Sunteți pe pagina 1din 13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang Hemodialisa RS Roemani
Muhammadiyah Semarang dari tanggal 20 Juni – 30 Agustus 2018.
Sampel dalam penelitian ini pasien perempuan yang mengalami cemas
saat menjalani hemodialisa yang diukur menggunakan skala VAS-A.
Responden dalam penelitian ini pasien yang menjalani hipertensi
intradialisis dengan jumlah responden 16 responden. Seluruh sampel
diberikan intervensi kombinasi nafas dalam dan murottal selama ±20
menit (nafas dalam ±5 menit dan murottal ± 15 menit) , pelaksanaan
intervensi dilakukan di tempat tidur pasien ketika pasien mengalami
peningkatan tekanan darah. Penelitian dilakukan langsung setelah
responden diberikan informasi dan respoden menyetujui intervensi yang
akan diberikan.
1. Karakteristik responden
Penelitian ini terdapat beberapa karakteristik dan gambaran umum
responden yang ada seperti usia, lama hemodialisa, berat badan pre
hemodialisa. Jumlah responden yang banyak tentunya akan memiliki
karakteristik dan gambaran yang berbeda, sehingga peneliti akan
mendiskripsikan hasil penelitian dari masing-masing karakteristik
tersebut dan menyajikan hasil penelitian dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang antara lain sebagai berikut.
a. Usia
Tabel 4.1
Deskripsi pasien yang mengalami hipertensi intradialisis di RS
Roemani Muhammadiyah Semarang, Agustus 2018 (n=13)
Min (tahun) Max (tahun) Mean SD (tahun)
39 60 53,15 6,336
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-
rata usia responden adalah 53,15 tahun. Responden usia terendah
adalah 39 tahun dan tertinggi 60 tahun.

41
42

b. Lama hemodialisa
Tabel 4.2
Deskripsi lama pasien menjalani hemodialisis di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang, Agustus 2018 (n=16)
Max (tahun) Min (tahun) Mean SD (tahun)
7 0,5 2,14 1,68

Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-


rata lama menjalani HD adalah 2,14 tahun. Responden lama HD
paling cepat adalah 0,5 tahun dan paling lama adalah 7 tahun.

c. Intradialytic weight gain (IDWG)


Tabel 4.3
Diskripsi intradialytic weight gain pasien yang menjalani
hemodialisa di Ruang Hemodialisa RS Roemani
Muhammadiyah Semarang, Agustus 2018 (n=13)
Tingkat IDWG f %
Ringan 13 100
Total 13 100

Berdasarkan tabel 4.3 hasil penelitian menunjukkan bahwa


gambaran tingkat IDWG pada pasien memiliki tingkat IDWG
ringan sebesar 100%.

d. Tingkat kecemasan sebelum & sesudah kombinasi nafas dalam dan


murottal pada pasien hipertensi intradialisis
Tabel 4.4
Diskripsi responden berdasarkan tingkat kecemasan sebelum dan
sesudah intervensi di ruang hemodialisa RS Roemani
Muhammadiyah Semarang, Agustus 2018 (n=13)
Tingkat Kecemasan Sebelum Sesudah
F % F %
Tidak ada cemas 0 0 4 30,8
Cemas Ringan 3 23,1 9 69,2
Cemas Sedang 10 76,9 0 0
Total 13 100 13 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam gambaran tingkat


kecemasan sebelum intervensi responden sebagian besar cemas sedang
43

sebesar 76,9%. Responden dengan tingkat kecemasan ringan sebesar


23,1%. Gambaran tingkat kecemasan setelah intervensi responden
sebagian besar cemas ringan sebesar 69,2% bahkan ada yang tidak
mengalami kecemasan sebesar 30,8 %.

2. Tekanan darah sebelum & sesudah diberi kombinasi nafas dalam dan
murottal
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 13 responden yang
diberikan intervensi kombinasi nafas dalam dan murottal, diperoleh
tekanan darah responden sebagai berikut
Tabel 4.5
Diskripsi tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi
kombinasi nafas dalam dan murottal di ruang Hemodialisa RS
Roemani Muhammadiyah Semarang, Agustus 2018 (n=13)
Tekanan Darah Mean Min Max Standar Deviasi
(mmHg) (SD)
Sebelum
Sistolik 155,62 123,00 210,00 25,14
Diastolik 101,00 90,00 120,00 9,13
Mean Arterial Preasure 129,33 97,67 165,00 18,74
Sesudah
Sistolik 137,46 100,00 180,00 24,11
Diastolik 74,76 64,00 88,00 6,85
Mean Aterial Preasure 114,82 81.00 143,00 19,30

Berdasarkan tabel 4.5 hasil penelitian ini menunjukkan tekanan darah


sistolik sebelum diberikan intervensi kombinasi nafas dalam dan
murottal didapatkan rata-rata 155,62 mmHg. Tekanan darah sistolik
sesudah diberikan intervensi rata-rata 137,46 mmHg. Terdapat rata-
rata penurunan tekanan sistolik sebelum dan sesudah diberikan
intervensi sebesar 18,16 mmHg. Tekanan diastolik sebelum diberikan
kombinasi nafas dalam dan murottal dengan nilai rata-rata 101,00
mmHg. Tekanan darah diastolik sesudah diberikan intervensi didapat
rata-rata 74,76 mmHg. Rata-rata penurunan tekanan diastolik sebelum
44

dan sesudah diberikan kombinasi nafas dalam dan murottal sebesar


26,24 mmHg.

3. Pengaruh kombinasi nafas dalam dan murottal terhadap penurunan


tekanan darah pada pasien hipertensi intradialisis
Uji normalitas dilakukan sebelum uji bivariat. Uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan uji Shapiro-wilk. Uji normalitas dilakukan
sebelum uji beda tekanan darah sebelum dan sesudah intervensi
kombinasi murottal dan nafas dalam yang disajikan dalam tabel 4.6
Tabel 4.6
Uji normalitas data tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
intervensi kombinasi nafas dalam dan murottal di ruang
Hemodialisa RS Roemani Muhammadiyah Semarang, Agustus
2018 (n=13)
Variabel P value Kesimpulan
Sistolik
Sebelum 0,596 Normal
Sesudah 0,485 Normal
Diastolik
Sebelum 0,218 Normal
Sesudah 0,612 Normal
Mean arterial preassure
Sebelum 0,972 Normal
Sesudah 0,631 Normal

Berdasarkan tabel 4.6 hasil penelitian menunjukkan variabel sistolik,


diastolik dan MAP data bertribusi normal. Sehingga uji bivariat
menggunakan uji paired t-test, dijelaskan pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Uji beda tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi
kombinasi nafas dalam dan murottal di ruang Hemodialisa RS
Roemani Muhammadiyah Semarang, Agustus 2018 (n=13)
Variabel Mean t Pvalue
Sistolik
Sebelum – Sesudah 18,15 6,87 0,000
Diastolik
Sebelum – Sesudah 26,23 8,50 0,000
MAP
Sebelum – Sesudah 14,51 7,11 0,000
45

Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji beda menunjukkan p value 0.000


(p<0.05) sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan tekanan darah
sistolik, diastolik dan MAP sebelum dan sesudah diberikan kombinasi
nafas dalam dan murottal

B. Pembahasan
Bagian ini akan membahas hasil penelitian yang telah diteliti, interpretasi
dan diskusi hasil serta keterbatasan penelitian yang dialami peneliti.
1. Interpretasi dan diskusi hasil
Intrepretasi hasil diskusi akan menguraikan analisa univariat dan
analisa bivariat sesuai dengan tujuan penelitian.
a. Karakteristik pasien
1) Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi intradialisis.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia
responden 53,15 tahun, responden usia terendah adalah 39
tahun dan responden usia tertinggi 60 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian (Naysilla, 2012) mendapatkan bahwa sebagian besar
subyek yang mengalami hipertensi intradialisis berusia <60
tahun. Sedangkan menurut inrig et al menemukan bahwa
sebagian pasien yang mengalami hipertensi intradialsis berusia
≥60 tahun.

Kejadian hipertensi intradialisis secara umum didapatkan lebih


banyak di usia muda karena usia lanjut dihubungkan dengan
adanya penyakit seperti gagal jantung dan terapi obat hipertensi
sehingga banyak kejadian hipotensi intradialisis. Namun, jika
dikaitkan dengan hilangnya obat anti hipertensi saat menjalani
hemodialisa, maka usia lanjut berpotensi mengalami hipertensi
intradialitik (Dewi, 2015).
46

2) Lama hemodialisa
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar
pasien menjalani hemodialisa ≥12 bulan. Hipertensi
intradialitik sering terjadi pada pasien baru namun hipertensi
intradialitik juga terjadi pada pasien dengan lama hemodialisis
panjang. Inrig et al. Menemukan prevalensi hipertensi
intradialitik lebih sering pada pasien dengan lama >1 tahun.
Lama hemodialisa pasien dengan hipertensi intradialisis
umumnya lebih dari satu tahun. Berdasarkan teori overaktivitas
sistem simpatis dimana hilangnya cairan selama proses
hemodialisa memicu aktivasi sistem simpatis termasuk
vasokontriksi (Naysilla, 2012).

3) Intradialytic weight gain (IDWG)


Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan sebagian besar
subyek ≤4% kategori ringan. Yetti (2001) dalam penelitian
Riyanto (2011) mengelompokkan penambahan berat badan
diantara waktu dialisis menjadi 3 kelompok penambahan <4%
adalah penambahan ringan, penambahan 4-6% penambahan
rata-rata, dan >6% penambahan bahaya.

Inrig et al menemukan bahwa sebagian subyek dengan


hipertensi intradialitik memliki IDWG lebih rendah, sedangkan
IDWG yang tinggi diidentikkan dengan kejadian hipotensi
intradialitik yang berkaitan dengan laju ultrafiltrasi (Naysila,
2012). Menurut penelitian Rahman (2000) didalam jurnal
penelitian Riyanto (2011) menunjukkan bahwa IDWG lebih
besar terjadi pada pasien yang tidak menaati penatalaksaaan
dialisis. Data lain juga menunjukkan bahwa tekanan darah
47

tinggi dikaitkan dengan hipertrofi ventrikel kiri, yang


merupakan faktor resiko lain terkait tekanan darah tinggi.

4) Tingkat kecemasaan sebelum & sesudah intervensi kombinasi


nafas dalam dan murottal
Pada pasien hipertensi intradialisis ketika menjalani proses
dialisis dapat mengalami cemas. Cemas dapat terjadi karena
penurunan katekolamin oleh aktivasi sistem saraf simpatis
(Locatelli et al, 2010). Apabila tubuh mengalami cemas maka
tubuh akan merangsang sistem saraf simpatis bekerja melalui
aktivasi medulla adrenal untuk meningkatkan pengeluaran
epineprine, norepinephrine, cortisol serta menurunkan nitric
oxide dan endorphin Patimah (2015). Keadaan tersebut akan
menyebabkan perubahan respon tubuh seperti peningkatan
denyut jantung, pernapasan, tekanan darah.

Menurut pernyataan Rahmawati (2010) teknik relaksasi adalah


sebuah keadaan dimana seseorang terbebas dari tekanan dan
kecemasan atau kembalinya keseimbangan (Equibilirium)
setelah terjadi gangguan. Relaksasi nafas dalam dapat
meningkatkan saturasi oksigen, memperbaiki keadaan oksigen
dalam darah dan membuat suatu keadaan rileks dalam tubuh
(Muttaqin, 2009).

Terapi murottal adalah terapi menggunakan bacaan Al-Qur’an


yang merupakan terapi religi dengan cara dibacakan ayat-ayat
Al-Qur’an selama beberapa menit sehingga menimbulkan
dampak positif bagi tubuh (Hadi, Wahyuni & Purwaningsih,
2013). Murottal merupakan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an
yang dapat menenangkan jiwa dan menurunkan stress. Ketika
diperdengarkan murottal Al-Qur’an maka harmonisasi yang
48

indah akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio),


menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan cairan
ditelinga serta menggetarkan sel-sel rambut didalam koklea
untuk selanjutnya melalui saraf koklearis menuju otak dan
menciptakan imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri.
Hal ini akan menakibatkan rasa nyaman dan perubahan
perasaaan (Purna, 2006).

Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi nafas dalam dan


murottal dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien
hipertensi intradialisis yang menjalani hemodialisis di RS
Roemani Muhammadiyah Semarang. Rata – rata skor
kecemasan setelah diberikan kombinasi nafas dalam dan
murottal lebih rendah sebelum diberikan intervensi.

b. Tekanan darah sebelum & sesudah pemberian kombinasi


nafas dalam dan murottal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan selisih
rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan kombinasi
nafas dalam dan murottal. Nilai rata-rata sistolik sebelum diberikan
intervensi 155,62 mmHg dan nilai rata-rata diastolik 101,00
mmHg. Sedangkan nilai rata-rata sistolik sesudah diberikan
intervensi 137,46 mmHg dan nilai rata-rata diastolik 74,76 mmHg.
Terdapat perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan
intervensi dengan selisih sistolik 18,16 mmHg dan diastolik 26,24
mmHg, diketahui p value < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kombinasi nafas dalam dan murottal ada pengaruhnya terhadap
penurunan tekanan darah. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan tekanan darah sebelum pemberian kombinasi nafas
dalam dan murottal dengan tekanan darah sesudah pemberian
kombinasi nafas dalam dan murottal pada pasien hipertensi
49

intradialisis yang menjalani hemodialisis di RS Roemani


Muhammadiyah Semarang.

Penelitian serupa dengan terapi nafas dalam dan murottal pada


pasien hipertensi umum. Penelitian murottal yang dilakukan
Setiawan (2016) menyatakan bahwa ada pengaruh terapi murottal
Al-Qur’an terhadap penurunan tekanan darah pada pasien gagal
ginjal kronik yang mengalami hipertensi di RSUD Dr. Soedirman
Kebumen. Penelitian yang dilakukan Hastuti (2015) menyatakan
bahwa terapi relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan
tekanan darah pasien. Teknik nafas dalam dikombinasikan dengan
mendengarkan murottal dapat meningkatkan efek rileksasi lebih
baik dan lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah
intradialisis.

Mekanisme murottal dalam menurunkan tekanan darah dengan


diperdengarkan murottal Al-Qur’an maka harmonisasi yang indah
akan masuk telinga dalam bentuk suara (audio), menggetarkan
gendang telinga, mengguncangkan cairan ditelinga serta
menggetarkan sel-sel rambut didalam koklea untuk selanjutnya
melalui saraf koklearis menuju otak dan menciptakan imajinasi
keindahan di otak kanan dan otak kiri. Hal ini akan mengakibatkan
rasa nyaman dan perubahan perasaaan (Purna, 2006). Hipertensi
intradialisis berhubungan dengan peningkatan stroke volume dan
vasokontriksi perifer, overaktivasi saraf simpatis juga berperan
dalam meningkatkan norepinefrin untuk mengontrol stress pada
pasien (Chou, 2006)

Mekanisme nafas dalam terhadap penurunan tekanan darah saat


inspirasi, peregangan jaringan paru menghasilkan sinyal inhibitor
atau penghambat yang mengakibatkan adaptasi reseptor
50

peregangan lambat atau slowly adapting stretch reseptor (SARs)


dan hiperpolarisasi pada fibroblas. Kedua penghambat impuls dan
hiperpolarisasi ini dikenal untuk menyinkronkan unsur saraf yang
menuju ke modulasi sistem saraf dan penurunan aktivitas
metabolik yang merupakan saraf parasimpatis. Peningkatan status
saraf parasimpatis akan memberikan dampak metabolik yaitu
penurunan tekanan darah, denyut jantung dan konsumsi O2 (Jerath,
2006)

Refleks baro reseptor juga memiliki peranan penting dalam


mekanisme penurunan tekanan darah pada latihan deep breathing.
Selama pernafasan dalam dengan frekuensi 6-10 kali permenit
terjadi peregangan pada kardiopulmonari. Stimulasi peregangan di
arkus aorta dan sinus karotis diterima dan diteruskan oleh syaraf
vagus ke medula oblongata selanjutnya merespon terjadinya
peningkatan reflek baroreseptor (Suwardianto, 2011)

Implus aferens dari baroreseptor mencapai pusat jantung akan


merangsang aktivitas saraf parasimpatis dan menghambat saraf
simpatis sehingga dapat menyebabkan vasodilatasi sistemik
penurunan denyut dan daya kontraksi jantung. Sistem saraf
parasimpatis yang berjalan ke SA node melalui saraf vagus
melepaskan neurotransmitter asetilkolin yang menghambat
kecepatan depolarisasi SA node, sehingga terjadi penurunan
kecepatan denyut jantung (kronotropik negatif). Perangsangan
sistem saraf parasimpatis ke bagian-bagian miokardium lainnya
mengakibatkan penurunan kontraktilitas, volume sekuncup, curah
jantung yang menghasilkan suatu efek inotropik negatif. Pada otot
rangka beberapa serabut vasomotor mengeluarkan asetilkolin yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Akibat dari penurunan
51

curah jantung, kontraksi serta-serat otot jantung dan colume darah


membuat tekanan darah menjadi turun (Muttaqin, 2009)

c. Pengaruh kombinasi nafas dalam dan murottal terhadap


penurunan tekanan darah
Hasil analisa penelitian menunjukkan terdapat perbedaan selisih
rata-rata tekanan darah secara signifikan antara tekanan darah
sebelum dan sesudah intervensi kombinasi nafas dalam dan
murottal. Hasil uji statistik didapatkan nilai pvalue = 0,000 (<0,05)
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh nafas dalam dan murottal
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
intradialisis yang menjalani hemodialsis di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang.

Getaran suara bacaan Al-Qur’an akan ditangkap oleh daun telinga


yang akan dialihkan ke lubang telinga dan mengenai membran
timpani (membran yang ada di dalam telinga) sehingga membuat
bergetar. Getaran ini akan di teruskan ke tulang-tulang
pendengaran yang bertautan satu dengan yang lain. Rangsangan
fisik diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dan ion natrium
menjadi aliran listrik melalui saraf N.VII (Vesribule Cokhlearis)
menuju otak tepatnya diarea pendengaran. Sinyal bacaan Al-
Qur’an akan diteruskan kebagian postemporalis lobus temporalis
otak yang dikenal dengan area wernicke. Di area inilah sinyal dari
area asosiasi somatic, visual dan auditorik bertemu (Dewi, 2015).

Terapi murottal Al-Qur’an merupakan salah satu terapi musik


religi yang mampu memberi efek terapeutik bagi yang
mendengarkannya. Perangsangan auditori murottal Al-Qur’an
mempunyai efek distraksi yang meningkatkan pembentukan
hormon endorphin dalam sistem kontrol desenden. Peningkatan
52

jumlah hormon endorphin mampu membuat otot relaksasi dan


pengalihan perhatian dari rasa sakit. Terapi murottal Al-Qur’an
mampu menstimulasi hypothalamus memproduksi neuropeptide.
Neuropeptide memberikan efek bagi tubuh berupa kenyamanan
yang diperoleh dari penurunan jumlah hormon kortisol, epinefrin-
norepinefrin, dopamin dan hormon pertumbuhan di dalam serum
(Siswoyo, 2017).

Heryanto (2004) yang mengatakan bahwa terapi relaksasi teknik


pernapasan diafragma ini sangat baik untuk dilakukan setiap hari
oleh penderita tekanan darah, agar membantu relaksasi otot tubuh
terutama otot pembuluh darah sehingga dapat mempertahankan
elastisitas pembuluh darah arteri. Tekanan darah sistolik dihasilkan
oleh otot jantung yang mendorong isi ventrikel masuk kedalam
arteri yang telah teregang. Selama diastolik arteri masih tetap
menggembung karena tahanan perifer dari arteriole-arteriole
menghalangi semua darah mengalir kedalam jaringan (Evelyn,
2011). Maka tekanan darah sebagian tergantung kepada kekuatan
dan volume dalam dinding arteriole. Kontraksi ini dipertahankan
oleh saraf vasokontriktor, dan dikendalikan oleh pusat vasomotorik
dalam media oblongata. Tekanan darah mengalami sedikit
perubahan bersamaan dengan perubahan-perubahan gerak yang
fisiologik, seperti sewaktu latihan jasmani, waktu adanya
perubahan mental karena kecemasan dan emosi (Tawaang, 2013).

Ketika melakukan teknik relaksasi nafas dalam dengan keadaan


tenang dan rileks yang dilatih selama 7 menit kepada responden
maka sekresi CRH (corticotropin releasing hormone) dan ACTH
(adrenocorticotrophic hormone) di hipotalamus menurun.
Penurunan sekresi kedua hormon ini menyebabkan aktifitas kerja
saraf simpatis menurun, sehingga pengeluaran adranalin dan
53

noradrenalin berkurang. Penurunan adrenalin dan noradrenalin


mengakibatkan terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah
melebar, tahanan pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa
jantung, sehingga tekanan darah arteri jantung menurun dan
akhirnya tekanan darah menurun (Wijayanti, 2017).

2. Keterbatasan penelitian
Penelitian ini masih memiliki keterbatasan penelitian diantaranya
yaitu:.
a. Peneliti tidak bisa melakukan intervensi kombinasi nafas dalam
dan murottal pada pasien di ruangan khusus, namun peneliti
melakukan intervensi diruang Hemodialisa. Suasana ramai dan
ketika intervensi dilakukan dapat menjadi.
b. Responden tidak mencukupi karena beberapa responden tidak
sesuai dengan kriteria inklusi

S-ar putea să vă placă și