Sunteți pe pagina 1din 16

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, PROPORSI KOMISARIS

INDEPENDEN, DAN KUALITAS AUDIT TERHADAP TINGKAT AGRESIVITAS PAJAK

SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

ARTIKEL

Diajukan sebagai bagian dari syarat-syarat untuk mencapai kebulatan studi Program Strata 1

(S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram

OLEH:

AMILIA ROHMA

NIM: A1C 011 008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM

2015
ANALYSIS ON THE INFLUENCE OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, PROPORTION OF
INDEPENDENT COMMISSIONER, AND AUDIT QUALITY TOWARD THE LEVEL OF TAX
AGGRESSIVENESS AND ITS IMPLICATIONS ON THE COMPANY VALUE

Amilia Rohma
A1C 011 008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRACT

The objective of this study is to examine the influence of institutional ownership, the proportion of
independent directors and audit quality on the level of tax aggressiveness as well as its implications
for the value of the company. This study uses six control variables, namely the size of the company,
capital intensity, profitability, investment decisions, financing decisions and accruals. The population
of this study consisted of 142 manufacturing companies listed in the Indonesia Stock Exchange during
the period 2011 to 2013. The sample of this study consisted of 77 manufacturing companies, which is
determined based on purposive sampling method. Multiple linear regressions analysis were performed
two times to each one of the two models developed in this study, whereby one time is by including
control variables and the second time is by excluding control variables. The results which include the
control variable in the first model show that proportion of independent directors and audit quality has
positive influence on the level of taxes aggressiveness, meanwhile institutional ownership variable has
no influence on the level of tax aggressiveness. The second model test results show that the level of tax
aggressiveness has negative influence on the value of the company. Furthermore, regression results
without including the control variables show that in the first model, the variable proportion of
independent directors and audit quality does not affect the level of tax aggressiveness while
institutional ownership variable has a positive effect on the level of tax aggressiveness. In the second
model by excluding control variable, the result show that level of tax aggressiveness negatively affect
the value of the company.

Keywords: institutional ownership, independent commissioner, audit quality, tax aggressiveness level,
the value of the company.
1. Pendahuluan
Pajak merupakan salah satu sumber terbesar penerimaan negara dengan persentase yang cukup
signifikan yaitu sebesar 73% dari total penerimaan negara pada tahun 2012 dan proyeksi penerimaan
negara dari sektor pajak sebesar 76.5% pada tahun 2013 (RAPBNP, 2013). Dengan persentase yang
cukup besar, penerimaan pajak memiliki peran penting dalam perekonomian. Adanya perbedaan
kepentingan perpajakan antara pemerintah (fiskus) dan perusahaan menyebabkan manajemen
melakukan tindakan agresivitas pajak guna menekan pengeluaran yang terkait dengan perpajakan baik
melalui tindakan yang diperbolehkan oleh undang-undang (tax avoidance) maupun secara ilegal (tax
evasion). Agresivitas pajak/tindakan pajak agresif yang dimaksudkan dalam penelitian ini lebih
dikhususkan terhadap tindakan penghindaran pajak di mana menurut Annisa dan Kurniasih (2012), tax
avoidance ialah strategi pajak yang agresif yang dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalkan
beban pajak, sehingga kegiatan ini memunculkan risiko bagi perusahaan antara lain denda dan
buruknya reputasi perusahaan dimata publik.
Data yang diperoleh dari http://www.kompas.com menunjukkan bahwa pada tahun
penerimaan pajak sebesar Rp 872,6 Triliun pada 2011, tahun 2012 penerimaan pajak sebesar Rp 980,1
Triliun, tahun 2013 sebesar Rp 1.148,36 Triliun di mana penerimaan pajak negara mengalami
peningkatan. Sejalan dengan meningkatnya penerimaan pajak negara, tingkat perlawanan pajak di
Indonesia oleh para wajib pajak semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak, belum tentu merupakan indikator yang baik untuk
menilai kepatuhan pembayaran pajak karena peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah masih dapat
disalahgunakan oleh wajib pajak
Tindakan pajak agresif memiliki unsur kerahasiaan karena perusahaan selalu ingin menjaga
reputasi di hadapan pemegang saham, sehingga hal tersebut dapat mengurangi transparansi perusahaan
sehingga perlu diterapkan mekanisme corporate governance untuk mencapai tata kelola perusahaan
yang baik (sartika, 2012). Sebagai mekanisme eksternal corporate governance, investor institusional
berfungsi untuk memantau dan mengendalikan tindakan manajemen untuk tidak melakukan tindakan
yang menguntungkan diri sendiri. Hal ini dikarenakan investor institusional cenderung tidak terlalu
menginginkan tindakan manajemen yang berisiko negatif. Keterkaitan antara kepemilikan institusional
dengan tingkat agresivitas pajak dalam beberapa penelitian sebelumnya diteliti oleh Khurana dan
Moser (2009), Moore (2012), Widjaja dan Bunaidi (2013), dan Fadhilah (2014). Selain keberadaan
investor institusional, proporsi komisaris independen juga berperan penting untuk memberikan
masukan bagi dewan direksi mengenai kebijakan perusahaan. Komisaris independen merupakan pihak
non terafiliasi dengan manajemen dan pemegang saham sehingga diharapkan dapat mencegah
terjadinya tindakan pajak agresif (Fadhilah, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lanis dan
Richardson (2011) serta Widjaja dan Bunaidi (2013) menyatakan bahwa proporsi komisaris
independen berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan. Kualitas audit sebagai
salah satu mekanisme corporate governance juga merupakan indikator penting dan berhubungan
dengan pengendalian atas tindakan agresif perpajakan karena berhubungan dengan transparansi
pengungkapan kondisi keuangan perusahaan. Kualitas audit yang dilakukan oleh KAP Big 4 memiliki
insentif lebih besar untuk mendeteksi dan mengungkapkan kesalahan pelaporan dalam manajemen
(Maharani, 2015). Penelitian Crabbe et al. (2010) dalam Widjaja dan Bunaidi (2013) menemukan
bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak sedangkan penelitian
Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014) menunjukkan bahwa kualitas audit berpengaruh
negatif terhadap tingkat agresivitas pajak.
Menurut Desai dan Dharmapala (2009), adanya perencanaan pajak berupa tax avoidance yang
dilakukan oleh perusahaan sehingga beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan
memanfaatkan peraturan yang ada, akan berdampak baik terhadap reaksi investor sehingga
meningkatkan harga pasar saham yang berimplikasi langsung terhadap peningkatan nilai perusahaan.
Di sisi yang lain, menurut teori keagenan terdapat kemungkinan manajer / agent akan melakukan rent
extraction (manajer memaksimalkan keuntungan pribadi misalnya dengan melakukan penyusunan
laporan keuangan yang agresif-Fatharani, 2012) sehingga tindakan pajak agresif akan efektif bila agent
lebih mementingkan kepentingan perusahaan dan pemegang saham ketika melakukan perencanaan
pajak perusahaan (Lestari, 2014). Penelitian ini menggunakan variabel kontrol untuk mengendalikan
adanya pengaruh dari variabel lain terhadap variabel dependen. Variabel yang dipilih peneliti untuk
dikontrol adalah ukuran perusahaan, capital intensity, dan profitabilitas untuk model pertama, serta
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan akrual untuk model kedua. Ukuran perusahaan menjadi
variabel kontrol karena adanya variasi jumlah pajak yang dibayar. Semakin besar aset yang dimiliki,
maka profitabilitas perusahaan akan meningkat dan berpengaruh langsung terhadap tarif pajak efektif.
Capital intensity dikontrol karena terkait dengan besaran aset tetap yang dimiliki perusahaan
(khususnya dalam penelitian ini adalah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan manufaktur) dan
mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan karena adanya perencanaan pajak melalui depresiasi aset
tetap. Perusahaan dengan profitabilitas yang lebih tinggi memiliki kewajiban untuk membayar pajak
yang lebih besar sehingga cenderung untuk melakukan tindakan pajak agresif. Adapun keputusan
investasi dikontrol karena pengeluaran investasi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham. Keputusan pendanaan
terkait dengan kebijakan pendanaan untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan melalui hutang
yang akan berpengaruh pada jumlah pajak yang akan dibayar karena adanya manfaat pajak. Akrual
dikontrol karena merupakan indikator manajemen laba yang akan mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Kerangka teoritis dan pengembangan hipotesis
2.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Agresivitas Pajak Perusahaan
Investor institusional yang aktif dan memiliki saham yang besar dapat mengurangi
kecendrungan manajemen laba (Widjaja dan Bunaidi, 2013). Hal tersebut dilakukan dengan
memberikan tekanan dan pengawasan kepada manajemen perusahaan serta menekankan kepada
manajer untuk fokus pada peningkatan kinerja ekonomi dan menghindari perilaku untuk
menguntungkan diri sendiri. Di dalam hubungannya dengan tingkat agresivitas pajak, investor
institusional cenderung menghindari hal tersebut dikarenakan karakteristik investasi mereka bersifat
jangka panjang sehingga investor institusional tidak ingin citra perusahaan rusak dan harus membayar
denda pajak karena adanya tindakan pajak agresif dengan berbagai cara yang dilakukan oleh pihak
manajemen. Moore (2012) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap
tingkat agresivitas pajak. Sabli dan Noor (2012), Widjaja dan Bunaidi (2013) dan Fadhilah (2014)
memberikan hasil berbeda bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat
agresivitas pajak/penghindaran pajak.
Mengacu pada peran kepemilikan institusional yang telah dipaparkan, maka hipotesis pertama
dirumuskan sebagai berikut:
H1: Diduga kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak
perusahaan (ETR)

2.2. Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Agresivitas Pajak Perusahaan
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kehadiran komisaris independen dalam
struktur dewan komisaris mampu meningkatkan pengawasan kinerja direksi. Semakin tinggi proporsi
komisaris independen (proporsi minimal ialah 30% dari keseluruhan dewan komisaris) maka
pengawasan terhadap pihak manajemen akan lebih efektif. Manajemen seringkali bersikap oportunistik
di mana mereka memiliki motif untuk memaksimalkan laba bersih agar memperoleh bonus atas kinerja
yang baik. Keberadaan komisaris independen akan membantu proses pemantauan dan pengendalian
kebijakan perusahaan agar sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan mengupayakan agar
segala tindakan yang di ambil oleh pihak manajemen bersifat strategis sehingga mampu menghasilkan
laba dengan mekanisme yang benar, khususnya jika terkait dengan pengambilan kebijakan
perencanaan pajak secara benar atau melanggar hukum.
Lanis dan Richardson (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi dewan direksi
eksternal mengurangi kemungkinan terjadinya agresivitas pajak. Widjaja dan Bunaidi (2013)
menyatakan bahwa proporsi komisaris independen mampu menurunkan tingkat agresivitas pajak.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Diduga proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas
pajak perusahaan (ETR)

2.3 Kualitas Audit Berpengaruh terhadap Tingkat Agresivitas Pajak Perusahaan


Laporan keuangan yang diaudit oleh KAP Big 4 dipercaya lebih berkualitas, ini karena auditor
telah memiliki pengalaman dan sumber daya yang lebih baik serta efisien dalam rangka
mempertahankan reputasi sebagai KAP berkualitas. Dengan tolak ukur ini, maka terdapat
kecenderungan bahwa perusahaan yang mengunakan jasa KAP Big 4 akan lebih memilih untuk tidak
melakukan tindakan pajak agresif karena KAP Big 4 akan menolak untuk memberikan opini “Wajar
Tanpa Pengecualian” jika terdapat penemuan bahwa perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Crabbe et al., (2010); Widjaja dan Bunaidi
(2013) serta Fadhilah (2014) menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP big 4
berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Akan tetapi pengaruh yang ditemukan memiliki arah
berbeda. Pengaruh kualitas audit pada penelitian Crabbe et al. (2010) adalah negatif, sedangkan pada
penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014) adalah positif. Dengan
mempertimbangkan reputasi KAP Big 4 yang akan rusak seandainya terbukti bahwa KAP Big 4
membantu melakukan tindakan penghematan pajak, dapat diduga bahwa perusahaan yang
menggunakan jasa KAP Big 4 dalam audit laporan keuangannya cenderung hati-hati untuk melakukan
penghematan pajak.
Mengacu pada penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah (2014) dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
H3: Diduga kualitas audit berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan
(ETR)
2.4 Pengaruh Tingkat Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Harahap dan Wardhani, 2012). Dengan adanya
pembebanan pajak, maka akan menghambat upaya peningkatan kemakmuran pemegang saham karena
beban pajak akan mengurangi laba dan akan mempengaruhi deviden sehingga tindakan pajak agresif
akan meningkatkan nilai perusahaan. Tindakan pajak agresif dalam penelitian ini mengacu pada
penghindaran pajak. Melalui penghindaran pajak, maka perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit
sehingga laba meningkat, tentu saja hal ini berimplikasi pada kemakmuran pemegang saham dan
meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian tentang dampak tindakan pajak agresif terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh
Martani dan Chasbiandani (2012) yang menemukan bahwa tindakan perlawanan pajak jangka panjang
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan penghindaran pajak jangka pendek tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Widjaja dan Bunaidi (2013) dalam penelitiannya menemukan
bahwa tingkat agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Mengacu pada hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:
H4: Diduga tingkat agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan
(TOBINSQ)

3. Metodologi Penelitian
3.1 Populasi dan sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek-objek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013:119). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2013.
Menurut Sugiyono (2013:120) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilki
populasi tersebut. Bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana maka peneliti dapat menggunakan
sampel yang diambil dari populasi yang telah ada. Adapun teknik penarikan sampel dalam penelitian
ini adalah purposive sampling dengan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu sebagai
berikut:
1) Laporan keuangan perusahaan tersedia di http://www.idx.co.id; 2) Perusahaan memiliki laporan
keuangan yang lengkap dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik, karena penelitian ini memerlukan
data yang terpercaya;3) Tahun buku laporan keuangan perusahaan adalah 1 Januari sampai dengan 31
Desember untuk meningkatkan komparabilitas dalam penelitian; 4) Perusahaan mendapatkan income
tax benefit selama tahun observasi, karena akan mendistorsi tarif pajak efektif; 5) Data kepemilikan
institusional tersedia di laporan keuangan/laporan tahunan; 6) Data komisaris independen tersedia di
laporan keuangan atau laporan tahunan perusahaan.
Berdasarkan kriteria sampel, diperoleh 77 perusahaan sampel dengan total 231 observasi penelitian.
3.2 Variabel dan pengukuran
3.2.1 Tingkat Agresivitas Pajak
Agresivitas pajak diukur dengan menggunakan tarif pajak efektif. Menurut PWC (2011) dalam
Ardiyansah, 2014) dan http://www.investopedia.com tarif pajak efektif didefinisikan sebagai beban
pajak penghasilan total dibagi dengan laba sebelum pajak. Adapun total beban pajak penghasilan
diperleh dari beban pajak kini ditambah beban pajak tangguhan yang terdapat di laporan keuangan.
Indikasi perusahaan melakukan tindakan pajak yang agresif muncul ketika ETR perusahaan kecil dan
sebaliknya jika ETR tinggi maka indikasi perusahaan melakukan agresivitas pajak rendah (Maharani,
2015).
ℎ ( + ℎ )
=

3.2.2 Kepemilikan Institusional


Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan dengan persentase saham yang dimiliki
institusi seperti bank, perusahaan asuransi, pemerintah, dan institusi lainnya kecuali kepemilikan
individual (Lim, 2010 dalam Sartika, 2012).

=
ℎ ℎ

3.2.3 Proporsi Komisaris Independen


Berdasarkan Peraturan Nomor IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Kep-
41/PM/2003, komisaris independen adalah anggota komisaris yang berasal dari luar emiten atau
perusahaan publik; tidak mempunyai saham secara langsung maupun tidak langsung dengan emiten
atau perusahaan publik; tidak memiliki hubungan afiliasi dengan emiten atau perusahaan publik,
komisaris, direksi, dan pemegang saham perusahaan publik, dan tidak memiliki hubungan usaha baik
langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan
publik.

=
ℎ ℎ
3.2.4 Kualitas Audit
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas nilaian-pasar bahwa laporan keuangan
mengandung kekeliruan material dan auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material
tersebut (De Angelo, 1981b) dalam Widiastuty dan Febrianto (2010). Di dalam penelitian ini, kualitas
audit berfokus pada perbedaan antara KAP Big 4 dan KAP non Big 4.
Kualitas Audit = 1 jika diaudit KAP Big 4, 0 jika diaudit KAP Non Big 4

3.2.5 Nilai Perusahaan


Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang
sering dikaitkan dengan harga saham (Sriwardani, 2006). Rumus Tobin’s Q yang digunakan yaitu
perbandingan antara penjumlahan market value of equity dan total kewajiban dibagi total aset
perusahaan.
Tobin’s Q =
VARIABEL KONTROL
3.2.6 Ukuran perusahaan
Ukuran Perusahaan = Ln (Total Aset)
3.2.7 Capital Intensity
=
3.2.8 Profitabilitas
=
3.2.9 Keputusan Investasi

=

3.2.10 Keputusan Pendanaan
Debt to Equity Ratio =
3.2.11 Akrual
ℎ −
=
−1
3.3 Prosedur Analisis data
Analisis dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu analisis data (menguji pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen) dengan menggunakan tambahan variabel kontrol dan
tanpa menggunakan variabel kontrol. Pengujian hipotesis menggunakan model regresi linier berganda
dengan Model 1 penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan kepemilikan keluarga, proporsi
komisaris independen, dan kualitas audit dalam satu bentuk regresi dengan variabel kontrol berupa
ukuran perusahaan, capital intensity, dan profitabilitas terhadap tingkat agresivitas pajak. Model 2
pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat agresivitas pajak dalam satu bentuk
regresi dengan variabel kontrol berupa keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan akrual terhadap
nilai perusahaan.
Persamaan 1 :
ETR = β0 + β1.INSTOWN + β2.PROPKOM + β3.AUDIT + β4.SIZE +

β5.CAPINT + β6.ROA + E
Persamaan 2 :
TOBINSQ = β0 + β1.ETR + β2.EPR + β3.DER + β4.Akrual + E

Persamaan 1 tanpa Variabel Kontrol :


ETR = β0 + β1.INSTOWN + β2.PROPKOM + β3.AUDIT + E
Persamaan 2 :
TOBINSQ = β0 + β1.ETR + E

Keterangan :
ETR : Tarif pajak efektif (Tingkat agresivitas pajak)
INSTOWN : Persentase kepemilikan institusional
PROPKOM : Proporsi komisaris independen
AUDIT : Kualitas audit
SIZE : Ukuran perusahaan
CAPINT : Capital intensity
ROA : Return on asset
TOBINSQ : Nilai perusahaan
EPR : Earnings to price ratio
DER : Debt to equity ratio
Akrual : Total akrual
E : Residual
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
multikoloniearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Tabel hasil uji asumsi klasik tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah sebagai berikut:
Keterangan: Tabel 1, 2, 3 dan 4 Hasil Uji Asumsi Klasik model 1 dengan variabel kontrol, model 1
tanpa variabel kontrol, model 2 dengan variabel kontrol dan model 2 tanpa variabel kontrol.

Uji Uji Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Multikoloniearitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0.068 1.888
INSTOWN 0.833 1.201 0.246
PROPKOM 0.924 1.082 0.165
AUDIT 0.609 1.642 0.709
SIZE 0.700 1.429 0.330
CAPINT 0.914 1.094 0.172
ROA 0.845 1.183 0.136

Uji Uji Multikoloniearitas Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0,059 2.284
INSTOWN 0.924 1.082 0.107
PROPKOM 0.978 1.023 0.782
AUDIT 0.943 1.061 0.47

Uji Uji Multikoloniearitas Uji Uji


Parameter yang Diuji Normalitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0.054 2.108
ETR 0.999 1.001 0.088
EPR 0.956 1.046 0.345
DER 0.978 1.022 0.685
AKRUAL 0.947 1.056 0.724
Uji Uji Multikoloniearitas Uji Uji
Parameter yang Diuji Normalitas Heteroskedastisitas Autokorelasi
Asimp.2-
tailed Tolerance VIF Sig. AbsUt D-W
Unstandardized
Residual 0.055 1.853
ETR 1.000 1.000 0.273
4.2 Hasis Uji Analisis Berganda
Keterangan: Tabel 1,2,3 dan 4 adalah Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda model 1 dengan
variabel kontrol, model 1 tanpa variabel kontrol, model 2 dengan variabel kontrol dan model 2 tanpa
variabel kontrol.

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 0.482 0.000
INSTOWN 0.021 0.162 Ditolak
PROPKOM 0.052 0.037 Diterima
AUDIT 0.022 0.000 Diterima
SIZE -0.010 0.000 Diterima
CAPINT 0.021 0.135 Ditolak
ROA -0.048 0.021 Diterima

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 0.215 0.000
INSTOWN 0.04 0.014 Diterima
PROPKOM 0.02 0.476 Ditolak
AUDIT 0.005 0.354 Ditolak

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 1.089 0.000
ETR -0.799 0.017 Diterima
EPR -0.292 0.271 Ditolak
DER -0.138 0.002 Diterima
AKRUAL 0.36 0.180 Ditolak

Uji Signifikansi Parsial B Sig. Kesimpulan


(Statistik t)
Constanta 0.939 0.000
ETR -0.802 0.004 Diterima

Uji Simultan (Statistik F) Nilai F Sig.


Model 1 dg Var.Kontrol 8.400 0.000
Model 1 non Kontrol 3.308 0.021
Model 2 dg Var. Kontrol 4.488 0.000
Model 2 non Kontrol 4.251 0.040

Uji Koefisien
Determinasi Adjusted R Square
Model 1 dg Var.Kontrol 0.162
Model 1 non Kontrol 0.029
Model 2 dg Var. Kontrol 0.057
Model 2 non Kontrol 0.014

4.3 Interpretasi Hasil


4.3.1 Model Pertama (dengan Variabel Kontrol)
4.3.1.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil penelitian, variabel kepemilikan institusional (INSTOWN) memiliki nilai thit
sebesar 1.405 dengan PValue sebesar 0.162 berada di atas 0.05 dan thit < ttab (1.405 < 1.666). Hasil
penelitian mengenai pengaruh variabel kepemilikan institusional (INSTOWN) tidak berpengaruh
terhadap tingkat agresivitas pajak (ETR) dan dapat dikatakan bahwa data empiris tidak mendukung
hipotesis sehingga hipotesis pertama ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sabli
dan Noor (2012), Widjaja dan Bunaidi (2013), serta Fadhilah (2014). Hasil penelitian mereka
menemukan bahwa tidak ada pengaruh dari kepemilikan institusional terhadap tindakan pajak agresif.
Namun, ini bertentangan dengan hasil penelitian Moore (2012) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap tindakan pajak agresif di mana keberadaan
investor institusional telah mampu menjalankan fungsi pengawasan dengan baik.

4.3.1.2 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Proporsi komisaris independen (PROPKOM) diukur melalui jumlah dewan komisaris


independen dibagi dengan jumlah seluruh dewan komisaris. Variabel proporsi komisaris independen
(PROPKOM) memiliki thit sebesar 2.095 thit > ttab (2.095 > 1.666) dengan PValue sebesar 0.037 atau di
bawah 0.05. Ini berarti bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap tingkat
agresivitas pajak. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Lanis dan Richardson (2011) serta
Widjaja dan Bunaidi (2013) serta bertentangan dengan Sabli dan Noor (2012) serta Fadhilah (2014).
Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan komisaris independen dianggap telah mampu menjalankan
fungsinya sebagai dewan pengawas internal dan penasehat secara efektif khususnya terkait dengan
kebijakan perpajakan perusahaan. Menurut Lanis dan Richardson (2011), dewan komisaris
independen merupakan pihak yang netral dan mampu membatasi pihak manajemen ketika terdapat
indikasi pemanfaatan peraturan untuk memperoleh keuntungan yang dilakukan oleh manajemen dan
merugikan pemegang saham. Berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% perusahaan
sampel telah memenuhi syarat dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-
305/BEJ/07-2004 yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen sekurang-kurangnya 30%
dari total dewan komisarsi. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa proporsi komisaris
independen (PROPKOM) berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak (ETR).

4.3.1.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Variabel kualitas audit (AUDIT) memiliki t hit sebesar 3.557 dengan PValue 0.000 dibawah 0.05
dan thit > ttab (3.557 > 1.666). Ini berarti bahwa kualitas audit berpengaruh positif terhadap tingkat
agresivitas pajak sehingga berdasarkan hasil penelitian, hipotesis ketiga diterima. Penggunakan jasa
KAP Big 4 dianggap mampu meningkatkan tarif pajak efektif sehingga menekan tingkat agresivitas
pajak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki tarif
pajak efektif yang lebih besar. Hal ini didukung oleh data empiris yang menunjukkan bahwa lebih dari
setengah perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP Big 4 memiliki tarif pajak efektif diatas rata-rata
sebesar 25,8%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) serta
Fadhilah (2014) dan bertentangan dengan hasil penelitian Crabbe et al. (2009).
Kualitas audit yang dimiliki oleh KAP Big 4 akan menyebabkan perusahaan yang diaudit
memiliki kemungkinan kecil untuk melakukan kebijakan pajak yang agresif. Ini karena KAP Big 4
memiliki kredibilitas serta kemampuan mengaudit laporan keuangan dengan independensi yang lebih
tinggi sehingga memberikan hasil yang akurat mengenai kondisi keuangan perusahaan. Di dalam
penelitian ini, pemilihan jenis KAP (KAP Big 4 dan KAP non Big 4) menentukan sejauh mana tingkat
agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan melalui pengelolaan tarif pajak seefektif mungkin melalui
kebijakan KAP yang berbeda-beda ketika menghadapi masalah pengelolaan pajak dengan penjelasan
berupa hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa KAP Big 4 memiliki tarif pajak efektif yang lebih
tinggi (tingkat agresivitas pajak yang lebih rendah) sehingga kondisi keuangan perusahaan yang
menggunakan jasa KAP Big 4 lebih dipercaya oleh stakeholders.
4.3.1.4 Pengaruh Variabel Kontrol (Ukuran Perusahaan, Capital Intensity, dan Profitabilitas
terhadap Tingkat Agresivitas Pajak)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan (SIZE) memiliki thit sebesar- 5.408
dengan PValue 0.000 dibawah 0.05 dan thit > ttab (5.408 > 1.666) sehingga dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian Martani dan Chasbiandani (2012) serta Widjaja dan Bunaidi (2013) namun
berlawanan dengan political cost theory yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu
perusahaan maka pengawasan yang dilakukan oleh regulator (pemerintah) juga menjadi lebih ketat
sehingga perusahaan besar tidak leluasa untuk melakukan tindakan pajak agresif. Hasil penelitian ini
menerima the political power theory yang menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka
sebanding dengan jumlah sumber daya yang dimiliki sehingga perusahaan besar lebih berkesempatan
untuk melakukan agresivitas pajak melalui jumlah aset yang dimilikinya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa capital intensity (CAPINT) memiliki thit sebesar 1.499
dengan PValue 0.355 di atas 0.05 dan t hitung < t tabel (1.499 < 1.666). Ini berarti bahwa capital
intensity tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Sari dan Martani (2010) serta bertentangan dengan Widjaja dan Bunaidi (2013) yang
menyatakan bahwa capital intensity berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Hal ini
dikarenakan jumlah investasi aset tetap dianggap akan memberikan keuntungan berupa biaya
depresiasi aset sehingga akan mengurangi beban pajak perusahaan. Namun tidak signifikannya hasil
uji penelitian ini, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel tidak terlalu agresif dalam
menghemat pajak melalui peningkatan investasi aset tetap (memanfaatkan biaya penyusutan aset
tetap).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) memiliki thit sebesar -2.607
dengan PValue 0.021 dibawah 0.05 dan thit > ttab (2.607 > 1.666) sehingga dapat disimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas pajak (ETR). Ini menunjukkan bahwa
semakin besar keuntungan perusahaan dianggap akan menurunkan tarif pajak efektif (meningkatkan)
tindakan agresivitas pajak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi
(2013) dan bertentangan dengan hasil penelitian Sari dan Martani (2010). Hal ini karena perusahaan
yang memperoleh keuntungan harus mempersiapkan pajak yang akan dibayarkan sebesar pendapatan
yang diperoleh. Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka semakin besar beban pajak yang harus
dibayarkan.

4.3.2 Model 2 (dengan Variabel Kontrol)


4.3.2.1 Pengaruh Tingkat Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian, variabel tingkat agresivitas pajak (ETR) memiliki nilai thit sebesar
-2.406 dengan PValue sebesar 0.017 berada di bawah 0.05 dan thit > ttab (2.406 > 1.666). Ini berarti
bahwa tingkat agresivitas pajak (ETR) berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan (TOBINSQ).
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat agresivitas pajak maka akan meningkatkan nilai
perusahaan karena manajemen dianggap telah mengelola keuangan perusahaan secara efisien untuk
menghasilkan laba bagi investor. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat dikatakan bahwa terdapat
pengaruh tingkat agresivitas pajak (ETR) terhadap nilai perusahaan sehingga hipotesis keempat di
terima. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) serta
bertentangan dengan hasil penelitian Desai dan Dharmapala (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh dari agresivitas pajak terhadap nilai perusahaan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
agresivitas pajak yang dilakukan manajemen perusahaan memberikan keuntungan yang lebih besar
dibandingkan dengan kerugian / biaya yang mungkin timbul karena adanya aktivitas perencanaan
pajak. Dampak yang terjadi berupa adanya peningkatan laba setelah pajak (setelah dilakukannya
perencanaan pajak) tentu akan membuat investor senang sehingga nilai saham menagalami kenaikan.
4.3.2.2 Pengaruh Variabel Kontrol (Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Akrual )
terhadap Nilai Perusahaan
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi (EPR) memiliki thit sebesar -1.103
dengan PValue 0.271 di atas 0.05 dan thit < ttab (1.103 < 1.666) sehingga dapat dikatakan bahwa
keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan data hasil penelitian,
83% perusahaan sampel yang memiliki nilai Tobin’s Q diatas 1 memiliki nilai EPR dibawah nilai rata-
rata 0,09. Hasil penelitian yang tidak menunjukkan adanya pengaruh dari earnings to price ratio
disebabkan oleh jangka waktu penelitian yang cukup pendek (3 tahun pengamatan) sehingga belum
terlihat kemampuan perusahaan memperoleh return yang sesuai dengan pengeluaran investasi.
Earnings to price ratio menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempengaruhi harga pasar
saham berdasarkan laba bersih yang diperolehnya (Septia, 2015).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan pendanaan (DER) memiliki thit sebesar -3.065
dengan PValue 0.002 di bawah 0.05 dan thit > ttab (3.065 > 1.666) sehingga dapat disimpulkan bahwa
keputusan pendanaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Terlihat pada nilai thit bahwa arah
koefisien regresi keputusan pendanaan bernilai negatif yang berarti bahwa semakin besar struktur
pendanaan perusahaan yang menggunakan pendanaan eksternal (hutang) dibandingkan dengan
penggunaan ekuitas, maka dapat menurunkan nilai perusahaan. Menurut
http://www.iipsaja.blogspot.com hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena beban bungan
hutang dapat mengurangi pajak yang dibayarkan. Namun, dalam komposisi hutang yang berlebihan
jika hutang jangka panjang sama dengan ekuitas, perusahaan dapat terkena defisit. Berdasarkan data
hasil peneiltian, sejumlah 38% perusahaan sampel telah melaporkan defisit.
Berdasarkan hasil penelitian, akrual (AKRUAL) memiliki thit sebesar 1.346 dengan PValue 0.180
di atas 0.05 dan thit < ttab (1.346 < 1.666) sehingga dapat dikatakan bahwa akrual tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Menurut peneliti, hasil penelitian ini tidak berpengaruh dikarenakan
pertama, upaya untuk menaikkan nilai perusahaan (peningkatan harga saham) tidak selalu dilakukan
manajemen melalu proses akrual. Kedua, berdasarkan data hasil penelitian investor tidak hanya
menilai harga saham melalui ukuran laba bersih namun juga memperhatikan kualitas laba sehingga
belum tentu perusahaan dengan laba yang besar akan memiliki nilai perusahaan yang tinggi.
4.3.3 Model 1 (tanpa Variabel Kontrol)
4.3.3.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tingkat Agresivitas Pajak
Berdasarkan hasil penelitian, variabel kepemilikan institusional (INSTOWN) memiliki nilai thit
sebesar 2.486 dengan PValue sebesar 0.014 berada di atas 0.05 dan thit > ttab (2.486 > 1.666).
Berdasarkan perbandingan nilai thit > ttab maka hipotesis pertama diterima. Hasil penelitian mengenai
pengaruh variabel kepemilikan institusional (INSTOWN) berpengaruh positif terhadap tingkat
agresivitas pajak (ETR) dengan probabilitas signifikansinya di bawah 0.05 sehingga dapat dikatakan
bahwa investor institusional mempengaruhi keputusan perusahaan terkait dengan besaran beban
pajak. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013) dan
Fadhilah (2014). Hal ini menurut Shleifer dan Visney (1986) dalam Khurana dan Moser (2009)
investor institusional telah berhasil dalam memantau, mendisiplinkan dan mempengaruhi manajer
melalui kebijakan dan kepemilikan saham yang besar sehingga dapat memaksa manajer untuk
menghindari peluang menguntungkan diri sendiri karena investor institusional juga bertanggung jawab
untuk membuat keputusan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Moore (2012) juga
menyatakan bahwa keberadaan investor institutional dapat memantau tindakan manajer dalam
mengambil keputusan yang tidak jelas.
4.3.3.2 Pengaruh Proporsi Komisaris Independen terhadap Tingkat Agresivitas Pajak
Variabel proporsi komisaris independen (PROPKOM) memiliki thit sebesar 0.708 di mana thit <
ttab (0.708 <1.666) dengan PValue sebesar 0.476 atau di atas 0.05. Ini berarti bahwa proporsi komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak sehingga hipotesis kedua ditolak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sabli dan Noor (2012) dan Fadhilah (2014) yang
menyatakan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Ini
bertentangan dengan hasil penelitian Lanis dan Richardson (2011) serta Widjaja dan Bunaidi (2013).
Menurut peneliti, ini menunjukkan bahwa keberadaan komisaris independen belum mampu
menjalankan fungsinya sebagai dewan pengawas internal dan penasehat secara efektif, khususnya
terkait dengan kebijakan perpajakan perusahaan. Selain itu, menurut Fadhilah (2014) komisaris
independen juga tidak mampu menunjukkan independensinya akibat tekanan dari mayoritas dewan
komisaris dan perbedaan kepentingan dengan manajemen perusahaan terkait dengan kebijakan
pajaknya. Selain itu, komisaris independen dipilih bukan oleh pemegang saham pengendali sehingga
memiliki kelemahan dalam melakukan pengawasan pajak.
4.3.3.3 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tingkat Agresivitas Pajak

Variabel kualitas audit (AUDIT) memiliki t hit sebesar 0.930 dengan PValue 0.354 diatas 0.05
dan thit < ttab (0.930 < 1.666). Berdasarkan perbandingan nilai thit < ttab maka hipotesis ketiga ditolak.
Ini berarti bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Hal ini dapat
disebabkan oleh penggunakan jasa KAP Big 4 dianggap tidak terlalu memiliki perbedaan yang
signifikan dengan KAP non Big 4 dalam tindakan pengawasan dan pemeriksaan laporan keuangan
karena KAP di dalam melakukan audit memiliki pedoman pada standar pengendalian mutu kualitas
audit yang ditetapkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan
aturan etika akuntan publik sehingga dalam pelaksanaannya sudah ditetapkan berdasarkan peraturan
yang ada (Winata, 2014). Selain itu, perusahaan sampel di dalam penelitian ini menggunakan jasa
audit oleh KAP Non Big 4 walaupun selisihnya sangat tipis (50.2%). Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian Annisa dan Kurniasih (2012), Widjaja dan Bunaidi (2013) serta Fadhilah
(2014).

4.3.4 Model 2 tanpa Variabel Kontrol


4.3.4.1 Pengaruh Tingkat Agresivitas Pajak terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan (TOBINSQ) diukur dengan menjumlahkan Market Value of Equity (MVE)
dengan DEBT lalu dibagi total aset perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, variabel tingkat
agresivitas pajak (ETR) memiliki nilai thit sebesar -2.062 dengan PValue sebesar 0.040 berada di bawah
0.05 dan thit > ttab (2.062 > 1.665). Ini berarti bahwa semakin rendah tarif pajak efektif berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan (TOBINSQ). Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa terdapat pengaruh negatif tingkat agresivitas pajak (ETR) terhadap nilai perusahaan sehingga
hipotesis keempat diterima. Sesuai dengan hasil penelitian Widjaja dan Bunaidi (2013), hubungan
antara tarif pajak efektif yang rendah dan nilai perusahaan diduga disebabkan oleh pandangan investor
yang menilai bahwa perusahaan telah berhasil mengelola keuangan dengan efisien (menghemat beban
pajak sehingga tarif pajak efektif rendah) sehingga investor berharap akan memperoleh tingkat
pengembalian yang lebih besar dari nilai investasi awalnya.

5 Simpulan, Keterbatasan dan Saran


5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yang telah disajikan yaitu sebagai
berikut:
Dengan Menggunakan Variabel Kontrol, hasil penelitian adalah pada model pertama,
kepemilikan institusional dan capital intensity tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak.
Proporsi komisaris independen dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap tingkat agresivitas
pajak. ukuran perusahaan dan profitabilitas berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. Pada
model kedua, tingkat agresivitas pajak berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Keputusan
investasi dan akrual tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sementara keputusan pendanaan
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Tanpa menggunakan variabel kontrol, pada model pertama kepemilikan intitusional
berpengaruh negatif terhadap tingkat agresivitas pajak sementara proporsi komisaris independen dan
kualitas audit tidak berpengaruh terhadap tingkat agresivitas pajak. pada model kedua, tingkat
agresivita pajak berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan.
5.2 Keterbatasan dan Saran Penelitian
Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan periode pengamatan cukup pendek (tahun 2011 – 2013). Disarankan
untuk penelitian selanjunya, jangka waktu penelitian perlu diperpanjang untuk memperoleh hasil
yang lebih baik mengenai pengaruh kepemilikan institusional, proporsi komisaris independen dan
kualitas audit terhadap tingkat agresivitas pajak serta mengetahu dampak agresivitas pajak jangka
panjang terhadap nilai perusahaan.
2. Penelitian ini memiliki koefisien determinasi yang rendah pada model pertama dan kedua (16.2%
dan 5.7%) sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan mekanisme internal dan
eksternal corporate governance yang lebih banyak dengan penambahan variabel independen berupa
kepemilikan manajerial, komite audit, dan komposisi dewan direksi untuk mendeteksi pengaruhnya
terhadap tingkat agresivitas pajak.
3. Penelitian ini hanya menggunakan proksi tarif pajak efektif (ETR) untuk mengukur tingkat
agresivitas pajak. Disarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan proksi yang lain untuk
mendeteksi agresivitas pajak seperti penggunaan book-tax differences yang dapat memperlihatkan
perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal sehingga akan menunjukkan jumlah beban pajak
sesungguhnya yang dibayar perusahaan.
4. Sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah subsektor
perusahaan sampel selain dari industri manufaktur agar hasil penelitian bisa lebih tergeneralisasi.
5. Proksi untuk menentukan ukuran perusahaan yang digunakan di dalam penelitian ini ialah total
aset. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan nilai kapitalisasi pasar untuk mengetahui
ukuran perusahaan melalui harga saham.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Nuralifmida Ayu dan Lulus Kurniasih. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi dan Auditing, Universitas Sebelas Maret, 8(2):95-189.
Ardiyansah, Danis. 2014. Pengaruh Size, Leverage, Profitability, Capital Intensity Ratio, dan
Komisaris Independen terhadap Effective Tax Rate (ETR). Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Arifin, Z. 2003. Masalah Agensi dan Mekanisme Kontrol pada Perusahaan dengan Struktur
Kepemilikan Terkonsentrasi yang dikontrol Keluarga:Bukti dari Perusahaan Publik di
Indonesia. Disertasi Pascasarjana FEUI.
Chen, Shuping et al. 2010. Are Family Firms More Tax Aggressive than Non-Family Firms?. Journal
of Financial Economics, 95(1): 41-61.
Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang,
Kinerja dan Nilai perusahaan. Jurnal Ekonomi Akuntansi, Fakultas Ekonomi-Universitas Petra,
9(1).
Desai, Mihir A dan Dhammika Dharmapala. 2009. Corporate Tax Avoidance and Firm Value. The
Review of Economics and Statistics, 91(3): 537-546.
Fadhilah, Rahmi. 2014. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance. Skripsi.
Universitas Andalas. Padang.
Fatharani, Nazhaira. 2012. Pengaruh Karakteristik Kepemilikan, Reformasi Perpajakan, dan
Hubungan Politik terhadap Tindakan Pajak Agresif pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada Tahun 2007-2010. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Fenandar, Gani Ibrahim. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan
Dividen terhadap Nilai perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Frank, Mary Margaret., Luann J. Lynch, dan Sonja Olhoft Rego. 2009. Tax Reporting Aggressiveness
and Its Relation to Aggressive Financial Reporting. The Accounting Review, 84(2): 467–496.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi Lima.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanlon, Michelle. 2005. The Persistence and Pricing of Earnings, Accruals and Cash Flows When
Firms Have Large Book-Tax Differences. The Accounting Review, 80(1), pp.137-166.
Harahap, Ludwina dan Ratna Wardhani. 2012. Analisis Komprehensif Pengaruh Family Ownership,
Masalah Keagenan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Corporate Governance, dan
Opportunity Growth terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XV
Banjarmasin.
Hanum, Hashemi Rohian. 2013. Pengaruh Karakteristik Corporate Governance terhadap Effective
Tax rate (ETR). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Hidayanti, Alfiani Nur. 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance
Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Bachtiar, Ipmawan. No Date. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai
Perusahaan.http://iipsaja.blogspot.com/2008/12/pengaruh-kebijakan-hutang-terhadap_20.html
Irfan, Fatkhur Haris. 2013. Pengaruh Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap
Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Arus Kas sebagai Variabel Moderasi. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Jaya, Tresno Eka., M. Yasser Arafat, dan Dinda Kartika. 2013. Corporate Governance, Konservatisme
Akuntansi dan Tax Avoidance. Prosiding Simposium Nasional Perpajakan 4.
Jensen, M. and Meckling, W. 1976. ”Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and
Ownership Structure”. Journal of Financial Economic, 3: 305-60.
Juliati dan Heru Tjaraka. 2014. Kemampuan Deferred Tax Expense dan Current Tax Expense dalam
Mendeteksi Earnings Management di Saat perubahan Tarif Pajak penghasilan Badan Tahun
2008-2010. Simposium nasional Akuntansi XVII Lombok.
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Peraturan Nomor I-
A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang diterbitkan oleh
Perusahaan Tercatat. (Akses tanggal 23 juni 2015)
Khurana, Inder K dan William J. Moser. 2009. Institutional Ownership and Tax Aggresiveness. AAA
2010 Financial Accounting and Reporting Section (FARS) paper.
Lestari, Nanik., Viska Anggraita, dan Ratna Wardhani. 2014. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap
Nilai Perusahaan dengan Moderasi Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi
XVII Lombok.
Maharani, Dwi Putri. 2015. Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal dan Komite Audit terhadap tax
Avoidance. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Martani, Dwi dan Tryas Chasbiandani. 2012. Pengaruh Tax Avoidance Jangka Panjang terhadap
Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin.
Maruli, Aditia. 2011. Jumlah Perkara di Pengadilan Pajak Meningkat.
http:www.antaranews.com/berita/1320523781/jumlah-perkara-di-pengadilan-pajak-meningkat.
Moeljadi. 2006. Manajemen Keuangan:Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Bayumedia Publishing:
Malang.
Moore, Jared A. 2012. Empirical Evidence on The Impact of External Monitoring on Book-Tax
Differences. Advances in Accounting Incorporating in International Accounting, 28 (2012):
254-269.
Nota keuangan & Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran
2013.
Nuritomo dan Dwi Martani. 2014. Insentif Pajak, Kepemilikan, dan Penghindaran Pajak Perusahaan.
Simposium Nasional Akuntansi XVII Lombok.
Peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak penghasilan atas Pajak dari Usaha yang
Diterima atau Diperoleh oleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. (Akses
tanggal 24 Januari 2015)
Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusional, dan
Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Puspita, Silvia Ratih. 2014. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak. Skripsi.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Richardson, Grant dan Roman Lanis. 2007. Determinants of the variability in corporate effective tax
rates and tax reform: Evidence from Australia. Journal of Accounting and Public Policy,
26(2007): 689-704.
Sabli, Nurshamimi dan Rohaya Md Noor. 2012.Tax Planning and Corporate Governance. 3rd
International Conference on Business and Economic Research Proceeding.
Saputra, Mulia. 2010. Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan di Bursa Efek
Indonesia, Jakarta. Journal of Indonesian Applied Economics, School of Social Universiti Sains
Malaysia, 4(1): 81-92.
Sari, Dewi Kartika & Dwi Martani. 2012. Karakteristik Kepemilikan Perusahaan, Corporate
Governance, dan Tindakan Pajak Agresif. Simposium Nasional Akuntansi XV Banjarmasin.
Sartika, Widya. 2012. Analisis Hubungan Penghidaran Pajak terhadap Hutang dan Kepemilikan
Institusional sebagai Variabel moderasi. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Septia, Ade Winda. 2015. Pengaruh profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Siregar, Daniel. 2012. Analisis pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Nilai Perusahaan dengan
Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Keluarga sebagai Variabel Moderasi. Skripsi.
Universitas Indonesia. Depok.
Sriwardani. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan
Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatra Utara Medan.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. CV Alfabeta: Bandung.
Sumomba, Christina Ranty dan YB. Sigit Utomo. 2012. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan
Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba. Kinerja, Universitas Atma Jaya, 16(2): 103-
115.
Ujiantho, Arif Muh. 2007. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba
dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan. Tesis. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Amandemen III.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang perseroan Terbatas. Akses pada
18 Januari 2015.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Peraturan Nomor IX.1.5 Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM Kep-41/PM/2003 tentang
Pembentukan dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Akses pada 12 Maret 2015.
Wahyudi, Untung dan Hartini P.Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan terhadap Nilai
Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang.
Widiastuty, Erna dan Rahmat Febrianto. 2010. Pengukuran Kualitas audit: Sebuah Esai. Jurnal Ilmiah
Akuntansi dan Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2(1).
Widjaja, Helen Purnama & Christian Bunaidi. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Proporsi Komisaris Independen, dan kualitas Audit terhadap Tingkat Agresivitas Pajak serta
Implikasinya terhadap Nilai perusahaan Jangka Pendek.Simposium Nasional Akuntansi XVI
Manado.
Winata, Fenny. 2014. Pengaruh Corporate Governance terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013. Tax & Accounting Review, Universitas Kristen
Petra, 4(1).
http://www.kompas.com (akses tanggal 15 Januari 2015)
http://www.idx.com (akses tanggal 29 Januari 2015)
http://www.sahamok.com (akses tanggal 29 Januari 2015)
http:// www.yahoofinance.com (akses tanggal 29 April 2015)

S-ar putea să vă placă și