Sunteți pe pagina 1din 2

Kisah Seorang Nelayan

Suatu ketika hiduplah seorang nelayan miskin. Ia harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi
istri dan ketiga anaknya. Setiap kali pergi untuk menjala ikan, si nelayan berjanji untuk tidak
melemparkan jalanya ke laut lebih dari empat kali. Ia selalu pergi ke laut pagi-pagi sekali.

Suatu hari, seperti biasa, ia pergi ke laut untuk menangkap ikan. Beberapa lama kemudian, ia
merasa jalanya telah berhasil menangkap ikan yang besar. Dan saat ditariknya, ternyata bukan ikan
besar yang didapatnya, melainkan bangkai seekor keledai. Si nelayan pun segera membersihkan
jalanya dan melemparkannya lagi ke laut untuk kedua kalinya.

Beberapa saat kemudian, lagi-lagi ia merasa jalanya telah berhasil menangkap ikan yang besar.
Namun benarkah itu? Saat si nelayan menarik jalanya, lagi-lagi bukan ikan besar yang didapatnya,
melainkah sekumpulan sampah. Si nelayan lagi-lagi membersihkan jalanya dan melemparkannya
lagi ke laut.

Untuk ketiga kalinya, ia merasa jalanya telah menangkap sesuatu. Namun apa yang didapatkannya?
Kali ini jalanya dipenuhi batu,cangkang kerang, dan lumpur.

“Ya ampun, malang benar nasibku. Sudah tiga kali aku melempar jalaku, tapi aku sama sekali tidak
mendapat ikan. Malah sampah yang kudapat. Semoga kali ini jalaku berhasil menangkap sesuatu
yang berharga. Kalau tidak, aku pulang tanpa membawa apa-apa hari ini,” keluh si nelayan.

Lalu untuk keempat kalinya, ia pun melempar jalanya ke laut. Saat si nelayan merasa ada sesuatu
yang tersangkut di jalanya, si nelayan pun segera menariknya. Apa yang didapatkannya kali ini?
Ternyata ia mendapatkan sebuah pot kuning yang tertutup erat. Dari beratnya seertinya pot itu berisi
penuh dengan barang berharga. Maka si nelayan pun segera berusaha membuka tutup pot itu.

Dan saat ia berhasil membukanya, tiba-tiba keluarlah asap tebal dan muncullah sosok yang sangat
besar. Rupanya pot itu berisi jin. Dan jin itu pun segera meratap, “Oh, Rajaku, tolong ampuni aku!”

Si nelayan yang kebingungan memutuskan untuk bertanya pada si jin walau ia sungguh ketakutan
melihatnya.

“Wahai, jin, bagaimana bisa kau berada di dalam pot sekecil ini?” tanya si nelayan.

Si jin tiba-tiba berhenti meratap, dan saat ia melihat si nelayan, ia segera berkata, “Aku akan
membunuhmu! ”

Nelayan pun tambah kebingungan dan ketakutan. “Tunggu! Tunggu dulu! Akulah yag
membebaskanmu dari pot kecil ini. Kenapa kau malah berniat untuk membunuhku?” seru si
nelayan.

“Ya, aku harus membunuhmu. Aku hanya dapat memberimu pilihan, bagaimana cara yang
kauinginkan untuk mati,” kata si jin.

“Tapi apa salahku?” tanya si nelayan.

“Dengarlah ceritaku,” kata si jin. Lalu ia pun melanjutkan ceritanya.

“Dahulu aku pernah melawan raja jin, maka untuk menghukumku, ia memasukkanku ke dalam pot
itu dan menyegelnya sehingga aku tidak bisa keluar. Lalu ia melemparkanku ke dasar laut. Maka
aku pun bersumpah, dalam waktu seratus tahun, jika ada yang berhasil membebaskanku, aku akan
membuatnya kaya raya, bahkan sampai ia meninggal dunia, ia akan meninggal dalam
kekayaannya.”

“Seratus tahun berlalu, tak kunjung ada yang dapat membebaskanku. Maka aku pun bersumpah
sekali lagi. Dalam seratus tahun yang kedua ini, jika ada yang berhasil membebaskanku, akau akan
memberikan seluruh kekayaanku untuknya. Namun tak ada juga yang bisa menolongku. Maka
untuk seratus tahun yang ketiga, aku bersumpah lagi. Jika dalam waktu seratus tahun ini ada yang
berhasil membebaskanku, aku akan menjadikan ia seorang raja, dan aku akan mengabulkan tiga
permintaannya setiap hari. Namun tetap tidak ada yang menemukanku.”

“Maka aku pun diliputi kemarahan dan aku bersumpah untuk terakhir kalinya. Jika ada yang
berhasil membebaskanku, aku akan segera membunuhnya, namun dia boleh memilih dengan cara
apa dia ingin mati. Dan kaulah yang berhasil membebaskanku. Maka aku harus membunuhmu
sekarang. Ayo, cepatlah pilih cara yang kauinginkan untuk mati.”

Si nelayan sungguh ketakutan dan ia pun segera berpikir keras.


“Tunggu dulu. Memangnya benar kau tadi berada dalam pot itu? Jangan-jangan kau hanya
menipuku,” kata si nelayan.

“Tentu saja benar! Buat apa aku menipumu, hah?!” seru si jin marah.

“Badanmu begitu besar. Bahkan salah satu kakimu saja tidak akan muat berada dalam pot itu.
Bagaimana mungkin kau bisa berada di sana?” kata si nelayan.

“Kalau kau tak percaya, lihatlah sendiri!” seru si jin. Lalu ia pun segera berubah menjadi segumpal
asap hitam, dan masuk ke dalam pot.

“Lihat! Kau percaya padaku, kan, sekarang?” seru si jin dari dalam pot.

Melihat si jin sudah kembali masuk ke dalam pot, si nelayan segera mengambil penutupnya dan
menutupnya erat-erat.

“Aku akan melemparkanmu kembali ke laut, wahai kau jin yang tidak tahu berterima kasih! aku
akan memperingatkan kawan-kawanku agar tidak membuka pot ini jika nanti mereka
menemukannya,” kata si nelayan.

“Tunggu! Lepaskan aku! Aku akan membalas kebaikanmu jika kau membebaskanku sekali lagi!”
seru jin dari dalam pot.

Namun si nelayan tidak mempercayainya dan ia segera melemparkan pot kuning itu kembali ke
laut.

Demikianlah kisah si nelayan. Berkat kecerdikannya, akhirnya ia dapat melepaskan diri dari nasib
buruk yang hampir menimpanya.

S-ar putea să vă placă și