Sunteți pe pagina 1din 16

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keperawatan Jiwa II

Dosen pengampu : Liyanovitasari, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Dibuat oleh:

KELOMPOK 6

1. Ovie Intan Ariani (010115A092)


2. Nanda Kristabella (010117A061)
3. Nova Amelia Jesica (010117A068)
4. Nur Elza Fauziah (010117A070)
5. Nur Pujiati (010117A071)

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa Yang Mengalami
Defisit Keperawatan Diri dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai asuhan
keperawatan Klien Gangguan Jiwa Yang Mengalami Defisit Keperawatan Diri.Dan sekaligus
memenuhi tugas mahasiswa S1 Keperawatan yang mengikuti mata kuliah keperawatan Jiwa II.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon untuk saran dan kritikannya supaya kedepannya akan lebih baik dari sebelumnya.

Ungaran, 18 September 2019

Penyusun

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu
(Videbeck, 2008). Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri,
mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering
mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau perawatan dirinya (defisit
perawatan diri). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat
dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya
tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intrvensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).
Salah satu yang dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan
menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi
pelaksanaan kominikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai
panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, baubadan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.

B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari konsep defisit perawatan diri?
2. Apa saja jenis-jenis defisit perawatan diri?
3. Bagaimana etiologi defisit perawatan diri?
4. Apa saja tanda dan gejala dari defisit perawatan diri?
5. Bagaimana strategi penatalaksanaan pada defisit perawatan diri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada defisit perawatan diri?

C. Tujuan
1. Untuk membahas tentang defisit perawatan diri.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis defisit perawatan diri.
3. Untuk mengetahui etiologi defisit perawatan diri.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri.
5. Untuk mengetahui strategi penatalaksanaan defisit perawatan diri.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada defisit perawatan diri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DEFISIT PERAWATAN DIRI


1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya . Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah &
Iskandar,2012:147).
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir
rambut, pakaian kotor, baubadan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada pasien
gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien
dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154).

2. Jenis–Jenis Perawatan Diri


a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan
aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79 ).

3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

4. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri
secara mandiri
b. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.

6. Penatalaksanaan
A. Strategi Pelaksanaan pada Pasien
a. SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
b. SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki - laki berdandan:
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Bercukur
c. SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Berhias
d. SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
 Menjelaskan cara mempersiapkan makan
 Menjelaskan cara makan yang tertib
 Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
e. SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

B. Strategi Penatalaksanaan
a. SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kurang perawatan diri.
b. SP 2 Keluarga : Melatih keluarga merawat klien
c. SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan kepada keluarga
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No.MR, penanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Biasanya masalah yang dialami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak
berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3. Faktor prediposisi
 Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
 Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
 Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
 Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
4. Pemeriksaan fisik
 Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan
rambut yang kusam, keadaan tekstur.
 Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
 Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah.
 Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa.
 Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan.
 Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi.
 Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi.
 Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
 Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan gangguan peran sosial
3. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit

No Dx keperawatan Intervensi
1. Defisit Perawatan Diri : kebersihan Bantuan perawatan diri
diri, berdandan, makan, BAB/BAK
Definisi : membantu orang lain untuk melakukan
aktivitas sehari-hari

 Monitor kemampuan perawatan diri secara


mandiri
 Berikan lingkungan yang terapeutik dengan
memastikan [lingkungan] yang hangat, santai,
tertutup dan [berdasarkan] pengalaman individu
 Berikan bantuan sampai pasien mampu
melakukan perawatan diri
 Lakukan pengulangan yang konsisten terhadap
rutinitas kesehatan yang di maksud untuk
membangun [perawatan diri]
 Dorong keandirian pasien, tapi bantu ketika
pasien tak mampu melakukannya
 Ajarkan orang tua/ keluarga untuk mendukung
kemandirian dengan membantu pasien tak
mampu melakukan [perawatan diri]
 Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan diri

2. Harga Diri Rendah berhubungan Peningkatan harga diri


dengan gangguan peran sosial
Definisi : membantu penyakit pasien untuk
meningkatkan penilaian pribadi mengenai harga diri
 Monitor pernyataan mengenai harga diri
 Dukung pasien untuk bisa mengidentifikasi
kekuatan
 Dukung [melakukan] kontak mata saat
berkomunikasi dengan orang lain
 Kuatkan kekuatan pribadi yang diidentifikasi
pasien
 Berikan pengalaman untuk meningkatkan
otonomi pasien, dengan tepat
 Bantu pasien untuk mengatasi bullying atau
ejekan
 Sampaikan ungkapan kepercayaan diri pasien
dalam rangka mencapai harga diri yang lebih
tinggi
 Jangan mengkritis pasien secara negative
 Monitor tingkat harga diri dari waktu ke waktu
dengan tepat
3. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan
dengan gangguan integritas kulit

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas


perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).Rentang respon defisit perawatan diri :
pola perawatan diri seimbang, kadang perawatan diri kadang tidak, tidak melakukan
perawatan diri.

Jenis perawatan diri : kurang perawatan diri : mandi/kebersihan, pakaian/berhias,


makan, toileting.Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan
diri adalah sebagai berikut :

a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :

a. Mekanisme koping adaptif


b. Mekanisme koping maladaptive
B. Saran

Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami
berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Rustida, A. K. (2018). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri.

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.


Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Yogyakarta: EGC.

Kelliat, B., A, dkk. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : Edisi 2.


Jakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.
Nurjannah. (2004). Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Momedia.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

S-ar putea să vă placă și