Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
The purpose of this research is to describe: the profile of maternal and newborn mortality, (2)
the implementation of EMAS program from gender perspective, and (3) the strategy of communication
in implementing EMAS program from gender perspective. This research belongs to descriptive
qualitative. The location of this research is in Brebes regency. Informants for this research are
determined with purposive sampling. Data are collected through observation, interview, document
study and Focus Group Discussion. Analysis applies the system of interactive model analysis. Finding
shows that the rate of maternal and new born mortality is still high. That is why the local government
is still struggling to improve the quality of women’s health. To reach the purpose of reducing the
rate of maternal mortality, strategy of communication is specifically designed in every program line
through: (1) improving the quality of clinical services and management by producing regulations and
socializing them through various forums and media, creating networking and coordinating with related
stakeholders, facilitating to produce handout books and workshops; (2) emergency referral system
is implemented with cellular based information technology called SIJARIEMAS, in which the reality
shows that it is not optimally employed; (3) communication strategy is designed by empowering social
and religious organization such as health communicator, educator and motivator in which it is still
identified some obstacles in applying this communication line, that are the low health literacy, high
belief on the myth and perception that delivering a baby is woman’s nature and patriarchal culture.
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: profil kematian ibu dan bayi baru
lahir, (2) pelaksanaan program EMAS dari perspektif gender, dan (3) strategi komunikasi dalam
melaksanakan program EMAS dari perspektif gender. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Lokasi
penelitian di Kabupaten Brebes. Informan penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi dokumen dan Diskusi Kelompok Terarah. Analisis
menerapkan sistem analisis model interaktif. Temuan menunjukkan bahwa tingkat kematian ibu dan bayi
baru lahir masih tinggi. Itu sebabnya pemerintah daerah masih berjuang untuk meningkatkan kualitas
kesehatan perempuan. Untuk mencapai tujuan mengurangi tingkat kematian ibu, strategi komunikasi
dirancang khusus dalam setiap program baris melalui: (1) meningkatkan kualitas pelayanan klinis
dan manajemen dengan memproduksi peraturan dan sosialisasi melalui berbagai forum dan media,
menciptakan jaringan dan koordinasi dengan stakeholder terkait, memfasilitasi untuk menghasilkan
buku handout dan lokakarya; (2) sistem rujukan darurat diimplementasikan dengan teknologi informasi
180 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188
berbasis selular disebut SIJARIEMAS, yang ternyata menunjukkan hasil yang tidak optimal; (3)
strategi komunikasi dirancang dengan memberdayakan organisasi sosial dan keagamaan seperti
komunikator kesehatan, pendidik dan motivator di mana ia masih mengidentifikasi beberapa kendala
dalam menerapkan jalur komunikasi , yang menunjukkan bahwa angka kesehatan rendah, kepercayaan
tinggi pada mitos dan persepsi bahwa melahirkan bayi adalah kodrat wanita dan budaya patriarki.
perempuan adalah salah satunya. Hasil penelitian arah usaha perusahaan dalam jangka panjang
menunjukan bahwa tingginya AKI mempunyai sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfred
korelasi dengan kesenjangan gender yang berlaku Chandler dan Andrew (Ismail , 2012 : 25).
di suatu wilayah. Dalam kondisi ini perempuan Mintzberg memperluas pengertian strategi dengan
seringkali diabaikan sebagai akibat budaya lima definisi strategi yaitu plan, play, pattern,
patriarki yang menempatkan perempuan sebagai position, dan perspective (Tjiptono, 2015 : 5).
“konco wingking”, “suwargo nunut neroko katut”, Dalam menangani masalah komunikasi,
“nrimoingpandhum”, sehingga akan berdampak para perencana dihadapkan pada sejumlah
pada kebijakan yang tidak responsif gender. persoalan terutama dalam kaitannya dengan
Komunikasi merupakan proses strategi penggunaan sumber daya komunikasi
penyampaian informasi dari komunikator kepada yang tersedia untuk mencapai tujuan yang
komunikan (Mulyana, 2009). Dengan demikian ingin dicapai. Rogers (1982) memberi batasan
komunikasi kebijakan bisa kita artikan sebagai pengertian strategi komunikasi sebagai suatu
proses penyampaian informasi kebijakan dari rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah
pembuat kebijakan (policymakers) kepada laku manusia dalam skala yang lebih besar
pelaksana kebijakan (policy implementors) melalui transfer ide-ide baru dengan kombinasi
(Widodo, 2011:97). Komunikasi dalam yang terbaik dari semua elemen komunikasi untuk
implementasi kebijakan mencakup beberapa mencapai hasil yang optimal (Cangara, 2013 : 61 ).
dimensi penting yaitu tranformasi informasi Berkaitan dengan strategi komunikasi
(transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan untuk mengurangi tingkat kematian ibu melahirkan
konsistensi informasi (consistency) (Widodo, WHO menemukan bahwa setiap negara dapat
2011 : Ibid). Menurut Cangara (2013: 37-38) melakukan perubahan kesadaran masyarakat
efektifitas komunikasi menjadi rendah karena dalam merancang pengembangan program
beberapa hambatan, seperti : gangguan teknis, kesehatan maternal dengan melakukan beberapa
semantik, psikologi , fisik, status, kerangka hal dalam strategi komunikasinya antara lain : “
berfikir, budaya dan rintangan birokrasi. The awareness of a changing epidemiologicall
Perspektif gender adalah salah satu kategori and scape underlying the primary causes and
yang bisa digolongkan dalam rintangan budaya followed by designing intervention programs
yang dapat menghambat implementasi kebijakan. withcontext-spescifictand evidence informed to
Ketidakmampuan para pengambil kebijakan prevent future mortality”( WHO Press.2015).
dalam mengkomunikasikan kebijakan sesuai Dari pernyataan WHO, jelas bahwa strategi
dengan kebutuhan masing-masing jenis kelamin komunikasi yang tepat dengan memahami
akan berimbas pada efektifitas implementasi penyebab utama dan sesuai dengan kespesifikan
kebijakan, oleh karenanya diperlukan adanya konteks serta informasi yang dapat dipercaya
strategi yang tepat, namun sampai saat ini akan dapat berfungsi untuk merubah kesadaran .
untuk mengartikan apa itu strategi masih Penelitian dari Anggraini, dkk.
banyak pendapat yang perlu dipertimbangkan . mengungkapkan bahwa tingginya angka kematian
Secara historis istilah strategi dapat ibu melahirkan disebabkan oleh dua faktor yaitu
ditelisik pada konteks militer yakni rencana faktor kesehatan dan faktor nonkesehatan (
mengalokasikan sumber daya untuk mencapai Anggraini, 2005 : 72-73 ). Diantara dua faktor
tujuan. Namun berkenaan dengan perkembangan penyebab kematian ibu, faktor non kesehatan
konsep manajemen, strategi tidak hanya adalah faktor yang signifikan dengan penelitian
didefinisikan hanya semata-mata sebagai cara ini terutama yang berkenaan dengan perlakuan
untuk mencapai tujuan karena strategi dalam bias gender terhadap perempuan. Perlakuan
konsep manajemen strategis mencakup beberapa bias gender ini telah menyebabkan perempuan
juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri serta sulit untuk mendapatkan akses pelayanan
182 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188
0
TH. 2007 TH. 2008 TH. 2009 TH. 2010 Th.2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014
Tabel 1.
Kematian Ibu Berdasarkan Penyebab Kematian Langsung
Tahun 2013 – 2014
Penyebab Kematian 2013 2014
1. Pendarahan 14 22
2. Eklamsia / PEB 20 22
3. Deco
11 11
mcordis/jantung
4. Menginitis 4 -
5. Abses Hepar 1 -
6. KP/TB 2 3
7. Dehidrasi /Hiperemesis 1 -
8. Infeksi 2 2
9. Oudem Paru 3 -
10. Gagal ginjal 2 -
11. Lain-lain (sesak nafas, otak, penurunan kesadaran,
1 13
epilepsi, asma , depresi , keracunan jamu )
Sumber : Dokumen Dinas Kesehatan, Brebes, 2015
anemia sebanyak 50%, kurang energi kronik ke tempat pelayanan, terlambat mendapat
(KEK) sekitar 11,6 % . Faktor lain penyebab pelayanan kesehatan.
kematian ibu adalah adanya faktor 3 “Terlalu” Dilihat dari faktor pendidikan ternyata
yaitu hamil terlalu muda (kurang 20 tahun), kematian ibu cenderung banyak dialami
hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun), kelahiran oleh ibu berpendidikan rendah seperti
yang terlalu dekat jaraknya. Kemudian juga yang tampak dalam tabel berikut ini :
karena faktor 3 “Terlambat” yaitu terlambat Tingkat pendidikan perempuan adalah
mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim sangat berkorelasi dengan tingkat kesehatan
Tabel 2.
Kematian Ibu Berdasarkan Pendidikandi Kabupaten Brebes, 2014 (73 Kasus)
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak Sekolah 1
2. SD 49
3 SMP 9
4 SLTA 12
5 Perguruan Tinggi/Diploma 3
Jumlah 73
Sumber: Dokumen Dinas Kesehatan Brebes, 2015
184 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188
poster, spanduk, media on line ) dan penjelasan SIGAPKU yang dirancang EMAS dalam
secara langsung melalui pertemuan bulanan pada kenyataannya tidak tersedia di Kabupaten
stakeholder seperti SKPD, Kecamatan, Rumah Brebes, sehingga perempuan tidak memiliki
Sakit, Puskesmas, Kepala Desa dan masyarakat ruang untuk mengadu tentang kinerja dan
agar terjadi satu keserempakan dan keseragaman pelayanan yang mereka terima di Rumah
dalam pemahaman dan pelaksanaannya Sakit. Padahal banyak kasus rumah sakit dan
sehingga tidak terjadi ketimpangan informasi penyedia layanan kesehatan yang belum banyak
antara staff pemerintah atau pelaksana dengan menyediakan layanan kesehatan berkualitas
masyarakat seperti temuan penelitian Arabella tinggi sehingga tak pelak bila banyak kasus
Fraser tentang “Approachestoreducing maternal kematian ibu justru banyak terjadi di Rumah Sakit.
mortality : Oxfam and MDGs” menemukan Pada Lini Rujukan Kegawatdaruratan
bahwa :“ only government staffs are aware melahirkan
with the regulation. Meanwhile , mostpeople Strategi komunikasi yang dilakukan
, thelower level of society feels unfamiliar pada lini ini adalah dengan membuat
with regulation “.( Arbella, 2005:36) penandatanganan kerjasama antar fasilitas
Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan beserta penyediaan fasilitas teknologi
pelayanan klinis dan tata kelola klinis selain komunikasi yang diberi nama SIJARI EMAS.
mengkomunikasikan atau mensosialisasikan SIJARI EMAS atau Sistem informasi jejaring
bebererapa regulasi, juga melakukan edukasi rujukan maternal dan neonatal adalah sebuah
dengan memfasilitasi beberapa buku-buku sistem informasi terpadu yang dirancang khusus
panduan seperti panduan operasional dashboard, oleh Pengelola program EMAS dengan tujuan
pedoman tenis fasilitas perjanjian kerjasama untuk mengoptimalkan proses pertukaran
antar fasilitas, pedoman teknis monitoring informasi dan komunikasi rujukan gawat
pelayanan, panduan fasilitas audit maternal darurat ibu dan bayi baru lahir dan persiapan
dan perinatal (AMP), daftar tilik ketrampilan kondisi gawat darurat dari Puskesmas ke Rumah
klinik, petunjuk praktis pendampingan tata Sakit dengan nomor hotline 08881996677.
kelola klinik, alat pantau kinerja klinik di Resiko dari kondisi gawat darurat
puskesmas atau rumah sakit, juknisemergensi ibu melahirkan di Fasilitas Kesehatan dapat
obstetri dan neonatal dan sebagainya. diminimalisir apabila sudah terbangun sistem
Selain strategi-strategi komunikasi seperti komunikasi, kolaborasi dan pertukaran informasi
di atas, pemanfaatan teknologi komunikasi dalam jejaring rujukan. Dengan komunikasi yang
SIGAPKU atau Sistem Informasi Gerbang baik maka perujuk akan mendapatkan kepastian
Aspirasi Pelayanan Kesehatan Publik, adalah tempat rujukan, dan pihak rumah sakit akan
juga digagas oleh program EMAS sebagai mempersiapkan, baik tenaga maupun peralatan
mekanisme umpan balik masyarakat dengan untuk menerima rujukan, sehingga pasien yang
asumsi bahwa akuntabilitas dalam sistem dirujuk akan mendapatkan stabilisasi yang sesuai
kesehatan dapat membantu meningkatkan dengan panduan dokter di rumah sakit. Semua
kinerja dan meningkatkan pelayanan. itu dapat dimungkinkan dengan dukungan
Dengan tersedianya mekanisme umpan pemanfaatan teknologi telekomunikasi bergerak.
balik SIGAPKU diharapkan dapat mendorong SIJARI EMAS sekalipun sudah
keterlibatan perempuan dalam melakukan ditatakelola sedemikian rupa dan lebih terstruktur
kontrol terhadap penguatan akuntabilitas dan serta terkoordinir, namun dalam implementasinya
transparansia. Melalui SMS ke SIGAPKU , SIJARI EMAS di Kabupaten Brebes ternyata
EMAS bisa menampung, menganalisis dan belum optimal. Upaya tenaga kesehatan
melayani umpan balik masyarakat terutama Puskesmas dalam memanfaatkan sistem
perempuan. Tetapi sangat disayangkan informasi menurut keterangan dari beberapa
186 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188
fasilitas kesehatan sudah sesuai prosedur, namun cara antara lain ceramah atau penyuluhan di
permasalahannya justru terletak pada beberapa kelompoknya masing-masing, kemudian melalui
Rumah Sakit yang dirujuk. Sebagian besar rumah komunikasi antar persona dan juga homevisit.
sakit rujukan belum siap dalam mengelola Melalui organisasi-organisasi sosial itulah
sistem SIJARI EMAS, rumah sakit rujukan pundi-pundi EMAS ( Expanding Maternal and
dalam memberikan respon, seringkali terlambat Neonatal Survival ) dipikul dalam kerangka untuk
sehingga Puskesmas harus mengulang berkali- mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan ibu
kali dengan telpon. Keterlambatan merespon dan anak. Dengan memberdayakan perempuan
berarti mempertinggi kondisi gawat darurat dalam organisasi sosial tersebut sebagai
yang berarti pula akan mengancam jiwa pasien komunikator KIA diharapkan mereka bisa lebih
yang tidak bisa dihitung dengan hitungan jam mampu untuk mengedukasi, memberi informasi
atau menit, tapi detik. Apabila dikaitkan dengan dan memotivasi masyarakat terutama para ibu
persoalan gender maka ini berarti akan merenggut hamil dan keluarganya karena mereka bisa
hak perempuan untuk mempertahankan hidup dianggap lebih kredibel, lebih familier karena
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ada kedekatan emosional, lebih memahami
keterlambatan merespon SIJARIEMAS dari kultur setempat, lebih memahami tingkat sosial,
pihak Rumah Sakit, antara lain perangkatnya ekonomi sasarannya, dan lebih mampu untuk
belum memadai, internet belum di update, SDM berempati sehingga akan lebih memungkinkan
terbatas, overload pekerjaan, SIJARIEMAS terjadinya homophily communication. Apabila
dianggap mengganggu karena suara sirine tercapai kondisi tersebut, maka berlakulah
sehingga seringkali volume dikecilkan. Hal model komunikasinya Wilbur Schramm yang
lain lagi yang masih kurang dari SIJARI menggambarkan dengan pernyataan demikian : “
EMAS adalah tidak adanya umpan balik Bila diantara komunikator dan komunikan terjadi
dari Rumah Sakit ke Puskesmas tentang kesamaan dalam kerangka pengalaman dan
kondisi kesehatan si pasien yang dirujuk kerangka referensi maka kepada keduanya akan
sehingga Puskesmas tidak mengetahui terjadi kesamaan makna “ ( Mulyana, 2009:141).
perkembangan selanjutnya dari si pasien. Meskipun komunikasi antara para
Pada Lini Kebijakan Pemberdayaan pemimpin pendapat ( Ketua PKK, Ketua pesantren,
Masyarakat Ketua klas ibu hamil , Bidan Desa, MKIA, KISS,
Kebijakan pemberdayaan masyarakat Wali Resti dan Wali Bumil ) dengan masyarakat,
diwujudkan dengan pemberdayaan beberapa atau ibu hamil dan keluarganya terjadi secara
organisassosi seperti PKK, Pesantren, membentuk intens namun dalam kenyataannya adalah bahwa
KP4, MKIA, KISS, Kelas Ibu Hamil, Kelompok komunikasi yang terjadi baru dalam tingkat
Wali Bumil, Kelompok Wali Resti, pengukuhan pemahaman. Perilaku untuk mengikuti sesuai
Forum Masyarakat Madani, dan Maklumat dengan anjuran, kadang masih mengalami faktor
Dukun Bayi, serta pemberdayaan Bidan Desa. kendala. Kendala yang sering ditemui antara lain
Organisasi-organisasi sosial, faktor ekonomi, pendidikan, dan ketergantungan
keagamaan dan kelompok-kelompok ibu hamil, keluarga ( suami, orang tua/mertua ) sehingga
dan kelompok wali ini diharapkan dapat dijadikan terjadi kesalahan dan keterlambatan dalam
sebagai ajang komunikasi tentang kesehatan ibu pengambilan keputusan dalam persoalan
dan anak pada sasaran yang tepat ( perempuan perencanaan kehamilan, perencanaan persalinan
atau ibu hamil ), sehingga para ketua organisasi dan keputusan dalam kondisi gawat darurat
atau ketua kelompok diharapkan mampu yang dapat mengakibatkan kematian ibu.
menjalankan peran sebagai komunikator, edukator Berdasarkan perspektif gender dalam
dan motivator . Pendekatan komunikasi yang persoalan pengambilan keputusan perencanaan
dilakukan oleh mereka dilakukan dengan berbagai kehamilan dan persalinan, ternyata ditemukan
Sofiah, Sri Kusumo Hapsari dan Sumardiyono, Pencegahan Kematian Ibu dan Anak... 187
adanya bias gender dimana perempuan masih dengan hal tersebut maka strategi komunikasi
cenderung berada dalam subordinat laki-laki ( dirancang ke semua lini program EMAS yaitu :
suami ). Sistem patriarki masih cukup dominan Peningkatan kualitas pelayanan klinis dan
di wilayah Kabupaten Brebes. Menurut beberapa tata kelola klinis yang dilakukan dengan membuat
keterangan dan pengamatan di lapangan para dan mensosialisasikan beberapa regulasi melalui
suami masih menganggap “remeh” terhadap beberapa forum dan media, menjalin kemitraan
persoalan kesehatan reproduksi dan menganggap dan berkoordinasi dengan para stakeholder,
bahwa melahirkan bagi perempuan adalah memfasilitasi buku panduan, dan workshop.
kodrati. Anggapan remeh ini terlihat masih adanya Sistem rujukan dalam kondisi gawat
suami yang tidak mendampingi isteri ketika darurat dilakukan dengan Teknologi Informasi
melahirkan dengan alasan kerja atau merantau . berbasis seluler yang disebut SIJARI EMAS.
Perempuan hamil sendiri kadang- Dalam realisasinya ternyata sistem tersebut
kadang masih memiliki pola pikir yang keliru belum optimal. Ada beberapa faktor kendala
dalam mengambil sikap tentang kehamilan antara lain keterbatasan suber daya manusia,
dan persalinan sehingga perempuan kurang keterbatasan sarana dan prasarana teknologi
mempedulikan, padahal kandungan dalam informasi, tidak adanya follow-up Rumah Sakit
kondisi risti atau resiko tinggi. Kepercayaan ke Puskesmas sehingga tidak diketahuinya status
terhadap tinggalan nenek moyang dahulu masih perkembangan kesehatan pasien yang dirujuk.
sering dijumpai seperti pendapat“banyak anak Strategi komunikasi yang dilakukan
banyak rezeki”, “meninggalkan makan-makanan dengan memberdayakan organisasi sosial dan
yang bergizi” misal tidak berani makan ikan amis, keagamaan sebagai komunikator, edukator
“mengabaikan kondisi kesehatan bawaan” seperti dan motivator kesehatan perempuan melalui
sakit jantung, ginjal, darah tinggi, anemia, asma, komunikasi kelompok dan interpersonal.
kencing manis, kemudian juga mengabaikan usia Ada beberapa penghambat komunikasi pada
pada saat kehamilan (kehamilan dalam usia yang level ini yaitu rendahnya literasi kesehatan,
terlalu muda atau kehamilan pada usia yang terlalu tingginya kepercayaan terhadap mitos,
tua), mengabaikan jarak melahirkan yang terlalu lemahnya perempuan dalam pengambilan
dekat, mengabaikan tanda-tanda melahirkan, keputusan, persepsi bahwa melahirkan adalah
lebih suka bersalin dengan dukun bayi di rumah, kodrati sehingga banyak ibu hamil, suami
mengabaikan komunikasi dengan tenaga medis dan orang tuanya yang mengabaikannya .
meskipun ada fasilitas SMS Bunda. SMS bunda
adalah sebuah sistem yang digagas oleh EMAS Daftar Pustaka
dengan tujuan memberi pengetahuan kepada Anggraini, Oktiva. 2005. Remaja dan
ibu hamil berkaitan dengan perawatan antenatal Gerakan Sayang Ibu (GSI). Jurnal
selama kehamilan, persalinan dan nifas dengan IlmiahPadma Sri Kreshna. No. 7. Vol.
cara mendaftar dengan ketik REG perkiraan 1-Mei 2005. Yogyakarta: Universitas
tanggal lahir brebes ke nomer 08118469468. Widya Mataram Yogyakarta.
Arbella, Fraser. 2005. Approachestoreducing
Simpulan maternal mortality.
Sekalipun angka kematian ibu dan anak OxfamandMDGs”in Gender and
sudah turun bila dibandingkan dengan tahun Development. Vol.13.No.1p.36-43.
sebelumnya namun tingkat kematian ibu dan Cangara, Hafied, 2013. Perencanaan
anak di Berebes masih belum memenuhi target Strategi Komunikasi. Jakarta:
25 %, untuk itu wajar bila pemerintah tetap PT Raja GrafindoPersada.
memperjuangkan upaya peningkatan kesehatan
perempuan dalam kebijakan publiknya. Berkenaan Dinas Kesehatan, 2014. Buku Saku
188 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188