siswa
masing-masing kelas eksperimen. sebelum dan sesudah pembelajaran
Hasil data yang diperoleh disajikan fisika dengan problem solving.
dalam data Tabel 7.
Tabel 7. Hasil uji paired sample t test perkembangan sikap siswa
Kelas PS Kelas PBL

Mean -0,800 1,067

T -2,017 1,212

Df 29 29

Sig. (2-tailed) 0,053 0,235

Dari hasil analisis data uji 2 Sedangkan, pada kelas problem


sampel berhubungan pada Tabel 9, based learning dengan nilai sig. (2-
dengan menggunakan uji Paired tailed) lebih dari 0,05 yaitu sebesar
Sample T Test diketahui bahwa pada 0,235. Sedangkan berdasarkan tabel 9
kelas PS dan PBL nilai sig. (2-tailed) diatas didapat nilai t hitung sebesar
adalah 0,053 untuk kelas problem
1,212 dan nilai ttabel sebesar 2,045.
solving dan 0,023 untuk kelas problem
Hasil uji tersebut baik berdasarkan
based learning. Dengan menggunakan
nilai signifikansi maupun perbandi-
nilai df sebesar 29 di kedua kelas
maka dapat dicari nilai α = 5% : 2 = 2,5 ngan t hitung menunjukkan bahwa H 0

% (uji 2 sisi) didapat nilai ttabel sebesar diterima karena nilai - ttabel < t hitung <
2,045. ttabel (-2,045 < -2,017 < 2,045) dan
Pada kelas problem solving signifikansi (0,235 >0,05) sehingga ke-
dengan nilai sig. (2-tailed) lebih dari simpulan dari hasil uji tersebut adalah
0,05 yaitu sebesar 0,053. Sedangkan tidak terdapat perbedaan rata-rata
berdasarkan Tabel di atas didapat ni- perkembangan sikap siswa sebelum
lai t hitung sebesar -2,017 dan nilai ttabel dan sesudah pembelajaran fisika
sebesar 2,045. Hasil uji tersebut baik dengan problem based learning.
berdasarkan nilai signifikansi maupun Adapun untuk melihat apakah
perbandingan t hitung menunjukkan ada perkembangan minat sebelum
dan sesudah perlakuan dapat
bahwa H 0 diterima karena nilai - ttabel
memperhatikan Tabel 8, dari hasil

9
analisis data uji 2 sampel berhu- tersebut baik berdasarkan nilai
bungan pada Tabel 8, dengan meng- signifikansi maupun perbandingan
gunakan uji Paired Sample T Test t hitung menunjukkan bahwa H0
diketahui bahwa pada kelas PS dan
ditolak karena nilai - t hitung < - ttabel (-5,
PBL nilai sig. (2-tailed) adalah 0,793
untuk kelas problem solving dan 0,043 045< -2,045) dan signifikansi (0,043 <
untuk kelas problem based learning. 0,05) sehingga kesimpulan dari hasil
Pada kelas problem solving nilai uji tersebut adalah terdapat per-

Tabel 8. Hasil uji paired sample t test perkembangan minat siswa


Kelas PS Kelas PBL

Mean -0,333 -4,833

T -0,265 -5,009

Df 29 29

Sig. (2-tailed) 0,793 0,043

dengan sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 bedaan rata-rata perkembangan


yaitu sebesar 0,793. Sedangkan ber- minat siswa sebelum dan sesudah
dasarkan tabel 14 di atas didapat nilai pembelajaran fisika dengan problem
t hitung sebesar -0,265 dan nilai ttabel based learning.
sebesar 2,045. Hasil uji tersebut baik E. Hasil Uji Independent Sample T
berdasarkan nilai signifikansi maupun Test Pada Perkembangan Sikap,
perbandingan t hitung menunjukkan Minat dan Perilaku Berkarakter
bahwa H 0 diterima karena nilai - ttabel Siswa
Uji t test (Independent Sample T
< t hitung < ttabel (-2,045< -0,265 < 2,045)
Test) dilakukan untuk mengetahui ada
dan signifikansi (0,793 >0,05) sehing-
atau tidaknya perbedaan rata-rata
ga kesimpulan dari hasil uji tersebut
perkembangan sikap, minat dan ka-
adalah tidak terdapat perbedaan rata-
rakter siswa antara kelas eksperimen
rata perkembangan minat siswa sebe-
PS dan PBL. Untuk menguji sikap dan
lum dan sesudah pembelajaran fisika
minat yang diuji adalah perbedaan
dengan problem solving.
rerata N-gain dari masing-masing ke-
Sedangkan, pada kelas problem
las eksperimen. Sedangkan untuk
based learning nilai sig. (2-tailed)
menguji perilaku berkarakter siswa
kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,043.
yang diuji adalah perbedaan nilai
Sedangkan berdasarkan tabel 10 di
akumulatif proses pengamatan yang
atas didapat nilai t hitung sebesar -5,009
dilakukan oleh guru peneliti dan
dan nilai ttabel sebesar 2,045. Hasil uji teman sejawat siswa (peer assesment)

10
setiap pertemuan. Adapun hasil yang (0,004 < 0,05) maka dapat disim-
diperoleh adalah sebagai berikut : pulkan H 0 ditolak.
(1) Perbedaan Perkembangan Sikap Berdasarkan hasil pengujian
Siswa tersebut, maka dapat diartikan bahwa
Hasil uji Independent Sample T ada perbedaan rata-rata N-gain
Test perkembangan sikap siswa perkembangan sikap siswa kelas PS
antara kelas PBL dan PS ditampilkan dengan rata-rata N-gain perkem-
pada Tabel 9. bangan sikap siswa kelas PBL. Nilai
Tabel 9. Hasil uji independent sample t test perkembangan sikap siswa
Gain
Equal Variances Equal Variances Not
Assumed Assumed
Levene's Test For F 26,450
Equality Of
Variances
Sig 0,000
t-test for equality T -2,971 -2,971
of Means Df 58 34,523
Sig (2-
tailed) 0,004 0,005

Berdasarkan Tabel 9, nilai signi- t hitung yang bernilai negatif menunjuk-


fikansi pada uji F adalah 26,450 lebih an bahwa rata-rata kelas eksperimen
besar dari 0,05, maka H 0 diterima 1 (PBL) lebih rendah daripada rata-
dan dapat disimpulkan bahwa varian rata kelas eksperimen 2 (PS). Hal ini
kelompok kelas PS dan PBL adalah berarti perkembangan siswa PS lebih
sama. Dengan ini penggunaan uji t tinggi dibandingkan siswa PBL.
menggunakan Equal Variances Dengan rata-rata N-Gain perkem-
Assumed. Setelah diketahui bahwa bangan sikap PS sebesar 0,047 diban-
varian kedua kelas sama, kemudian dingkan kelas PBL sebesar -0,147.
dilakukan uji t. Hasil yang diperoleh (2) Perbedaan Perkembangan Minat
dari uji t adalah nilai t hitung Equal Siswa
Variances Assumed seperti yang Hasil uji Independent Sample T
tertera pada tabel di atas sebesar - Test perkembangan minat siswa anta-
2,971 sedangkan nilai ttabel pada α = ra kelas PBL dan PS ditampilkan pada
5% : 2 = 2,5 % (uji 2 sisi) dengan Tabel 10.Berdasarkan tabel 10, nilai
derajat kebebasan (df) sebesar 58 signifikansi pada uji F adalah 5,927
adalah 2,002. Nilai - t hitung < - ttabel lebih besar dari 0,05, maka H 0
(-2,971 < -2,002) dan signifikansi diterima dan dapat disimpulkan

11
bahwa varian kelompok kelas PS dan rata-rata N-Gain perkembangan mi-

Tabel 10. Hasil uji independent sample t test perkembangan minat siswa
Gain
Equal Variances Equal Variances
Assumed Not Assumed
Levene's Test For F 5,927
Equality Of Variances
Sig 0,018
t-test for equality T 3,333 3,333
of Means Df 58 48,606
Sig (2-
tailed) 0,001 0,002

PBL adalah sama. Dengan ini penggu- nat PBL sebesar 0,229 dibandingkan
naan uji t menggunakan Equal kelas PS sebesar -0,042.
Variances Assumed. (3) Perbedaan Perkembangan Peri-
Setelah diketahui bahwa varian laku Berkarakter Siswa
kedua kelas sama, maka dilakukan uji Hasil uji Independent Sample T
t. Maka didapatkan nilai t hitung Equal Test perkembangan perilaku berka-
Variances Assumed pada tabel di atas rakter siswa antara kelas PBL dan PS
ditampilkan pada Tabel 13. Berdasar-
sebesar 3,333 sedangkan nilai ttabel
kan Tabel 11, nilai signifikansi pada uji
pada α = 5% : 2 = 2,5 % (uji 2 sisi)
F adalah 1,351 lebih besar dari 0,05,
dengan derajat kebebasan (df) sebe-
maka H0 diterima dan dapat
sar 58 adalah 2,002. Nilai t hitung > ttabel
disimpulkan bahwa varian kelompok
(3,333 < 2,002) dan signifikansi (0,001
kelas PS dan PBL adalah sama.
< 0,05) maka disimpulkan bahwa H 0 Dengan ini penggunaan uji t
ditolak. menggunakan Equal Variances
Berdasarkan hasil pengujian ter- Assumed. Setelah diketahui bahwa
sebut, maka dapat diartikan bahwa varian kedua kelas sama, kemudian
ada perbedaan rata-rata N-gain dilakukan uji t. Didapatkan Nilai t hitung
perkembangan minat siswa kelas PS
Equal Variances Assumed pada tabel
dengan rata-rata N-gain perkem-
di atas sebesar 15,688 sedangkan nilai
bangan minat siswa kelas PBL. Nilai
ttabel pada α = 5% : 2 = 2,5 % (uji 2 sisi)
t hitung positif, berarti rata-rata kelas
dengan derajat kebebasan (df)
eksperimen 1 (PBL) lebih tinggi dari-
sebesar 58 adalah 2,002. Nilai t hitung >
pada kelas eksperimen 2 (PS). Artinya,
perkembangan minat siswa PBL lebih ttabel (15,688 > 2,002) dan signifikansi
tinggi dibandingkan siswa PS. Dengan (0,000 < 0,05) maka H 0 ditolak.

12
Tabel 10. Hasil uji independent sample t test perkembanganPerilaku berkarakter siswa
Gain
Equal Variances Equal Variances Not
Assumed Assumed
Levene's Test For F 1,351
Equality Of Variances
Sig 0,250
t-test for equality T 15,688 15,688
Gambar 1. Grafik Df
of Means perbedaan perkembangan
58 perilaku54,155
berkarakter
Sig (2-
tailed) 0,000 0,000

Berdasarkan hasil pengujian problem based learning (PBL) lebih


tersebut, maka dapat diartikan bahwa besar dibandingkan dengan
ada perbedaan rata-rata perkembang- perkembangan karakter kelas
an perilaku berkarakter siswa kelas PS problem solving (PS). Dengan perbe-
dengan rata-rata perkembangan daan sebagai berikut; kelas problem
perilaku berkarakter siswa kelas PBL. solving dengan rata-rata perkem-
Nilai t hitung positif, berarti rata-rata bangan karakter siswa sebesar 8,51
perkembangan peri- laku berkarakter (mulai berkembang) dengan perincian
siswa kelas ekspe- rimen 1 (PBL) lebih sebanyak 25 siswa (83%) berkategori
tinggi daripada rata-rata mulai berkembang, dan 5 siswa (17%)
perkembangan perilaku ber- karakter dengan kategori telah memiliki
siswa kelas eksperimen 2 (PS). karakter yang menonjolkan (membu-
Artinya, perkembangan perilaku daya). Sedangkan, untuk kelas PBL
berkarakter siswa PBL lebih tinggi dengan rata-rata perkembangan ka-
dibandingkan siswa PS. Dengan rata- rakter siswa sebesar 10,41 berkate-
rata perkembangan karakter PBL gori telah membudaya, yang 30 siswa
sebesar 10,40 dibandingkan kelas PS (100%) mengalami karakter yang
sebesar 8,51. menonjol untuk terus berkembang.
Adapun perbedaan perkemban-
PEMBAHASAN gan karakter siswa berdasarkan
A. Perkembangan Perilaku Berka- kategorinya dapat dilihat dalam
rakter Gambar 2. Dari Gambar 2 dan hasil uji
Dari hasil rata-rata akumulatif t test menggunakan uji independent t
nilai perkembangan karakter siswa test maka dapat disimpulkan bahwa
didapatkan grafik perbedaan perkem- perkembangan karakter siswa yang
bangan perilaku berkarakter sebagai- lebih menonjol dialami dengan
mana terlihat pada Gambar 1. Pada menggunakan model pembelajaran
Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata- PBL dibandingkan model PS.
rata perkembangan karakter kelas

13
12
10.4

Perkembangan Perilaku
10
8.51
Skor Rata - Rata
8
Berkarakter 6 Problem Solving

4 Problem Based Learning

0
Model Pembelajaran

Gambar 1. Grafik perbedaan perkembangan perilaku berkarakter

30
30
25
25
Jumalah Siswa

20

15
Mulai Berkembang
10
5 Membudaya
5

0
Problem Solving Problem Based Learning
Model Pembelajaran

Gambar 2. Grafik kategori perkembangan perilaku berkarakter siswa


Hal ini dapat terjadi dikarenakan kemampuan berfikir, pemecahan
pada pembelajaran menggunakan masalah, dan menguasai keteram-
model PBL siswa diminta untuk pilan-keterampilan, baik keterampilan
melibatkan seluruh kemampuan yang intelektual, sosial maupun fisik yang
ada dalam diri siswa untuk dapat akan berguna nanti dalam kehidupan
memecahkan masalah secara berke- bermasyarakat.
lompok sehingga setiap aspek kerja Hal ini pun diperkuat oleh
yang meli- batkan individu-idividu pendapat Syaodih (2010) yang me-
siswa dapat lebih mengena bagi nyatakan kegiatan pembelajaran
perkembangan karakter mereka, kelompok memberikan hasil yang le-
terlebih dalam 3 aspek ini, yaitu bih baik dalam pengembangan kete-
kejujuran, kerjasama (kepedulian) dan rampilan sosial karena banyak mem-
tanggung jawab. Hal ini disejalan berikan kesempatan bagi siswa untuk
dengan pendapat Kurniya (2009) yang berlatih keterampilan sosial, hingga
menyatakan PBL bertujuan untuk berujung pada peningkata karakter
membantu siswa mengembangkan individu siswa kearah yang lebih baik.

14
B. Perkembangan Ranah Afektif yang pada kedua kelas menunjukan
(1) Perkembangan Sikap bahwa pembelajaran dengan meng-
Berdasarkan hasil analisis pada uji gunakan model problem solving dan
Paired Sample T Test diketahui bahwa problem based learning tidak ber-
pada kelas problem solving tidak ada pengaruh secara significant terhadap
perbedaaan yang significant antara perubahan sikap siswa. Akan tetapi
sikap siswa sebelum diberikan jika melihat dari skor rata-rata
perlakuan dan sesudah perlakuan. perkembangan siswa dapat dilihat
Walaupun terlihat bahwa dari nilai bahwa ada sedikit perubahan kearah
mean (rata-rata) sikap siswa lebih lebih baik jika menggunakan model
besar posttest dibandingkan dengan pembelajaran problem solving.
pretest. Sedangkan pada pembelajaran
Hal yang sama pun terjadi pada menggunakan model problem based
kelas problem based learning dimana learning terjadi perubahan kearah
tidak terjadinya perbedaaan yang negatif atau terjadi penurunan nilai
significant antara sikap siswa sebelum rata-rata (mean) skor total
diberikan perlakuan dan sesudah perkembangan sikap siswa. Adapun
perlakuan. Akan tetapi jika dilihat dari perbedaan dari perkembangan sikap
perbedaan mean, terjadi perbedaan. sebelum dan sesudah perlakuan didua
Dimana adanya penurunan nilai mean kelas yang berbeda tersebut dapat
yang terjadi antara sebelum dengan digambarkan dalam Gambar 3.
33 32.9

32.5
Rerata Nilai Skor Total

32.13
32 31.83

31.33 Pre Test


31.5
Post Test
31

30.5
Problem Solving Problem Based Learning
Model Pembelajaran

Gambar 3. Grafik perbedaan rerata perkembangan sikap siswa


sesudah perlakuan. Dengan nilai Sedangkan, berdasarkan hasil
mean sebelum perlakuan adalah analisis pada uji Independent Sample
sebesar 32,90 dan mean sesudah T Test maka dapat disimpulkan bahwa
perlakuan adalah 31,83. rata-rata perkembangan sikap siswa
Ketiadaan perubahan perkem- dengan PS lebih tinggi dibandingkan
bangan sikap sebelum dan sesudah

15
rata-rata perkembangan sikap siswa trasi siswa-siswa pada kelas PBL saat
dengan PBL. melakukan sesi review dan post test
Perbedaan nilai rata-rata per- pada pertemuan ke-3. Hal ini di-
kembangan sikap pada masing – sebabkan kondisi pikiran siswa yang
masing kelas eksperimen terkait fase- lelah dan sudah tidak fokus pada
fase pembelajaran dari kedua kelas pembelajaran yang dilakukan pada sa-
tersebut. Fase-fase Problem Solving at itu. Kurangnya konsentrasi tersebut
meliputi: (1) Mendefinisikan masalah berpengaruh terhadap hasil posttest
secara tepat, (2) menentukan sumber yang mengukur perkembangan sikap
dan akar penyebab dari suatu masa- siswa. Seperti dikatakan oleh Hamalik
lah, (3) membuat solusi yang efektif, (2001:33), salah satu faktor belajar
(4) mengambil kesimpulan. Sedang- adalah faktor fisiologis, kondisi siswa
kan fase-fase pembelajaran Problem yang belajar sangat berpengaruh
Based Learning meliputi: (1) orientasi dalam proses pembelajaran. Badan
siswa terhadap masalah, (2) mengor- yang lemah, lelah akan menyebabkan
ganisasikan siswa untuk belajar, (3) perhatian tak mungkin akan mela-
membimbing penyelidikan individual kukan kegiatan belajar yang sem-
maupun kelompok, (4) mengembang- purna.
kan dan menyajikan hasil karya, (5) Lain halnya dengan kelas PS pada
menganalisis dan mengevaluasi pro- saat pengukuran perkembangan
ses pemecahan masalah (6) mengam- sikap, siswa-siswa pada kelas ini
bil kesimpulan. Perbedaan fase dari sangat bersemangat mengikuti sesi
kedua pembelajaran tersebut menye- review dan posttest pada pertemuan
babkan perbedaan nilai rata-rata ke-3 karena pada jam belajar
perkembangan sikap siswa. Faktor sebelumnya, siswa hanya belajar
utama yang menyebabkan rata-rata biasa tidak melakukan hafalan atau
perkembangan sikap siswa kelas PS olahraga yang menyebabkan siswa
lebih tinggi daripada kelas PBL karena kelelahan. Sehingga hasil posttest
fase pembelajaran pada kelas PS lebih siswa pada kelas PS mengalami
mudah dalam menarik kesimpulan kenaikan.
disebabkan karena tahapan pembe- (2) Perkembangan Minat
lajaran yang singkat dan berujung Berdasarkan hasil analisis pada uji
pada peningkatan perkembangan si- Paired Sample T Test diketahui bahwa
kap siswa terhadap kegiatan pem- pada kelas problem solved tidak ada
belajaran. perbedaaan yang significant antara
Hal lain yang tidak kalah pen- minat siswa sebelum diberikan perla-
tingnya yang juga menjadi penyebab kuan dan sesudah perlakuan. Walau-
perbedaan rata-rata perkembangan pun terlihat bahwa dari nilai mean
sikap siswa kedua kelas eksperimen (rata-rata) sikap siswa lebih besar
tersebut adalah kurangnya konsen-

16
posttest dibandingkan dengan pre- siswa (7 %) mengalami penurunan
test. Dimana nilai mean skortotal minat, 1 siswa (3 %) tidak mengalami
posttest sebesar 30,83 dari nilai pre- perubahan mibat (tetap) dan 27 siswa
test adalah 30,50 tetapi hal ini secara (92 %) mengalami kenaikan minat.
umum tidak dapat menyimpulkan Dengan kenaikan skor rata-rata minat
bahwa adanya perbedaan signifiant siswa sebesar 9,67 %.
sebelum perlakuan dan sudah diberi- Memang pada dasarnya baik
kan perlakuan. dikelas PS maupun PBL perkembang-
Akan tetapi, hal yang berbeda an minat siswa cenderung naik, na-
terjadi pada kelas problem based mun kenaikan yang cukup siginificant
learning dimana terdapat perbe- lebih dialami oleh pembelajaran
daaan rata-rata perkembangan minat menggunakan model PBL. Hal ini
antara siswa sebelum diberikan perla- terjadi dikarenakan pada model PBL
kuan dan sesudah perlakuan. Dengan dalam sintaks pembelajarannya ditun-
nilai mean sebelum perlakuan adalah tut untuk menonjokan hasil karya
sebesar 29,53 dan men sesudah nyata yang berhubungan dengan
perlakuan naik menjadi 34,37. Ada- pemecahan atas masalah yang
pun perbedaan dari nilai rata-rata dihadapi. Metode ini dapat kembali
(mean) perkembangan minat siswa membangkitkan motivasi siswa untuk
sebelum dan sesudah perlakuan didua semakin tertarik terhadap pembela-
kelas yang berbeda tersebut dapat jaran fisika. Hal ini senada dengan
digambarkan dalam grafik berikut : Arikunto (2010:133) bahwa ada be-

35 34.37
34
Rerata Nilai Skor Total

33
32
30.83
31 30.5
Pre Test
30 29.53
Post Test
29
28
27
Problem Solving Problem Based Learning
Model Pembelajaran

Gambar 4. Grafik perbedaan rerata perkembangan minat siswa

Sedangkan pada kelas PBL, berapa macam cara yang dapat guru
diketahui rerata N-gain sebesar 0,23 lakukan untuk membangkitkan minat
(kategori rendah), dengan rincian: 2 siswa yaitu menghubungkan bahan

17
pelajaran yang diberikan dengan per- kan perkembangan sikap siswa dalam
soalan pengalaman yang dimiliki sis- pembelajaran; (4) Terdapat perbe-
wa, sehingga siswa mudah menerima daan perkembangan rata-rata yang
bahan pelajaran dan memberikan ke- significant pada minat siswa sebelum
sempatan kepada siswa untuk men- dilakukan pembelajaran dan sesudah
dapatkan hasil belajar yang baik dilakukan pembelajaran kelas X SMAN
dengan cara menyediakan lingkungan 2 Bandar Lampung pada pembelajar-
belajar yang kreatif dan kondusif. an fisika hanya pada pembelajaran
Kedua hal ini terdapat dalam sintaks kelas Problem Based Learning; (5)
pembelajaran model PBL. Perolehan skor N-gain rata-rata
perkembangan minat siswa pada ke-
KESIMPULAN DAN SARAN
las Problem Solving sebesar -0,04
Berdasarkan hasil penelitian
(kategori rendah) dan kelas Problem
dan pembahasan dapat disimpulkan
Based Learning sebesar 0,23 (kategori
bahwa: (1) Rata-rata perilaku berka-
rendah) mengindikasikan bahwa
rakter siswa kelas X SMAN 2 Bandar
Problem Based Learning lebih efektif
Lampung pada pembelajaran fisika
digunakan sebagai upaya untuk
menggunakan pembelajaran Problem
meningkatkan minat siswa dalam
Based Learning dengan rata (10,40),
pembelajaran.
100% siswa telah mengalami peruba-
Berdasarkan kesimpulan di atas
han karakter yang membudaya, lebih
disarankan sebagai berikut: (1) Pem-
tinggi dibandingkan dengan pembela-
belajaran berbasis masalah dapat
jaran Problem Solving (8,51) dengan
dijadikan salah satu alternatif bagi
95 % siwa mengalami perubahan
guru-guru di sekolah sebagai salah
karakter membudaya; (2) Tidak terda-
satu upaya untuk meningkatkan peri-
pat perbedaan perkembangan rata-
laku karakter siswa dan hasil belajar
rata yang significant pada sikap siswa
afektif siswa khususnya minat siswa;
sebelum dilakukan pembelajaran dan
(2) Guru hendaknya benar-benar
sesudah dilakukan pembelajaran ke-
mengarahkan siswa untuk aktif pada
las X SMAN 2 Bandar Lampung pada
pelaksanaan fase menganalisis dan
pembelajaran fisika dengan Problem
mengevaluasi pemecahan masalah
Solving dan Problem Based Learning;
dalam PBL: (3) Kultur dan budaya se-
(3) Perolehan skor N-gain rata-rata
kolah harus mampu memberikan
perkembangan sikap pada kelas
daya dukung yang lebih positif terha-
Problem Solving sebesar 0,05 (kate-
dap perkembangan perilaku ber-
gori rendah) dan kelas Problem Based
karakter siswa yang nantinya akan
Learning sebesar -0,15 (kategori
berujung pada peningkatan sikap dan
rendah) mengindikasikan bahwa
minat (afektif) siswa pada proses
Problem Solving lebih efektif diguna-
pembelajaran.
kan sebagai upaya untuk meningkat-

18
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-
Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi
Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Efendy.2010. Pendidikan Karakter


Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global. Jakarta: Grasindo

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar


Mengajar. Jakarta: PT Bumi
Aksara

Ismail. 2000. Pembelajaran


Berdasarkan Masalah
(Problem Based Instruction).
Makalah. Jakarta: Depdiknas

Koesoema, Doni. 2010. Pendidikan


Karakter. Jakarta: Gramedia

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi


Pembelajaran berorientasi
Standar Proses Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Pendidikan. Bandung: Alfabeta

19

S-ar putea să vă placă și