Sunteți pe pagina 1din 10

179

Pencegahan Kematian Ibu dan Anak melalui Pendekatan Strategi Komunikasi


pada Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival)

Sofiah, Sri Kusumo Hapsari dan Sumardiyono


Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: Sofiah_h54@yahoo.com

Abstract
The purpose of this research is to describe: the profile of maternal and newborn mortality, (2)
the implementation of EMAS program from gender perspective, and (3) the strategy of communication
in implementing EMAS program from gender perspective. This research belongs to descriptive
qualitative. The location of this research is in Brebes regency. Informants for this research are
determined with purposive sampling. Data are collected through observation, interview, document
study and Focus Group Discussion. Analysis applies the system of interactive model analysis. Finding
shows that the rate of maternal and new born mortality is still high. That is why the local government
is still struggling to improve the quality of women’s health. To reach the purpose of reducing the
rate of maternal mortality, strategy of communication is specifically designed in every program line
through: (1) improving the quality of clinical services and management by producing regulations and
socializing them through various forums and media, creating networking and coordinating with related
stakeholders, facilitating to produce handout books and workshops; (2) emergency referral system
is implemented with cellular based information technology called SIJARIEMAS, in which the reality
shows that it is not optimally employed; (3) communication strategy is designed by empowering social
and religious organization such as health communicator, educator and motivator in which it is still
identified some obstacles in applying this communication line, that are the low health literacy, high
belief on the myth and perception that delivering a baby is woman’s nature and patriarchal culture.

Keywords: Communication, Maternal-New Born, Gender

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: profil kematian ibu dan bayi baru
lahir, (2) pelaksanaan program EMAS dari perspektif gender, dan (3) strategi komunikasi dalam
melaksanakan program EMAS dari perspektif gender. Penelitian bersifat deskriptif kualitatif. Lokasi
penelitian di Kabupaten Brebes. Informan penelitian ini ditentukan dengan purposive sampling. Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi dokumen dan Diskusi Kelompok Terarah. Analisis
menerapkan sistem analisis model interaktif. Temuan menunjukkan bahwa tingkat kematian ibu dan bayi
baru lahir masih tinggi. Itu sebabnya pemerintah daerah masih berjuang untuk meningkatkan kualitas
kesehatan perempuan. Untuk mencapai tujuan mengurangi tingkat kematian ibu, strategi komunikasi
dirancang khusus dalam setiap program baris melalui: (1) meningkatkan kualitas pelayanan klinis
dan manajemen dengan memproduksi peraturan dan sosialisasi melalui berbagai forum dan media,
menciptakan jaringan dan koordinasi dengan stakeholder terkait, memfasilitasi untuk menghasilkan
buku handout dan lokakarya; (2) sistem rujukan darurat diimplementasikan dengan teknologi informasi
180 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188

berbasis selular disebut SIJARIEMAS, yang ternyata menunjukkan hasil yang tidak optimal; (3)
strategi komunikasi dirancang dengan memberdayakan organisasi sosial dan keagamaan seperti
komunikator kesehatan, pendidik dan motivator di mana ia masih mengidentifikasi beberapa kendala
dalam menerapkan jalur komunikasi , yang menunjukkan bahwa angka kesehatan rendah, kepercayaan
tinggi pada mitos dan persepsi bahwa melahirkan bayi adalah kodrat wanita dan budaya patriarki.

Kata kunci: Komunikasi, Ibu-bayi baru lahir, gender

Pendahuluan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi


Lima belas tahun perjalanan menuju Selatan . 70 % AKI dan 75 % AKB terjadi di Jawa
MDGs, kesehatan ibu hamil masih merupakan dan Sumatra. Jawa Tengah menduduki peringkat
permasalahan yang perlu mendapat perhatian kedua dalam AKI-nya. Dan Kabupaten Brebes
di negara-negara berkembang. Di Indonesia adalah pemegang rekor tertinggi yaitu 60 kasus
persoalan kesehatan ibu hamil juga masih sangat pada tahun 2013 , dan meningkat menjadi 73 kasus
memprihatinkan yang ditunjukkan dengan pada tahun 2015( Brebes dalam Angka, 2015).
tingginya tingkat kematian ibu melahirkan yang Upaya mengurangi tingginya tingkat
cenderung melonjak(http://www.cpps.or.id/ kematian ibu, sesungguhnya tidak cukup
content/jelang-mdgs-2015). Survei Demografi hanya dilakukan melalui pendekatan klinis
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, karena persoalannya juga menyangkut aspek
menyebutkan angka kematian ibu melonjak non klinis seperti yang dilaporkan oleh
drastis 359/ 100.000 kelahiran hidup. Padahal Women Research Institute berkenaan dengan
sebelumnya AKI dapat ditekan dari 390 / 100.000 problem kematian ibu dan anak di Indonesia.
kelahiran hidup (1991) menjadi 228/ 100.000 WRI. Temuan itu antara lain mengatakan :
kelahiran hidup (Kompas, 30 September 2013). “ (1)Inaccessibility to quality health
Berdasarkan fakta di atas maka angka care facilities; (2). Lack of trained health care-
kematian ibu di Indonesia berada pada tingkat givers; (3). Lack of knowledge and awareness
yang paling tinggi apabila dibandingkan dengan of the socity concerning maternal health
negara – negara lain di Asia Tenggara seperti issuse; (4). Low health status and nutrition
Filipina ( 99 ), Malaysia ( 29 ), Thailand ( 48 anal levels and pregnant women; (5). Low
),Vitnam (59) , dan Burma (200 )Srilangka ( level usage of contraception and hihglevels
35 ), Brunai ( 24 ). Sri Langka ( 35 ). Padahal of unmetneeds; (6). Inaccurate measurement
angka kematian ibu menunjukkan seberapa of Maternal Mortality Ratio ( WRI, 2015 )
besar kemauan dan komitmen suatu negara
membangun kualitas manusianya (Kompas, Isu rendahnya pemahaman dan kesadaran
1 oktober 2013; http;//www.indexmundi. masyarakat tentang reproduksi menurut WRI
com/g/r.aspx?y-2223,2014[okt.9,20150). menjadi salah satu pemicu tingginya AKA dan
Dalam kerangka menurunkan AKI AKI di Indonnesia dan ini berkaitan dengan
dan AKB, maka USAID bekerjasama persoalan komunikasi yang diharapkan akan
dengan pemerintah Indonesia meluncurkan dapat merubah mindset masyarakat dan untuk
program EMAS ( Expanding Maternal and mempercepat koordinasi. Oleh karenanya kajian
Neonatal Survival) pada tahun 2011 yang tentang strategi komunikasi dalam pelaksanaan
diimplementasikan ke 6 propinsi di Indonesia program EMAS dilihat dari perspektif gender
dengan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir sangatlah penting dilakukan karena berbicara
tertinggi yakni Sumatera Utara, Banten, Jawa AKI pasti akan berbicara tentang gender,
Sofiah, Sri Kusumo Hapsari dan Sumardiyono, Pencegahan Kematian Ibu dan Anak... 181

perempuan adalah salah satunya. Hasil penelitian arah usaha perusahaan dalam jangka panjang
menunjukan bahwa tingginya AKI mempunyai sebagaimana yang dikemukakan oleh Alfred
korelasi dengan kesenjangan gender yang berlaku Chandler dan Andrew (Ismail , 2012 : 25).
di suatu wilayah. Dalam kondisi ini perempuan Mintzberg memperluas pengertian strategi dengan
seringkali diabaikan sebagai akibat budaya lima definisi strategi yaitu plan, play, pattern,
patriarki yang menempatkan perempuan sebagai position, dan perspective (Tjiptono, 2015 : 5).
“konco wingking”, “suwargo nunut neroko katut”, Dalam menangani masalah komunikasi,
“nrimoingpandhum”, sehingga akan berdampak para perencana dihadapkan pada sejumlah
pada kebijakan yang tidak responsif gender. persoalan terutama dalam kaitannya dengan
Komunikasi merupakan proses strategi penggunaan sumber daya komunikasi
penyampaian informasi dari komunikator kepada yang tersedia untuk mencapai tujuan yang
komunikan (Mulyana, 2009). Dengan demikian ingin dicapai. Rogers (1982) memberi batasan
komunikasi kebijakan bisa kita artikan sebagai pengertian strategi komunikasi sebagai suatu
proses penyampaian informasi kebijakan dari rancangan yang dibuat untuk mengubah tingkah
pembuat kebijakan (policymakers) kepada laku manusia dalam skala yang lebih besar
pelaksana kebijakan (policy implementors) melalui transfer ide-ide baru dengan kombinasi
(Widodo, 2011:97). Komunikasi dalam yang terbaik dari semua elemen komunikasi untuk
implementasi kebijakan mencakup beberapa mencapai hasil yang optimal (Cangara, 2013 : 61 ).
dimensi penting yaitu tranformasi informasi Berkaitan dengan strategi komunikasi
(transimisi), kejelasan informasi (clarity) dan untuk mengurangi tingkat kematian ibu melahirkan
konsistensi informasi (consistency) (Widodo, WHO menemukan bahwa setiap negara dapat
2011 : Ibid). Menurut Cangara (2013: 37-38) melakukan perubahan kesadaran masyarakat
efektifitas komunikasi menjadi rendah karena dalam merancang pengembangan program
beberapa hambatan, seperti : gangguan teknis, kesehatan maternal dengan melakukan beberapa
semantik, psikologi , fisik, status, kerangka hal dalam strategi komunikasinya antara lain : “
berfikir, budaya dan rintangan birokrasi. The awareness of a changing epidemiologicall
Perspektif gender adalah salah satu kategori and scape underlying the primary causes and
yang bisa digolongkan dalam rintangan budaya followed by designing intervention programs
yang dapat menghambat implementasi kebijakan. withcontext-spescifictand evidence informed to
Ketidakmampuan para pengambil kebijakan prevent future mortality”( WHO Press.2015).
dalam mengkomunikasikan kebijakan sesuai Dari pernyataan WHO, jelas bahwa strategi
dengan kebutuhan masing-masing jenis kelamin komunikasi yang tepat dengan memahami
akan berimbas pada efektifitas implementasi penyebab utama dan sesuai dengan kespesifikan
kebijakan, oleh karenanya diperlukan adanya konteks serta informasi yang dapat dipercaya
strategi yang tepat, namun sampai saat ini akan dapat berfungsi untuk merubah kesadaran .
untuk mengartikan apa itu strategi masih Penelitian dari Anggraini, dkk.
banyak pendapat yang perlu dipertimbangkan . mengungkapkan bahwa tingginya angka kematian
Secara historis istilah strategi dapat ibu melahirkan disebabkan oleh dua faktor yaitu
ditelisik pada konteks militer yakni rencana faktor kesehatan dan faktor nonkesehatan (
mengalokasikan sumber daya untuk mencapai Anggraini, 2005 : 72-73 ). Diantara dua faktor
tujuan. Namun berkenaan dengan perkembangan penyebab kematian ibu, faktor non kesehatan
konsep manajemen, strategi tidak hanya adalah faktor yang signifikan dengan penelitian
didefinisikan hanya semata-mata sebagai cara ini terutama yang berkenaan dengan perlakuan
untuk mencapai tujuan karena strategi dalam bias gender terhadap perempuan. Perlakuan
konsep manajemen strategis mencakup beberapa bias gender ini telah menyebabkan perempuan
juga penetapan berbagai tujuan itu sendiri serta sulit untuk mendapatkan akses pelayanan
182 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188

kesehatan yang memadai. Di samping itu, status Hasil dan Pembahasan


dan posisi wanita yang rendah dalam keluarga Angka Kematian Ibu di Kabupaten Brebes
maupun di masyarakat menyebabkan perempuan Kematian ibu bagi suatu keluarga bukan
mengalami kesulitan untuk mengambil berbagai semata-mata kehilangan salah satu anggota
keputusan yang menyangkut penentuan kapan keluarga, tapi kematian ibu telah menjadikan
hamil, berapa kali hamil, dan berapa jarak keluarga menjadi kurang sempurna dalam
antar kehamilan. Hasil penelitian Mundayat, menjalankan fungsi keluarga. Dilihat dari
dkk, (2010 : 35 ) menggambarkan beberapa perspektif gender maka kematian ibu berarti
kendala dalam mengakses fasilitas kesehatan mengurangi hak hidup perempuan. Perempuan,
reproduksi bagi perempuan miskin seperti baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa
geografis, transportasi, jarak dan waktu tempuh memiliki peranan yang sangat urgen oleh karena
yang mempengaruhi ketersediaan ekonomi. mereka perlu dilindungi dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai.
Metode Penelitian Kematian ibu adalah kematian wanita
Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten pada masa kehamilan, persalinan sampai 42
Brebes. Desain penelitian yang digunakan hari setelah persalinan, baik sebagai akibat
adalah deskriptif kualitatif. Sumber Informasi/ langsung dari kehamilan atau persalinannya,
Data meliputi data primer dan data sekunder. maupun sebagai akibat tidak langsung dari
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui: penyakit lain. Angka Kematian Ibu (AKI) di
observasi langsung, Focus Group Disscusion Kabupaten Brebes terutama mulai tahun 2011
(FGD) dan wawancara dan dokumen yang ada sampai tahun 2014 menunjukkan kecenderungan
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.. Angka Kematian Ibu yang meningkat seperti
Dalam penelitian ini, validitas data yang yang tergambar dalam grafik pada gambar 1.
digunakan adalah validitas data internal dengan Tabel berikut ini adalah menggambarkan penyebab
menggunakan metode triangulasi sumber data. kematian langsung dari ibu hamil atau melahirkan .
Teknik analisis data dalam penelitian ini Disamping penyebab langsung, 10 %
dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak
teknik analisis data model interactive yang langsung seperti kurang energi kronik (KEK),
dikemukakan oleh Miles dan Hubermas (1994). dan anemia. Ibu hamil di Brebes yang menderita
Gambar 1. Perkembangan Angka Kematian Ibudi Kabupaten Brebes (Th.2007 -2014)
K E M AT I A N I B U K A B . B R E B E S T A H U N
2007 S D 2014
80
73
60 64 61
48 51
40 45
36 34
20

0
TH. 2007 TH. 2008 TH. 2009 TH. 2010 Th.2011 Th.2012 Th.2013 Th.2014

Sumber : Dokumen Dinas Kesehatan , Brebes, 2014


Sofiah, Sri Kusumo Hapsari dan Sumardiyono, Pencegahan Kematian Ibu dan Anak... 183

Tabel 1.
Kematian Ibu Berdasarkan Penyebab Kematian Langsung
Tahun 2013 – 2014
Penyebab Kematian 2013 2014
1. Pendarahan 14 22
2. Eklamsia / PEB 20 22
3. Deco
11 11
mcordis/jantung
4. Menginitis 4 -
5. Abses Hepar 1 -
6. KP/TB 2 3
7. Dehidrasi /Hiperemesis 1 -
8. Infeksi 2 2
9. Oudem Paru 3 -
10. Gagal ginjal 2 -
11. Lain-lain (sesak nafas, otak, penurunan kesadaran,
1 13
epilepsi, asma , depresi , keracunan jamu )
Sumber : Dokumen Dinas Kesehatan, Brebes, 2015
anemia sebanyak 50%, kurang energi kronik ke tempat pelayanan, terlambat mendapat
(KEK) sekitar 11,6 % . Faktor lain penyebab pelayanan kesehatan.
kematian ibu adalah adanya faktor 3 “Terlalu” Dilihat dari faktor pendidikan ternyata
yaitu hamil terlalu muda (kurang 20 tahun), kematian ibu cenderung banyak dialami
hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun), kelahiran oleh ibu berpendidikan rendah seperti
yang terlalu dekat jaraknya. Kemudian juga yang tampak dalam tabel berikut ini :
karena faktor 3 “Terlambat” yaitu terlambat Tingkat pendidikan perempuan adalah
mengambil keputusan, terlambat untuk dikirim sangat berkorelasi dengan tingkat kesehatan
Tabel 2.
Kematian Ibu Berdasarkan Pendidikandi Kabupaten Brebes, 2014 (73 Kasus)
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Tidak Sekolah 1
2. SD 49
3 SMP 9
4 SLTA 12
5 Perguruan Tinggi/Diploma 3
Jumlah 73
Sumber: Dokumen Dinas Kesehatan Brebes, 2015
184 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188

perempuan. Perempuan yang memiliki jaminan hukum dan memiliki keberdayaan


pendidikan rendah mereka akan lebih kesulitan untuk mengambil keputusan. Hal-hal yang
untuk mengungkapkan kebutuhan mereka dan dapat dilakukan dalam meningkatkan kesetaraan
menyatakan hak-hak mereka. Mereka akan gender dalam sektor kebijakan publik dan
cenderung kawin muda, tidak mengatur jumlah program-program yang berhubungan dengan
dan jarak melahirkan anak , kurang faham masalah kesehatan misalnya mempromosikan
dalam menjaga kesehatan kehamilan dan juga partisipasi perempuan dalam mekanisme
tidak cerdas dalam mengambil keputusan untuk perencanaan kesehatan di tingkat lokal yang
mengakses layanan kesehatan yang dibuktikan berbasis setara dengan laki-laki. Laki-laki dan
dengan masih adanya kecenderungan ibu hamil perempuan seharusnya memiliki akses yang lebih
memilih persalinan di dukun bayi (sekitar baik terhadap informasi kesehatan dalam bahasa
572/33.606), di NakesnonFaskes (1263/33.606). yang mudah dipahami dan pada lokasi-lokasi
Hal tersebut jelas akan menurunkan tingkat yang sesuai; revisi dan implementasi kurikulum
kesehatan ibu dan bayi yang dilahirkan. pelatihan kesehatan yang mempertimbangkan
Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan ketentuan sosial yang didalamnya termasuk
akan melindungi perempuan terhadap penyebab kesetaraan gender dan perbedaan kebutuhan
kematian ibu hamil dan penyakit-penyakit yang antara laki-laki dan perempuan; pelayan
diderita oleh ibu hamil seperti haemorrhage, kesehatan yang seimbang jumlahnya antara
sepsis, eclampsia dan gangguan persalinan. laki-laki dan perempuan; sistem kesehatan
yang akuntabel terhadap pelayanan yang setara
Kebijakan Program EMAS dilihat dari baik terhadap laki-laki maupun perempuan.
Perspektif Gender
Pemerintah Kabupaten Brebes dalam Strategi Komunikasi dalam Upaya mencegah
rangka melaksanakan program EMAS Kematian Ibu melahirkan.
yang dicanangkan sejak tahun 2013 telah Pada Lini Kebijakan Peningkatan
mempersiapkan beberapa kebijakan untuk Kualitas Pelayanan Klinis dan Tata Kelola
kelancaran pencapaian tujuan peningkatan derajat Klinis.
kesehatan ibu yang ditunjukkan dengan penurunan Pada lini ini strategi komunikasi yang
angka kematian ibu hingga 25% di tahun 2016. dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan cara
Komitmen serius pemerintah Kabupaten menerbitkan beberapa regulasi seperti Surat
Brebes berkenaan dengan peningkatan derajat Edaran Bupati no.300.1 /01/761/XIII/2013
kesehatan perempuan dalam perspektif gender tentang Upaya Percepatan Penurunan AKI
adalah bisa dimaknai bahwa pemerintah dan AKB ;. Surat Edaran Bupati tentang
berupaya untuk menghilangkan disparitas Persalinan Empat Tangan; Perbupno 47/2012
gender dalam akses kesehatan dengan tentang peningkatan pemberian ASI; SK
menciptakan kondisi untuk menyediakan Bupati tentang pembentukan Tim Crisis
layanan keselamatan ibu hamil dan melahirkan Centre KIA; Perbup tentang biaya persalinan;
sehingga perempuan mendapatkan proporsi Perdes KIA; Perbup tentang Maklumat Dukun
dalam kebijakan public dan ketersediaan dana. Bayi,dansebagainya. (b). Tersedianya buku-
Kesetaraan gender mengarah pada buku panduan atau SOP (c) .Workshop atau
kesempatan yang setara antara laki-laki dan pelatihan(d).Pembinaan PONEK ke PONED.
perempuan di segala usia untuk mendapatkan Mengkomunikasikan regulasi-regulasi
akses dan penggunaan terhadap sumber daya dan Pemerintah berkenaan dengan peningkatan
layanan baik dalam rumah tangga, komunitas pelayanan klinis kesehatan reproduksi dan tata
maupun masyarakat, termasuk didalamnya kelola klinis dinilai sangat perlu untuk diberikan
kesetaraan dalam pembuatan kebijakan dan pada semua lini baik melalui surat, media (
Sofiah, Sri Kusumo Hapsari dan Sumardiyono, Pencegahan Kematian Ibu dan Anak... 185

poster, spanduk, media on line ) dan penjelasan SIGAPKU yang dirancang EMAS dalam
secara langsung melalui pertemuan bulanan pada kenyataannya tidak tersedia di Kabupaten
stakeholder seperti SKPD, Kecamatan, Rumah Brebes, sehingga perempuan tidak memiliki
Sakit, Puskesmas, Kepala Desa dan masyarakat ruang untuk mengadu tentang kinerja dan
agar terjadi satu keserempakan dan keseragaman pelayanan yang mereka terima di Rumah
dalam pemahaman dan pelaksanaannya Sakit. Padahal banyak kasus rumah sakit dan
sehingga tidak terjadi ketimpangan informasi penyedia layanan kesehatan yang belum banyak
antara staff pemerintah atau pelaksana dengan menyediakan layanan kesehatan berkualitas
masyarakat seperti temuan penelitian Arabella tinggi sehingga tak pelak bila banyak kasus
Fraser tentang “Approachestoreducing maternal kematian ibu justru banyak terjadi di Rumah Sakit.
mortality : Oxfam and MDGs” menemukan Pada Lini Rujukan Kegawatdaruratan
bahwa :“ only government staffs are aware melahirkan
with the regulation. Meanwhile , mostpeople Strategi komunikasi yang dilakukan
, thelower level of society feels unfamiliar pada lini ini adalah dengan membuat
with regulation “.( Arbella, 2005:36) penandatanganan kerjasama antar fasilitas
Dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan beserta penyediaan fasilitas teknologi
pelayanan klinis dan tata kelola klinis selain komunikasi yang diberi nama SIJARI EMAS.
mengkomunikasikan atau mensosialisasikan SIJARI EMAS atau Sistem informasi jejaring
bebererapa regulasi, juga melakukan edukasi rujukan maternal dan neonatal adalah sebuah
dengan memfasilitasi beberapa buku-buku sistem informasi terpadu yang dirancang khusus
panduan seperti panduan operasional dashboard, oleh Pengelola program EMAS dengan tujuan
pedoman tenis fasilitas perjanjian kerjasama untuk mengoptimalkan proses pertukaran
antar fasilitas, pedoman teknis monitoring informasi dan komunikasi rujukan gawat
pelayanan, panduan fasilitas audit maternal darurat ibu dan bayi baru lahir dan persiapan
dan perinatal (AMP), daftar tilik ketrampilan kondisi gawat darurat dari Puskesmas ke Rumah
klinik, petunjuk praktis pendampingan tata Sakit dengan nomor hotline 08881996677.
kelola klinik, alat pantau kinerja klinik di Resiko dari kondisi gawat darurat
puskesmas atau rumah sakit, juknisemergensi ibu melahirkan di Fasilitas Kesehatan dapat
obstetri dan neonatal dan sebagainya. diminimalisir apabila sudah terbangun sistem
Selain strategi-strategi komunikasi seperti komunikasi, kolaborasi dan pertukaran informasi
di atas, pemanfaatan teknologi komunikasi dalam jejaring rujukan. Dengan komunikasi yang
SIGAPKU atau Sistem Informasi Gerbang baik maka perujuk akan mendapatkan kepastian
Aspirasi Pelayanan Kesehatan Publik, adalah tempat rujukan, dan pihak rumah sakit akan
juga digagas oleh program EMAS sebagai mempersiapkan, baik tenaga maupun peralatan
mekanisme umpan balik masyarakat dengan untuk menerima rujukan, sehingga pasien yang
asumsi bahwa akuntabilitas dalam sistem dirujuk akan mendapatkan stabilisasi yang sesuai
kesehatan dapat membantu meningkatkan dengan panduan dokter di rumah sakit. Semua
kinerja dan meningkatkan pelayanan. itu dapat dimungkinkan dengan dukungan
Dengan tersedianya mekanisme umpan pemanfaatan teknologi telekomunikasi bergerak.
balik SIGAPKU diharapkan dapat mendorong SIJARI EMAS sekalipun sudah
keterlibatan perempuan dalam melakukan ditatakelola sedemikian rupa dan lebih terstruktur
kontrol terhadap penguatan akuntabilitas dan serta terkoordinir, namun dalam implementasinya
transparansia. Melalui SMS ke SIGAPKU , SIJARI EMAS di Kabupaten Brebes ternyata
EMAS bisa menampung, menganalisis dan belum optimal. Upaya tenaga kesehatan
melayani umpan balik masyarakat terutama Puskesmas dalam memanfaatkan sistem
perempuan. Tetapi sangat disayangkan informasi menurut keterangan dari beberapa
186 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188

fasilitas kesehatan sudah sesuai prosedur, namun cara antara lain ceramah atau penyuluhan di
permasalahannya justru terletak pada beberapa kelompoknya masing-masing, kemudian melalui
Rumah Sakit yang dirujuk. Sebagian besar rumah komunikasi antar persona dan juga homevisit.
sakit rujukan belum siap dalam mengelola Melalui organisasi-organisasi sosial itulah
sistem SIJARI EMAS, rumah sakit rujukan pundi-pundi EMAS ( Expanding Maternal and
dalam memberikan respon, seringkali terlambat Neonatal Survival ) dipikul dalam kerangka untuk
sehingga Puskesmas harus mengulang berkali- mewujudkan peningkatan kualitas kesehatan ibu
kali dengan telpon. Keterlambatan merespon dan anak. Dengan memberdayakan perempuan
berarti mempertinggi kondisi gawat darurat dalam organisasi sosial tersebut sebagai
yang berarti pula akan mengancam jiwa pasien komunikator KIA diharapkan mereka bisa lebih
yang tidak bisa dihitung dengan hitungan jam mampu untuk mengedukasi, memberi informasi
atau menit, tapi detik. Apabila dikaitkan dengan dan memotivasi masyarakat terutama para ibu
persoalan gender maka ini berarti akan merenggut hamil dan keluarganya karena mereka bisa
hak perempuan untuk mempertahankan hidup dianggap lebih kredibel, lebih familier karena
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ada kedekatan emosional, lebih memahami
keterlambatan merespon SIJARIEMAS dari kultur setempat, lebih memahami tingkat sosial,
pihak Rumah Sakit, antara lain perangkatnya ekonomi sasarannya, dan lebih mampu untuk
belum memadai, internet belum di update, SDM berempati sehingga akan lebih memungkinkan
terbatas, overload pekerjaan, SIJARIEMAS terjadinya homophily communication. Apabila
dianggap mengganggu karena suara sirine tercapai kondisi tersebut, maka berlakulah
sehingga seringkali volume dikecilkan. Hal model komunikasinya Wilbur Schramm yang
lain lagi yang masih kurang dari SIJARI menggambarkan dengan pernyataan demikian : “
EMAS adalah tidak adanya umpan balik Bila diantara komunikator dan komunikan terjadi
dari Rumah Sakit ke Puskesmas tentang kesamaan dalam kerangka pengalaman dan
kondisi kesehatan si pasien yang dirujuk kerangka referensi maka kepada keduanya akan
sehingga Puskesmas tidak mengetahui terjadi kesamaan makna “ ( Mulyana, 2009:141).
perkembangan selanjutnya dari si pasien. Meskipun komunikasi antara para
Pada Lini Kebijakan Pemberdayaan pemimpin pendapat ( Ketua PKK, Ketua pesantren,
Masyarakat Ketua klas ibu hamil , Bidan Desa, MKIA, KISS,
Kebijakan pemberdayaan masyarakat Wali Resti dan Wali Bumil ) dengan masyarakat,
diwujudkan dengan pemberdayaan beberapa atau ibu hamil dan keluarganya terjadi secara
organisassosi seperti PKK, Pesantren, membentuk intens namun dalam kenyataannya adalah bahwa
KP4, MKIA, KISS, Kelas Ibu Hamil, Kelompok komunikasi yang terjadi baru dalam tingkat
Wali Bumil, Kelompok Wali Resti, pengukuhan pemahaman. Perilaku untuk mengikuti sesuai
Forum Masyarakat Madani, dan Maklumat dengan anjuran, kadang masih mengalami faktor
Dukun Bayi, serta pemberdayaan Bidan Desa. kendala. Kendala yang sering ditemui antara lain
Organisasi-organisasi sosial, faktor ekonomi, pendidikan, dan ketergantungan
keagamaan dan kelompok-kelompok ibu hamil, keluarga ( suami, orang tua/mertua ) sehingga
dan kelompok wali ini diharapkan dapat dijadikan terjadi kesalahan dan keterlambatan dalam
sebagai ajang komunikasi tentang kesehatan ibu pengambilan keputusan dalam persoalan
dan anak pada sasaran yang tepat ( perempuan perencanaan kehamilan, perencanaan persalinan
atau ibu hamil ), sehingga para ketua organisasi dan keputusan dalam kondisi gawat darurat
atau ketua kelompok diharapkan mampu yang dapat mengakibatkan kematian ibu.
menjalankan peran sebagai komunikator, edukator Berdasarkan perspektif gender dalam
dan motivator . Pendekatan komunikasi yang persoalan pengambilan keputusan perencanaan
dilakukan oleh mereka dilakukan dengan berbagai kehamilan dan persalinan, ternyata ditemukan
Sofiah, Sri Kusumo Hapsari dan Sumardiyono, Pencegahan Kematian Ibu dan Anak... 187

adanya bias gender dimana perempuan masih dengan hal tersebut maka strategi komunikasi
cenderung berada dalam subordinat laki-laki ( dirancang ke semua lini program EMAS yaitu :
suami ). Sistem patriarki masih cukup dominan Peningkatan kualitas pelayanan klinis dan
di wilayah Kabupaten Brebes. Menurut beberapa tata kelola klinis yang dilakukan dengan membuat
keterangan dan pengamatan di lapangan para dan mensosialisasikan beberapa regulasi melalui
suami masih menganggap “remeh” terhadap beberapa forum dan media, menjalin kemitraan
persoalan kesehatan reproduksi dan menganggap dan berkoordinasi dengan para stakeholder,
bahwa melahirkan bagi perempuan adalah memfasilitasi buku panduan, dan workshop.
kodrati. Anggapan remeh ini terlihat masih adanya Sistem rujukan dalam kondisi gawat
suami yang tidak mendampingi isteri ketika darurat dilakukan dengan Teknologi Informasi
melahirkan dengan alasan kerja atau merantau . berbasis seluler yang disebut SIJARI EMAS.
Perempuan hamil sendiri kadang- Dalam realisasinya ternyata sistem tersebut
kadang masih memiliki pola pikir yang keliru belum optimal. Ada beberapa faktor kendala
dalam mengambil sikap tentang kehamilan antara lain keterbatasan suber daya manusia,
dan persalinan sehingga perempuan kurang keterbatasan sarana dan prasarana teknologi
mempedulikan, padahal kandungan dalam informasi, tidak adanya follow-up Rumah Sakit
kondisi risti atau resiko tinggi. Kepercayaan ke Puskesmas sehingga tidak diketahuinya status
terhadap tinggalan nenek moyang dahulu masih perkembangan kesehatan pasien yang dirujuk.
sering dijumpai seperti pendapat“banyak anak Strategi komunikasi yang dilakukan
banyak rezeki”, “meninggalkan makan-makanan dengan memberdayakan organisasi sosial dan
yang bergizi” misal tidak berani makan ikan amis, keagamaan sebagai komunikator, edukator
“mengabaikan kondisi kesehatan bawaan” seperti dan motivator kesehatan perempuan melalui
sakit jantung, ginjal, darah tinggi, anemia, asma, komunikasi kelompok dan interpersonal.
kencing manis, kemudian juga mengabaikan usia Ada beberapa penghambat komunikasi pada
pada saat kehamilan (kehamilan dalam usia yang level ini yaitu rendahnya literasi kesehatan,
terlalu muda atau kehamilan pada usia yang terlalu tingginya kepercayaan terhadap mitos,
tua), mengabaikan jarak melahirkan yang terlalu lemahnya perempuan dalam pengambilan
dekat, mengabaikan tanda-tanda melahirkan, keputusan, persepsi bahwa melahirkan adalah
lebih suka bersalin dengan dukun bayi di rumah, kodrati sehingga banyak ibu hamil, suami
mengabaikan komunikasi dengan tenaga medis dan orang tuanya yang mengabaikannya .
meskipun ada fasilitas SMS Bunda. SMS bunda
adalah sebuah sistem yang digagas oleh EMAS Daftar Pustaka
dengan tujuan memberi pengetahuan kepada Anggraini, Oktiva. 2005. Remaja dan
ibu hamil berkaitan dengan perawatan antenatal Gerakan Sayang Ibu (GSI). Jurnal
selama kehamilan, persalinan dan nifas dengan IlmiahPadma Sri Kreshna. No. 7. Vol.
cara mendaftar dengan ketik REG perkiraan 1-Mei 2005. Yogyakarta: Universitas
tanggal lahir brebes ke nomer 08118469468. Widya Mataram Yogyakarta.
Arbella, Fraser. 2005. Approachestoreducing
Simpulan maternal mortality.
Sekalipun angka kematian ibu dan anak OxfamandMDGs”in Gender and
sudah turun bila dibandingkan dengan tahun Development. Vol.13.No.1p.36-43.
sebelumnya namun tingkat kematian ibu dan Cangara, Hafied, 2013. Perencanaan
anak di Berebes masih belum memenuhi target Strategi Komunikasi. Jakarta:
25 %, untuk itu wajar bila pemerintah tetap PT Raja GrafindoPersada.
memperjuangkan upaya peningkatan kesehatan
perempuan dalam kebijakan publiknya. Berkenaan Dinas Kesehatan, 2014. Buku Saku
188 Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 14, Nomor 3, September - Desember 2016, halaman 179-188

Kesehatan. Semarang: Dinas Brebes dalam Angka, 2015


Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Dokumen Dinas Kesehatan Brebes, 2015
Ismail, Sholihin. 2012 .Manajemen Strategik. Jelang MDGs 2015, Angka Kematian Ibu
Jakarta : Penerbit Erlangga. Justru Melonjak. http://www.cpps.or.id/content/
Miles, M.B. &Huberman, A.M. 1994. Qualitative jelang-mdgs-2015-angka-kematian-ibu-
data analysis: An Expanded Sourcebook. justrumelonjak#sthash.OSSLJymz.dpuf.
.New York: SAGE Publications. Kompas, 30 September 2013
Mulyana, Deddy, 2009. Ilmu Komunikasi Suatu Kompas, 1 Oktober 2013
Pengantar.Bandung: Rosdakarya. Maternal MortalityRate. 2014. http//www.
Mundayat Arif, EdrianaNoerdin, Erni Agustini, indexmundi.com/g/r.aspx?v=2223
Sita Aripurnami, dan Sri Wahyuni. Women Research Institute. 2015 (Okt.8).
2010. Target MDGs Menurunkan Angka Reducingthe Maternal MortalityRatio (editorial)..
Kematian Ibu Tahun 2015 Sulit Dicapai. http//wri.or.id/en/editorial/210-reducing-the
Jakarta: Women Research Institute. maternal mortality – ratio # VolAkBunIU
Tjiptono, Fandy.2015. Strategi Pemasaran. World Health Organization. 2015
Edisi 4. Yogyakarta: Penerbit Andi StrategiestowardEndingPreventableMaternal
Widodo, Joko, 2011. Analisis Kebijakan Motality(EPMM) . Geneva . WHO Press.
Publik. Malang: Bayumedia Publishing.
Surat Kabar / internet:

S-ar putea să vă placă și