Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Dibuat oleh:
KELOMPOK 6
FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulisan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa Yang Mengalami
Defisit Keperawatan Diri dapat diselesaikan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai asuhan
keperawatan Klien Gangguan Jiwa Yang Mengalami Defisit Keperawatan Diri.Dan sekaligus
memenuhi tugas mahasiswa S1 Keperawatan yang mengikuti mata kuliah keperawatan Jiwa II.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mohon untuk saran dan kritikannya supaya kedepannya akan lebih baik dari sebelumnya.
Penyusun
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan prilaku yang aneh dan terganggu
(Videbeck, 2008). Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara sendiri,
mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum sendiri, sering
mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau perawatan dirinya (defisit
perawatan diri). Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias, makan, dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat
dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya
tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian,
berhias, makan, maupun BAB/BAK. Bila tidak dilakukan intrvensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah resiko tinggi isolasi sosial (Fitria, 2009).
Salah satu yang dapat dilakukan oleh keperawatan jiwa adalah dengan
menerapkan strategi pelaksanaan komunikasi dalam tindakan keperawatan. Strategi
pelaksanaan kominikasi tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan sebagai
panduan oleh seseorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien (Fitria, 2009).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas perawatan diri secara
mandiri.
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari
secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut,
pakaian kotor, baubadan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
B. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian dari konsep defisit perawatan diri?
2. Apa saja jenis-jenis defisit perawatan diri?
3. Bagaimana etiologi defisit perawatan diri?
4. Apa saja tanda dan gejala dari defisit perawatan diri?
5. Bagaimana strategi penatalaksanaan pada defisit perawatan diri?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada defisit perawatan diri?
C. Tujuan
1. Untuk membahas tentang defisit perawatan diri.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis defisit perawatan diri.
3. Untuk mengetahui etiologi defisit perawatan diri.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala defisit perawatan diri.
5. Untuk mengetahui strategi penatalaksanaan defisit perawatan diri.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada defisit perawatan diri.
BAB II
PEMBAHASAN
3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus
menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah :
Gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan
telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,
aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
6. Penatalaksanaan
A. Strategi Pelaksanaan pada Pasien
a. SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
b. SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki - laki berdandan:
Berpakaian
Menyisir rambut
Bercukur
c. SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
Berpakaian
Menyisir rambut
Berhias
d. SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
Menjelaskan cara mempersiapkan makan
Menjelaskan cara makan yang tertib
Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
e. SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara
mandiri
Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
B. Strategi Penatalaksanaan
a. SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kurang perawatan diri.
b. SP 2 Keluarga : Melatih keluarga merawat klien
c. SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan kepada keluarga
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat lengkap, No.MR, penanggung jawab.
2. Alasan Masuk
Biasanya masalah yang dialami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak
berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3. Faktor prediposisi
Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
4. Pemeriksaan fisik
Rambut : Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan
rambut yang kusam, keadaan tekstur.
Kepala : Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah.
Hidung : Lihat kebersihan hidung, membran mukosa.
Mulut : Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan.
Gigi : Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi.
Telinga : Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi.
Kulit : Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
Genetalia : Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan
skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK
2. Harga Diri Rendah berhubungan dengan gangguan peran sosial
3. Resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
No Dx keperawatan Intervensi
1. Defisit Perawatan Diri : kebersihan Bantuan perawatan diri
diri, berdandan, makan, BAB/BAK
Definisi : membantu orang lain untuk melakukan
aktivitas sehari-hari
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen,
2000) yaitu :
Untuk pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, kami
berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.
Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Rustida, A. K. (2018). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan jiwa pasien dengan gangguan
defisit perawatan diri.
Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.