Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH :
Muhammad Fais
Di Susun Oleh :
Muhammad Fais
( ) ( )
( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya tugas
asuhan keperawatan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Tuberculosis Pada Ny di Kel. Daleman Kec. Sooko Kab. Mojokerto” ini dapat
selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi
tugas Komunitas dan syarat untuk dapat mengikuti ujian akhir stase.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai
kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan
keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
2.1 Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman TBC (Depkes RI, 2002). Definisi lain menyebutkan
bahwa Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular
yang disebabkan oleh Mybacterium Tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman
tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke
dalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang
lain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang
hamper seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah
paru-paru.
2.2 Etiologi
1. Tuberculosis merupakan penyakit paru yang disebabkan Mycobacterium
Tuberculosis ditemukan oleh Robert Koch (1882).
2. Kuman berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung.
3. Basil Tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam
keadaan kering tetapi dapat mati pada suhu 60 derajad C dalam 15 – 20 menit.
2.3 Klasifikasi
Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu Tuberkulosis primer dan
Tuberkulosis post primer. Pada Tuberkulosis primer penularan Tuberkulosis paru
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan
menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta
gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC
primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post
Primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior
atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
2.4 Patofisiologi
Bakteri juga dapat masuk melalui luka pada kulit atau mukosa tetapi
jarang sekali terjadi. Bila bakteri menetap di jaringan paru, akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Bakteri terbawa masuk ke organ
lainnya. Bakteri yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang
tuberculosis pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau efek efek primer.
Sarang primer ini dapat terjadi di bagian-bagian jaringan paru. Dari sarang primer
ini akan timbul peradangan saluran getah bening hilus (limfangitis lokal), dan
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis hilus). Sarang primer,
limfangitis local, limfadenitis regional disebut sebagai kompleks primer
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
Kompleks primer selanjutnya dapat menjadi sembuh dengan
meninggalkan cacat atau sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus atau kompleks (sarang) Ghon, ataupun bisa
berkomplikasi dan menyebar secara perkontinuitatum, yakni menyebar ke
sekitarnya, secara bronkhogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama sputum dan ludah sehingga
menyebar ke usus, secara limfogen, secara hematogen, ke organ lainnya
(Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).
2.5 Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai
berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang
sampai 40-410 C.
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif.
Keadaan lanjut dapat terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini
terjadi karena kavitas, tapi dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru.
4. Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990;
Heitkemper, 2000).
2.6 Cara Penularan
1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa.
2. Bacteri bia masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak
menjadi banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi
TBC menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal,
saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening.
3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara
tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang
dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.
2.7 Penegakan Diagnostic TB Paru
Diagnosis Tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan pemerikasaan
patologi anatomi (PA). Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis
Tuberkulosis paru adalah pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis
sangat cocok dengan kondisi Puskesmas dalam menegakkan diagnosis
Tuberkulosis paru (Depkes RI, 2002). Oleh karena itu untuk deteksi kuman TBC
digunakan pemeriksaan mikroskopis dalam menetapkan diagnosis dan
pengobatan.
2.8 Pengobatan
2.8.1 Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Tuberkulosis Paru mempunyai tujuan :
1. Menyembuhkan klien dengan gangguan seminimal mungkin;
2. Mencegah kematian klien yang sakit sangat berat
3. Mencegah kerusakan paru lebih luas dan komplikasi yang terkait
4. Mencegah kambuhnya penyakit
5. Mencegah kuman TBC menjadi resisten
6. Melindungi keluarga dan masyarakat terhadap infeksi (Crofton, Norman &
Miller, 2002).
Sistem pengobatan klien Tuberkulosis paru dahulu, seorang klien harus
disuntik dalam waktu 1-2 tahun. Akibatnya klien menjadi tidak sabar dan bosan
untuk berobat. Sistem pengobatan sekarang, seorang klien diwajibkan minum
obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus diminum harus disesuaikan dengan
kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 1997).
Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek
selama enam bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R),
Pirazinamid (Z), Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan
obat anti Tuberkulosis tabel 1 adalah paduan yang digunakan dalam program
nasional penanggulangan Tuberkulosis dan dikemas dalam bentuk paket
kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan pengobatan terbaru dengan menggunakan
FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu kombinasi dari obat anti Tuberkulosis
dalam satu kemasan (WHO, 2002)
Paduan Obat
Kategori Tahap Intensif Tahap lanjutan Untuk Klien TUberculosis
I 2HRZE 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)
TBC Paru BTA (-) Ro (+)
dengan kerusakan jaringan paru
yang luas
TBC ekstra paru sakit berat
II 2HRZES atau 5H3R3E3 TBC paru BTA (+), kambuh
1HRZE TBC paru BTA (+), gagal
TBC paru BTA (+),
pengobatan ulang karena lalai
berobat
TBC paru BTA (-) Ro (+)
III 2HRZ 4H3R3 TBC ekstra paru
Keterangan :
H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S : Streptomisin (Depkes, RI,
2002)
2.9 Komplikasi
Komplikasi pada penderita Tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
2.10 Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu
setelah pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga
masih mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan
menimbukan komplikasi yang berat.
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan
sedapat mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan
seperti kortikosteroid dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktif TB
4. Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko
tinggi.
5. Menjaga stándar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi
tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin
yang tepat imunisasi BCG.
2.11 Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat
digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas
pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas
penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB
paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis
tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
BAB III
PENGKAJIAN DAN ANLISA DATA
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum
a. Histori
20
Berdasarkan data diatas yang menempati urutan tertinggi adalah penduduk
yang tingkat pendidikannya tamat SLTA, kemudian tamat SD, tidak tamat
SD, tamat SLTP, universitas, akademi kemudian pasca sarjana. Tingginya
angka yang menunjukkan penduduk yang tamat SD dan SLTP
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran penduduk terhadap pendidikan
masih tergolong rendah.
d. PUS
21
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir.
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu
faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal.
BBLR dibedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR karena premature atau
BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang
lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
BBLR yang dilaporkan di Kabupaten Mojokerto dari 16.872 bayi
lahir hidup yang ditimbang sebanyak 16.684 (98,9%). Yang mengalami
BBLR sebanyak 669 (4 %), dimana jumlah laki-laki sebanyak 352 (4,1 %)
dan perempuan sebanyak 317 (3,9 %) (Tabel 37). Terjadi peningkatan dari
tahun 2016 dimana jumlah BBLR sebanyak 590. Balita yang ditimbang
tidak 100%, hal ini dikarenakan jumlah bayi lahir hidup menggunakan
angka proyeksi sehingga angka tidak 100% bayi lahir langsung di timbang,
namun setiap bayi lahir hidup akan selalu ditimbang pada data riil.
f. ASI Eksklusif
22
Jumlah bayi 0 - 6 bulan di Kabupaten Mojokerto tahun 2017 sebanyak
13.977 bayi, cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 10.312 (73,8 %) (Tabel
39). Terjadi penurunan dari tahun 2016, untuk dapat meningkatkan pemberian
ASI Eksklusif, Dinas Kesehatan telah melakukan sosialisasi ke desa-desa
maupun Posyandu tentang pentingnya ASI Eksklusif yang diberikan pada bayi
sampai usia 2 tahun. Selain itu masyarakat sudah mengetahui manfaat dari
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0 - 6 bulan.
Gambar 12. Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif Kab. Mojokerto Tahun 2013 –
2017
23
Jumlah bayi di Kabupaten Mojokerto sebanyak 17.065. Dimana
yang mendapakan pelayanan kesehatan sebesar 16.422 (96,2 %). Laki –
laki mendapatkan pelayanan kesehatan bayi sebanyak 8.406 dan
perempuan mendapatkan pelayanan kesehatan bayi sebanyak 8.016 (Tabel
40).
Definisi operasional Pelayanan kesehatan anak balita menurut
juknis penyusunan profil kesehatan tahun 2017 merupakan pelayanan
kesehatan bagi anak umur 12 - 59 bulan yang memperoleh pelayanan
sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A2x
setahun.
Jumlah anak balita usia 12 – 59 bulan di Kabupaten Mojokerto
sebanyak 67.090, yang mendapatkan pelayanan kesehatan (minimal 8
kali) sebesar 57.514 (85,7 %). Dimana jumlah laki – laki yang
mendapatkan pelayanan sebesar 29.636 dan perempuan yang
mendapatkan pelayanan sebesar 27.878 (Tabel 46). Terjadi peningkatan
dari tahun 2016, masih diatas target Provinsi yang ditentukan yaitu 82 %.
Terjadi peningkatan dari tahun 2016, baik dalam pelayanan kesehatan
bayi maupun pelayanan kesehatan anak balita, hal ini dikarenakan baik
dari kesadaran masyarakat sendiri sudah meningkat untuk melakukan
pelayanan kesehatan bayi di sarana kesehatan, juga peran aktif kader
dalam melakukan kunjungan rumah guna mendata dan melakukan
sosialisasi agar memeriksakan bayi maupun anak balitanya. Selain itu
peran aktif bidan juga saat penting, selain memberikan pelayanan yang
prima juga melakukan kunjungan rumah untuk memnatau status kesehatan
ibu dan bayi/balita.
h. Pelayanan Imunisasi
24
PD3I. .
Gambar 13. Jumlah Desa UCI Kab. Mojokerto Tahun 2013 – 2017
25
10.747 (62,98 %). Jumlah imunisasi dasar lengkap di Kabupaten
Mojokerto tahun 2017 sebanyak 16.777 (98,31 %) (Tabel 42 dan 43).
i. Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas
26
gizi bersifat permanen yang tidak dapat diperbaiki walaupun pada usia berikutnya
kebutuhan gizinya terpenuhi.
27
l. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pemeriksaan Gigi dan Mulut diartikan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dalam bentuk upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana seperti pencabutan
gigi tetap, pengobatan dan penambalan sementara yang dilakukan di sarana
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten
Mojokerto pada tahun 2017 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap dan
pencabutan gigi tetap. Dengan jumlah tumpatan gigi tetap 6.739, rasio
tumpatan/pencabutan 1,1 (Tabel 50).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga dilakukan pada anak SD dan
setingkat. Dimana dilakukan upaya promotif dan preventif. Jumlah murid SD/MI
sebanyak 86.195 yang diperiksa kesehatan gigi dan mulut sebanyak
81.590 yang memerlukan perawatan 10.294, dan siswa yang mendapatkan
perawatan 7.203 (70 %) (Tabel 51).
m. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut (Lansia)
28
3.1.2 Analisa Data
1. Tahap Analisa Data
ANALISA DATA PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
DI KELURAHAN JAPAN KEC. SOOKO KAB. MOJOKERTO
1 (KIA)
Jumlah ibu hamil : 3 orang
Pemeriksaan kehamilan
Teratur : 3 orang (100%)
Tidak teratur : -orang (0%)
29
DS : Kelengkapan imunisasi sesuai usia
Hasil wawancara dengan orang tua balita
balita menyatakan imunisasi Lengkap: 16 orang (84,2%)
anaknya belum lengkap (pada usia Belum lengkap : 3 orang (15,8 %)
yang seharusnya sudah lengkap)
dan tidak teratur karena takut
dengan efek imunisasi yaitu demam
dan merasa rumit untuk mengurus
semuanya
30
Data Sub system meliputi
1. Lingkungan Fisik
a. Sumber air dan air minum
a. Penyediaan air bersih
i. PAM : 136 KK(99,3%)
ii. Sumur : 1 KK(0,7%)
b. Penyediaan air minum
i. PAM : 75 KK(54,7%)
ii. Aqua : 62 KK(45,3%)
c. Pemanfaatan air minum
i. PAM :75KK (54,7%)
ii. Air minum steril :62 KK (45,3%)
d. Pengelolaan air minum
i. Selalu dimasak : 118 KK (86,1%)
ii. Kadang dimasak dimasak :14 KK (10,2%)
iii. Tidak pernah dimasak : 5 KK (3,6%)
b. Saluran pembuangan air/ sampah
1) Kebiasaan membuang sampah
Diangkut petugas : 137 KK (100%)
2) Pembuangan air limbah
Got :137 KK (100%)
3) Keadaan pembuangan air limbah
a) Meluber kemana – mana : 1 KK (0,73%)
b) Lancar : 136 KK (99,27%)
c. Kandang ternak
1) Kepemilikan kandang ternak
a) Ya : 7 KK (5,1%)
b) Tidak : 130 KK (94,9%)
2) Letak kandang ternak
Diluar rumah : 7 KK (100%)
d. Jamban
1) Kepemilikan jamban
31
Memiliki jamban : 137 KK (100%)
2) Macam jamban yang dimiliki
a) Septi tank :129 KK (94,2%)
b) Sumur cemplung :8 KK(5,9%)
3) Keadaan jamban
a) Bersih : 132 KK (96,4%)
b) Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
4) Bila tidak mempunyai jamban berak di
a) WC umum : -KK (%)
b) Jamban tetangga : -KK (%)
c) Sungai : -KK (%)
d) Sawah : -KK (%)
e. Keadaan rumah
1) Type rumah
a) Type A (tembok) : 134 KK (97,8%)
b) Type B ( ½ tembok) : 3 KK (2,2%)
2) Status rumah
a) Milik Rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
b) Kontrak : 2 KK (1,5%)
3) Lantai Rumah
Tegel / semen : 137 KK (100%)
4) Ventilasi
a) Ada : 90 KK (65,69%)
b) Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS=hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60 % dari warga yang
memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
5) Luas kamar tidur
a) Memenuhi syarat :115 KK (83,9%)
b) Tidak memenuhi syarat :22 KK (16,1%)
32
6) Penerangan rumah oleh matahari
a) Baik : 70 KK (51,1%)
b) Cukup : 23 KK (16,79%)
c) Kurang : 44 KK (32,10%)
DO= hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam rumah tampak
gelap
7) Halaman rumah
a) Kepemilikan pekarangan
1. Memiliki : 18 KK(13,1%)
2. Tidak memiliki : 119 KK(86,9%)
b) Pemanfaatan pekarangan
Ya : 18 KK(100%)
c) Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
Tanaman : 18 KK(100%)
d) Keadaan pekarangan
Bersih :18 KK (100%)
33
c. Sarana ibadah
1) Jumlah masjid :1 Buah
2) Mushola : 6 Buah
3) Gereja : 1 Buah
4) Pura/vihara : - Buah
d. Sarana olahraga
1) Lapangan sepak bola : 1 Buah
2) Lapangan bola voli : - Buah
3) Lapangan bulu tangkis : - Buah
4) Lain-lain : - Buah
e. Fasilitas kesehatan
Jenis fasilitas kesehatan
1) Puskesmas pembantu :1 buah
Jarak dari desa : 1 Km
Puskesmas : 1 Buah
Jarak dari desa : - Km
Rumah sakit : 2 buah
Jarak dari desa : - Km
Praktek Dokter Swasta : - Buah
Praktek Bidan : 1 Buah
Praktek Kesehtan Lain (Klinik) : 1 Buah
Tukang gigi : - Buah
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Puskesmas pembantu : 1 Buah
Puskesmas : Buah
Rumah Sakit : - Buah
Praktek Dokter swasta : Buah
Praktek Bidan : Buah
Praktek Kesehtan Lain (Klinik) : - Buah
Tukang Gigi : Buah
34
3. Sosial ekonomi
a. Karakteristik pekerjaan
1) Jenis pekerjaan
a) PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)
b) Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
c) Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
d) Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
e) Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
a) Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
b) Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
a) pasar tradisional : 1 buah
b) Pasar swalayan : - buah
c) Pasar kelontong : - buah
4) Penghasilan rata – rata perbulan
a) < dari 450.000/bulan :7 KK(4,8%)
b) Rp450.000-Rp 600.000 :28 KK(19,0%)
c) Rp 600.000-Rp 800.000 :60 KK(40,8%)
d) >Rp 800.000/bulan :52 KK(35,4%)
5) Pengeluaran rata – rata perbulan
a) Rp150.000-Rp 300.000 :6 KK(4,5%)
b) 300.000-500.000 :23 KK(17,3%)
c) >Rp 500.000/bulan :104 KK(78,2%)
b. Kepemilikian industry
Ada
c. Jenis industri kecil
Makanan
35
4. Keamanan dan transportrasi
a. Keamanan
1) Sarana keamanan
a) Poskamling : 1 Buah
b) Pemadam Kebakaran : Buah
c) Instansi Polisi : Buah
b. Transportasi
1) Fasilitas Tranportasi
a) Jalan raya :500 m
b) Jalan tol :-m
c) Jalan setapak : 300 m
2) Alat transportasi yang dimiliki
a) Tidak Punya : 13jiwa (9%)
b) Sepeda Pancal : 31 Jiwa (21,7%)
c) Mobil : 10 Jiwa (6,9%)
d) Sepeda Motor : 85 Jiwa (59,4 % )
e) Becak : 4 Jiwa (2,8%)
3) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
a) Angkutan / kendaraan umum : 13 jiwa (9,5%)
b) Kendaraan pribadi : 124 jiwa (90,5%)
36
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
1) Radio : 54 jiwa (39,4%)
2) TV : 129 jiwa (94,2%)
3) Telepon : 137 jiwa (100%)
4) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
b. Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
Papan pengumuman (100%)
7. Rekreasi
a. Tempat Wisata Alam : - Buah
b. Kolam Renang : - Buah
c. Taman Kota : - Buah
d. Bioskop : - Buah
37
3.1. Tahap Penapisan Masalah
SELEKSI ( PENAPISAN )
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI KELURAHAN JAPAN KEC. SOOKO KAB. MOJOKERTO
KRITERIA PENAPISAN
Tersedia sumber
Relevan Dengan
MASALAH KESEHATAN / DIAGNOSA
Kesehatan (He)
Peran Perawat
Sesuai Dengan
Kemungkinan
Potensi Untuk
Resiko Tinggi
Resiko Parah
Pendidikan
JUMLAH
Komunitas
Komunitas
KEPERAWATAN KOMUNITAS
Program
Interest
Diatasi
SKORE
Fasilitas
Sumber
Tempat
Waktu
Dana
Daya
Resiko penularan penyakit TB paru Kelurahan Japan 5 4 5 5 2 4 5 4 3 4 3 2 46
Kec. Sooko
KETERANGAN :
1= SANGAT RENDAH
2 = RENDAH
3 = SEDANG
4 = TINGGI
5 = SANGAT TINGGI
38
PRIORITAS MASALAH
NO MASALAH SKOR
39
BAB IV
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
4.1 Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif di Kelurahan Japan Kec. Sooko berhubungan
dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah
2. Resiko penularan penyakit TB paru di Kelurahan Japan Kec. Sooko
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Kelurahan Japan Kec. Sooko
berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan
40
BAB V
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS / PLAN OF
ACTION (POA)
5.1 Rencana Keperawatan
Tujuan jangka pendek Tujuan jangka panjang Intervensi
Setelah dilakukan tindakan Setelah diberikan intervensi keluarga 1. Berikan penyuluhan tentang
keperawatan selama 15 mampu mengenal tentang bersihan jalan pengertian, penyebab, tanda dan
menit minggu diharakan nafas : tidak efektif, dengan kriteria gejala tidak efektifnya bersihan
mampu batuk secara efektif 1. Keluarga dapat menjelaskan jalan nafas.
pengertian tidak efektifnya bersihan 2. Kaji ulang pengetahuan
jalan nafas. keluarga setelah diberikan
2. Keluarga dapat menjelaskan penyuluhan.
penyebab tidak efektifnya bersihan 3. Beri reinforcement bila jawaban
jalan nafas.. benar.
3. Keluarga dapat menjelaskan tanda 4. Diskusikan dengan keluarga
dan gejala tidak efektifnya bersihan cara membandingkan keadaan
jalan nafas. fisik penderita TB paru dengan
4. Keluarga dapat menerima keadaan keadaan fisik yang normal.
anggota keluarga yang sakit/ kurang
sehat.
Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan keperawatan 1. Berikan penyuluhan tentang
keperawatan selama 4 masyarakat dapat: perawatan penyakit TB pru
minggu diharakan tidak 1. Masyarakat tahu tentang perawatan 2. Jelaskan kepada masyarakat
terjadi penyakit TB paru TB Paru untuk mengkususkan alat tenun
2. Masyarakat dapat mengkhususan dan makan antara penderita TB
alat tenun dan alat makan antara dan orang sehat
penderita dengan orang yang sehat. 3. Jelaskan kepada masyarakat
3. Warga yang memilki pengetahuan pentingnya penerangan rumah
tentang TB paru oleh matahari
4. Warga memilki cukup pengetahuan 4. Anjurkan masyarakat untuk
TB paru meiliki pencahayaan dalam
5. Penerangan rumah oleh matahari rumah yang terang
cukup
6. Pencahayaan dalam rumah tampak
terang
Setelah dilakukan tindakan Setalah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pengetahuan
keperawatan selama 2 masyarakat dapat: masyarakat tentang TB Paru
minggu diharapkan 1. Pengetahuan masyarakat tentang TB 2. Lakukan penyuluhan kesehatan
pengetahuan masyarkat Paru meningkat (80%) tentang TB paru(pengertian,
meningkat tentang TB Paru 2. Masyarakat mengetahui tentang TB penyebab, cara pencegahan dan
serta peranan fasilitas paru, penyebab, cara pencegahan penularan)
pelayanan kesehatan dan penularan 3. Anjurkan untuk meningkatkan
meningkat 3. Adanya penyuluhan dari tenaga fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan tentang TB Paru
4. Fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah tersebut meningkat
41
BAB VI
PELAKSANAAN (IMPLEMETASI Kep)
6.1 Implementasi
42
12. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan agar tidak
menular kepada orang lain
Respon: Tn.I mengatakan cara mencegah agar tidak menular kepada orang lain
yaitu jangan minum pada gelas yang sama, nanti bisa menular penyakit TB paru.
13. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang cara pencegahan agar
tidak menular kepada orang lain
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
14. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang cara mencegah dan mengobati
TB Paru
Respon: Tn.I mengatakan cara mencegahnya dengan cara minum jangan pada
gelas yang sama dan cara mengobatinya dengan berobat ke Puskesmas.
15. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang cara mencegah dan
mengobati TB Paru
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
16. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang obat-obatan TB Paru dan efek
sampingnya
Respon:Tn.I mengatakan tidak nafsu makan dan air kencingnya berwarna
kuning saat minum obat OAT.
17. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang obat-obatan TB Paru
dan efek sampingnya
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan.
18. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang akibat bila minum obat tidak
teratur atau terputus
Respon: Tn.I mengatakan akibat bila tidak minum obat tidak teratur atau
terputus yaitu nanti bisa kambuh lagi dan makin parah penyakitnya.
19. Memberi penjelasan pada keluarga khususnya Tn.I tentang akibat bila minum
obat tidak teratur atau terputus
Respon: Tn.I mendengarkan penjelasan yang diberikan
43
BAB VII
HASIL KEGIATAN (EVALUASI)
7.1 Evaluasi
S O A P
Tn.I mengatakan
· Tn. I dapat menyimak Masalah Lanjutkan
sudah mengetahui penjelasan yang diberikan teratasi intervensi
masalah TB paru, dengan penuh perhatian. sebagian
dan akan periksa
· Tn. I dapat menjelaskan
dahak ke Puskesmas kembali tentang TB paru baik
mengenai tanda dan gejala,
penyebab, maupun akibat
penyakit TB paru, serta Tn. I
akan memeriksakan dahak
kembali untuk mengetahi
apakah Tn. I terkena TB paru
lagi atau tidak.
· Tn. I mengatakan akan
membuka jendela kamar setiap
pagi dan akan meningkatan
penerangan di kamarnya agar
matahari dapat masuk ke dalam
kamar.
44
BAB VIII
PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Kelurahan
japanKec. Sooko dapat kita tarik kesimpulan bahwa Keluarahan Japan Kec.
Sooko masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh
pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang
pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih
begitupun dengan bidang-bidang lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan
perhatian juga dari semua pihak.
8.2 Saran
1. Untuk puskesmas
a. Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
b. Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat
2. Untuk masyarakat
a. Masyarakat desa Inobonto hendaknya lebih menyadari akan pentingnya
kesehatan dan pendidikan bagi kelangsungan masa depan putra-putri desa.
b. Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk program yang
berhubungan dengan kesehatan dan pendidikan
45
DAFTAR PUSTAKA
46