Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN
Disusun kelompok 1
Oleh :
T.A. 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA BRONKHIAL
A. DEFINISI
Asma bronkial adalah kondisi medis yang menyebabkan jalan napas paru-paru membengkak
dan menyempit.Karena pembengkakan ini, jalur udara menghasilkan lendir yang berlebihan sehingga
sulit untuk bernapas, yang menyebabkan batuk, napas pendek, dan mengi.
Asma bronkial adalah kelainan inflamasi kronis saluran nafas dimana berbagai sel memainkan
perannya, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit.Pada individu yang rentan, inflamasi ini
menyebabkan episode berulang bising mengi, sesak nafas, dada terasa tegang serta batuk khususnya di
waktu malam atau dini hari.Gejala ini berhubungan dengan penyempitan saluran nafas yang sangat luas
dan bervariasi, dan sebagian sedikit reversible baik secara spontan maupun dengan pengobatan. Proses
inflamasi dapat meningkat dengan dipacu beberapa faktor pencetus antara lain udara dingin, infeksi,
makanan, bau bahan kimia, bulu binatang, gangguan pikir dan lain-lain (GINA, 2016).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan
spora jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan
di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi.Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum.Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial.
a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga dekat
juga menderita penyakit alergi.Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora
jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma.Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
Bronkospasme, peradangan dan produksi lendir merupakan penyebab gejala asma seperti
kesulitan bernapas, mengi, batuk, sesak napas, dan kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-hari.
Gejala lain dari serangan asma meliputi:
Mengi parah ketika bernapas baik ketika tarik napas maupun mengeluarkan napas
Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal
yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.Hal ini
menyebabkan dispnea.Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat
selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru.Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
Pathway
Faktor pencetus
(debu)
Saluran pernafasan
alveolus
peradangan/inflamasi
lender/mucus
F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
Menurut Long(1996) pengobatan Asma diarahkan terhadap gejala gejala yang timbul saat
serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan pemeliharaan keehatan optimal
yang umum. Tujuan utama dari berbagai macam pengobatan adalah pasien segera
mengalami relaksasi bronkus. Terapi awal, yaitu:
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antagonis beta 2 adrenergik (salbutamol mg atau fenetoral 2,5 mg atau terbutalin 10 mg).
Inhalasi nebulisasi dan pemberian yang dapat diulang setiap 20 menit sampai 1 jam. Pemberian
antagonis beta 2 adrenergik dapat secara subcutan atau intravena dengan dosis salbutamol 0,25
mg dalam larutan dekstrose 5%
c. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam
sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon segera atau dalam
serangan sangat berat
e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya golongan beta
adrenergik dan anti kolinergik.
2. Pengobatan secara sederhana atau non farmakologis
Menurut doenges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu:
a. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik
b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
e. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
f. Hindarkan pasien dari faktor pencetus
ASUHAN KEPERAWATAN
A. KASUS
Pasien An.R umur 8 tahun dibawa orang tuannya ke Rumah Sakit pada hari sabtu tanggal 12
maret 2019 dengan keluhan sesak nafas, sesak nafas dirasakan sejak 3 hariyang lalu sebelum masuk
rumah sakit disertai denganbatuk berdahak. Setelah dilakukan pengkajian pasien mengatakan sesak, ibu
klien mengatakan klien sulit untuk mengeluarkan dahak saat batuk, ibu klien mengatakan nyeri dada
pada saat batuk. Saat dilakukan pemeriksaanklien nampak batuk, susah mengeluarkan dahak, klien
nampak pucat,setelah dilakukanpemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan hasil TD:110/70 RR:32x/m
S:37,2 NR:110x/m.
PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : An,R
Tempat /tanggal lahir : Manado/12 februari 2011
Umur : 8 tahun
Nama ayah : Tn,T
Nama ibu : Ny,C
Pekerjaan ayah : Wirasuasta
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
Alamat : Manado
Agama : Khatolik
Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Pendidikan ayah : Sarjana Ekonomi
Pendidikan ibu : SMA
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama :pada tanggal 12 maret 2019 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama sesak
nafas
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Prenetal : ibu mengatakan pada waktu hamil mengalami mual,muntah dan badan terasa lemas
b. intranatal : ibu mengatakan pada saat melahirkan perdarahan masih dalam batas normal
c. postnatal : ibu mengatakan BB baru lahir 3,5 kg TB : 51 cm,LK: 36 cm, Lingkar lengan atas : 13
cm, Lingkar dada : 32 cm.
4. Riwayat masalaluh
a. penyakit waktu kecil : demam,flu,batuk
b. riwayat MRS : tidak pernah MRS sebelumnya
c. obat-obatan yang pernah digunakan : bodrexsin,pracetamol
d. tindakan oprasai : tidak pernah oprasi
e. alergi : tidak ada elergi
f. kecelakaan : tidak mengalami kecelakaan
g. imunisasi : imunisasai dasar lengkap
5. Riwayat social
a. yang mengasuh : kedua orang tua
b. hubungan dengan anggota keluarga : baik,banyak keluarga yang mengunjunginya
c. hubungan dengan teman sebaya : bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
d. pembawaansecara umum : anak sangat aktif
e. lingkungan rumah : daerah sekitar rumah bersih
6. Kebutuhan dasar
a. makanan yang disukai : ayam goreng,migoreng,sup ayam
b. alat makan yang dipakai : menggunakan sendok dan piring
c. pola makan : pola makan belum teratur, sering minta makan di luar jam
makan
d. kebiasaan tidur : selain tidur malam setiap hari tidur siang tetap belum teratur
e. eliminasi : rutin, 2x sehari
f. mandi : 2x sehari.
7. Riwayat kesehatan sekarang
a. diagnose medis : asma bronkhial
b. tindakan operasi : tidak ada tindakan oprasi
c. status nutrisi : nafsu makan anak menurun,hanya menghabiskan 4sendok
bubur setiap kali makan
d. status cairan : cairan infus ring as 10 tpm
e. obat-obatan : sanmol 10 ml 3x/hari/oral
8. Pemeriksaan fisik
a. keadaan umum : compos mentis
b. TB/BB : 110cm/ 20 kg
c. mata
- Simetris KA/KI
- Konjungtivitas
- Sekres : dalam batas normal
- Purulent : tidak terdapat purulen
- Strabismus : tidak ada strabismus
- Joundic : tidak ada joundic
- Gerakan bolamata : tidak ada kelainan pada gerakan bola mata
d. hidung
- Bentuk : simetris
- Cuping hidung : tidak ada kelainan
DO :
TD : 110/70 mmhg
RR: 32x/mnt
S : 37,2 C
2. Nyeri Akut
Agen-agen cedera biologis
DS :
Klien mengatakan sesak
nafas
klien mengatakan nyeri
dada pada saat batuk
DO :
Klien terlihat meringis
pada saat batuk dan
inspirasi
P: Hilang timbul
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Toraks
S: 4
T: 2-3 menit
RENCANA KEPERAWATAN
(NOC) (NIC)
2.
Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
Nyeri akut keperawatan selama 2 x 24 komprehensif yang meliputi
berhubungan dengan jam diharapkan masalah lokasi, karakteristik, durasi,
agen-agen cedera nyeri akut dari nilai 4 frekuensi derat Nyeri.
biologis (sedang) menjadi 2 (ringan) 2. Ajarkan penggunaan tekhnik
dengan kriteria hasil: relaksasi non farmakologi
1. Skala nyeri dalam 3. Kolaborasi pemberian resep
rentan yang analgesic penurun nyeri.
diharapkan dari nilai
4 menjadi 2
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, volume 2. Edisi 2 Jakarta : EGC
Mangunnegoso, H. dkk , 2004. Asma Pedoman Diagnois dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta.
Balai Penerbit FKUI
Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta : FK UI.