Sunteți pe pagina 1din 16

STRUKTUR DAN KINERJA INDUSTRI BESI DAN BAJA INDONESIA

TIDAK SEKUAT DAN SEKOKOH NAMANYA


P. Eko Prasetyo
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
email: prasetyo.dr.eko@gmail.com

ABSTRACT

The existence of iron and steel industry occupy vital role in the development process and become
strategically for the progress of a nation, because almost all metal equipment that are used by people
made of steel. This research is aim to study structure and performance also competitive power of
Indonesian national iron and steel industry that is below the note and not as firm as the name. This study
endured by the way of literature research based from the primary data of BPS during the last five years
that was since years 2004 until the beginning of year 2010. Based on the result of the research it is
concluded that structure and performance of Indonesian iron and steel industry are still weak
contradictive. The main reason that faced by this industry is the high import dependencies of raw
material, especially at head steel industry. The low level of consumption per capita that at 33 kg per
capita cannot be fulfilled by the level of national production that always under the level of the
consumption, with the result that this lag must be fulfilled with import. The next consequence, national
iron and industry are not become standalone and low at competition power, with the result that the
problem of consumption that always be bigger than the production become more dependent at the
condition of world iron and steel market. Because the lack of raw material, and the international price of
raw material highly increased. In the other side, the chaos at the industry cannot be released from the
uncertain policy of the government during the time, with the result that national iron and steel industry’s
structure can’t stand alone and their competitive power are low. For that reason, investment policy to
support this industry and local resource wielding are very strategic opportunity to build self-employment
and performance of iron and steel industry competitive power including related industry and the lower at
Indonesia recently and the future.
Keywords: Structure of iron and steel industry, performance productivity, and competitive power of the
industry, investment policy and local resources.

PENDAHULUAN Dalam proses pembangunan, keberadaan


industri besi dan baja memegang peranan vital.
Salah satu indikator kuat dan tidaknya pereko-
Karena besi dan baja merupakan material logam
nomian suatu negara di dunia pada saat ini dan ke
yang memegang peranan sangat penting dalam
depan dapat dilihat dari kekuatan dan kekokohan
peradaban atau kehidupan manusia. Karena besi
dari struktur dan kinerja industri besi dan baja yang
dan baja merupakan bahan utama industri manufak-
dimiliki oleh suatu negara yang bersangkutan.
tur dan pembangunan infrastruktur, serta hampir
Sebagai salah satu contohnya adalah China, pada
95% lebih peralatan logam yang digunakan manusia
awal abad ke-21 saat ini China adalah produsen
berasal dari bahan baku besi dan baja ini. Atas
terbesar industri besi dan baja dunia, sehingga
perannya yang sangat penting tersebut, maka
pantas jika kondisi kekuatan dan kemampuan
keberadaan industri besi dan baja menjadi sangat
pergerakan perekonomian China pada saat ini dan
strategis untuk memacu kemajuan dan kemakmuran
ke depan tak dapat diragukan. Jika sebelum abad
suatu negara. Karena itu, sejalan dengan pening-
ke-18 raksasa ekonomi dunia ada di negara-negara
katan pembangunan sektor industri dan makin
Eropa, dan abad 20 di Amerika, maka nampaknya
intensifnya pembangunan; infrastruktur, listrik, pera-
China adalah calon raksasa baru yang akan
latan pabrik, transportasi, pertahanan, peralatan
menguasai dunia di abad ke 21 ini.
rumah tangga, perumahan dan perangkat telekomu-

12 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
nikasi di Indonesia, maka kebutuhan akan produk adanya industri baja yang lebih mandiri dan
besi dan baja nasional akan terus mengalami kompetitif. Pemberdayaan potensi sumber daya lokal
peningkatan yang signifikan. terutama bijih besi dan sumber daya energi merupa-
Pokok permasalahannya adalah bagaimana kan salah satu peluang strategis untuk membangun
dengan kondisi industri besi dan baja nasional di fundamental kemandirian dan daya saing industri
Indonesia, khususnya bagaimana struktur dan kinerja baja nasional. Karena itu, setiap negara khususnya
industri besi dan baja Indonesia. Apakah memiliki Indonesia harus melindungi industri besi dan baja
struktur industri yang kokoh dan memiliki kinerja agar tetap eksis dan berkembang. Misalkan China,
produktivitas serta daya saing yang kuat dan adalah sangat memperhatikan terhadap keberadaan
sekokoh namanya. Nampaknya, dalam kurun waktu industri besi dan baja di dalam negerinya. Pada saat
sepuluh tahun terakhir ini, kondisi struktur dan kinerja ini, China adalah negara produsen baja terbesar di
industri besi dan baja masih memprihatinkan, karena dunia yang mampu menguasai lebih dari 34%
belum menunjukkan kinerja produktivitas dan daya produksi baja dunia sejak pada tahun 2006 hingga
saing yang membanggakan. Dalam percaturan bisnis sekarang. Meskipun, China telah menjadi produsen
perbajaan global, kinerja daya saing produksi baja terbesar dunia, Ia masih tetap merasa perlu terus
Indonesia menempati peringkat 37 dengan indeks untuk memberikan berbagai insentif bagi industri besi
konsumsi yang tergolong relatif rendah yaitu hanya dan bajanya. Berkat berbagai kebijakan insentif ini,
sekitar 33 kg per kapita per tahun (lihat gambar 1). maka biaya produksi (production cost) industri ini
Ironisnya, meski bangsa ini memiliki sejumlah besar bisa menjadi lebih murah, sehingga industri besi dan
sumber daya alam (SDA) yang bisa menjadi andalan, baja dari China menjadi lebih rentan terkena tuduhan
namun pemanfaatannya masih kurang optimal dan dumping di mana produk besi dan baja China
potensinya lebih besar dikuasai perusahaan asing. tersebut dipasarkan termasuk di Indonesia.
Karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah yang Pada saat ini, pokok masalah yang lebih serius
strategis untuk memberdayakan industri besi dan adalah konsumsi besi dan baja di Indonesia masih
baja nasional serta untuk merperbaiki sejumlah iklim sangat rendah, yakni hanya sekitar 33 kg perkapita,
investasi untuk mendongkrak daya saing industri dan masih di bawah konsumsi negara-negara di Asia
tersebut. Tenggara. Selain itu, pada saat ini tingkat produksi
Untuk menjadikan industri besi dan baja besi dan baja nasional Indonesia juga belum mampu
nasional mampu berperan dalam memajukan dan memenuhi seluruh kebutuhan besi dan baja nasional.
mensejahterakan bangsa Indonesia, maka perlu Misalkan, pada Tahun 2006, kebutuhan baja

Gambar 1. Peringkat Produk Baja Indonesia

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 13


nasional untuk jenis crude steel, HCR, dan dan kinerja produktivitas serta kinerja daya saing
CRC,masing-masing sebesar; 5,42 juta ton, 3,33 juta industri besi baja Indonesia termasuk kebijakan yang
ton, dan 1,44 juta ton. Sementara itu, produksinya dilakukan pemerintah selama ini. Secara khusus,
baru hanya sebesar 3,46 juta ton (crude steel), 2,82 tujuan artikel ini ingin menjelaskan tingkat produksi,
juta ton (HRC) serta 0,92 juta ton (CRC). Karena itu, konsumsi, ekspor, dan impor serta tingkat investasi
Indonesia harus mengimpor produk besi dan baja di sektor industri besi dan baja ini beserta kemam-
dari luar negari terutama dari China dan India. puan kebijakan pemerintah selama kurun waktu lima
Padahal produknya belum tentu sekualitas produk tahun terakhir ini dalam menangani permasalah yang
dari Krakatau Steel (KS) dan industri besi baja dalam dihadapi oleh industri besi dan baja nasional
negeri lainnya. Indonesia. Sementra itu, kinerja produktivitas yang
Dampak dari mudahnya impor bagi produk baja dimaksud dalam artikel ini adalah untuk mengukur
dari luar negeri masuk ke Indonesia, maka pada saat tingkat output produksi besi baja yang dapat diha-
ini industri baja domestik Indonesia banyak yang silkan dan kualitas output per unit input sumber daya
bangkrut akibat kalah bersaing dengan produk seru- energi bahan baku yang digunakan. Produktivitas ini
pa dari negara lain, khususnya China. Indikasi dapat pula berarti pengurangan selisih tingkat kon-
kebangkrutan pada tahun 2009 adalah ditandai sumsi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Sedang-
dengan adanya PHK besar-besaran dari Industri besi kan, kinerja daya saing yang dimaksud adalah daya
dan baja di Indonesia serta telah ditutupnya sekitar saing lokal maupun daya saing internasional.
30% perusahaan baja di dalam negeri dalam kurun
waktu kurang dari lima tahun terakhir ini. Pada saat LANDASAN TEORI
artikel ini ditulis, kodisi struktur industri KS sebagai
salah satu industri besi-baja terbesar di Indonesia Dalam teori ekonomi industri khususnya dalam
sedang mengalami masalah kerapuhan dan rentan teori organisasi industri, telah dijelaskan hubungan
terhadap kebangkrutan, akibat masalah kekurangan serta pengaruhnya antara structure-conduct dan
modal. Artinya, berbagai permasalahan industri baja performance, (Shepherd ,1990, Krouse, 1990
tersebut cukup fundamental sehingga harus segera Hasibuan, 1994, Martin, 1994, Jaya, 2001, dan
ditangai secara lebih serius agar multiplier efek Kuncoro, 2003). Selain itu, juga telah dijelaskan
negatif dari keberadaan industri besi baja nasional tentang teori kluster industri berdasarkan Sistem
tidak berkepanjangan. Informasi Geografis (SIG). Namun demikian, dalam
artikel ini hanya akan dikaji tentang struktur dan
Berdasarkan fenomena di atas, sebenarnya
kinerja pada kasus industri besi dan baja di
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi tum-
Indonesia dengan menggunakan pendekatan teori
buh dan berkembangnya industri besi dan baja
organisasi industri, khususnya teori Shepherd
nasional, maka produksi industri besi dan baja harus
(1990) serta Martin (1994) dan kluster industri
dapat ditingkatkan dan diberikan berbagai kebijakan
Kuncoro (2003).
intensif, termasuk perlindungan melalui peningkatan
tarif impor, sehingga keberadaan industri besi dan Tanpa mengesampingkan analisis perilaku
baja Indonesia dapat tetap eksis dan mampu ber- industri (conduct industry), maka dalam kajian pada
saing dengan Industri baja dari luar negeri. artikel ini lebih difokuskan pembahasannya
Permasalahan mendasar yang masih perlu terus berdasarkan kajian teori struktur industri (structure
dikaji lebih mendalam adalah mampu dan seriuskah industry) dan kinerja industri (performance industry).
Indonesia menangani Industri besi baja ini. Kebijakan Berdasarkan tujuan dalam artikel ini, maka struktur
apa saja yang harus dilakukan agar kberadaan dan kinerja industri yang dimaksud dapat pula
industri besi baja nasional memiliki kemandirian serta dimaknai sebagai struktur pasar industri dan kinerja
kinerja produkivitas dan daya saing yang tangguh. pasar industri. Sedangkan garis besar kajian struktur
dan kinerja industri yang dimaksud dapat dilihat
Tujuan kajian dalam artikel ini adalah untuk
seperti pada gambar-2 di bawah ini.
mengkaji struktur dan kinerja industri besi baja
khusnya untuk menjelaskan struktur pasar industri

14 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
Progressiveness

Profitability

Technology Structure

Strategy Performance

Demand Conduct

Sales efforts
Sumber: Stephen Martin (1994, 7)

Gambar 2. The interactive structure-conduct-performance market framework

Biji besi dan baja merupakan material logam berperan menjadi penompang utamanya yang
yang memegang peranan sangat penting dalam sangat fundamental dan substansioanal dalam
kehidupan manusia di dunia ini, sehingga semakin proses pembangunan tersebut. Persoalanya adalah
maju tingkat pembangunan berarti semakin banyak apakah Indonesia sudah mencapai tingkat konsumsi
dibutuhkan sumber daya besi dan baja dalam proses besi dan baja sebesar itu?
pembangunan tersebut. Dengan kata lain, semakin Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan
maju pembangunan suatu negara semakin banyak dengan permasalahan ini telah dilakukan oleh IISI
dibutuhkan produk besi dan baja sebagai sumber (2005). Hasil riset terakhir dari International Iron and
daya pembangunannya. Dengan demikian, untuk Steet Institute (IISI) atau Institute Besi dan Baja
menjadikan industri baja nasional mampu berperan Internasional (IBBI) dan laporan Steel Statistical
dalam memajukan dan mensejahterakan bangsa Yearbook, 2004 and KS analysis menyebutkan
Indonesia, maka diperlukan adanya industri besi dan bahwa tingkat konsumsi baja nasional Indonesia
baja yang lebih mandiri dan kompetitif serta memiliki pada tahun 2004 baru mencapai 24,4 kg per kapita.
daya saing yang tangguh. Karena daya saing industri Pada tahun berikutnya (2005) tingkat konsumsi baja
besi baja yang buruk menyebabkan sebuah pereko- nasional hanya naik tipis menjadi 26,2 kg per kapita.
nomian sangat rentan terhadap gejolak eksternal dan Selanjutnya, pada tahun 2006 tingkat konsumsi besi
mudah didera krisis yang berkepanjangan. Sebalik- baja nasional Indonesia hanya sebesar 33 kg per
nya, fundamental perekonomian suatu negara yang kapita, (lihat tabel-1). Angka tersebut masih jauh di
baik yang bertumpu pada kemadirian dan kemam- bawah konsumsi negara pesaing terdekat di Asean
puan daya saing industri besi baja, akan lebih mam- yakni seperti; Singapura (691 kg per kapita),
pu segera pulih dari krisis bahkan bangkit kembali Malaysia (279 kg per kapita), Thailand (204 kg per
untuk menjadi perekonomian yang tangguh dan
terhormat.
Tabel 1. Konsumsi Baja Per Kapita (2006)
Sebagai contoh, jika konsumsi besi dan baja di
No. Negara Konsumsi Kg per Kapita
suatu negara dapat mencapai 100kg per kapita,
1 Indonesia 32,9
maka tingkat pertumbuhan ekonominya bisa men-
2 Philipina 35,8
capai 7% per tahun dengan lebih mudah. Artinya,
3 Vietnam 65,9
tingginya pertumbuhan ekonomi tersebut dapat 4 Thailan 204
dicapai dengan lebih mudah karena didorong oleh 5 Malaysia 278,9
kegiatan investasi dan pembangunan infrastuktur di 6 Singapura 691
negara tersebut, di mana komponen besi dan baja Sumber: Republika, 13 Desember, 2007, Rubik, hal. 15

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 15


kapita), Vietnam (66 kg per kapita), bahkan Filipina Berdasarkan data kajian pustaka nampak
(36 kg per kapita). bahwa dampak berikutnya dari keterbatasan bahan
Data pada tabel-1 ini menunjukkan bahwa baku bijih besi ini maka kinerja daya saing industri
tingkat konsumsi besi baja Indonesia pada dasarnya baja selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini
masih rendah. Dengan kata lain, lambannya pertum- masih tetap memprihatinkan. Ironisnya, meski bang-
buhan ekonomi yang terjadi belakangan ini merupa- sa ini memiliki sejumlah besar sumber daya alam
kan salah satu penyebab utama lemahnya konsumsi (SDA) yang bisa menjadi andalan, namun peman-
produk besi dan baja. Fenomena lemahnya kinerja faatannya masih belum optimal dan potensinya lebih
konsumsi dan kinerja produksi besi baja nasional besar masih dikuasai perusahaan asing. Karena itu,
Indonesia saat ini telah diakui oleh pemerintah, pemerintah harus segera merpebaiki sejumlah iklim
bahkan Dirjen Industri Logam Mesin Tekstil dan investasi yang kondusif untuk mendongkrak daya
Aneka Departemen Perindustrian Ansari Bukhari saing.
dalam makalahnya pada seminar Produksi Baja, Persoalan industri besi baja nasional tersebut
Dumping dan Peranan Pemerintah dalam diperkuat dari hasil penelitian survei Growth
Persaingan Pasar Bebas yang diselenggarakan Competitivenenss Index sebelumnya yang dilakukan
Pusat Pengembangan Manajemen Tunas 17 Januari oleh Wolrd Economic Forum (WEF, 2008) dan
2009 lalu, menilai industri baja nasional 'jalan di diperkuat oleh rangking of the world competitiveness
tempat.' Hal itu dimungkinkan karena sejumlah (2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, daya
persoalan yang telah lama menyelimuti industri besi saing Indonesia berada pada peringkat 51 dari 55
dan baja hingga sekarang tidak kunjung tersele- negara yang disurvei. Namun demikian, untuk dapat
saikan. membangkitkan kinerja daya saing ini bukanlah
Berbagai persoalan tersebut sebenarnya tidak sederhana. Karena itu, peningkatan daya saing ini
hanya permasalahan dumping yang pernah dilaku- harus ditunjang dengan industrial base yang tangguh
kan oleh sejumlah negara produsen besar, tetapi yakni industri besi dan baja yang mandiri, kuat, dan
juga meliputi masalah hambatan nontarif yang masih tangguh serta memiliki kinerja produktivitas dan daya
lemah dan semakin maraknya penjualan besi baja saing yang handal dan profesional.
ilegal atau slundupan. Dampak berikutnya dari ber- Secara teori ekonomi energi, kinerja industri
bagai persoalan tersebut justru menyebabkan besi dan baja yang masih rendah ini dapat disebab-
produksi besi baja nasional hingga saat ini hanya kan oleh beberapa faktor misalkan; kelangkaan
berkisar pada angka 6 juta ton saja per tahun. sumber daya bahan baku, struktur industri yang
Produksi sebesar 6 juta ton ini jelas masih jauh di lemah dan belum utuh, kondisi mesin atau peralatan
bawah pencapaian produksi di negara Thailand yang yang sudah tua dan tidak produktif, tingkat skala
telah mencapai sekitar 11 hingga 12 juta ton per produksi yang terbatas, tingkat efisiensi yang rendah,
tahun. serta penyebaran industri yang tidak merata dan
Pada dasarnya, berbagai upaya telah dilakukan tidak fisibel. Selain itu, dari sisi eksternal dapat
untuk mengembangkan industri besi baja nasional disebabkan oleh tarif pajak yang tidak kompetitif,
Indonesia, antara lain dengan cara meningkatkan kebijakan dumping, krisis energi dan listrik, keter-
kapasitas terpasang pabrik dari 53% pada 2004 gantungan impor yang masih tinggi, kenaikan harga
menjadi 56,3% (2006). Selain itu telah dilakukan bahan baku internasional yang terus meroket,
penambahan tenaga kerja dari 74.276 orang pada pembangunan infrastruktur yang rendah, termasuk
2004 menjadi 74.871 (2005) dan 76.272 orang penerapan FTA ASEAN-China, sebenarnya merupa-
(2006). Namun demikian, berbagai upaya pemerintah kan ancaman bagi industri besi baja nasional
tersebut belum menjadi solusi terbaik untuk membuat Indonesia.
industri besi dan baja nasional Indonesia dapat Berdasarkan hasil kajian empiris beberapa
meningkat lebih besar. Sebab industri padat modal tahun terakhir, terutama sejak tahun 2002 hingga
ini masih terus menghadapi kenyataan ketergan- saat ini, krisis yang terjadi pada industri besi-baja
tungan impor bijih besi (pellet) sebagai bahan baku dikuwatirkan dapat berdampak buruk bagi perekono-
utama untuk memproduksi baja. mian nasional Indonesia. Proyek-proyek pemba-

16 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
ngunan yang diharapkan sebagai pemacau utama manusia. Argumentasi pemikiran strategis tersebut
pertumbuhan ekonomi seperti infrastruktur dan adalah bahwa dunia saat ini dan ke depan sedang
properti bisa terhenti, industri otomotif terancam, dan berkembang sangat dinamis dan menuju keperu-
masih banyak lagi dampaknya. Upaya pemerintah bahan, maka kita harus mengikuti perubahan jaman
menghapus bea masuk impor memang dapat mem- yakni dunia sendang berubah dari maasyarakat
buat harga besi-baja sedikit menurun, tetapi belum industri (industrial society) menuju masyarakat
menyelesaikan masalah utamanya: kelangkaan aki- berpengetahuan (knowledge society) dan dari
bat meningkatnya permintaan baja oleh China ekonomi industri (industrial economy) menuju ke
selama beberapa tahun terakhir hingga akhir tahun ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-base
2008 pernah menggoncang kondisi industri baja economy) dan ekonomi berbasis sumber daya alam
dunia dan Indonesia. Negeri Tirai Bambu itu ibarat maupun manusia yang berkualitas (resource-base
raksasa lapar, yang melahap baik bahan baku baja, economy quality).
baja lembaran (slab), besi bekas (scrab), baja Dalam kaitannya dengan konteks penelitian ini
lembaran canai panas (hot rolled coil, HRC), dan yang terkait dengan struktur dan daya saing industri
baja lembaran canai dingin (cold rolled coil, CRC). besi dan baja nasional Indonesia, maka dasar
Dampaknya, pembangunan infrastruktur yang besar- pemikiran ini cukup bermanfaat untuk dijadikan dasar
besaran di sana yang membuat pertumbuhan solusi yang strategis. Artinya, untuk membangun
ekonomi negeri itu semakin melejit sampai 10%, dan struktur dan kinerja industri besi dan baja nasional
bahkan sebagai salah satu yang pertumbuhannya Indonesia secara kolektif, dengan mencermati modal
tetap positip dan terbesar ketika dilanda krisis global dasar sumber daya lokal bangsa Indonesia, maka
akhir 2008-2009. penggabungan dan perpaduan dua konsep tersebut
Sejak tahun 2002 hingga sekarang, kebutuhan di atas (knowledge based economy dan resource-
konsumsi industri besi-baja di Indonesia selalu lebih base economy quality), mutlak untuk segera dilaku-
tinggi daripada kemampuan produksi. Sebenarnya, kan guna mencapai winning strategies for value
permasalahan ini sangat menguntungkan bagi creation. Oleh karena itu, perpaduan dua konsep
industri besi-baja Indonesia. Selain itu, total volume dasar teori ini yang digunakan sebagai pengukuran
produksi besi-baja di beberapa negara produsen daya saing industri besi dan baja nasional serta
utama untuk tahun 2002 baru mencapai 531,21 juta untuk merumuskan rekomendasi rencana strategis
ton. Jadi, jauh di bawah tingkat konsumsinya. China kebijakan pemerintah. Argumentasi ini cukup bera-
adalah produsen dan sekaligus konsumen utama lasan karena struktur industri dan pemain baja di
besi-baja dunia. Dengan tingginya permintaan dunia pada saat ini cenderung sedang mengami
domestik, maka seluruh produksi besi-baja China konsolidasi ke dalam untuk menjadikan dirinya
bakal diserap oleh pasar lokal. Jika kondisi pasar sebagai produsen baja terbesar di dunia, sebab
dunia sudah sedemikian rupa, mampukah industri dengan menjadikan negaranya sebagai industri besi
baja dalam negeri melayani kebutuhan domestik? baja terbesar dunia, maka ia akan dapat mengatur
Tantangan terbesar industri baja dunia adalah nega- dunia ini bagaikan raja melalui price maker, (lihat
ra raksasa produsen baja, seperti China, Jepang, gambar-1 dan tabel-1 di atas).
Amerika Serikat (AS), dan Rusia.
Sedangkan, menurut Menperidag (Fahmi Idris, METODE PENELITIAN
2009) strategi pembangunan industri ke depan perlu
memperhatikan kecenderungan pemikiran-pemikiran Penelitian ini didesain dengan model penelitian
baru dalam konsep penciptaan daya saing yang kajian pustaka (liberary research). Untuk kepentingan
terus berkembang sangat dinamis. Konsep pencip- analisis dibutuhkan data khususnya melalui data
taan daya saing internasional yang dominan pada BPS dan berbagai intansi terkait termasuk (web).
saat ini masing-masing adalah, pertama, knowledge Teknik pengukuran struktur industri digunakan
based economy atau ekonomi berbasis pengeta- pendekatan konsentrasi industri terutama melalui
huan; dan kedua, resource-based economy atau pendekatan indeks concentration ratio (CR) dan
ekonomi berbasis sumber daya baik alam maupun indeks struktur pasar industri yang lainnya termasuk

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 17


indeks Bain dan indeks Herfindahl. Sedangkan, berkembang maju. Sebab, produk besi-baja merupa-
kinerja industri yang dimaksud terutama didekati kan salah satu produk industri yang cukup penting
dengan dimensi ukur tingkat produktivitas serta daya dan vital untuk mendukung pembangunan di dalam
saing industri. Sumber data yang digunakan sebagai negeri. Artinya, jika suatu negara ingin berkembang
informasi pengukuran struktur dan kinerja industri ini lebih maju, maka harus mengembangkan industri
didasarkan pada kondisi tingkat; konsumsi, produksi, besi dan baja di negaranya dengan baik. Oleh
investasi, ekspor dan impor serta produktivitas, karena itu, kondisi produksi besi dan baja nasional
efisiensi dan elastisitas produksi dan konsumsi. Indonesia dari tahun 2004-2007 juga cukup meng-
Untuk menganalisis struktur dan kinerja alami perkembangan sekalipun masih kecil dan
daya saing industri besi baja nasional Indonesia lambat. Khususnya, produk besi dan baja canai
maka dilakukan analisis CR khusnsya CR4 dan CR8 panas, perkembangan tingkat utilitiesnya cukup lebih
serta alat analisis kinerja industri yang dilihat baik dibanding kinerja besi-baja kasar dan besi-baja
berdasarkan pertumbuhan output dan nilai tambah; canai dingin. (lihat Tabel-2).
kontribusi industri besi baja terhadap industri
manufaktur dari sisi tenaga kerja, unit usaha, dan Pada Tabel-2 nampak bahwa struktur konsumsi
nilai tambah yang dihasilkan; efisiensi; serta produk industri besi-baja Indonesia selalu lebih tinggi
keuntungannya. Untuk melihat daya saing industri dibanding struktur produksinya. Konsumsi baja
dilakukan dengan melihat kluster-kluster yang ada nasional yang cenderung naik, sekilas struktur ini
pada industri tersebut. Maka dalam penelitian ini menguntungkan untuk memacu produksi bagi
dilakukan analisis kluster industri untuk melihat industri besi-baja di dalam negeri. Karena, dengan
bagaimana kluster atau sebaran geografis industri terus meningkatnya konsumsi produk besi-baja ini
logam dasar besi dan baja. Analisis kluster ini per kapita yang masih rendah merupakan peluang
menggunakan alat analisis Sistem Informasi
sekaligus tantangan bagi industri besi-baja di
Geografis (SIG), skala, dan indeks spesialisasi. Jenis
data yang digunakan adalah data sekunder time Indonesia. Namun sayangnya, produksi tersebut
series tahun 2003-2010, sumber data utama tetap saja belum mampu mencukupi kebutuhan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Krakatau Steel konsumsi dalam negeri, sehingga kekurangan ini
dan Kementerian Perindustrian Rebupbik Indonesia. harus terus diimpor. Artinya, sekalipun berkembang
dari waktu ke waktu, maka akan tetap sulit
memenuhi kebutuhan baja yang terus meningkat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karena industri besi baja dalam negeri selalu
Kondisi Struktur Industri Besi-Baja Indonesia mengamai kekurangan bahan baku biji besi sebagai
Berdasarkan hasil penelitian struktur industri bahan baku utamanya untuk memproduksi besi dan
menunjukkan bahwa Industri besi baja nasional baja tersebut baik secara kualitas maupun kuan-
Indonesia adalah berbentuk oligopoli penuh dan titasnya, sehingga bahan baku yang ada juga masih
ketat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur perlu diolah dengan teknologi padat modal. Padahal
industri logam dasar besi dan baja Indonesia hampir sebagian besar industri besi-baja yang ada
berdasarkan CR4 adalah sebesar 72,25% sehingga saat ini secara struktural sedang menghadapi
tergolong oligopoli ketat dan berdasarkan CR8 kekurangan banyak modal, sehingga kenaikan harga
sebesar 91,15% sehingga dapat disebut oligopoli bahan baku dunia semakin menyulitkan struktur
penuh. Jika dilihat dari kluster, hasil penelitian dapat industri besi-baja nasional Indonesia. Selain itu,
disimpulkan bahwa industri besi baja nasional kebijakan pemerintah saat ini juga belum terintegrasi
Indonesia didominasi di Kabupaten Cilegon Propinsi dengan berbagai masalah internal yang cukup rumit
Banten di daerah ini terdapat industri besi baja yang sedang dihadapi oleh berbagai ndustri besi-
nasional Indoensia terbesar yang bernama Krakatau baja dalam negeri Indonesia yang pada saat ini
Steel (KS). Kemudian, baru mulai awal 2009 kluster banyak mengalami kekurangan bahan baku,
ini menyebar ke Kalimantan Selatan. rendahnya modal usaha dan tetap redahnya tingkat
Produk besi dan baja memang bukan barang produksi.
mewah seperti emas. Namun, tanpa besi dan baja, Struktur dan kondisi kebutuhan industri besi
maka suatu negara akan sulit untuk membangun dan dan baja nasional Indonesia saat ini masih sangat

18 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
Tabel 2. Kondisi Industri Besi dan Baja di Indonesia (dalam ton)
Kondisi 2004 2005 2006 2007
Besi-Baja Kasar:
Produksi 3.717.049 2.728.528 3.804.504 4.159.923
Konsumsi 6.383.000 6.385.000 7.414.200 7.892.200
Ekspor 19.002 12.797 31.866 7.668
Impor 1.706.892 1.750.013 1.922.543 2.036.798
% Utilitas 58.2 58.4 51.3 52.7
Besi Canai Panas:
Produksi 1.529.772 1.420.150 1.658.588 1.817.887
Konsumsi 2.207.648 2.172.522 1.946.127 2.596.498
Ekspor 194.834 176.795 280.458 93.040
Impor 872.710 929.267 567.997 871.652
% Utilitas 69.2 64.6 75.4 82.6
Besi Canai Dingin:
Produksi 823.220 722.250 761.974 788.643
Konsumsi 1.202.404 1.336.246 1.105.405 1.416.060
Ekspor 183.641 97.895 166.250 91.870
Impor 562.824 711.891 509.682 719.287
% Utilitas 61 53.5 56.4 58.4
Sumber: Dirjen Industri Logam, Mesin dan Aneka, Departemen Perindustrian, 2008 (diolah).

rendah. Kebutuhan baja di Indonesia yang saat ini otomotif nasional yang telah berkembang sejak 35
baru hanya sekitar 6 juta ton per tahun, dipasok dari tahun lalu hingga sekarang masih harus mengan-
dalam negeri hanya 4 juta ton dan sisanya sekitar 2 dalkan pelat baja impor sebagai bahan baku utama.
juta ton impor. Hal ini sangat ironis mengingat Karena itu, kebijakan pembangunan industri baja
pasokan baja domestik kelebihan sampai 2,5 juta ton harus diperioritaskan.
atau 50 persen dari produksi riil sekitar 4 juta ton per
Berdasarkan data Departemen Perindustrian,
tahun. Kelebihan pasokan tersebut menyebabkan
produksi nasional industri baja tahun 2008 sebesar
industri baja memasuki fase sangat rawan. Produk
8,9 juta ton per tahun dengan tingkat utilisasi 59,8
baja yang tidak terserap pasar, adalah jenis long
persen. Namun, krisis ekonomi menyebabkan
product dan flat product segala ukuran. Tidak
produksi baja kian turun, dari 4,16 juta ton menjadi
terserapnya pasokan baja domestik diakibatkan oleh:
4,08 juta ton. Artinya, di saat krisis global tahun 200,
(a) rendahnya penyerapan baja pada proyek infra-
industri baja merupakan salah satu sektor industri
struktur, (b) serbuan baja impor illegal, dan (c)
yang terkena dampak krisis ekonomi global.
praktek dumping negara lain.
Maraknya impor produk besi dan baja menyebabkan
Proyek infrastruktur seharusnya mengutama- 14 pabrik paku bangkrut pada akhir tahun 2008.
kan produk baja nasional. Pemerintah berjanji akan Pabrik-pabrik itu mengurangi produksi karena
segera mengeluarkan tata niaga impor baja. Dalam permintaan menurun. Tahun 2009 utilisasi pabrik
materi pokok tata niaga impor baja, disepakati bahwa besi dan baja cukup tinggil yakni 20-40 persen.
impor baja hanya bisa dilakukan oleh importir http://www.korantempo.com, 20 Februari, 2009.
produsen dan importir terdaftar. Ada 202 pos tarif Sementara itu, tingkat produski baja Indonesia
yang dicantumkan dalam tata niaga tersebut. Impor melalui BUMN PT Krakatau Steel (KS) juga tidak lagi
baja yang diperketat adalah yang sudah diproduksi di dapat diharapkan, karena sumbangan industri KS ini
Indonesia, misalnya baja lembaran canai panas atau hanya sekitar 1-3 juta ton/tahun. Padahal kebutuhan
hot rolled coil (HRC), baja lembaran atau hot rolled
dalam negeri sekitar 6-7 juta ton/tahun. Karena itu,
plate (HRP), dan besi beton. Tata niaga impor baja
itu juga membatasi impor baja dilakukan di harus ada upaya keras untuk mendongkrak industri
pelabuhan tertentu. Sedangkan, untuk jenis baja yang sangat vital ini. Permasalahannya justru sema-
yang belum bisa diproduksi di Indonesia tidak diatur kin kompleks, karena pada saat ini industri KS
dalam tata niaga. Jenis baja yang harus diimpor sebagai industri baja terbesar di Indonesia justru
adalah stainless steel atau baja untuk komponen sedang banyak menghadapi masalah internal yang
otomotif. Menurut Menperin (Fahmi Idris), industri sangat rumit dan terancam kebangkrutan. Salah satu

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 19


pilihannya adalah apakah menerima investasi asing juga tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi
dari ”si Raja Besi” dari India yakni Lakshmi Mittal, dalam negeri? Idealnya produksi baja nasional
atau menghimpun dana melalui pasar saham untuk Indonesia pada awal tahun 2010 saat ini adalah lebih
memperkuat PT KS ini, kedua pilihan ini juga masih besar dari 100 juta ton per tahun. Karena itu, kinerja
rumit dan ketika artikel ini ditulis pemerintah belum daya saing industri besi-baja Indonesia harus segera
mengambil keputusan ini. ditingkatkan. Karena, salah satu indikator rendahnya
Indikasinya ada kencenderungan untuk memilih proses pembangunan dan daya saing bangsa
perhimpunan dana demi memperkuat struktur pemo- tercermin dalam rendahnya daya saing industri besi-
dalan KS melalui pasar modal. Artinya sebagian baja nasional di negara yang bersangkutan.
saham KS akan dijual ke publik. Namun demikian, Persoalanya adalah mengapa kinerja daya saing
jika ingin menyelamatkan industri KS dan tetap produk industri besi-baja Indonesia tetap berdaya
menjaga kewibawaan bangsa dan negara serta demi saing rendah dan tidak mandiri?
rakyat, sebaiknya melalui upaya patnersip saja dari Permasalahan yang paling utama terjadi pada
pihak swasta yang besar yang ada di Indonesia dan industri besi baja nasional Indonesia adalah, industri
jangan dijual ke pihak asing seperti PT Indosat. ini masih memiliki ketergantungan impor bahan baku
Sebab industri KS ini cukup strategis bagi pem- yang sangat tinggi, terutama pada industri baja hulu,
bangunan bangsa Indonesia ke depan. Jika PT KS sehingga industri baja nasional Indonesia tidak
mandiri dan sangat tergantung pada kondisi pasar
sahamnya dijual ke pihak asing dengan harga yang
baja dunia. Argumentasinya, karena industri besi
tidak wajar, maka ini dapat berarti bunuh diri. baja nasional belum mampu menciptakan atau
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah mengembangkan teknologi untuk pengolahan bijih
kekurangan bahan baku tersebut sebenarnya selain besi lokal menjadi bahan mentah yang digunakan
menjual saham secara patnersip pada pihak swasta sebagai bahan baku untuk industri besi baja tersebut.
dalam negeri Indonesia, juga dapat dilakukan Isu terjadinya kelangkaan bahan baku besi baja yang
menyebabkan kenaikan harga bahan baku dunia
kebijakan secara integrasi ke hulu atau beraliansi
pada tahun 2003 menyebabkan kinerja pertumbuhan
dengan industri pemasok utama dalam negeri yang output dan nilai tambah industri baja Indonesia
lain atau berintegrasi dengan industri besar di dunia, menjadi negatif pula.
terutama kepada industri pemasok bahan baku
terbesar di dunia seperti dengan Amerika, Australia, Kemudian, pada tahun akhir 2008 terjadi krisis
global, dan sejak saat itu hingga awal tahun 2010 ini
Korea atau bahkan dengan India dan China sendiri.
juga terjadi krisis baja dunia yang semakin besar,
China merupakan salah satu produsen bahan baku akibat adanya permintaan besi baja yang sangat
terbesar untuk industri besi dan baja, jadi volume besar dari negara-negara khususnya seperti China,
importasi bahan baku dan penunjang untuk industri Irak, dan Rusia. Negara-negara produsen baja
besi dan baja nasional banyak melakukan impor dari terbesar dunia seperti China, Jepang, Amerika dan
negara China. Karena, jika hal ini tidak dilakukan, Rusia juga tidak mau mengekspor produknya dengan
justru kebijakan integrasi yang telah dilakukan oleh alasan digunakannya sendiri. Selain itu, Industri besi
industri strategis di negar lain akan tetap baja nasional Indonesia ini pun masih menggunakan
mengancam pasokan biji besi berskala kecil seperti sumber energi gas yang harganya semakin
meningkat dalam proses produksinya padahal energi
di Asia Tenggara termasuk di Indonesia. Artinya,
pasokan listrik juga terbatas, sehingga menyebabkan
daripada kita dimakan sebaiknya kita bergabung atau teknik pengolahannya pun menjadi kurang efisien.
berintegrasi dengan yang mau memakan kita. Berdasarkan permasalahan ini mencerminkan bahwa
industri besi baja nasional Indonesia sangat
Kondisi Daya Saing Industri Besi-Baja Indonesia dipengaruhi oleh kondisi pasar baja internasional
sehingga jika sedikit saja terjadi guncangan
Mengapa industri besi-baja nasional Indonesia perekonomian dunia yang menyebabkan terjadinya
dengan jumlah penduduk yang sangat besar, pro- kenaikan harga bahan baku baja akan sangat
duksi bajanya hanya baru mencapai 3,8 juta ton per berpengaruh buruk terhadap struktur dan kinerja
tahun, atau hanya 0,3% dari produksi baja dunia dan industri besi baja nasional Indonesia.

20 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
Dampak multiplier efek dari keberadaan potensi penelitian menunjukkan bahwa biji besi yang ada di
bahan baku besi-baja di Indonesia yang masih Indonesia sebagai bahan baku baja belum ekonomis
rendah baik secara kualitas dan kuantitas, ternyata untuk diolah, karena perlu teknologi yang padat
menjadi faktor utama rendahnya daya saing produksi modal untuk mengolahnya. Sementara itu, jumlahnya
besi-baja nasional Indonesia yang tidak sekuat dan masih sedikit dan terpencar-pencar seperti di
sekokoh namanya. Rendahnya kulitas dan kuantintas Kalimantan. Akibatnya, untuk dapat memenuhi kapa-
bahan baku dalam negeri berdampak pada proses sitas produksi, maka bahan baku tersebut lebih
produksi yang harus dicampur terlebih dahulu banyak diimpor (lihat gambar-3).
dengan teknologi yang tinggi dan mahal sebelum Dengan demikian, tantangan utama dan pe-
diolah. Padahal persediaan modal dana terus luang untuk dapat membangun dan mengembang-
semakin menipis akibat terus meningkatnya harga kan industri besi-baja nasional Indonesia agar
bahan baku internasional yang berkualitas dari tahun memiliki kinerja daya saing yang kuat dan mandiri
ketahun belakangan ini. Padahal, kebijakan investasi adalah masalah pengadaan bahan baku dan
untuk menambah modal usaha juga bukan merupa- terbatasnya sumber energi listrik. Misalnya, bahan
kan hal yang mudah untuk segera dilakukan. Semen- baku biji besi dan scrap hampir seluruhnya masih
tara itu, kebijakan pemerintah yang terintegrasi untuk diimpor. Di sisi lain, ketersediaan energi listrik
membantu menyelesaikan permasalahan tersebut nasional saat ini masih sangat terbatas, sehingga
tidak segera dilakukan, “bahkan ada kesan membiar- industri besi-baja tidak dapat beroperasi secara
kan” seperti kasus indosat pada saat itu yang akhir optimal, yang secara langsung dapat mengakibatkan
penyelesaiannya dijual ke pihak asing dengan harga turunnya kinerja produktivitas dan kenaikan indeks
yang sangat murah. Inilah contoh buruk kebodohan biaya produksi dari waktu ke waktu. Sebenarnya,
bangsa Indonesia yang mungkin akan dapat terulang masih ada potensi keunggulan komparatif dari
kembali. potensi geologi bahan-bahan tambang seperti; batu
Rendahnya potensi bahan baku berdampak bara, gas alam, bijih mangan, nikel, krom kapur, dan
kepada tetap rendahnya tingkat produksi yang pada dolomit yang selama ini belum didayagunakan oleh
gilirannya menjadi tetap rendahnya kinerja produk- industri besi-baja nasional Indonesia, bahkan
tivitas dan daya saing industri besi baja nasional ironisnya, keberadaan sumber daya energi tersebut
Indonesia dan juga tidak mandiri. Selanjutnya, hasil sekarang banyak yang diekspor. Potensi sumber

TEKNOLOGI BAHAN BAKU


Peralatan Utama Bijih Besi, Plg Iron,
Suku cadang Scrab

ENERGI
Gas, Lilstrik, BBM,
Batu Bara
INDUSTRI PRODUK
BESI BAJA BAJA
ALLOY NASIONAL KASAR
FeMn, Fe-Sl, SlMn,
CaSl, FeSr, FeNb,
FeV, FeTl, FeMo
FeNi, Al
B. PENUNJANG Produk dalam negeri
REFRAKTORI C-Riser Impor

ELEKTRODA Produk dalam negeri & impor

Gambar 3. Kebutuhan Material Bahan Baku dan Kemandirian Industri Baja Indonesia

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 21


daya tersebut seperti batu bara, gas alam, sinar senilai US$639,7 juta. Sementara itu, nilai impor baja
matahari, air, nuklir dan sebagainya juga cukup mentah pada 2007 mencapai 2 juta ton atau senilai
potensial untuk sumber daya penggerak listrik US$1,1 miliar. Pada 2008 nilai itu melonjak menjadi
sebagai sumber daya industri besi baja, sehingga US$2,1 miliar atau sebesar 2,6 juta ton. Namun
listri tidak hanya dijalankan dengan minyak saja. demikian, impor sempat menyusut pada 2009
Namun, sumberdaya ini juga belum dioptimalkan menjadi 2,1 juta ton senilai US$933,2 juta. Ironisnya,
penggunaannya, akibatnya tingkat kinerja produksi industri hulu justru mengimpor hampir 100% dari
baja Indonesia masih tetap rendah dibanding tingkat kebutuhan bahan baku penting itu dengan harga
konsumsinya. yang tinggi. Hal ini semestinya dapat berati jika
Pada awal tahun 2010 ini, produksi besi baja industri ini bisa memperoleh bahan baku lebih
Indonesia masih sangat tergantung pada bahan baku murah, tentu daya saing bisa ditingkatkan. Misalkan,
impor, sehingga daya saing industri baja nasional salah satu caranya adalah dengan cara meningkat-
justru makin terkikis akibat pembengkakan biaya kan investasi.
produksi, yang disertai dengan liberalisasi pasar Selain itu, pada awal tahun 2010 ini justru
Asean-China (ACFTA) dan defisit pasokan energi. industri baja dihadapkan pada dampak ACFTA. Kerja
Menurut Direktur Industri Logam Ditjen Industri sama ini bisa semakin menekan daya saing produk
Logam Mesin Tekstil dan Aneka Kementerian hilir yang sebagian besar berbasis pasar lokal.
Perindustrian I Putu Suryawirawan menyatakan Pasalnya, China masih mengenakan subsidi ekspor
bahwa pada awal tahun 2010 ini sekitar 80% dari bagi sejumlah sektor manufaktur melalui skema rabat
biaya produksi baja berasal dari bahan baku impor. pajak nilai tambah ekspor, artinya; "skema subsidi
Ia menegaskan bahwa “hampir semua kebutuhan ekspor ini justru bisa semakin mengikis daya saing
bahan baku baja berupa material dasar, seperti bijih industri baja nasional. Di sisi internal, penurunan
besi dan baja mentah, yakni slab dan billet yang daya saing juga dipicu oleh keterbatasan pasokan
sebagian besar masih diimpor dengan harga pasar," energi, seperti gas dan listrik. Pasokan gas dan listrik
kata Putu dalam workshop Pendalaman Kebijakan bagi industri baja hulu pada tahun 2010 ini terancam
Industri untuk Wartawan, Awal Maret 2010. berkurang lebih dari separuh dari total kebutuhan
Selanjutnya, ketergantungan terhadap impor pada indstri ini.
bahan baku itu menyebabkan produk hilir yang diolah Pada dasarnya, kinerja masih tetap rendahnya
dari slab (bahan baku untuk baja lembaran) dan billet tingkat produksi industri baja nasional Indonesia juga
(bahan baku baja lonjoran) sulit bersaing dengan dialami oleh beberapa negara di ASEAN dalam
produk baja impor. Berdasarkan catatan Kemen- kurun waktu 10 tahun terakhir ini (Lihat Tabel-3).
perin, volume knpor material dasar baja pada 2007 Pada tabel-3 tersebut nampak tingkat produksi baja
mencapai 1,85 juta ton senilai US$657,6 juta. Impor di Indonesia paling tinggi, namun jika dikaitkan
tersebut melonjak menjadi 2,7 juta ton senilai dengan jumlah penduduk Indonesia dibanding
US$1,47 miliar pada 2008 dan sempat menyusut dengan negara anggota Asean lainnya justru
pada 2009 akibat krisis global menjadi 1,89 juta ton Indonesia paling kecil. Masih tetap kecilnya tingkat

Tabel 3. Produksi dan Konsumsi Baja ASEAN 1998-2006


PRODUKSI, x1000T KONSUMSI, x1000T
NEGARA
1998 2002 2006 1998 2002 2006
Indonesia 2.699 2.462 3.759 3.314 4.859 6.245
Malaysia 1.903 4.722 5.834 4.087 7.061 6.779
Philiphines 884 550 558 2.977 3.735 3.141
Singapore 499 545 607 3.245 2.925 2.575
Thailand 1.814 2.538 5.210 3.827 9.988 13.416
Vietnam 306 409 1.400 2.046 4.489 5.821
Total 8.150 11.226 17.368 19.496 33.057 37.977
Sumber: PT Krakatau Steel, 2007

22 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
konsumsi produk baja per kapita ini mengindikasikan kodisi industri baja dunia menjadi semakin sulit
bahwa proses pembangunan bangsa Indonesia diprekdisikan. Sebagai contoh, ketika tahun 2008
semakin jauh ketinggalan dengan negara-negara China sebagai tuan rumah Olimpiade, hampir seba-
anggota Asean tersebut. Hal ini berarti dapat gian besar bahan baku baja dunia tersedot ke China
dinyatakan bahwa daya saing industri besi-baja sejak beberapa tahun sebelumnya. Begitu juga yang
nasional Indonesia juga tetap lebih rendah daripada terjadi di Irak, dampak pembangunan kembali
daya saing industri besi-baja negara-negara Asean. infrastruktur Irak yang rusak akibat perang juga
Secara umum, kondisi kinerja produktiivitas dan menjadi pesaing utama China dalam mengkonsumsi
daya saing produk baja nasional Indonesia masih produk baja dunia.
tetap rendah dan bahkan semakin tertinggal serta Kondisi pasar baja internasional yang demikian,
kalah efisien jika dibanding dengan negara-negara mau tidak mau juga berdampak terhadap industri
lain termasuk Asean. Hasil kajian menunjukkan baja nasional Indonesia yang masih tergantung
bahwa nilai utilitisasi kapasitas produksi industri besi- kepada bahan baku dan produk baja impor. Karena,
baja nasional Indonesia masih sangat rendah, rata- pokok permasalahan untuk mencari bahan baku
rata hanya sekitar 56%. Berbagai faktor yang menye- besi-baja bukan hanya sulit, tetapi juga mahal
babkan masalah kondisi tersebut terjadi adalah; (a) harganya. Permasalahan ini menjadi semakin sulit
industri peyedia bahan baku belum berkembang, (b) dan kompleks karena tidak didukung pasokan bahan
kurangnya ketersediaan dan meningkatnya harga baku lokal yang cukup baik secara kualitas maupun
energi industri baja hulu, (c) ketergantungan perma- kuantitas. Argumentasi lainnya adalah, karena
nen industri baja nasional pada bahan baku impor, negara produsen terbesar sekalipun seperti China
(d) rendahnya jumlah investasi pembangunan juga akan melindungi industri baja nasionalnya.
industri baja dan industri terkait turunannya, (e) Misalkan China dan Malaysia masing-masing mem-
rendahnya pertumbuhan konsumsi industri baja berikan bea masuk HCR 39% dan 50%. Padahal di
nasional, (f) rendahnya daya saing dari berbagai sisi Indonessia, mengharapkan pedagang yang loyal
yang lain (g) regulasi yang kurang efektif, sehingga terhadap produk domestik agaknya sangat mustahl
perlu ada penataan kembali terutama dari sisi dilakukan. Karena itu, perlu dialkukan harmonisasi
pengawasan, dan sebagainya. tarif dari hulu ke hilir. Cara ini juga pernah dilakukan
Pada prinsipnya, kebutuhan baja nasional akan pada industri pipa baja di Indonesia (Prasetyo, 2006).
semakin terus meningkat sesuai dengan peningkatan Berdasarkan Tabel-4, bahwa dari 11 jenis pro-
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Pada duk baja nampak telah terjadi peningkatan sekitar
tahun 2025 diproyeksikan konsumsi baja nasional 1,07% sampai 12,50%, di mana kenaikan terkecil
Indonesia dapat mencapai 100 kg per kapita. Hal ini sebesar 1,07% terjadi pada jenis Plate, dan kenaikan
merupakan tantangan yang tidak mudah bagi industri terbesar sebesar 12,50 terjadi pada jenis Tin Plate.
besi-baja nasional Indonesia untuk dapat memenu- Walaupun demikian, masih ada 7 jenis produk besi
hinya jika mengingat kondisi struktur dan kinerja dan baja yang masih mengalami penurnan hingga
industri tersebut masih rendah dan kekurangan sampai sekitar 0,27%-20.86%, dan penurunan
bahan baku yang berkualitas. Oleh karena itu, sangat terbesar adalah jenis besi spon (20,86%) sedangkan
dibutuhkan kebijakan pemerintah yang sangat serius penurunan terkecil adalah jenis produk HRC.
untuk mengatasii permasalahana tersebut. Sebab, Sementara itu, tingkat utilitas industri besi-baja
dengan pada saat ini ada indikasi terjadinya nasional pada tahun 2008 juga meningkat sebesar
deindustrialisasi di Indonesia, sehingga pemerintah 1,1% yakni dari 60.5% pada tahun 2007 menjadi
sebagai pemegang regulator dan pemilik terbesar 61,6% di tahun 2008.
industri besi-baja KS harus segera turun tangan Hasil penelitian menjelaskan lebih lanjut bahwa,
dengan benar, arif dan bijaksana. Selain itu, juga ada penurunan tersebut banyak disebabkan oleh adanya
indikasi bahwa dengan semakin meningkatnya harga perbaikan mesin-mesin produksi yang sudah tua,
bahan baku dunia yang makin mahal, ada kencen- pemogokan buruh, dan tingginya persediaan produk
derungan industri baja dunia mulai mengutamakan tahun-tahun sebelumnya serta menurunnya permin-
kebutuhan pasar negaranya masing-masing. Artinya, taan dalam negeri akibat krismon. Sementara itu,

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 23


Tabel 4. Kapasitas Terpasang dan Produksi Industri Besi Baja Nasional Indonesia
Kelompok Kapasitas Terpasang Produksi
No. Perubahan (%)
Produk Industri 2008 2007 2008
1 Besi Spon 2.300.000 1.322.740 1.046.8191 - 20.86
2 Slap baja 1.850.000 1.364.550 1.381.007 1.21
3 Bilet/Ingot//Bloom 7.057.200 2.795.373 2.696.137 -3.55
4 Besi Beton/profil ringan 5.843.950 1.842.630 1.683.820 2.23
5 Batang kawat baja 1.390.000 919.562 839.101 -8.75
6 Profil berat (rolled) 250.000 256.279 237.241 -7.43
HRC 2.200.000 1.817.887 1.801.950 -0.88
Plate 920.000 826.049 834.915 1.07
7 HRC & Plate 3.120.000 2.643.936 2.636.865 -0.27
8 Pipa las lurus/spiral 2.243.000 642.832 637.050 -0.9
9 CRC/Sheet 1.350.000 788.643 802.900 1.81
10 BjLS/warna 1.200.000 329.509 336.850 2.23
11 Tin plate 130.000 98.670 111.004 12.5
Utilities 60.50% 61,6% 1,1
Sumber: Deperindag (diolah)

kecenderungan adanya peningkatan persediaan ini sional lebih murah daripada produk besi-baja nasio-
terutama disebabkan adanya kekwatiran pada harga nal (dalam negeri Indonesia).
sebelum naik, sehingga kenaikan terbesar ini hanya Dalam situasi pasar baja yang abnormal itu,
dapat dilihat dari meningkatnya produk Tin Plate perlindugan industri besi-baja dalam negeri dengan
(12,50%). kebijakan tariff barriers saja sebenarnya tidak cukup,
apalagi pengaturan tarif di Indonesia belum
Kebijakan Program Pembangunan Industri Besi harmonis. Oleh karena itu, pemerintah harus segera
Baja dan Persoalannya menuntaskan masalah harmonisasi tarif bagi produk
baja dari hulu hingga hilir terlebih dahulu. Kebijakan
Kebijakan program pembangunan sektor ini harus ditempuh agar tidak terjadi beban ganda
industri manufaktur pada RPJMN (2004-2009) difo- bagi produsen baja, sekaligus untuk menekan harga
kuskan untuk memperkuat struktur dan daya saing di pasar domestik. Selanjutnya, agar industri baja
perekonomian Indonesia. Pembangunan industri ini nasional menjadi ”percaya diri”, maka pemerintah
sebenarnya merupakan bagian dari upaya untuk juga perlu menjaga eksistensi mereka dengan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang kebijakan perlindungan nontarif. Kebijakan non tarif
mengacu kepada 3 pilar utama (pro growth, pro job ini misalkan ada keharusan penggunaan Standard
dan pro poor). Namun demikian, industri besi baja Nasional Indonesia (SNI), ijin impor, anti dumping,
sekarang dan ke depan masih menghadapi perso- subsidi atau safequard, penguatan modal, dan
alan besar, yakni faktor eksternal terberat yang sebagainya. Selain itu, juga perlu ada pengendalian
dihadapi industri ini adalah serbuan produk impor kebijakan impor baja yang cenderung spekulatif dan
akibat kelebihan produksi baja internasional, khusus- merusak harga domestik, dan perlindungan terhadap
nya dari China dan India. Surplus industri baja free trade area (FTA) terutama dari serbuan China
internasional ini sebenarnya telah terjadi sejak 2005 dan India.
dan akan berlangsung hingga 2010. Kondisi kele-
Persoalan internal program pembangunan
bihan pasokan internasional ini sekilas mengun-
industri besi-baja nasional terberat saat ini adalah
tungkan kebutuhan baja Indonesia yang masih lebih
kekurangan modal untuk pemenuhan bahan baku
besar tingkat konsumsinya daripada tingkat produk-
yang berkualitas dalam jumlah yang memadahi.
sinya. Namun, di sisi lain justru mematikan industri
Sekalipun, dalam era globalisasi, perangkat World
baja nasional, karena harga produk besi-baja interna-

24 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
Trade Organization (WTO) yang dapat digunakan Strategi kebijakan melalui penjualan KS ke
untuk melindungi industri domnestik memang hanya pihak asing (jika ada rencana ini) juga bukan solusi
kebijakan nontarif. Namun demikian, keberadaan yang tepat bila dikaitkan untuk meningkatkan
industri besi-baja nasional tetap harus dilindungi kapasitas produksi baja KS dan nasional. Jika KS
dengan cara diberi kekuatan, karena industri ini dijual ke asing dalam kondisi masih merugi (distress),
memerlukan padat modal, sehingga tidak bisa hanya maka harganya pasti akan jatuh. Di luar ini, banyak
dipecahkan oleh industriawan saja. Kebijakan inves- kasus akuisisi baja mengalami kegagalan karena
tasi terhadap industri besi-baja nasional dalam waktu masalah incompatible motive, incompatible culture,
dekat ini mutlak harus segera dilakukan agar kebe- overpromising, cheating, minimum commitment on
radaan industri besi-baja nasional mampu bertahan. development, dan sebagainya yang perlu menjadi
Karena, jika kebijakan investasi yang memihak pelajaran bagi bangsa Indonesia. Sebagai aset
industri baja nasional tidak dilakukan, maka industri strategis, semestinya KS jangan dijual dan harus
besi-baja nasional tidak akan sekuat namanya jika tetap dipertahkan jika sewaktu-waktu dibutuhkan
bersaing dengan produk baja impor diera globalisasi dalam rangka sebagai penjaga gawang kekuatan
ini. Selain itu, perlu dilakukan riset secara terus keberadaan industri baja nasional Indonesia. Salah
menerus terhadap permasalahan bahan baku biji- satu strategi kebijakan yang dibutuhkan untuk
besi sebagai bahan dasar produksi industri baja meningkatkan kapasitas produksi baja nasional
nasional kita yang selama ini belum berkualitas dan adalah dengan membuka investasi baru yang seluas-
jumlahnya belum memadahi. Sebab, cara yang luasnya bagi pemain baru (lokal dan asing). Dengan
paling baik dari sisi internal untuk mengurangi impor demikian, sejumlah hambatan regulasi di sektor
adalah dengan memperbesar hasil produksi besi investasi baja perlu dibenahi. Inilah langkah strategi
baja dalam negeri sendiri, maka industri besi-baja kebijakan yang tepat untuk mengatasi berbagai
nasional harus dibantu dan terus dipacu untuk problema yang ada pada industri baja nasional
memperbesar produksinya. Indonesia.
Selain itu, menginggat kelemahan fundamental
Strategi Kebijakan Industri Besi Baja Indonesia yang terjadi pada industri besi baja nasional
ke Depan Indonesia adalah masih sedikitnya bahan baku
produksi baik secara kualitas dan kuantitas, maka
Berdasarkan analisis hasil penelitian di atas, perlu dilakukan strategi kebijakan yang lebih memiliki
semakin jelas bahwa industri besi baja nasional keterkaitan ke belakang (backward linkage) kepada
Indonesia sangat membutuhkan peningkatan kapa- industri logam dasar terkait. Misalkan terhadap
sitas untuk memenuhi defisit baja nasional. Namun, keberadaan industri logam dasar besi dan baja,
langkah ini akan sulit terealisasi bila industri baja seperti logam non ferro (aluminium, tembaga dan
nasional Indonesia terus dibiarkan bertarung dengan nikel). Ada beberapa strategi kebijakan yang harus
pemain global yang sudah kuat. Oleh karena itu dilakukan terkait dengan industri logam dasar
diperlukan strategi kebijakan proteckting, enabling tersebut yakni; (a) mengembangkan jindustri logam
dan empowering agar keberadaan Industri besi baja non ferro dengan memanfaatkan potensi dan sumber
nasional Indonesia mampu bersaing dengan industri daya lokal untuk meningkatkan nilai tambah di dalam
baja Internasional. Langkah pemerintah membiarkan negeri. (b) mendorong tumbuhnya industri logam non
tarif impor bagi baja luar negeri lebih rendah ferro hulu dan hilir antara, (c) mendorong pening-
dibandingkan negara lain (seperti Thailand dan katan utilitas pada industri yang ada dan diikuti
Malaysia) dalam jangka pendek memang dapat peningkatan kapasitas dan kualitas produksi melalui
dibenarkan bila dilihat dari kepentingan konsumen. penerapan standarisasi nasional dan internasional,
Namun, dalam jangka panjang, strategi kebijakan ini dan (d) memberikan kemudahan perizinan untuk
akan menyebabkan matinya industri baja dalam memperoleh kuasa pengembangan (KP) bagi
negeri yang ujungnya akan merugikan kepentingan investor baru yang akan membangun industri besi
konsumen dan kepentingan nasional bangsa baja di Indonesia.
Indonesia.

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 25


Beberapa investor asing baru yang akan pasokan energi gas dan listrik serta terbatasnya
membangun industri besi baja di Indonesia adalah; kemampuan teknologi untuk mengelola bahan baku
(a) Nanjing Iron and Steel Company Ltd (NISCO), lokal yang tidak berkualitas juga merupakan
dari China yakni berencana untuk memperluas permasalahan yang semakin melemahkan daya
usahanya di Indonesia dengan membangun pabrik saing industri besi baja di Indonesia. Karena itu,
pengolahan biji besi yang berasal dai Kalimatan diperlukan pembangunan infrastruktur di segala
Selatan. NISCO ini pada Desember 2007 telah bidang khususnya infrastruktur pendidikan dan jalan
melakukan studi kelayakan dan telah membuka dengan asumsi regulasi kebijakan antara pemerintah
kantor perwakilan (representative office). (b) Essar pusat dan daerah harus tetap sejalan baik yang
International dari India telah membangun pabrik bersifat teknis maupun non teknis. Jika kita semua
pengolahan biji besi di Kalimantan Selatan sejak mei tidak serius berkomitmen membangun infrastruktur
2007. (c) China Nikel Resources, berencana untuk pendidikan dan jalan, sebaiknya kita lupakan saja
membangun pabrik besi baja khususnya untuk mimpi pembangunan nasional Indonesia ke depan
kontruksi bangunan tinggi dengan memanfaatkan biji yang moderen seperti visi di tahun 2030.. Karena kita
besi yang memiliki kandungan nikel yang cukup harus sadar, jika negara sekecil seperti Singapura
tinggi di Kalimantan Selatan. Pada saat ini China konsumi baja 900 kg per kapita per tahun, maka agar
juga telah menjalin kerjasama dengan PT Yiwan Indonesia dapat menjadi bangsa modern seperti
Mining di Kabupaten Tanah Bambu Kalimantan mimpinya di tahun 2030, minimal sekarang harus
Selatan. (d) PT Semeru Surya Steel, juga telah sudah mengkonsumsi baja sekitar 1000 kg per kapita
membangun pabrik besi baja dengan kapasitas per tahun.
300.000 ton per tahun dengan teknologi Blast Industri baja adalah salah satu industri utama
Furnace dengan nilai investasi US$40 juta dan tanah yang mempunyai peranan sangat strategis untuk
seluas 200 Ha di Kecamatan Jorong, Pelaihari, mendorong proses industrialisasi bagi pembangunan
Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan, dan ekonomi suatu bangsa. Tingkat konsumsi baja
pembangunan ini telah dimulai sejak 11 Desember perkapita merupakan indikator yang menunjukkan
2007. tingkat kemajuan ekonomi suatu negara, karena
Menurut Deperindag (2009) selain beberapa pertumbuhan ekonomi didorong oleh kegiatan
strtategi di atas, juga dapat dilakukan beberapa investasi dan pembangunan infrastruktur di segala
alternatif strategi kebijakan yang lain sebagai opsi bidang, di mana baja berperan sebagai penghelanya.
untuk penyelamatan keberadaan industri besi baja Karena itu, sudah semestinya jika kebijakan
nasional Indonesia, yakni; (a) Menjual rugi untuk pembangunan industri besi dan baja di Indonesia
kurangi stok yang menumpuk, (b) Mengintensifkan harus segera diperioritaskan agar mampu
manajemen risiko dengan mengurangi aksi speku- berkembang dan berdaya saing tangguh seperti
lasi, (c) Menurunkan haga untuk penyerapan produk namanya.
baja lokal, (d) Membangun pabrik baja kasar (steel Peluang berkembangnya industri besi baja
making) untuk mengurangi impor dan (e) Memper- nasional Indonesia masih sangat terbuka lebar jika
kuat sinergi dan kebersamaan industri hulu dan hilir. dilihat dari tingkat konsumsi baja perkapita yang
masih sangat rendah yakni baru 33 kg per kapita per
SIMPULAN DAN SARAN tahun. Di mana kondisi konsumsi baja nasional yang
cenderung terus meningkat, sementara produksinya
Masalah masih ketergantungan yang sangat masih selalu di bawah tingkat konsumsi yang
tinggi terhadap bahan baku impor besi-baja dan dibutuhkan. Namun demikian, keterbatasan sumber
masalah infrastruktur yang belum memadahi serta daya bahan baku produksi baik secara kualitas dan
masih lemahnya kompetensi sumber daya manusia kuantitas serta masih rendahnya tingkat kemampuan
merupakan kendala utama lemahnya kinerja daya investasi modal dan terus meningkatnya harga
saing dan pertumbuhan industri besi baja dan bahan baku impor justru merupakan masalah yang
industri nasional Indonesia lainnya. Sementara itu, lebih besar daripada sekedar peluang di atas. Ada
mesin-mesin produksi yang sudah tua, terbatasnya berbagai faktor yang menyebabkan masalah kondisi

26 Struktur dan Kinerja Industri Besi dan Baja Indonesia... (Prasetyo: 12 – 27)
tersebut terjadi yaitu; (a) industri peyedia bahan baku kemandirian dan daya saing industri besi baja
belum berkembang, (b) kurangnya ketersediaan dan nasional Indonesia ke depan.
meningkatnya harga energi industri baja hulu, (c)
ketergantungan permanen industri baja nasional
DAFTAR PUSTAKA
pada bahan baku impor, (d) rendahnya jumlah
investasi pembangunan industri baja dan industri Ansari Bukhari, 2009, Produksi Baja, Dumping dan
terkait atau turunannya, (e) rendahnya pertumbuhan Peranan Pemerintah dalam Persaingan Bebas,
konsumsi industri baja nasional, (f) rendahnya daya makalah seminar nasional, 17 Januari 2009,
saing dari berbagai sisi yang lain (g) kebijakan Jakarta: Pusat Pengembangan Manajemen
Tunas.
regulasi yang kurang efektif, sehingga perlu ada
penataan kembali terutama dari sisi pengawasan, Gorg, Holger, (2000), Analysing Foreign Market
Entry, Journal of Economic Studies, Vol, 27, No.
dan sebagainya.
3 p.165-181 MCB, University Press.
Jika kita menyimak lebih dalam, sebenarnya Koesnohadi dan Ahmad Sobandi, 2008, Potensi
semua problem di atas tak ada yang baru, semua Sumber Daya Lokal Untuk Membangun
pekerjaan rumah ini harus segera dikerjakan dengan Kemandirian dan Daya Saing Industri Baja
sangat serius jika Indonesia ingin maju. Sebenarnya, Nasional, Bandung: Tek Mira ITB.
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam Krouse, Clement G., 1990, Theory of Industrial
termasuk bahan baku biji besi dan logam dasar, Economics, Cambridge: Basil Blackwell, Inc.
sebagai bahan baku pemandu dan pendukung Martin, Stephen, 1994, “Industrial Economics:
industri baja. Potensi ini harus dapat dimanfaatkan Economic Analysis and Public Policy”, Second
dengan baik agar terjadi nilai tambah yang edition, Macmilan Publishing Company, New
menguntungkan untuk membangun kemampuan York.
industri nasional dalam negeri. Oleh karena itu, Prasetyo P. Eko, 2006, Economies of Scale dan
strategi kebijakan pemberdayaan yang sinergi antara Concentration Ratio sebagai Diterminan dalam
pusat dan daerah untuk memperkuat struktur dan Struktur Pasar Pada Industri Pipa Baja di
meningkatkan kinerja daya saing industri besi baja Indonesia, Jurnal Dinamika Ekonomi, Sema-
nasional Indonesia pada saat ini mutlak sangat rang: FE Unnes
dibutuhkan. Permberdayaan yang dimaksud dalam Shepherd, William G., 1990, “The Economics of
hal ini adalah pemberdayaan potensi sumber daya Industrial Organization”, International Editions,
lokal yang strategis serta kebijakan peluang investasi Prentice Hall, 3 rd Ed, p.6.
untuk memperkokoh struktur serta membangun Sunarsip dan Nursanita Nasution, 2007, Republika;
Rubik Pareto, hal. 15., Kamis 13 Desember,
2007, Jakarta: Republika.

JEJAK, Volume 3, Nomor 1, Maret 2010 27

S-ar putea să vă placă și