Sunteți pe pagina 1din 3

1 Adityo et al.

, Kultur Organ

PERTANIAN

KULTUR ORGAN
Organ Culture

Vega Danar Adityo, Doni Ihsan Nawawi, Verandika Lusiawati


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Jember, Jawa Timur, 68121, Indonesia
Email:vegadanar45@gmail.com

ABSTRACT
Tissue culture is a vegetative method of plant propagation by taking parts of plants such as organs, tissues, groups of cells, and protoplast which will then be
planted on the media that has been made. Vegetative propagation using In Vitro culture is a technology that is used to supply seeds in large quantities and relatively
fast. Tissue culture activities are carried out by isolating and maintaining cell or plant tissue pieces grown on suitable artificial media and requiring a sterile or
aseptic environment. Sterile environment is needed in the activities of in vitro culture so that the parts of plants used can grow optimally and free from various
microorganisms that can cause contamination. Organ culture is one type of tissue culture where organ culture is a plant breeding technique using parts of plants.
Propagation of plants with organ culture does not require a long time as in the conventional plant propagation. Practicum of Plant Breeding on Organ Culture is
held on Friday, April 26, 2019 at 10.00-12.00 which takes place at the Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Jember. In the lab,
observations of H + 7 and H + 14 showed that the growth of planting material experienced a significant increase. The treatment of planting material with MS0 has
a higher growth when compared with using MS treatment + 0.5 NAA + 1 BAP.

Keywords: : Plants Breeding, Organ Culture, Vegetative Culture

ABSTRAK
Kultur jaringan merupakan suatu metode perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara mengambil bagian dari tanaman seperti organ, jaringan,
sekelompok sel, dan protoplas yang selanjutnya akan ditanam pada media yang telah dibuat. Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan kultur In Vitro
merupakan teknologi yang digunakan untuk penyediaan bibit dalam jumlah yang banyak dan relatif cepat. Kegiatan kultur jaringan dilakukan dengan teknik
pengisolasian dan pemeliharaan sel atau potongan jaringan tanaman yang ditumbuhan pada media buatan yang sesuai dan membutuhkan lingkungan yang steril
atau aseptik. Lingkungan yang steril sangat dibutuhkan dalam kegiatan kultur in vitro sehingga bagian tanaman yang digunakan dapat tumbuh secara optimal
dan terbebas dari berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi. Kultur organ merupakan salah satu macam kultur jaringan
dimana kultur organ merupakan teknik pembiakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian dari tanaman. Perbanyakan tanaman dengan kultur organ
tidak membutuhkan waktu yang lama seperti pada perbanyakan tanaman dengan cara konvensional. Praktikum Pembiakan Tanaman mengenai Kultur Organ
dilaksanakan pada hari Jumat, 26 April 2019 pada pukul 10.00-12.00 yang bertempat di Laboratorium Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.
Pada praktikum kali diperoleh hasil pengamatan H+7 dan H +14 yang menunjukkan bahwa pertumbuhan bahan tanam mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Perlakuan bahan tanam dengan MS0 memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan perlakuan MS + 0,5 NAA +
1 BAP.

Keywords: : Pembiakan Tanaman, Kultur Organ, Pembiakan Vegetatif


How to citate: Adityo, V. D., D. I. Nawawi dan V. Lusiawati. 2019. Kultur Organ. Pembiakan Tanaman 1(2): 1-3

PENDAHULUAN Pemilihan bahan dasar yang tidak tepat dapat menyebabkan eksplan tidak
tumbuh dan mati akibat dari kekurangan nutrisi. Bahan tanam yang
Menurut Oseni et al., (2018), kultur jaringan telah banyak digunakan didapat dari lapang banyak mengandung mikroorganisme yang dapat
dalam berbagai bidang pertanian, hortikultura, kehutanan maupun menyebabkan kontaminasi pada kultur in vitro sehingga diperlukan suatu
pemuliaan tanaman. Kultur jaringan merupakan suatu metode teknik sterilasi untuk menghilangkan kontaminan yang masih menempel.
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara mengambil bagian Selain itu media tanam juga dapat mendukung pertumbuhan
dari tanaman seperti organ, jaringan, sekelompok sel, dan protoplas yang mikroorganisme sehingga dapat menyebabkan kematian bahan tanam
selanjutnya akan ditanam pada media yang telah dibuat. Perbanyakan (Ikenganyia et al., 2017). Jenis kontaminan yang dapat menyerang
vegetatif dengan menggunakan kultur In Vitro merupakan teknologi yang eksplan berupa jamur dan bakteri. Ekplan yang yang terkontaminasi oleh
digunakan untuk penyediaan bibit dalam jumlah yang banyak dan relatif jamur dicirikan dengan adanya serabut halus yang tumbuh pada media
cepat (Yunita dkk, 2016). Kegiatan kultur jaringan dilakukan dengan disekitar eksplan, sedangkan yang terkontaminasi oleh bakteri dicirikan
teknik pengisolasian dan pemeliharaan sel atau potongan jaringan dengan adanya lendir atau
tanaman yang ditumbuhan pada media buatan yang sesuai dan Menurut Guma et al., (2015), sterilisasi merupakan suatu proses
membutuhkan lingkungan yang steril atau aseptik. Lingkungan yang steril pembuatan eksplan yang bebas dari kontaminan sebelum dilakukan
sangat dibutuhkan dalam kegiatan kultur in vitro sehingga bagian proses tanam. Sterilasasi pada eksplan dilakukan agar kontaminan yang
tanaman yang digunakan dapat tumbuh secara optimal dan terbebas dari ada dapat mati tanpa membunuh eksplan itu sendiri sehingga akan
berbagai mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya didapatkan tanaman yang maksimal. Sterilisasi pada eksplan dapat
kontaminasi. Kontaminasi dapat terjadi karena kesalahn prosedur dalam dilakukan dengan mencuci bersih eksplan pada air mengalir dan juga
proses pengerjaan kultur jaringan atau akibat adanak tepat ya dapat dilakukan dengan merendam eksplan dalam detergen kemudian
mikroorganisme pada permukaan atau di dalam jaringan eksplan. membilas dengan menggunakan aquades steril.
Tahap awal keberhasilan dalam kultur jaringan tidak terlepas dari
ketepatan dalam pemilihan bahan dasar eksplan yang akan digunakan.

Pembiakan Tanaman – Kultur Organ


2 Adityo et al., Kultur Organ

Ada bermacam-macam cara kultur jaringan salah satunya adalah Pertumbuhan Bahan Tanam H+14
dengan kultur organ. Kultur organ merupakan teknik pembiakan tanaman No. Perlakuan
dengan menggunakan bagian-bagian dari tanaman. Perbanyakan tanaman Kalus Tunas Akar
dengan kultur organ tidak membutuhkan waktu yang lama seperti pada 1 MS0 2 4 15
perbanyakan tanaman dengan cara konvensional. Bagian tanaman yang
biasa digunakan untuk kultur organ yaitu jaringan meristem seperti helai 2 MS0 2 4 12
daun, pucuk kormus, ruas batang muda dan akar (Anitasari dkk, 2018).
3 MS + NAA + BAP 0 4 3
Berbagai macam organ yang berbeda dapat menunjukkan suatu kecepatan
pembelahan sel yang berbeda pula. Kultur organ dapat menghasilkan 4 MS + NAA + BAP 1 4 2
tanaman baru dalam jumlah banyak dan memiliki sifat genetik sama
persis seperti induknya.
Organ tanaman seperti hipokotil, embrio yang masih muda, kotiledon Hasil pengamatan H+7 dan H +14 menunjukkan bahwa
serta batang yang muda merupakan bagian dari tanaman yang sangat pertumbuhan bahan tanam mengalami peningkatan yang cukup
mudah untuk menghasilkan kalus. Perbanyakan kultur organ dalam signifikan. Perlakuan bahan tanam dengan MS0 memiliki
perangsangan pembentukan akar dan tunas tergantung pada organ dan pertumbuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
spesies tanaman dimana eksplan itu diambil. Menurut Wahyudiningsih menggunakan perlakuan MS + 0,5 NAA + 1 BAP.
dan Sumardi (2016), eksplan merupakan bagaian organ tanaman yang
diambil dalam ukuran kecil dari tanaman induknya yang kemudian
dikulturkan. Eskplan dapat menghasilkan tanaman baru jika saat PEMBAHASAN
sterilisasi ekplan benar-benar steril. Eksplan pada tanaman dapat Kultur Jaringan merupakaan salah satu perbanyakan tanaman
menghasilkan kalus dengan memiliki warna yang berbeda-beda. secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman
Menurut Wijaya dkk (2017), menyatakan bahwa kalus adalah dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
kumpulan masa sel yang tidak terorganisasi atau belum terdiferensiasi. menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik
Hal tersebut terbentuk akibat dari pembelahan sel yang terjadi secara yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang
terus menerus. Kalus dapat diinduksi dengan menambahkan Zat Pengatur tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan
Tumbuh (ZPT) yang sesuai dengan media kultur. Induksi kalus bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur
diperlukan untuk merubah sel menjadi embrio somatik. Selain jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian
penamabahan ZPT, penambahan vitamin dan protein juga sangat vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat
diperlukan untuk pertumbuhan kalus. steril (Afni, 2016).
Kultur Organ merupakan suatu dasar kegiatan yang dilakukan
untuk pelaksanaan kultur jaringan. Penggunaan organ tanaman yang baik
BAHAN DAN METODE dan memiliiki sifat yang telah diketahui kualitasnya sangat diperlukan
Praktikum Pembiakan Tanaman acara 3 mengenai Kultur Organ dalam keberhasilan proses kultur jaringan yang dilakukan. Organ yang
dilaksanakan pada hari Jumat, 26 April 2019 pada pukul 10.00-12.00 memiliki sifat dan kualitas yang baik memiliki kemampuan pebelahan sel
yang bertempat di Laboratorium Agroteknologi, Fakultas pertanian, yang baik sehingga menentukan keberhasilan suatu kultur organ. Bagian
Universitas Jember. Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum tanaman yang digunakan sebagai eksplan umumnya merupakan jaringan
antara lain kertas label, tissue, masker, alat tulis, lembar pengamatan, muda yang aktif tumbuh (Herawan dkk, 2015). Jaringan tanaman yang
modul, alat dokumentasi, jagung muda, dan botol yang berisi media masih muda mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel aktif membelah
kultur. diri, dan relatif bersih. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai
Langkah Kerja Praktikum. Mencuci bersih ekspalan menggunakan eksplan adalah biji atau bagian-bagian biji seperti aksis embrio atau
detergen kemudian membilas dengan air mengalir. Menggojok eksplan kotiledon, tunas pucuk, potongan batang satu buku (nodal eksplan),
dengan larutan kloroks 20% selama 3 menit. Membilas dengan air steril. potongan akar, potongan daun, potongan umbi batang , umbi akar,
Mengulangi cara kerja no 2 dan 3sampai 3 kali. Menanam eksplan ke empulur batang, umbi lapis dengan dan bagian batang, dan bagian bunga.
media kultur. Praktikum kultur organ yang dilakukan menggunakan bahan
berupa biji jagung. Biji tanaman jagung diberi atau direndam oleh larutan
kloroks yang berfungsi sebagai disinfektan. Disinfektan berfungsi sebagai
cairan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang
HASIL menyebabkan penyakit. Embrio yang direndam oleh cairan kloroks tidak
terkontaminasi oleh bakteri maupun virus penyebab penyakit dan dapat
tumbuh dengan optimal tanpa ada hambatan dari penyakit. Perbedaan
Tabel 1. Pertumbuhan bahan tanam H+7
komposisi media, komposisi zat pengatur tumbuh dan jenis media yang
Pertumbuhan Bahan Tanam H+7 digunakan akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan regenerasi
No. Perlakuan eksplan yang dikulturkan. Perbedaan komposisi media, seperti jenis dan
Kalus Tunas Akar komposisi garam-garam anorganik, senyawa organik, zat pengatur
1 MS0 1 2 7 tumbuh sangat mempengaruhi respon eksplan saat dikulturkan.
Media untuk menumbuhkan sel/eksplan tanaman pada dasarnya
2 MS0 1 4 6 berisi unsur hara makro, mikro, dan gula sebagai sumber karbon. Selain
3 MS + NAA + BAP 0 1 1 itu, media kultur juga dilengkapi dengan zat besi, vitamin, mineral, dan
zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk kultur
4 MS + NAA + BAP 0 1 1 jaringan yakni NAA dan BAP dengan dosis tertentu. Hormon yang
terkandung dalam ZPT NAA dan BAP adalah hormon auksin pada NAA
dan hormon sitokinin pada BAP. Menurut Triharyanto dkk (2018), dosis
pemberian NAA dan BAP pada media kultur jaringan akan
mempengaruhi pertumbuhan bagian tanaman yang akan dilakukan kultur
organ serta tidak adanya kontaminasi baik pada media maupun bagian
tanaman. Penggunaan zat pengatur tumbuh di dalam kultur jaringan
tergantung pada arah pertumbuhan jaringan tanaman yang diinginkan.
Untuk pembentukan tunas digunakan sitokinin sedangkan untuk
pembentukan akar digunakan auksin. Jenis dan konsentrasi zat pengatur
Tabel 2. Pertumbuhan bahan tanam H+14

Pembiakan Tanaman – Kultur Organ


3 Adityo et al., Kultur Organ

tumbuh yang tepat untuk setiap tanaman tidak sama, tergantung pada Yunita, R., I. Mariska dan C. Tumilisar. 2016. Perbanyakan Tanaman Jambu Mete
genotip serta kondisi fisiologi jaringan tanaman (Anacardium occidentale L.) melalui Jalur Organogenesis. Agrobiogen, 8(3) :
113-119.
Praktikum kultur organ pada perlakuan MS0 H+7 memperoleh
data berupa kalus tumbuh sebanyak 1 pada ulangan satu dan dua, tunas
tumbuh sebanyak 2 pada ulangan satu dan sebanyak 4 pada ulangan dua,
akar tumbuh sebanyak 7 pada ulangan satu dan sebanyak 6 pada ulangan
dua. perlakuan MS + 0,5 NAA + 1 BAP diperoleh data yaitu berupa kalus
tumbuh sebanyak 0 pada ulangan tiga dan empat, tunas tumbuh sebanyak
1 pada ulangan tiga dan sebanyak 1 pada ulangan empat, akar tumbuh
sebanyak 1 pada ulangan tiga dan sebanyak 1 pada ulangan empat.
Perlakuan MS0 H+14 memperoleh data berupa kalus tumbuh sebanyak 2
pada ulangan satu dan dua, tunas tumbuh sebanyak 4 pada ulangan satu
dan sebanyak 4 pada ulangan dua, akar tumbuh sebanyak 15 pada
ulangan satu dan sebanyak 12 pada ulangan dua. perlakuan MS + 0,5
NAA + 1 BAP diperoleh data yaitu berupa kalus tumbuh sebanyak 0 pada
ulangan tiga dan sebanyak 1 pada ulangan empat, tunas tumbuh sebanyak
4 pada ulangan tiga dan sebanyak 4 pada ulangan empat, akar tumbuh
sebanyak 3 pada ulangan tiga dan sebanyak 2 pada ulangan empat.
Perlakuan MS0 menunjukkan bahwa eksplan tumbuh lebih baik
daripada perlakuan MS + 0,5 NAA + 1 BAP. Hal ini karena pada media
MS0 terdapat hormon auksin dan sitokinin yang berperan dalam
pembelahan sel-sel baru. Kalus yang tumbuh pada media MS + 0,5 NAA
+ 1 BAP berwarna putih. Kalus dapat dikatakan bagus apabila warna
kalus tersebut berwarna hijau. Kalus berwarna putih menandakan sel-sel
pada kalus tersebut masih muda dan aktif membelah. Kalus akan berubah
warna menjadi coklat apabila telah menjadi tua. Waktu inisiasi
berpengaruh pada perbedaan pertumbuhan antara perlakuan MS0 lebih
cepat dibandingkan dengan perlakuan MS + 0,5 NAA + 1 BAP. Hormon
auksin dan sitokinin yang tepat akan mempengaruhi pertumbuhan dari
ekslpan.

KESIMPULAN
Embrio jagung yang dijadikan sebagai eksplan dan ditanam pada
media kultur mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap, ditandai
dengan tumbuhnya akar dan tunas. Eksplan yang steril akan mampu
tumbuh akar dan tunas serta adanya kalus. Media yang baik untuk
pertumbuhan kalus adalah MS 0.

DAFTAR PUSTAKA
Afni, K. 2016. Pengembangan Perangkat Penilaian Otentik Pada Mata Kuliah Kultur
Jaringan. Pelita Pendidikan 4(1): 18-26.
Anitasari, S. D., D. N. R. Sari, I. A. Astarini dan M. R. Defiani. 2018. Dasar Teknik
Kultur Jaringan Tanaman. Yogyakarta: DeePublish.
Guma, T. B., K. Jane, O. Justus, and P. N. Kariuki. 2015. Standardization of In Vitro
Sterilization and Callus Induction Protocol For Explants of Anchote: Coccinia
Abyssinica. Research and Development in Pharmacy and Life Sciences, 4(2):
1427-1433.
Herawan, T., M. Na’iem, S. Indrioko, dan A. Indriyanto. 2015. Kultur Jaringan Cendana
Menggunakan Eksplan Mata Tunas. Pemuliaan Tanaman Hutan 9(3): 177-
188.
Ikenganyia, E. E., M. A. N. Anikwe, T. E. Omeje and J. O. Adinde. 2017. Plant Tissue
Culture Regeneration and Aseptic Techniques. Biotechnology and Bioresource
Technology, 1(3): 1-6.
Oseni, O. M., V. Pande and T. K. Nailwal. 2018. A Review on Plant Tissue Culture, A
Technique for Propagation and Conservation of Endangered Plant Species.
Current Microbiology and Applied Sciences, 7(7): 3778-3786.
Triharyanto, E., R.B. Arniputri, E.S. Muliawati, E. Trisnawati. 2018. Kajian Konsentrasi
Iaa Dan Bap Pada Multiplikasi Pisang Raja Bulu In Vitro Dan Aklimatisasinya.
Agrotech Res 2(1): 1-5.
Wahyudiningsih, T. S dan I. Sumardi. 2016. Struktur dan Pengembangan Embrio
Somatik Eksplan Daun Dyera lowii Hook.f. Melalui Teknik In-Vitro. Hutan
Tropika, 10(2): 39-47.
Wijaya, N. R., D. Suharto dan H. Sudrajad. 2017. Pengaruh BAP dan 2,4 D terhadap
Inisiasi dan Pertumbuhan Kalus Pulesari (Alyxia reinwardtii Blume). Pertanian
Agros, 19(1):37-44.

Pembiakan Tanaman – Kultur Organ

S-ar putea să vă placă și