Sunteți pe pagina 1din 24

A.

PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi pada paru-paru dan kadang pada struktur-struktur
disekitarnya, yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosis (Saputra, 2010). Sedangkan
menurut Rubenstein, dkk (2007), Tuberkulosis (TB) adalah infeksi batang tahan asam-alkohol
(acid-alcohol-fast bacillus/AAFB) Mycrobacterium tuberkulosis terutama mengenai paru,
kelenjar getah bening, dan usus. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang biasanya
menyerang organ parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu
penyakit infeksius yang menyerang paru-paru biasanya ditandai oleh pembentukan granuloma
dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari
penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
Menurut Depkes (2007) Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. TB paru adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang
parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia melalui droplet (bersin, batuk dan berbicara)
yang dapat menyerang lewat udara dari penderita ke orang lain.

B. ETIOLOGI

Penyebab tuberkulosis adalah mycrobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk


batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um (Amin dan Asril, 2007).

C. TANDA DAN GEJALA


1. Demam
2. Batuk/batuk berdahak
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Malaise
(Tierney, 2002)
D. PATOFISIOLOGI
Virus masuk melalui saluran pernapasan dan berada pada alveolus. Basil ini langsung
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit memfagosit bakteri namun tdak membunuh,
sesudah hari-hari pertama leukosit diganti dengan makrofag. Alveoli yang terserang mengalami
konsolidasi. Makrofag yeng mengadakan infiltrasi bersatu menjadi sel tuberkel epiteloid.
Jaringan mengalami nekrosis keseosa dan jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa dan
membentuk jaringan parut kolagenosa, Respon radang lainnya adalah pelepasan bahan tuberkel
ke trakeobronkiale sehingga menyebabkan penumpukan sekret. Tuberkulosis sekunder muncul
bila kuman yang dormant aktif kembali dikarenakan imunitas yang menurun (Price dan Lorraine,
2007; Amin dan Asril, 2007).

E. Pathway
F. Manifestasi Klinis
Menurut Alsagaff dan Mukty (2006) tanda dan gejala tuberkulosis dibagi atas 2 (dua)
golongan yaitu gejala sistemik dan gejala respiratorik.
a. Gejala Sistemik adalah:
1) Badan Panas
Panas badan merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, sering kali panas badan
sedikit meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau menjadi lebih
tinggi bila proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya
hangat atau muka terasa panas.
2) Menggigil
Menggigil dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti
pengeluaran panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi
umum yang lebih hebat.
3) Keringat Malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru.
Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang
dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan
sakit kepala timbul bila ada panas.
4) Malaise
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun, maka dapat terjadi rasa tidak enak badan,
pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah.
b. Gejala Respiratorik
1) Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronchus. Batuk mula-mula
terjadi oleh karena iritasi bronchus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronchus,
batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-
produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.
2) Sekret
Suatu bahan yang keluar dari paru sifatnya mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit,
kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning atau kuning hujau sampai purulen dan
kemudian berubah menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan dan perlunakan.
3) Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala ini
dapat bersifat lokal atau pleuritik.
4) Ronchi
suatu bunyi tambahan yang terdengar gaduh terutama terdengar selama ekspirasi disertai
adanya sekret.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis pada pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin ( LED normal atau meningkat,limfositosis)
3. Foto thoraks PA dan lateral.gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
c. Adanya kavitas, tunggal atau ganda
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru
e. Adanya klasifikasi
f. Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
g. Bayangan milier
4. Pemeriksaan sputum BTA
pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
sensitif karena hanya 30-70 persen pasien TB yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini
5. Tes PAP (peroksidase anti peroksidase)
merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen imunoperoksidase
staning untuk menentukan adanyan IgG spesifik terhadap basil TB
6. Tes mantoux / tuberkulin
7. Teknik polymerase chain reaction
deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplifikasi dalam berbagai tahap sehingga
dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat
mendeteksi adanya retensi.
8. Becton Dickinson Diagnostik Instrumen System (BACTEC)
deteksi grouth index berdasarkan CO2 yang di hasilkan dari metabolisme asam lemak
oleh M. Tuberculosis
9. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
deteksi respon humoral memakai antigen-antibody yang terjadi. Pelaksanaannya rumit
dan antibody dapat menetap dalam waktu lama sehingga menimbulkan masalah.

H. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.Obat utama yang dipakai dalam terapi Tuberculosis Paru antara lain sebagai berikut :
1. Rifampisin
Rifampisin ; 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau (BB > 60 kg : 600 mg,
BB 40-60 kg : 450 mg, BB < 40 kg : 300 mg, Dosis intermiten 600 mg / kali)
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada penderita agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah :
a. Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang
b. Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang kadang diare
c. Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
2. Isoniazid (INH)
Dosis yang diberikan untuk obat INH adalah 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg
BB 3 Xseminggu, 15 mg/kg BB 2 X semingggu atau (300 mg/hariuntuk dewasa. lntermiten : 600
mg / kali).
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunanpada syaraf tepi, kesemutan,
rasa terbakar di kaki dan nyeriotot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksindengan
dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin Bkompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan
dapatditeruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensipiridoksin (syndrom pellagra).
Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbulpada kurang lebih 0,5%
penderita. Bila terjadi hepatitisimbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatansesuai
dengan pedoman TB pada keadaan khusus.
3. Pirazinamid
Obat ini digunakan pada saat fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 Xsemingggu,50
mg /kg BB 2 X semingggu atau :BB > 60 kg : 1500 mg, BB 40-60 kg : 1 000 mg, BB < 40 kg :
750 mg
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat(penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus).Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadangkadangdapat
menyebabkan serangan arthritis Gout, hal inikemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi
danpenimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksidemam, mual, kemerahan dan reaksi
kulit yang lain.
4. Streptomisin
Pada obat streptomisin ini di berikan dosis 15mg/kgBB atau (BB >60kg : 1000mg, BB 40
- 60 kg : 750 mg, BB < 40 kg : sesuai BB). Efek samping utama adalah kerusakan syaraf
kedelapanyang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.Risiko efek samping tersebut
akan meningkat seiring denganpeningkatan dosis yang digunakan dan umur penderita.
5. Etambutol
Untuk obat ini diberikan fase intensif dengan dosis 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg
BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 Xseminggu atau : (BB >60kg : 1500 mg, BB 40
-60 kg : 1000 mg, BB < 40 kg : 750 mg, Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali).
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatanberupa berkurangnya ketajaman,
buta warna untuk warnamerah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okulertersebut
tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekaliterjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari
atau 30 mg/kgBB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatanakan kembali normal
dalam beberapa minggu setelah obatdihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada
anakkarena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi

I. Pengkajian
Tujuan dari pengkajian atau anamnesa merupakan kumpulan informasi subyektif yang
diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan masalah kesehatan yang
menyebabkan pasien melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Niman, 2013). Identitas
pasien yang perlu untuk dikaji meliputi:
a. Meliputi nama dan alamat
b. Jenis kelamin : TB paru bisa terjadi pada pria dan wanita
c. Umur: paling sering menyerang orang yang berusia antara 15 – 35 tahun.
d. Pekerjaan: Tidak didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pendapatan, jenis
pekerjaan
2.1.1 Pengkajian Riwayat Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang:
pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Lakukan pertanyaan yang
bersifat ringkas sehingga jawaban yang diberikan klien hanya kata “ya” atau “tidak”
atau hanya dengan anggukan kepala atau gelengan.
b. Riwayat Kesehatan Sebelumnya:
pengkajian yang mendukung adalah mengkaji apakah sebelumnya klien pernah
menderita TB paru atau penyakit lain yang memperberat TB Paru.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga:
secara patologi TB Paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakah
penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi
penularan di dalam rumah.
d. Riwayat Tumbuh Kembang:
Kelainan-kelainan fisik atau kematangan dari perkembangan dan pertumbuhan
seseorang yang dapat mempengaruhi keadaan penyakit seperti gizi buruk.
e. Riwayat Sosial Ekonomi:
Apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang yang likungan atau tempat
tinggalnya padat dan kumuh karena kebanyakan orang yang terkena TB Paru berasal
dari likungan atau tempat tinggalnya padat dan kumuh itu.
f. Riwayat Psikologi:
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada
tekanan psikologis berhubungan dengan sakitnya itu. Kita kaji tingkah laku dan
kepribadian, karena pada pasien dengan TB Paru dimungkinkan terjadi perubahan
tingkah laku seperti halnya berhubungan dengan aib dan rasa malu dan juga ada rasa
kekhawatiran akan dikucilkan dari keluarga dan lingkungan akibat penyakitnya
sehingga dapat mengakibatkan orang tersebut menjauhkan diri dari semua orang.

J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaaan umum
Keadaan umum pada klien dengan TB Paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu dinilai secara
umum tentang kesadaran klien yang terdiri dari compos mentis, apatis, somnolen, sopo,
soporokoma, atau koma. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan TB Paru
biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh secara signifikan, frekuensi napas
meningkat apabila disertai sesak nafas, denyut nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan dan tekanan darah biasanya sesuai
dengan adanya penyakit seperti hipertensi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada klien TB Paru meliputi pemeriksaan fisik umum per
sistem dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2
(Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone) serta pemeriksaan yang fokus
pada B2 dengan pemeriksaan menyeluruh sistem pernafasan.
Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
1. B1 (Breathing) : pemeriksaan fisik pada klien TB Paru merupakan pemeriksaan
fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.
Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang klien dengan TB Paru
biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk
dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada penyulit dari
Tb Paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan
rongga dada, pelebaran intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. TB Paru yang disertai
etelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat
penderitanya mengalami penyempitan intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.

Palpasi
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukan-meskipun tetapi tidak
spesifik-penyakit dari lobus atau paru. Pada TB Paru yang disertai adanya efusi pleura
masif dan pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea kearah berlawanan dari sisi
sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. TB Paru tanpa komplikasi
pada saat dilakukanpalpasi, gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang
antara kiri dan kanan.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika perawat meletakkan
tangannya di dada klien saat klien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh
penjalaran dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk membuat dinding
dada dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi konsonan.

Perkusi
Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien TB Paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang
sakit sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura.
Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas tambahan (ronkhi) pada sisi
yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi
di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop ketika
klien berbicara disebut sebagai resonan vokal.
2. B2 (Blood) : pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi :
Inspeksi : inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan fisik
Palpasi : denyut nadi perifer melemah
Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru dengan efusi pleura
masif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi : tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak
didapatkan.
3. B3 (Brain) : kesadaran biasanya compos mentis, ditemukan adanya sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pada pengkajian objektif, klien tampak
dengan wajah mringis, menangis,merintih, meregang, dan menggeliat. Saat
dilakukan pengkajian pada mata, biasanya didapatkan adanya konjungtiva anemis
pada TB Paru dengan hemoptoe masif dan kronis, dan sklera ikterik pada TB paru
dengan gangguan fungsi hati.
4. B4 (Bladder): pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Olek karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine
yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal
sebagai ekskresi karena meminum OBAT terutama rifampisin.
5. B5 (Bowel) : klien biasanya mengalami mual,muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
6. B6 (Bone) : aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB Paru.
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap,
dan jadwal olahraga menjadi tak teratur.
K. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Rontgen Thoraks
2. Pemeriksaan CT Scan
3. Radiologi TB paru militer
a. TB paru militer akut
b. TB paru militer subakut (kronis)
4. Pemeriksaan Laboratorium
L. Analisa Data
Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :
Pekerjaan : IRT
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Utama
Pada saat pengkajian pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak. Pengkajian fisik
didapatkan suara bunyi ronkhi di ½ lapang paru bawah. Frekueansi nafas 26 kali/menit.
Klien tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk. Klien juga mengatakan tidak
nafsu makan, mual, muntah. Klien kehilangan tonus otot, BB turun 11 kg, konjungtiva
anemis. P 30 x/menit, TD 90/60 mmHg, N 120 x/menit, S 37°C.
2. Riwayat Kesehatan Masalalu
Klien mengatakan bahwa dirinya tinggal dengan orang yang mengkonsumsi rokok 2
pak/hari selama 25 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ditemukan riwayat kesehatan keluarga

C. Pemeriksaan Fisik Head To Toe


1. Kepala : Bentuk kepala oval, kulit kepala tampak kering, rambut kasar
dengan distribusi tebal, tidak ada kelainan dibagian kepala
2. Mata : Bola mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva terlihat anemis
3. Mulut : Mukosa mulut kering, terlihat bernapas dari mulut, tampak
susah mengeluarkan dahak saat batuk
4. Thoraks
I : pergerakan dinding dada terlihat cepat pada saat bernapas, tidak
ada lesi dan memar
P : tidak ada pembengkakan di dada, fremitus tidak normal
P : bunyi paru pekak
A : bunyi paru ronkhi di ½ lapang paru bawah, kasar dan nyeri
5. Abdomen :
Hepar :
I : bentuk simetris, tidak adanya benjolan, tidak adanya jaringan
parut
P : tidak adanya nyeri tekan, tidak adanya pembengkakan, hepar
tidak teraba
P : bunyi hepar pekak/redap, dilakukan perkusi untuk mengetahui
batas dan batas bawah dari hepar
Limpa :
I : bentuk simetris, tidak adanya benjolan di daerah limpa
P : tidak ada nyeri tekan, tidak adanya pembengkakan, dan tidak
adanya penumpukan cairan
P : bunyi perkusi normal
Ginjal :
I : bentuk tidak simetris, tidak adanya benjolan, tidak adanya
Penumpukan cairan dibagian abdomen, tidak terdapat jaringan
parut dibagian abdomen
P : tidak terdapat nyeri tekan dibagian ginjal klien
P : bunyi perkusi pekak
6. Ekstremitas : kehilangan tonus otot, tidak ada kelainan bentuk di bagian
ekstremitas, kulit terlihat pucat dan kering
7. Secara keseluruhan klien terlihat kurus dan terjadi penurunan BB drastis

D. Pemeriksaan Penunjang
Data pemeriksaan penunjang berada di lampiran
Order Dokter
Rifampicin (R) 1 x 350 mg
Isoniazid (H) 1 x 300 mg
Etambutol (E) 1 x 500 mg
Pirazinamid (Z) 1 x 500 mg
Vit B6 3 x 1 tablet
Domperidon 3 x 10 mg
OMG 1 x 40 mg
Inhalasi vent : Nacl 1 : 1
E. Analisa Data
Data Fokus:
- Klien tampak susah untuk mengeluarkan dahak saat batuk
- Bunyi ronkhi di ½ lapang paru bawah
- Klien kehilangan tonus otot
- BB menurun 11 kg
- Konjungtiva terlihat anemis
- P 30 x/menit, TD 90/60 mmHg, N 120 x/menit, S 37°C
- Klien mengatakan sesak napas
- Klien mengatakan batuk berdahak
- Klien mengatakan tinggal dengan orang yang mengkonsumsi rokok 2 pak/hari
selama 25 tahun
- Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah
Asidosis respiratori terkompensasi penuh

Analisa Data
No Data Masalah Keperawatan
Data Subjektif
- Klien mengatakan sesak napas dan
batuk berdahak
- Klien mengatakan saat bernapas agak
dalam
Data Ojektif
- Klien tampak susah mengeluarkan
1 dahak saat batuk Ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Bunyi ronkhi di ½ lapang paru bawah
Data Tambahan
- Hasil rotgent paru member kesan
gambaran TB paru
- Kultur BTA (+)
- P 30 x/menit, TD 90/60 mmHg, N 120
x/menit, S 37°C
Data Subjektif
- Klien mengatakan tidak nafsu makan Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
2 - Klien mengatakan mual dan muntah
kebutuhan
Data Objektif
- BB ↓ 11 kg
- Konjungtiva klien terlihat anemis
- Klien kehilangan tonus otot

Data Subjektif
- Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan tidak nafsu makan,
Ketidakefektifian perfusi jaringan
3 mual dan muntah
Data Objektif (perifer)
- Konjungtiva klien terlihat anemis
- Klien kehilangan tonus otot
-
Data Subjektif
- Klien mengatakan masih sering batuk-
batuk dan susah mengeluarkan sputum
- Klien mengatakan tinggal dengan
orang yang mengkonsumsi rokok 2
pak/hari selama 25 tahun
4 Resiko penyebaran infeksi
Data Objektif
- Klien terlihat sering batuk-batuk
Data Tambahan
- Hasil rotgent paru member kesan
gambaran TB paru
- Kultur BTA (+)

F. Diagnose Keperawatan
1. Ketdakefektifan bersihan jalan napas b.d pus yang berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,
muntah dan batuk produktif
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan (perifer) b.d penurunan konsentrasi Hb dalam
darah
4. Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan jaringan atau terjadinya infeksi lanjutan
(penkes agar tidak tjd penularan infeksi)

G. Daftar Tindakan Keperawatan Yang akan dilakukan


1. Tindakan pertama yang akan dilakukan adalah pemeriksaan fisik lengkap
2. Pemasangan suction
3. Berikan Oksigen bila pernapasan kurang cukup
4. Pantau intake dan output
5. Jaga privasi klien, agar bakteri tidak menular
6. Kolaborasi dengan dokter tuberkulostatik, untuk kemajuan pengobatan secara
bakteriologis, radiologic, dan klinis
Rencana Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru-Paru
(Tujuan/Kriteria
N Diagnosa Aktivitas
Evaluasi) Intervensi NIC
o Keperawatan Keperawatan
Hasil NOC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan  Manajemen Pengkajian
bersihan jalan tindakan Jalan napas :  Kaji dan
napas b.d pus keperawatan selama memfasilitasi dokumentasikan
yang berlebihan 1x24 jam, klien kepatenan hal-hal berikut ini
akan: jalan napas :
Data Subjektif - Menunjukkan  Pengisapan - Kefektifan
- Klien Status jalan napas : pemberian
mengatakan Pernapasan: mengeluarkan oksigen dan
sesak napas Kepatenan Jalan sekret dari terapi lain
dan batuk Napas, dibuktikan jalan napas - Kefektifan obat
berdahak dengan indicator dengan resep
- Klien gangguan (1: memasukkan - Kecendrungan
mengatakan Sangat Berat, 2: sebuah katetetr pada gas darah
saat bernapas Berat, 3: Sedang, 4: pengisap arteri, jika
sangat dalam Ringan, 5: Tidak kedalam jalan tersedia
Data Ojektif Ada Gangguan) napas oral - Frekuensi,
- Klien tampak Kriteria Hasil: dan/atau trakea kedalaman, dan
susah  Kemudahan  Pengaturan upaya
mengeluarkan bernapas posisi : pernapasan
dahak saat  Pergerakan mengubah - Faktor yang
batuk sputum keluar posisi pasien berhubungan
- Bunyi ronkhi dari jalan napas atau bagian seperti nyeri,
di ½ lapang  Pergerakan tubuh pasien batuk tidak
paru bawah sumbatan keluar secara sengaja efektif, mukus
Data Tambahan dari jalan napas untuk kental, dan
- Hasil rotgent  Batuk efektif memfasilitasi keletihan
paru member  Mengeluarkan kesejahteraan  Auskultasi bagian
kesan secret secara fisiologi dan dada anterior dan
gambaran TB secara efektif psikologi posterior untuk
paru  Mempunyai  Pemantauan mengetahui
- Kultur BTA jalan napas yang pernapasan : penurunan atau
(+) paten mengumpulka ketiadaan ventilasi
- P 30 x/menit, n dan dan adanya suara
TD 90/60 - Menunjukkan mengananlisis napas tambahan
mmHg, N Status data pasien  Pengisapan jalan
120 x/menit, Pernapasan: untuk napas (NIC) :
S 37°C Ventilasi, memastikan - Tentukan
dibuktikan dengan kepatenan kebutuhan
indicator gangguan jalan napas pengisapan oral
(1: Sangat Berat, 2: dan pertukaran atau trakea
Berat, 3: Sedang, 4: gas yang - Pantau status
Ringan, 5: Tidak adekuat oksigen
Ada Gangguan)  Bantuan (tingkat SaO²
Kriteria Hasil: ventilasi : dan SvO²) dan
 Pergerakan udara meningkatkan status
masuk dan pola napas hematodinamik
keluar paru spontan yang (tingkat MAP
lancar optimal, yang (mean anterial
 Pada memaksimalka preasure) dan
pemeriksaan n pertukaran irama jantung)
auskultasi, oksigen dan segera sebelum,
memiliki suara karbon selama dan
napas yang dioksida dalam setelah
jernih paru. pengisapan
 Mempunyai  Catat jenis dan
irama dan jumlah sekret yang
frekuensi dikumpulkan
pernapasan
dalam rentang
normal
 Mempunyai
fungsi paru
dalam batas
normal

2 Ketidakseimbang Setelah dilakukan  Manajemen Pengkajian


an nutrisi kurang tindakan gangguan  Tentukan motivasi
keperawatan selama makan : pasien untuk
dari kebutuhan
1x24 jam, klien mencegah dan mengubah
tubuh b.d akan: menangani kebiasaan makan
anoreksia, mual, - Menunjukkan pembatan diet  Pantau nilai
muntah dan Status gizi : yang sangat laboratorium,
batuk produktif asupan makan dan ketat dan khususnya
cairan, dibuktikan aktivitas transferin, albumin
Data Subjektif dengan indicator berlebihan atau dan elektrolit
- Klien
gangguan (tidak memasukkan  Manajemen nutrisi
adekuat, sedikit makanan dan (NIC) :
mengatakan adekuat, cukup minuman - Ketahui
tidak nafsu adekuat, adekuat , dalam jumlah makanan
makan sangat adekuat) banyak kesukaan
- Klien Kriteria Hasil: kemudian pasien
mengatakan  Menjelaskan berusaha - Tentukan
mual dan komponen diet mengeluarkan kemampuan
bergizi adekuat semuanya pasien untuk
muntah
 Melaporkan  Manajemen mengetahui
Data Objektif tigkat energi elektrolit : kebutuhan
- BB ↓ 11 kg yang adekuat meningkatkan nutrisi
- Konjungtiva keseimbangan - Pantau
klien terlihat - Menunjukkan berat elektrolit dan kandungan
anemis badan : massa pencegahan nutrisi dan
- Klien tubuh dibuktikan komplikasi kalori pada
dengan indicator akibat dari catatan asupan
kehilangan
gangguan (1: kadar elektrolit - Timbang pasein
tonus otot Sangat Berat, 2: serum yang pada interval
Data Tambahan Berat, 3: Sedang, 4: tidak normal yang tepat
- LED: 60 mm Ringan, 5: Tidak atau diluar
(lk:0-88mm, Ada Gangguan) harapan
pr:0-15mm) Kriteria Hasil:  Pementauan
- HB : 10 gr/dl  Mempertahanka elektrolit :
n berat badan mengumpulka
(lk: 14-16, pr:
 Mempertahanka n dan
12-14) n massa tubuh mengananlisis
- Natrium : dan berat badan data pasien
129 mEq/L dalam batas untuk
(135-145 normal mengatur
mEq/L) keseimbangan
elektrolit
- Protein :
 Pemantauan
8,8 gr/dl (7,2-
cairan :
8 g/dl) pengumpulan
- Globulin : dan analisis
5,9 gr/dl data pasien
(2,3-3,2 untuk
gr/dl) mengatur
keseimbangan
cairan
 Manajemen
cairan dan
elektrolit :
mengatur dan
mencegah
komplikasi
akibat
perubahan
kadar cairan
dan elektrolit
 Manajemen
nutrisi :
membantu atau
menyediakan
asupan
makanan dan
cairan diet
seimbang
 Terapi nutrisi :
pemberian
makanan dan
cairan untuk
mendukung
proses
metabolik
pasien yang
malnutrisi atau
beresiko tinggi
terhadap
malnutrisi
 Pemantauan
nutrisi :
mengumpulka
n dan
menganalisis
data pasien
untuk
mencegah dan
meminimalkan
kurang gizi
 Bantuan
perawatan –
diri : makan :
membantu
individu untuk
makan
 Bantuan
menaikkan
berat badan :
memfasilitasi
pencapaian
kenaikan berar
badan

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan  Perawatan Pengkajian


perfusi jaringan tindakan sirkulasi :  Kaji ulkus statis dan
(perifer) b.d keperawatan selama insufisiensi gejala selulitis
penurunan 1x24 jam, klien arteri : (yaitu, nyeri,
konsentrasi Hb akan: meningkatkan kemerahan dan
dalam darah - Menunjukkan sirkulasi arteri pembengkakan pada
integritas jaringan  Perawatan ektermitas)
Data Subjektif
: kulit dan sirkulasi :  Perawatan sirkulasi
membran mukosa insufisiensi (insufisiensi arteri
- Klien yang dibuktikan vena : dan vena) (NIC) :
mengatakan dengan indicator meningkatkan - Lakukan
lemas gangguan (1: sirkulasi vena pengkajian
- Klien
mengatakan
gangguan eksterm,  Manajemen komprehensif
2 ; berat, 3 : sedang, cairan/elektroli terhadap sirkulasi
tidak nafsu 4 : ringan, 5 : tidak t : mengatur perifer (misalnya,
makan, mual ada gangguan ) : dan mencegah kaji nadi perifer,
dan muntah Kriteria Hasil : komplikasi edema, pengisian
Data Objektif - Suhu, sensasi, akibat ulang kapiler,
- Konjungtiva elastisitas, perubahan warna dan suhu
klien terlihat hidrasi, keutuhan kadar cairan [ekstermitas])
anemis dan ketebalan atau elektrolit - Pantau tingkat
- Klien kulit  Manajemen ketidaknyamanan
kehilangan atau nyeri saat
cairan :
tonus otot - Menunjukkan melakukan latihan
meningkatkan
Data Tambahan keseimbangan fisik, pada malam
keseimbangan
- HB : 10 gr/dl cairan yang cairan cairan hari, atau saat
(lk: 14-16, pr: dibuktikan dengan dan mencegah instirahat
12-14) indicator gangguan komplikasi [arterial]
- pCO² : (1: Sangat Berat, 2: akibat kadar - Pantau status
28,6 mmHg Berat, 3: Sedang, 4: cairan cairan, termasuk
(35-45) Ringan, 5: Tidak abnormal atau asupan dan
- Sat O² : Ada Gangguan) tidak haluaran
95,5 % Kriteria Hasil: diinginkan  Manajemen sesasi
(100%)  Tekanan darah  Manajemen perifer (NIC) :
- pO² :  Nadi perifer sensasi perifer  Pantau pembedahan
76,6 mmol/L  Turgor kulit : mencegah ketajaman atau
(80-100) atau ketumpulan atau
meminimalkan panas atau atau
cidera atau dingin (pada
ketidaknyaman perifer)
an pada pasien
yang
mengalami per
bahan sensasi
 Surveilans
kulit :
mengumpulka
n dan
menganalisis
data pasien
untuk
mempertahank
an integritas
kulit dan
membran
mukosa

4
Resiko
Setelah dilakukan  Perawatan  Pantau tanda dan
tindakan sirkulasi : gejala infeksi
penyebaran keperawatan selama insufisiensi (misalnya, suhu
infeksi b.d 1x24 jam, klien arteri : tubuh, denyut
kerusakan akan: meningkatkan jantung, drainase,
jaringan atau - Menunjukkan sirkulasi arteri penampilan luka,
terjadinya infeksi pengendalian  Manajemen sekresi,
lanjutan resiko komunitas : penyakit penampilan urine,
penyakit menular menular : suhu kulit, lesi
yang, dibuktikan bekerja kulit, keletihan
Data Subjektif dengan indicator dan malaise.
bersama
- Klien gangguan (1: tidak komunitas  Kaji faktor yang
mengatakan pernah, 2 : jarang, untuk dapat
masih sering 3: kadang – kadang, menurunkan meningkatkan
batuk-batuk 4 : sering, 5 : selalu) dan kerentanan
dan susah Kriteria Hasil: mengelolah terhadap infeksi
 Memantau insiden dan (misalnya : usia
mengeluarkan
perilaku seksual prevalesni lanjut, usia kurang
sputum terhadap resiko penyalit dari 1 tahun, luluh
- Klien pajananan PMS menular pada imun, dan
mengatakan  Mengikuti populasi malnutrisi)
tinggal strategi khusus.  Pantau hasil
pengendalian  Skrining laboratorium
dengan orang
pemajanan kesehatan : (hitunglah darah
yang  Menggunakan mendeteksi lengkap, hitung
mengkonsum pengendalian resiko atau granulosit,
si rokok 2 penularan PMS masalah absolut, hitung
pak/hari  kesehatan jenis, protein
selama 25 - Menunjukkan dengan serum, dan
keparahan infeksi memanfaatkan albumin
tahun
yang dibuktikan riwayat  Amati penampilan
Data Objektif kesehatan,
oleh pengendalian praktik higiene
- Klien terlihat risiko komunitas ; pemeriksaan personal untuk
sering batuk- penyakit menular, kesehatan, dan perlindungan
batuk status imun, prosedur terhadap infeksi.
Data Tambahan keparahan infeksi : lainnya.
- Hasil rotgent bayi baru lahir,  Perlindungan
pengendalian resiko infeksi :
paru member
: penyakit menular mencegahan
kesan dan
seksual dan
gambaran TB penyembuhan luka : mendeteksi
paru primer dan dini infeksi
- Kultur BTA sekunder. pada pasien
(+) Kriteria Hasil : yang beresiko.
 Terbebas dari  Surveilans :
tanda dan gejala komunitas :
infeksi mengumpulka
 Menggambarkan n,
faktor yang menginterpreta
menunjang sikan dan
penularan infeksi menyintensis
 Melaporkan data secara
tanda dan gejala teraarah dan
serta mengukuti kontinu untuk
prosedur mengambil
skrining dan keputusan di
pemantauan komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TY. (2005). Tuberkulosis Paru: Masalah dan penanggulangannya. Penerbit


Universitas Indonesia, Jakarta. Alpers.
Alsagaff, H dan Mukty, A. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga
University Press
Bulechek, G.M., Butcher, H., Dochterman, J.M. 2013. Nursing Intervention Classification
(NIC). 6th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh Nurjannah,
I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Indonesia
Keenam. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Depkes RI. (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan 2011. [Serial Online] Diunduh dari
http://www.dokternida.rekansejawat.com/dokumen/DEPKES-Pedoman-Nasional-
Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.pdf Diakses tanggal 12 Oktober 2017.
Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta
Depkes RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI.
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta:Depkes RI.
Doenges E Marilyn.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta: EGC.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Guyton A.C. and J.E. Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.Jakarta: EGC.
74,76,80-81, 244, 248, 606,636,1070,1340.
Hiswani. 2009. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah
Kesehatan Masyarakat.
http://library.usu.ac.id/download/fkmhiswani-6.pdf 2009.
Irman Somantri, S,Kp. M. Kep. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
pada Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
Moorhead, S., Johnson, M., L. Maas, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh Nurjannah,
I.,Tumanggor,R.D. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi kelima. CV.
Mocomedia.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: Salemba Medika
NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi Edisi 10,
2015-2017. Jakarta : EGC.
Nugroho, AT. 2014. Kajian Asuhan Keperawatan Pada Tn. P dengan Gangguan Oksigenasi
Tuberkulosis Paru di Ruang Isolasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.
http://stikespku.com/digilib/files/disk1/2/stikes%20pku--ariyantitr-79-1-karyatu-h.pdf
Panji Utomo, Susan Hendriarini Mety, Agung Wibawanto.(2013).Pembedahan untuk
Extensively Drug Resistant Tuberculosis (XDR TB) dengan Perhatian Pencegahan
Transmisi kepada Petugas Kesehatan di RSUP Persahabatan. Jakarta. J Respir Indo
Vol. 33, No. 2, April 2013. [Serial Online] Diuduh dari
http://jurnalrespirologi.org/wp-content/uploads/2013/05/jri-2013-33-2-122-5.pdf
Diakses tanggal 12 Oktober 2017.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
PPTI. 2011. Buku Saku TBC Bagi Masyarakat. Denpasar:PPTI.
Price & Wilson. 2012. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Santa Manurung dkk, (2009). Gangguan Sistem Pernafasan Akibat Infeksi,CV.Trans Info
Medika: Jakarta – timur.
Sudoyo, A.,dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta.
Susan Martin Tucker.1998. Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan
evaluasi. Ed5. Jakarta:EGC.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta;EGC
Smeltzer c Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s,
Ed8. Vol.1, Jakarta:EGC.
WHO. (2010).Multidrug and extensively drug-resistant TB (M/XDR-TB). 2010 Global
Report On Surveillance And Response.ISBN 978 92 4 159919 1 [Serial On Line]
Diunduh dari http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44286/1/9789241599191_eng.pdf
Diakses tanggal 12 Oktober 2017.
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN TUBERCULOSIS PARU

Anggota :
1. Muhamad Fauzi ( 1706030063)
2. Murwati (1706030067 )
3. Rianita Neni C (1706030069 )
4. Mg. Viola Kristining L ( 1706030078 )

S1 Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah magelang
2019

S-ar putea să vă placă și