Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
The Short Takeoff Landing Method (CN235 Turbo Prop Field Performance Test Case
Study)
Sayuti Syamsuar
Pusat Teknologi Industri dan Sistem Transportasi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
email: sayuti.syamsuar@bppt.go.id
Histori Artikel: The aircraft category of Short Take-Off Landing, in general, including
Diterima: 7 Mei 2015 lightweight aircrafts with take-off weight between 20.000 lb (9.072 kg) and
Direvisi: 30 Mei 2015 50.000 lb (22.680 kg) and capable in exceeding 50 ft (15 m) obstacle height
Disetujui: 10 Juni 2015 with only 1.500 ft (450 m) of take-off and landing distance. Thera are, at least,
three general requirements that have to be considered in order to develop this
category of aircraft; high aerodynamic performance, powerful engine,
Keywords:
qualified skill of pilot, and also the strength of aircraft structure that can
short take-off landing, height,
sustain heavy load.As for the study case, the author used the flight
distance, performance, engine,
performance data of CN235-100 (serial N-16) Short Field Landing with 230
pilot, flap
flap that was tested in Indonesian Aerospace Industry in 1996 for its trade-off
performance. There was also rejected take-off or accelerate stop distance test
Kata kunci:
with 100 flap and full throttle where one of the engine, then suddenly, shut
short takeoff landing, tinggi,
down in order to achieve critical condition and later the power of the another
jarak, performance, engine, pilot,
engine being reduced by the pilot so that the aircraft can stop at the end of the
flap
runway. Several pilot recommendations are given in the conclusion chapter.
Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo
Prop CN235 )(Sayuti Syamsuar) 49
PENDAHULUAN
Pada awalnya PT. Industri Pesawat Terbang standar regulasi keselamatan penerbangan.
Nusantara, Bandung telah melakukan kerja- Pada daerah Asia dan Afrika, sangat diminati
sama dalam pembuatan pesawat udara angkut pesawat udara jenis C212 dan dalam waktu
penumpang dan barang dengan pihak CASA, dekat, adalah kemunculan pesawat N-219. Pada
Spanyol, sehingga menghasilkan pesawat udara dekade 1995, diperkenalkan pesawat udara
CN235 pada tahun 1983. Setelah 12 tahun baru dengan versi militer, yaitu pesawat udara
kemudian, asosiasi perusahaan penerbangan ini CN235-100 dengan kemampuan STOL yang
mengembangkan kemampuan prestasi terbang lebih baik. Pesawat ini telah dipesan untuk
pesawat udara CN235 menjadi pesawat udara mengangkut pasukan militer oleh TNI-AU
CN235-100, dimana dengan ada penambahan Republik Indonesia dan pasukan militer Diraja
daya mesin dan penggunaan sayap dengan Malaysia. Beberapa skenario pengujian yang
karakteristik high lift akan meningkatkan terdapat dalam mission profile adalah adanya
kemampuan takeoff dan landing pada jarak beberapa pengujian terbang Short Field Landing
yang lebih pendek dari kondisi sebelumnya. dan Rejected Takeoff pada fase pengembangan
Metoda dan teknik uji terbang untuk prestasi terbang yang dilakukan 19 tahun yang
mendapatkan jarak takeoff dan landing yang lalu di Divisi Flight Test Center, PT. Industri
lebih pendek disebut dengan singkatan STOL Pesawat Terbang Nusantara, Bandung.
(Short Takeoff and Landing).
Tujuan dari penelitian ini adalah membahas TINJAUAN PUSTAKA
prestasi terbang takeoff dan landing pesawat Pada bagian ini dibahas beberapa metoda
udara CN235-100 untuk menghasilkan kinerja analisis dan praktek uji terbang di lapangan
terbang yang lebih baik dan mendapatkan jarak berdasarkan konsep Aerodinamika, Struktur
takeoff dan landing yang lebih pendek, sehingga dan Propulsi sebagai tinjauan pustaka. Sesuai
pesawat udara versi militer atau kargo ini dapat dengan kebutuhan operasional, para perancang
mendarat dan mengudara di landasan pacu akhirnya mengembangkan kemampuan
yang lebih pendek, seperti bandara Perintis di pesawat menggunakan konsep STOL. Sebagai
Tanah Air. referensi dalam penelitian ini, dipilih beberapa
Metoda yang dikembangkan untuk keperluan pesawat berukuran besar dan bermesin turbo
tersebut diatas dapat menggunakan beberapa prop, seperti pesawat udara C-130J Hercules dan
cara, misalnya dengan penggunaan flap dan slot C-160, yang di sketsa seperti Gambar 1.
yang berlapis-lapis, peralatan high lift devices
dan penggunaan sayap yang lebar. Atau,
penggunaan power yang lebih besar sehingga,
memperbesar akselerasi dan kemudian Pilot
membentuk sudut tanjakan (γ = climb gradient)
yang lebih besar saat mulai mengudara dan
sering menghasilkan drag yang lebih besar saat
terbang mendatar. Pada penelitian ini,
digunakan teknik uji terbang dari Pilot serta
menggunakan setting power dan brake.
Latar belakang penelitian ini, adalah
pengembangan kemampuan analisis khususnya Gambar 1 Pesawat udara C 130 Hercules.
dalam bidang prestasi terbang pesawat udara (Sumber: Pilot Guide to Takeoff Safety)
turbo prop dalam kebutuhan payload dan Pesawat pesawat ini terkenal sebagai pesawat
jumlah penumpang terhadap perkembangan angkut barang (cargo) dengan prestasi terbang
teknologi baru, dalam kasus ini pesawat udara yang luar biasa di lapangan. Akibat perubahan
CN235-100. Persoalan persoalan teknis di sudut sumbu x mesin mengakibatkan aliran
lapangan, seperti keberadaan landasan pacu udara ke belakang berubah drastis dan
yang pendek di daerah terpencil, membuat para menghantam sayap belakang dan memberikan
perancang berpikir keras agar memenuhi efek downwash yang tidak diinginkan. Efek
Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop
CN235 )(Sayuti Syamsuar) 51
dimana, dimana,
S1 : jarak fase di tanah [m] g : gaya gravitasi [m det-1]
S2 : jarak fase di udara [m] S1 : jarak takeoff di darat [meter]
VR : kecepatan rotasi [KIAS]
VTO : kecepatan takeoff [KIAS] Penggambaran persamaan matematika fase
V50 : kecepatan pada ketinggian 50 feet takeoff diperlihatkan oleh Gambar 6.
[KIAS]
dimana, dimana,
µ : koefisien gaya gesek S2 : jarak takeoff di udara
dimana,
S3 : jarak fase landing di udara [meter]
S4 : jarak fase landing di darat [meter]
VTD : kecepatan saat touchdown [KIAS]
Stop : berhenti Gambar 9 RTO pada AFM Amendment 25-92.
(Sumber: Pilot Guide to Takeoff Safety)
Persamaan untuk menghitung jarak di
udara saat Normal Landing Accelerate-Stop Distance atau Rejected
Persamaan yang diperoleh untuk menghitung Takeoff, adalah jarak yang diperlukan untuk
jarak landing di udara, S3 adalah: mengakselerasi semua mesin yang beroperasi
dan saat salah satu mesin tiba-tiba mati, dimana
VTD2 V502 VEVENT adalah satu detik sebelum saat V1 terjadi,
W( 50) menghasilkan konfigurasi pengereman untuk
2g
S3 (4) membuat pesawat udara berhenti dengan
(T D) avg . menggunakan maximum wheel braking.
Persamaan untuk menghitung jarak di darat Keadaan yang terjadi saat itu, pesawat
saat Normal Landing mengalami penurunan kecepatan secara
Persamaan yang diperoleh untuk menghitung drastis.
jarak landing di darat, S4 adalah: Reverse thrust tidak digunakan ketika
mendefinisikan FAR accelerate-stop distance
WVTD2 (seperti terlihat pada Gambar 9 di atas), kecuali
S4 (5)
2 g[T D (W L)] avg ketika landasan pacu basah, untuk sertifikasi
dibawah FAR Amendment 25-92.
Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop
CN235 )(Sayuti Syamsuar) 53
terlebih dahulu, dan kemudian memeriksa melakukan analisa data uji terbang Short
peralatan radio komunikasi. Mesin, rem dan Field Landing pesawat udara CN235-100
roda pendarat dalam keadaan baik, cuaca untuk keperluan Unpaved runway di
baik dan tidak ada cross wind (angin bandara Astra Kestra, Lampung, dan uji
menyamping) serta tidak ada lalu lintas terbang Rejected Takeoff di Bandar udara
penerbangan lain saat pengujian Hussein Sastranegara, Bandung, serta
berlangsung. Pengujian berlangsung di pagi beberapa uji lainnya.
hari dan biasanya dimulai dibawah jam Semua data uji terbang direkam dalam pita
10:00 wib, dimana angin dan cuaca saat itu rekaman dan ditampilkan dalam bentuk
tenang. Kemiringan landasan pacu sebesar kurva time histories (t) secara quick look dan
nol derajat membuat gaya angkat kemudian dilakukan perhitungan
aerodinamika pesawat tidak bertambah atau berdasarkan model matematika persamaan
berkurang, seperti keadaan di Bandar udara gerak Hukum Newton kedua untuk
Soekarno-Hatta, Cengkareng, sedangkan menghasilkan jarak total takeoff dan landing.
landasan pacu membentuk sudut di Bandar Beberapa konfigurasi berat, posisi titik
udara Husein Sastra Negara, Bandung. pusat gravitasi, c.g dan elevasi dari landasan
Lakukan uji taxiing dengan penambahan pacu diujikan untuk memenuhi syarat
kecepatan sebesar 5.0 knots, mulai dari sertifikasi berdasarkan Federal Aviation
kecepatan 30.0 knots dan berakhir pada Regulation (FAR), part 25. Beberapa
kecepatan 50.0 knots. Pastikan bahwa pengujian tentang Rejected Takeoff sebagai
aileron, rudder dan elevator dalam keadaan keadaan gagal melakukan takeoff dan Short
berfungsi baik pada saat itu dan semua data Field Landing sebagai penggunaan maximum
pada indicator di kokpit juga menunjukkan brake dan reverse thrust untuk pengereman
harga yang benar. Demikian juga, jika sehingga menghasilkan jarak mendarat yang
pesawat udara ini dilengkapi on board data lebih pendek di landasan pacu Perintis.
acquisition dan telemetry, semua data yang Short Landing Field dan Rejected Takeoff ini
dikirim ke Mission Control dapat diterima diperlukan untuk memenuhi standar
dengan baik dan nilai yang benar. Pastikan Internasional Federal Aviation Airworthiness
bahwa dengan radio komunikasi antara (FAA) dimana berguna untuk keperluan
Tower dan Observer juga sudah terhubung STOL pada landasan pacu Perintis di daerah-
dengan baik saat pelaksanaan uji terbang. daerah terpencil. Terdapat beberapa metoda
Data pendukung dari Specialist berasal dari perhitungan jarak takeoff dan landing
hasil perhitungan teoritis drag polar dan seperti penggunaan metoda grid, yaitu
hasil uji terowongan angin terhadap model dengan memasang runway marker dipinggir
tiga dimensi pesawat udara. landasan pacu disertai pemotretan dan
Test Pilot sudah mempunyai data perekaman video, sehingga diperoleh jarak
perhitungan awal dalam catatan Flight Test takeoff dan landing secara geometri grid.
Card yang selalu dibawanya saat uji terbang. Metoda analisis yang digunakan dalam
Pelaksanaan uji terbang selalu diawali tulisan ini, adalah rumusan matematika
dengan briefing terlebih dahulu. Apabila berdasarkan data yang terukur oleh sistem
semua data seperti posisi titik pusat sensor, instrumentasi dan peralatan data
gravitasi dan berat maksimum pesawat akuisisi seperti komputer, dengan error
udara sudah terpenuhi, maka dilakukan sekecil mungkin; dan kemudian digunakan
pengujian runway hoping, dimana pada pada analisis data untuk menghitung jarak
kecepatan (45.0 – 65.0) knots membuat takeoff dan landing yang terjadi sesuai
hidung pesawat udara mulai mengalami regulasi.
rotasi. Jarak takeoff atau landing di darat ditambah
Pilot kemudian mengurangi power, sehingga jarak takeoff atau landing di udara
kecepatan menjadi berkurang dan akhirnya merupakan jarak total takeoff atau jarak
hidung pesawat turun lagi dan kecepatan landing. Biasanya metoda perhitungan ini
terus berkurang dan kemudian roda digunakan orang untuk fase pengembangan,
pesawat udara menyentuh dan berhenti di bukan untuk proses sertifikasi. Pada fase
ujung landasan pacu. Pada tulisan ini penulis
Warta Ardhia, Volume 41 No. 2 Juni 2015, hal. 49 - 58
54
Sertifikasi, para ahli masih menggunakan
metoda grid. Semakin pendek jarak takeoff
dan landing, maka semakin baik prestasi
terbang pesawat udara tersebut dan banyak
diminati oleh airliner. Landasan pacu yang
digunakan semakin pendek, sehingga,
pesawat udara tersebut mempunyai daya
saing tinggi. Pengujian dilakukan beberapa
run, sehingga data ini membantu dalam
pembuatan Airplane Flight Manual (AFM)
sebagai pegangan Pilot, apabila pesawat Gambar 11 Pesawat udara C295 saat belok.
sudah laik terbang. Faktor yang paling (Sumber: S. Syamsuar, 2013)
menentukan dalam memperpendek jarak
takeoff atau landing adalah teknik uji HASIL DAN PEMBAHASAN
terbang dari Test Pilot yang tidak diuraikan Pada saat melakukan takeoff, tenaga pesawat
disini, karena menyangkut kemahiran dari udara CN235-100 menggunakan power takeoff,
Pilot tersebut dalam menerbangkan pesawat dimana teknik uji terbang Pilot dalam
sebagai proses uji terbang di lapangan. menerbangkan pesawat udara menggunakan
Program uji terbang adalah untuk sudut best climb gradient (γ) saat pesawat
menentukan sudut flap optimum saat takeoff udara mulai mengudara dan menanjak,
pada uji Rejected Takeoff dan saat landing kemudian terbang mendatar. Gaya gaya dan
pada uji Short Field Landing yang momen momen yang bekerja pada pesawat
menghasilkan jarak terpendek. udara saat terbang menanjak di Tata Acuan
Pada Gambar 10 terlihat pesawat udara Koordinat di sumbu stabilitas pesawat udara
CN235-100 sedang bersiap-siap untuk CN235-100, seperti terlihat pada Gambar 12.
melakukan takeoff. Pesawat ini telah
melakukan banyak uji terbang sehubungan
dengan STOL di Indonesia.
Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop
CN235 )(Sayuti Syamsuar) 55
Tabel 1 Short Field Landing (All Engine Operative) mesin mati
pada flap = 230 ST : jarak total
CG
Weight VREF VTD VBRAKE SAT SGT
% Pada Gambar 14 diperlihatkan contoh kurva
kg KIAS KIAS KIAS m m
MAC kejadian (t) dari hasil uji terbang Rejected
14375 16
100. 91.6 71.6 498 579 Takeoff pesawat udara CN235-100 dengan
8 MTOW = 14.041 kg dan titik pusat gravitasi, C.G
14160 16 97.6 90.8 75.2 410 756 = 20 %.
14008 16 97.8 87.8 76.2 480 640
13121 16 92.8 84.6 75.4 477 936
1
12992 16 86.5 82.5 65.7 331 807
Altitude [feet]
(Sumber: S. Syamsuar, et al. 1996)
0.5
dimana,
0
SAT : jarak Landing di udara
0 500 1000
SGT : jarak Landing di darat
Distance [meter]
VREF : kecepatan Refusal
Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop
CN235 )(Sayuti Syamsuar) 57
Warta Ardhia, Volume 41 No. 2 Juni 2015, hal. 49 - 58
58