Sunteți pe pagina 1din 14

Jurnal Teknik Sipil ISSN 2088-9321

Universitas Syiah Kuala ISSN e-2502-5295


pp. 123 - 136

KAJIAN PERLETAKAN KRIB PADA ALIRAN SUNGAI


KRUENG ACEH
M. Sahriat Tanjung1, Eldina Fatimah2, Masimin 3
1)
Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2,3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh 23111, email: eldina@tdmrc.org

Abstract: The riverbank damage (erosion) which iscaused by the river scouring in Krueng
Aceh River Section in Lamsie Village is dominated by behavior changes of the river due to
flood discharge and flow direction.A river geometric changes process is accelerated and
enhanced by the human activities which are carried out continuously such as the sand and
stone mining in the river zone unpermitted. From the investigation carried out in the review
location, it is found that the riverbank protection has ever been constructed by using gabion
construction along the riverbank eroded, but the construction cannot restrain river water
scouring so that the construction has been collapsed. To prevent the continuing erosion, the
other alternative chosen is by constructing the groynes. The groynes are constructed to deflect
the river current toward in turn, so that the erosion effect of the riverbank in the out turn can
be reduced. This Study aims to obtain the flow pattern and flow velocity in the existing
condition and the conditions of 3 (three) scenarios of groynes location in 2 (two) review
locations, the first scenario mentioned that the groynes position is perpendicular to the river
flow, the second mentioned that the groynes position is leaning to the upstream and the third
one mentioned that the groynes position is leaning to the downstream. This study is carried out
by identifying existing river condition first and then analyzed the modeling simulation using
software of Surface Modeling System (SMS) running RMA2. The lengths are between 8 – 10
meter with the interval of each groynes is 15 meter. The flood discharge used in the simulation
is 5 years which is 1067.00 m³/second. The result of the modeling simulation of the groynes
location position found is the position which is perpendicular to the river flow (00 – 50)or
scenario 1st (first) and it becomes the most effective position. This result is expected can be
used as the reference for the policy maker in making the decisions in protecting the riverbank
protection and controlling the water destructive power in the watershed.
Keywords : Groynes, Flow Pattern, Flow Velocity, Flow Direction

Abstrak: Kerusakan tebing (Erosi) yang terjadi disebabkan oleh gerusan pada pias sungai
Krueng Aceh di desa Lamsie karena didominasi oleh perubahan perilaku sungai akibat debit
banjir dan arah aliran. Proses perubahan geometri suatu sungai ini menjadi dipercepat atau
diperparah oleh kegiatan manusia yang secara terus menerus melakukan aktifitas penambangan
pasir serta batu di zona sungai yang tidak dibenarkan. Dari investigasi di lokasi tinjauan upaya
perlindungan tebing menggunakan konstruksi bronjong sudah pernah dibangun disepanjang
tebing sungai yang tererosi, namun bangunan tersebut belum mampu menahan gerusan air
sungai, sehingga konstruksinya kini runtuh. Untuk mencegah terjadinya erosi yang
berkelanjutan, alternatif lain adalah membuat bangunan krib. Perletakan konstruksi krib
dilakukan untuk membelokkan arus sungai ke arah belokan dalam, sehingga efek erosi tebing
dibelokan luar dapat tereduksi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bentuk pola aliran dan
kecepatan aliran pada kondisi existing dan 3 (tiga) skenario perletakan konstruksi krib pada 2
(dua) lokasi tinjauan, skenario pertama posisi krib tegak lurus aliran, skenario kedua krib
condong ke hulu dan skenario ketiga krib condong ke hilir. Kajian ini dilakukan dengan
mengidentifikasi kondisi sungai eksisting kemudian dianalisis secara simulasi pemodelan
menggunakan software Surface Modeling System (SMS) running RMA2. Panjang konstuksi
krib antara (8 – 10 meter) dengan jarak antara (interval) krib per (15 meter). Debit banjir 5
tahunan digunakan dalam simulasi, yang besarnya adalah 1067.00 m³/detik. Hasil simulasi
menunjukan posisi perletakan konstruksi krib tegak lurus terhadap aliran (00 – 50) atau
skenario 1 (satu) memberikan hasil yang efektif untuk diterapkan. Hasil ini diharapkan dapat
menjadi acuan dalam rangka membuat kebijakan tentang pelaksanaan pengamanan tebing dan
pengendalian daya rusak air di daerah Lamsie.

Kata kunci : Krib, Pola aliran, Surface water Modeling System (SMS.11.2)

Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 123


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Krib merupakan suatu bentuk pelindung pada sisi dalam belokan.


tebing yang digunakan untuk melindungi Erosi atau penggerusan terjadi akibat
tebing sungai dari bahaya gerusan lokal dan adanya turbulensi tambahan yang disebabkan
gejala meander karena arus, krib berfungsi oleh terganggunya aliran maupun arahnya.
mengarahkan arus (aliran) sungai. Krib adalah Akibatnya terjadi material dasar atau tebing

bangunan yang di mulai dari tebing sungai saluran yang hanyut atau bergerak terbawa

kearah tengah guna mengatur arah aliran oleh aliran. Untuk mengatasi erosi pada tebing

sungai, dan dapat berfungsi mengurangi dapat dilakukan dengan memakai dinding

kecepatan aliran sungai, mengendalikan arah penahan berupa; bronjong, krib maupun tiang
pancang.
sedimentasi dan dapat mengurangi dampak
kerusakan tebing sungai terhadap gerusan.
Karakteristik krib
konstruksi krib merupakan konstruksi
Berdasarkan tingkat permeabilitas krib
bangunan pengaman tebing, kontruksi ini diklasifikasikan menjadi 3 tipe konstruksi krib
dibuat jika palung sungai sudah terlanjur pada yaitu : krib permeabel, krib impermeabel dan
kondisi yang kurang menguntungkan dan krib semi impermeabel (Sosrodarsono dan
perlu diubah atau dikendalikan ke kondisi Tominaga, 1985 : 174).
yang lebih baik. Klasifikasi 3 (tiga) tipe konstruksi krib
Gerusan tebing yang terjadi pada tebing yaitu :
sungai Krueng Aceh di Desa Lamsie dalam
1. Krib Permeabel
keadaan tidak aman, untuk itu perlu dilakukan
Pada tipe permeabel air dapat mengalir
tindakan pengamanan tebing sungai pada
melalui krib.
penelitian ini pengamanan tebing dilakukan
2. Krib Impermeabel
dengan pemasangan konstruksi krib melalui
Krib tipe impermeabel disebut pula krib
simulasi pemodelan program surface water
padat, air sungai tidak dapat mengalir
modeling sistem (SMS 11.2) RMA2. Untuk
melalui tubuh krib.
megetahui pola aliran dan kecepatan aliran
3. Krib Semi - Permeabel
KAJIAN PUSTAKAN Krib semi permeabel ini berfungsi ganda
Gaya sentrifugal pada belokan akan yaitu sebagai krib permeabel dan krib
menyebabkan timbulnya arus melintang padat. Biasanya bagian yang padat terletak
sungai yang selanjutnya bersama dengan di sebelah bawah dan berfungsi sebagai
aliran utama akan membentuk aliran pondasi.
helicoidal. Besarnya kecepatan arus melintang
ini berkisar antara 10% - 15% dari kecepatan Pemilihan tipe krib

arah utama aliran, Dengan demikian pada Tipe krib yang cocok untuk suatu lokasi
sungai yang bermeander Erosi akan terjadi harus ditentukan berdasarkan keadaan sungai
pada sisi luar belokan dan pengendapan terjadi pada lokasi tersebut dengan memperhatikan
124 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

tujuan pembuatannya (Sosrodarsono dan = percepatan gravitasi (m/dt2).


Tominaga, 1985 : 185). Tipe krib ditetapkan Tabel 1. Nilai antara panjang dan interval krib
berdasarkan fungsi hidrolika dari krib. Dalam Hubungan antara
Lokasi pembuatan interval (Lk) dan
proses penentuan tipe krib diperlukan hal-hal krib di sungai panjang (lk)
sebagai berikut : Bagian lurus Lk = (1,7-2,3) lk
Belokan luar Lk = (1,4-1,8) lk
a. Krib permeabel yang rendah dengan
Belokan dalam Lk = (2,8-3,6) lk
konsolidasi pondasi biasanya cukup me-
madai untuk melindungi tebing sungai.
b. Formasi krib
b. Krib tidak cocok untuk sungai yang sempit
Formasi krib yang umumnya diterapkan
alurnya atau untuk sungai-sungai kecil.
yaitu tegak lurus aliran, condong kearah hulu,
c. Krib permeabel bercelah besar seperti krib
condong kearah hilir dan kombinasi.
tiang pancang sangat sesuai untuk sungai-
sungai yang arusnya tidak deras.
d. Kombinasi krib tipe rangka dan
konsolidasi pondasi tipe beton blok bi-
asanya cocok untuk sungai yang arusnya
deras.
Gambar 1. Formasi krib dan proses
Perencanaan krib penggerusan-pengendapan pada
dasar sungai
a. Jarak antar krib
Jarak (interval) krib biasanya ditetapkan Sudut-sudut yang paling cocok antara

sedemikian rupa sehingga arus sungai diujung arah aliran dan sudut sumbu krib untuk

krib yang lebih hulu dapat diterima oleh krib berbagai krib (Sosrodarsono dan Tominaga,

yang dilindungi disebelah hilir krib pertama 1985 : 178).

tersebut. Pada bagian-bagian sungai yang Tabel 2. Arah aliran dan sudut sumbu krib

airnya dalam kemungkinan dapat terjadi Lokasi Pembu- Arah aliran dan sudut
atan krib di sumbu krib θ
pukulan air (water hammer), (Sosrodarsono sungai

dan Tominaga, 1985 : 179), untuk menghitung Bagian lurus 10o – 15o

jarak antar krib digunakan persamaan sebagai Bagian luar 5o – 15o

berikut : Bagian dalam 0o – 10o

Ce 2 h (1)
Lk < ¥ c. Tinggi krib
2g
Lebih efisien apabila elevasi mercu krib
dimana Lk = interval/jarak antar krib (m) ; dapat dibuat serendah mungkin, ditinjau dari
¥ = parameter empiris ( @ 0,6); Ce = segi keamanan terhadap gaya-gaya yang berat
koefisien Chezy (m1/2/dt) ( @ 45 untuk sungai); dari arus sungai. Elevasi mercu ujung krib
h = mean (nilai rata-rata) kedalaman air (m); g sebaiknya sekitar 0,5 - 1,0 m diatas permukaan
Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 125
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

air rendah (rata-rata permukaan air rendah). current meter, pelampung, atau peralatan lain.
Dari hasil pengamatan diperoleh angka Pengukuran kecepatan arus dengan current
perbandingan antara tinggi krib dan meter adalah yang paling banyak dilakukan.
kedalaman air banjir (angka hg/H) sekitar 0,2- Ada dua tipe alat ukur yaitu tipe mangkok
0,3. (Price-cup Current Meter) dan baling-baling
(Propeller Current Meter). Pengukuran
dilakukan di beberapa titik pada vertikal, yang
selanjutnya dievaluasi untuk mendapatkan
kecepatan rerata.

Tabel 3. Penentuan kedalaman pengukuran dan


perhitungan kecepatan aliran
Kedalaman Perhitungan
Kedalaman
Sungai Kecepatan
Gambar 2. Hubungan antara tinggi krib dan Pengukuran
(m) (Rata – rata)
kedalaman air sungai disaat
terjadinya banjir. 0 – 0,6 m 0,6 d V = V0,6

d. Panjang krib 0,6 – 3 m 0,2 d dan 0,8 d V = 0,5 (V0,2 + V0,8)

Panjang krib ditetapkan secara empiris


V = 0,25 (V0,2 + V0,6 +
3–6m 0,2 d, 0,6 d dan 0,8 d
(tanpa menggunakan aturan khusus), hanya V0,8)

dengan perkiraan semata-mata dan didasarkan V = 0,1 (VS + 3V0,2 +


> 6m S, 0,2 d, 0,6 d 0,8 d dan B
2V0,6 + 3V0,8 + Vb)
pada pengamatan data sungai yang
bersangkutan, antara lain situasi sungai, lebar Pengukuran Debit
sungai, kemiringan sungai, debit banjir, Debit aliran dapat diperoleh dengan
kedalaman air sungai, debit normal, bahan perhitungan mengalikan luas penampang
yang terdapat didasar sungai, kondisi aliran dan kecepatan aliran. Kedua parameter
disekeliling sungai serta pengalaman- tersebut dapat diukur pada suatu penampang
pengalaman pada sungai tersebut atau sungai
melintang di sungai. Luas penampang aliran
yang dimensi serta perilakunya hampir sama
diperoleh dengan mengukur elevasi per-
(Sosrodarsono dan Tominaga, 1985 : 178-
mukaan air dan elevasi dasar sungai.
179). Untuk menghitung panjang krib
Kecepatan aliran diukur dengan
digunakan persamaan sebagai berikut :
menggunakan alat ukur kecepatan seperti

Lk £ 10% B (2) current meter, pelampung, atau peralatan lain.


Menghitung Debit aliran menggunakan
Dimana ; rumus sebagai berikut :
lk = panjang krib (m);
B = lebar sungai (m) Q=AxV (3)

Pengukuran Kecepatan Aliran


Dimana :
Pengukuran kecepatan air dapat dil- A = luasan dari setiap pias;
akukan secara langsung dengan menggunakan V = kecepatan rerata di setiap pias.

126 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Rating Curve (lengkung aliran) untuk menghitung proses hidrodinamika aliran


Rating curve (lengkung aliran) adalah dua dimensi pada rerata kedalaman (depth
kurva yang menunjukkan hubungan antara averaged). Perangkat lunak Surface water
tinggi muka air sungai (m) dan besarnya debit Modeling System (SMS) merupakan running
aliran pada lokasi penampang sungai tertentu. execution program (Boss SMS, 1995)
sehingga debit dapat diduga melalui ukuran
Model numeris RMA2
tinggi muka air. Pengukuran tinggi muka air
Persamaan yang menggambarkan aliran
merupakan langkah awal dalam pengumpulan
disungai, estuary dan badan air yang lain
data aliran sungai, Titik tinjauan penampang
didasarkan pada konsep klasik konservasi
sungai (cross section) digunakan sebagai
massa dan momentum. Persamaan aliran 2-D
koreksi informasi tinggi muka air banjir yang
horizontal (depth averaged) diturunkan
terjadi pada sungai yang menghasilkan debit.
dengan mengintegrasikan persamaan tiga
Metode penentuan lengkung aliran
dimensi transport massa dan momentum
(rating curve) adalah sebagai berikut :
terhadap koordinat vertikal dari dasar sampai
1. Metode logaritmik
permukaan air, Dengan asumsi bahwa
2. Metode analitik
kecepatan dan percepatan vertikal diabaikan.
Surface Water Modelling System (SMS) Persamaan kontinuitas dan momentum arah
Surface water Modeling System (SMS) sumbu x dan y untuk dua dimensi rata-rata
meupakan program yang dirancang untuk kedalaman dapat dituliskan seperti pada per-
dapat menyelesaikan secara terpadu terhadap samaan 4 hingga persamaan 6 (Boss SMS,
persamaan-persamaan aliran dinamik dan 1995) :
transportasi sedimen dua dimensi horizontal. Dimana h = kedalaman (m); u,v =
Untuk menggambarkan analisis aliran di kecepatan pada arah sumbu x dan y (m/det);
sungai digunakan program RMA 2, Dalam x,y,t = koordinat Cartesian dan waktu; ρ=
penyelesaian masalah transportasi sedimen rapat massa zat cair; g = percepatan gravitasi;
maka analisisnya melibatkan dua buah sub g = percepatan gravitasi; E = koefisien Eddy
program yaitu RMA 2 dan SED2D-WES. Viscositas, untuk xx adarah arah normal pada
RMA 2 merupakan sub program untuk sumbu x, untuk yy adalah arah normal pada
penyelesaian persamaan dinamik aliran dua sumbu y, untuk xy dan yx adalah arah shear
dimensi dan SED2D-WES untuk penyelesaian pada tiap-tiap permukaan; a = elevasi dasar; n
persamaan transportasi sedimen. = nilai kekasaran Manning; 1.486 = konversi
dari unit metric ke English unit; ς = koefisien
Model matematis aliran dua dimensi
gesekan angin; Va, ψ = kecepatan angin dan
Salah satu modul perangkat lunak BOSS
arah angin; ω, Ø = tingkat rotasi anguler bumi
Surface water Modeling System (SMS) yaitu
dan latitude lokal.
RMA versi 11.2, Merupakan model numeris
Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 127
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

literatur dan pengumpulan data. Data yang


(4)
digunakan meliputi data sekunder dan data
primer.

Data sekunder
Data sekunder adalah data yang
(5)
diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera
I (BWSS I) hasil penelitian terdahulu pada
DAS Krueng Aceh. Data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi peta DAS Sungai

(6) Krueng Aceh data dan perhitungan debit banjir


rencana dan periode ulang (Q2, Q5, Q10, Q25,
Q50 dan Q100),

Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh
berdasarkan pengukuran di lapangan.
Pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran
topografi dan Hidrometri.

Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan pada penelitian ini
meliputi Alat yang dipergunakan adalah :
1. Theodolite
2. Waterpas (Auto level)
3. Echo sounder (GPS Map)
Gambar 3. Sistem koordinat dan variabel yang
dipakai (a) dan kecepatan rata-rata 4. Hand GPS
kedalaman pada arah sumbu x (b).
5. Rambu ukur 4 meter
METODE PENELITIAN 6. Current meter
Metode penelitian kajian perletakan krib 7. Stopwatch
pada aliran sungai Krueng Aceh ini meliputi 8. Pelampung dan Tali (tambang)
pengumpulan data, pekerjaan persiapan, 9. Perahu (Boat)
pekerjaan lapangan, analisis data dan
Pekerjaan Lapangan
penyajian hasil simulasi model Surface Water
Pekerjaan lapangan dilakukan pada aliran
Modeling system (SMS 11.2) RMA2.
sungai kr.ueng Aceh sepanjang ± 1 km,

Pengumpulan Data penelitian yang penulis lakukan hanya di Desa

Penelitian ini dimulai dengan studi Lamsie Kec. Cot Gle Kab. Aceh Besar.

128 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Pekerjaan yang dilakukan berupa pengukuran, pengukuran hidrometri dengan 3 (tiga) pen-
yang terdiri dari pengukuran topografi dan ampang sungai.

POTO NG AN MEL INT ANG - (Pias Hulu)

Bak Ukur
55

50
MAN
45

A-20 40

Bi d . Per s + 35. 00 m

4 6 .6 8 8

4 5 .9 1 2

5 3 .7 5 8
5 2 .11 2

4 6 .08 5

4 6 .57 2

4 6.7 1 2

4 5.8 7 7

6 5 .41 2

6 5.5 0 2
52 .1 03

52 .1 75

46 .7 15

47 .2 55

47 .4 52

46 .8 15

50 .12 4
E lev a si (m )

J ar ak (m ) 10.0 20 14 .020 6.7 30 18.4 10 11 .370 3 .980 9.640 4.78 0 1 6.920 6.3 40 9 .140 4. 960 4.9 80 4. 480 2 5.39 0 7.8 60

POT ONGAN ME LINTANG - (Pias T engah)

55

50
Bak Ukur

45
MAN

A- 0 40

Bid. Pe rs + 3 5. 0 0 m
51.466

48.216

43.917

42.152

42.514

2.36 49.750

51.815
52. 216

2.06 48. 862

44. 855

44. 689
52.469

43.512

42.358

46.715
1.84 49.215
1 .5749.364

49.985

52.012
El evasi (m)

Jara k (m) 15.610 7.560 7. 230 4. 22 4.21 5. 190 6.9 70 10. 100 8. 390 5. 740 3. 99 4.59 9. 93 10.0 1

POT ONGAN MEL INTANG - (Pias Hi lir)

55
Bak Ukur
50

45
M AN
C - 20 40

Bi d. P er s + 35. 00 m
4 1 .4 0 1

4 4 .3 8 9

5 3 .9 2 3

5 3 .6 0 2
4 9.8 9 6

4 7.8 1 5

4 6 .58 9

4 6 .71 5

4 7 .56 8

4 5 .7 15

4 5.5 1 2

4 1 .71 6

4 1 .82 2

4 5 .7 15
47 .8 15

46 .4 15

Ele v as i ( m )

Ja ra k (m ) 10.1 30 4. 03 3.2 3 1 4.1 80 1 8.2 30 7.0 50 1 4.98 0 19 .760 8.8 90 6 .520 6 .740 4 .060 6.4 00 6 .470 28 .270

Gambar
Gambar 3.2 :4.Penampang
Penampang sungai pengukuran
sungai lapangan
pen gukuran lapangan
X. 779500

X. 779650

X. 779800

X. 779950

X. 780100

X. 780250

X. 780400

U
Y. 597000

5 0.0

4 5.0

ACEH
KRUE NG KETERANGAN
4 5.0

Desa yang telah ada


E xistin g village
Y. 596850
Sawah
Ricefie ld

P ohon kelapa
Coco nut trees

K ebun campuran
Mixed a griculture

K ola m ikan
Fish po nd (fresh water)

0.0
Makam / kub uran (islam)
5

Gra fe s / ce metery

Mesjid, g ereja, klenteng

Y. 596700 Mosq ue, ch urch, temple

S ema k b elu kar

Bangunan

Garis tin ggi


Contour
5 0.0

S ALURAN
5 0.0

River

KR A liran
UE
N Flo w dire ction
G
AC
EH Titik p olig on
Y. 596550
Tra ve rse point

GAMBAR

SITUASI SUNGAI
KRUENG ACEH - DESA LAMSIE
0
5.
5

0
0.

KAB. ACEH BESAR


6

0
5.
6

Y. 596400
SKALA GAMBAR

1 : 3000

DIGAMBAR OLEH :
ACEH

6 5.0
NG
KRUE

6 0.0

RISWAN
5 5.0
0

Y. 596250

Tahun - 2015
5 0.0

5 0.0

Gambar 5. Topografi (situasi) sungai pengukuran lapangan.

Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 129


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Analisa Data Program surface water modeling sistem


Data-data yang telah diperoleh (SMS 11.2) memiliki estimasi errornya sendiri
selanjutkan diinput ke dalam program Surface dan perlu adanya pengkalibrasian dari hasil
Water Modeling Sistem (SMS 11.2), Data-data simulasi yang dilakukan.
tersebut digunakan untuk melihat pola aliran
Perhitungan dan pengukuran di
pada sungai Krueng Aceh di Desa Lamsie
lapangan
yang bertujuan untuk mengetahui pola aliran
Perhitungan, pengukuran topografi, dan
dan kecepatan aliran yang berdampak pada
pengukuran hidrometri dilakukan dengan
gerusasan ditebing sungai. Dari hasil analisa
menggunakan data hasil pengukuran di la-
data digambarkan suatu pola aliran dan
pangan yang selanjutnya diplotkan kedalam
kecepatan aliran yang memperlihatkan arah
program Surfer untuk mendapatkan garis-
aliran terhadap tebing sungai dengan
garis kontur, hasil perhitungan dan penggam-
menggunakan Persamaan 1 sampai Persamaan
baran selanjutnya diinput ke dalam program
6, hasil simulasi running program surface wa-
surface water modeling sistem (SMS 11.2)
ter modeling sistem (SMS 11.2) RMA2
RMA2 sehingga didapat hasil simulasi pemod-
dibandingkan berdasarkan pola aliran existing
elan pola aliran dan kecepatan aliran kondisi
dan pola aliran dari 3 (tiga) skenario
existing dan kondisi terhadap beberapa ske-
perletakan konstruksi krib pada aliran sungai
nario posisi perletakankonstruksi krib di aliran
di sekitar pilar jembatan dan belokan luar
sungai yang bertujuan untuk pengamanan
ditebing sungai dari data pengukuran (primer)
tebing pada aliran sungai Krueng Aceh di De-
dan data sekunder yang diperoleh
sa Lamsie.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perhitungan debit banjir rencana
Data hasil pengukuran yang ditampilkan
Perhitungan debit banjir rencana meng-
berupa peta kontur yang diperoleh dengan
gunakan hasil perhitungan pada penelitian
menggunakan program Surfer dan cross
terdahulu di DAS Krueng yang diperoleh dari
section dengan menggunakan program PCLP
Balai Wilayah Sungai Sumatera – I (BWSS-I)
(Plan Cross Section and Longitudinal Profile
menggunakan data curah hujan harian dari
Program). Pembahasan akan dilakukan
tahun 1993 sampai dengan tahun 2011 dengan
berdasarkan hasil simulasi pemodelan dengan
perhitungan metode Haspers, metode Rasional,
program Surface Water Modeling Sistem
dan metode Rasional Jepang. Data curah hujan
(SMS 11.2) terhadap pola aliran dan kecepatan
harian yang digunakan diperoleh dari pen-
aliran yang terjadi pada 2 (dua) lokasi tinjauan
catatan pada Stasiun Badan Meteorologi,
dengan melakukan 3 (tiga) skenario perletakan
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Blang
konstruksi krib pada tebing sungai Krueng
Bintang Aceh Besar.
Aceh .

130 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Tabel 4. Debit banjir rencana sungai Krueng impermeabel dengan konstruksi yang terbuat
Aceh metode rasional
Periode 2 5 10 25 50 dari
100 bronjong batu. Pemilihan bronjong batu
Ulang
(thn) sebagai bahan utama konstruksi krib karena
Debit 845,61 1067,00 1195,28 1341,31 1440,77 1532,89
pada lokasi mudah didapat sehingga tidak
Banjir
Rencana perlu mendatangkan material dari luar lokasi
(m3detik)
atau dari tempat yang jauh. Penempatan
Analisis Rating Curve Konstruksi krib diletakan pada aliran sungai
Analisis rating curve menunjukkan Krueng Aceh yang terletak di desa Lamsie.
hubungan antara tinggi muka air dengan debit Konstruksi krib diletakan pada bagian tengah
banjir rencana berdasarkan periode ulang pada dari lokasi studi disekitar pilar jembatan bailey
lokasi penampang sungai tertentu. Lokasi titik sepanjang ± 120 meter (section A.4 sampai
tinjauan pengukuran penampang sungai section A.0) dan dibagian hilir didaerah
berada di aliran sungai krueng Aceh di desa belokan luar sungai sepanjang ± 110 meter
lamsie kabupaten Aceh Besar, pengukuran (section C.12 sampai section C.16)mulai dari
dilakukan dengan 3 pias penampang terdiri section A.0 sampai section C.20. Pemilihan
dari pias hulu, pias tengah dan pias hilir. lokasi ini bertujuan untuk melindungi tebing
Dari Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8 sungai dari gerusan air yang terjadi ketika
dapat dilihat perbandingan tinggi muka air banjir.
3
dengan debit 1067.00 m /detik (Q5). Hasil perhitungan pada tabel 5 diplotkan
ke dalam Gambar situasi dan cross section dari
Konstruksi krib
hasil data pengukuran.
Jenis krib yang dipilih adalah krib

Gambar 6. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Ds. Lamsie (Pias hulu)

Gambar 7. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Ds. Lamsie (Pias Tengah)
Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 131
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Gambar 8. Rating curve aliran sungai Kr. Aceh Ds. Lamsie (Pias Tengah)
Tabel 5. Perencanaan konstruksi krib
No Panjang dasar Jarak Antar Tinggi Pangkal Krib Tinggi Ujung Krib Total Tinggi Krib
Krib Krib (m) Krib (m) di atas air (m) di atas air (m) dasar sungai
I II III IV V VI
Bagian Tengah (Pilar Jembatan Bailey
1 7.88 15.00 0.75 0.50 2.76
2 9.88 15.00 0.75 0.50 2.76
3 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
4 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
5 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
6 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
7 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
Bagian Hilir (Belokan Luar)
1 9.88 15.00 0.75 0.50 2.76
2 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
3 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
4 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
5 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
6 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76
7 11.88 15.00 0.75 0.50 2.76

55

50

45 + 45.230 (MAN)

A-0 40

Bid. Pers + 35.00 m


52.469

52.216

51.466
2.060 48.862

48.216

44.855

43.917

43.512

42.358

42.152

42.514

44.689

46.715
1.840 49.215
1.570 49.364
2.360 49.750

49.985

52.012

51.815

Elevasi (m)

Jarak (m) 15.610 7.560 7.230 4.2204.210 5.190 6.970 10.100 8.390 5.740 3.990 4.590 9.930 10.010

55 55

54

53

52

51

50

45 + 44.020 (MAN)

C - 10 40

Bid. Pers + 35.00 m


51.862

51.565

47.653

47.516

47.129
1.92 45.514
2.94 45.012

42.766

42.401

42.810

44.768

44.915

44.822
2.72 42.768

42.398

42.415

44.126
2.95 44.915

46.716

54.052

54.512

Elevasi (m)
3.37

3.51

30.500 4.400 7.380 9.980 5.270 5.700 6.160 8.530 8.590 6.320 4.370 7.570 24.010
3.10

Jarak (m)

55 55

54

53

52

51

50

45 + 42.80 (MAN)
C - 20 40
47.568

Bid. Pers + 35.00 m


46.589
49.896

47.815

47.815

46.415

46.715

45.715

45.512

41.716

41.401

41.822

45.715

53.602
44.389

53.923

Elevasi (m)
4.030

3.230

Jarak (m) 10.130 14.180 18.230 7.050 14.980 19.760 8.890 6.520 6.740 4.060 6.400 6.470 28.270

Gambar 9. Crossn Section sungai Kr. Aceh Ds. Lamsie (Pias hulu - Pias Tengah – Pias Hilir)

132 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

Analisa pola aliran dan Kecepatan Ali- letakan krib didapat posisi konstruksi krib

ran dapat mengalihkan aliran sungai ke arah badan

Berdasarkan simulasi pemodelan0 dari 0 sungai sehingga tebing sungai bisa dilindungi
Skenario 1 (α 0 –10 )dari gerusan.
Surface water modeling sistim (SMS 11.2)
RMA2 perbandingan arah aliran dan kecepatan Untuk melihat pola aliran yang terbentuk

aliran pada Kondisi existing aliran sungai dari hasil simulasi pemodelan surface water
0 sungai se-
0
Skenario 0 1ke0(α
mengarah langsung
Skenario 1 (α 0 –10 )
0
arah tebing –10 ) modeling sistem (SMS 11.2) RMA2 yang ter-
Mesh Module
jadi pada aliran sungai Krueng Aceh di Desa
hingga mengakibatakan terjadinya gerusan
(erosi) pada tebing tersebut dari hasil per- Lamsie. terlihat pada Gambar 10 dan 11. Velocity

Arc.3

Arc.1
Arc.3 Arc.3
Arc.2

Arc.1 Arc.1
Arc.2 Arc.2

(a)

(b)

Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 133


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Mesh Module
Velocity

c.1

Skenario 1 (α 00 –100)
(c)
0 0
Skenario 1 (α 0 –10 ) Arc.2
Gambar 10. (a,b,c) Hasil simulasi pola aliran perletakan krib pada aliran sungai Krueng Aceh di Lokasi
Sekitar Jembatan (Pias tengah) Mesh Module
Arc.1 Velocity
Arc.2
Arc.2

Arc.1 Arc.1

Arc.3

Arc.3

(a)

(b)
134 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016
Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala
Mesh Modu
Velocity

c.2

Arc.1

(c)

Gambar 11. (a,b,c) Hasil simulasi pola aliran perletakan krib pada aliran sungai Krueng Aceh. di Lokasi
dibelokan luar (pias hilir)

Dari analisa Gambar tersebut dapat penampang sungai 37.003 m2 dan debit
ditarik kesimpulan bahwa pola aliran yang sungai 10.660 m3/detik.
terjadi pada aliran sungai Krueng Aceh di De- 3. Peletakan Konstruksi krib dilakukan 3
sa Lamsie dengan adanyan perletakan krib (tiga) skenario, hasil simulasi surface water
dapat mengalihkan arah aliran ke badan sungai modelling system (SMS 11.2) RMA2
sehingga tebing sungai dapat terhindar dari posisi Perletakan konstruksi krib skenario 1
gerusan (erosi). (satu) dengan posisi perletakan konstruksi
krib tegak lurus terhadap aliran (00 – 50)
KESIMPULAN
lebih efektif diterapkan pada aliran sungai
Berdasarkan hasil pengukuran dan si-
krueng aceh di desa lamsie.
mulasi terhadap data yang didapat dari pene-
4. Hasil simulasi surface water modelling
litian kajian perletakan krib pada aliran sungai
system (SMS 11.2) RMA2 di ketahui
Krueng Aceh maka dapat diambil beberapa
kesimpulan dan saran seperti uraian berikut ini. bahwa pola aliran yang terbentuk dari
perletakan konstruksi krib sangat aman
1. Hasil perhitungan konstruksi krib didapat
bagi tebing.
untuk panjang krib sebesar 8.00- 10.00
5. Hasil simulasi surface water modelling
meter dan jarak antar krib sebesar 15.00
system (SMS 11.2) RMA2 di ketahui
meter.
bahwa perletakan konstruksi krib
2. Hidrometri pada penampang sungai mengakibatkan pola aliran yang terbentuk
Krueng Aceh desa Lamsie kecepatan aliran mengarah kebadan sungai sehingga tebing
rerata 0.288 m/detik, dengan luas disekitarnya terhindar dari gerusan.

Volume 6, Nomor 2, Januari 2016 - 135


Jurnal Teknik Sipil
Universitas Syiah Kuala

DAFTAR KEPUSTAKAAN drologi Terapan, KMTS, Yogya-


Anonim 1, 2015, Peraturan Menteri karta.
Pekerjaan Umum dan Perumahan Triatmodjo, B, 1996, Hidrolika II, Beta
Rakyat No. 10/PRT/M/2015 ten- Offset, Yogyakarta
tang Rencana dan Rencana Teknis Triatmodjo, B, 2008, Hidrologi Terapan,
Tata Pengaturan Air dan Tata Beta Offset, Yogyakarta
Pengairan, Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim 2, 2012, Keputusan Presiden Re-
publik Indonesia Nomor : 12 tahun
2012 tentang Penetapan Wilayah
Sungai, Jakarta.
Anonim 3, 2011, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor : 38
tahun 2011 tentang Sungai, Re-
publik Indonesia, Jakarta.
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengel-
olaan Daerah Aliran Sungai. Yog-
yakarta, UGM Press.
Harto, S., 1981, Mengenal Dasar
Hidrologi Terapan, Biro Penerbit
Keluarga Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Gajah Mada, Yogy-
akarta.
Loebis, J., Soewarno dan Suprihadi., 1993,
Hidrologi Sungai, Yayasan Badan
Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Loebis, J., 1992, Banjir Rencana untuk
Bangunan Air, Yayasan Badan
Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Soemarto, C.D. 1995. Hidrologi Teknik.
Erlangga, Jakarta.
Sri Harto, Br., 2000, Hidrologi, Teori, Ma-
salah, Penyelesaian, Nafiri Offset,
Yogyakarta.
Sri Harto Br., 1981, Mengenal Dasar Hi-

136 - Volume 6, Nomor 2, Januari 2016

S-ar putea să vă placă și