Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Definisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. (Priyanto, 2008. Hal 69).
Dan Menurut Suratun (2010. Hal 59) gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus, atau lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah.
Sedangkan menurut Broker (2009. Hal 571) gastritis adalah imflamasi mukosa yang melapisi
lambung dan gastritis dapat terjadi secara akut ataupun kronis.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa gastritis
merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut maupun
kronis.
Klasifikasi
Menurut Robbins (2009. Hal: 474) gastritis dibagi kedalam dua klasifikasi yaitu :
a.Gastritis akut
Gastritis akut merupakan proses inflamasi yang bersifat akut dan biasanya terjadi sepintas pada
mukosa lambung. Keadaan ini paling sering berkaitan dengan penggunaan obat obat anti inflamasi
nonsteroid (khususnya, aspirin) dalam waktu yang lama dan dosis tinggi, konsumsi alkohol yang
berlebihan, dan perokok berat. Stress berat (luka bakar dan pembedahan), iskemia dan syokjuga
menyebabkan gastritis akut, seperti halnya kemoterapi, uremia, infeksi sistemik, tertelan zat asam
atau alakali, iradiasi lambung, trauma mekanik, dan gastrektomi distal.
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis di artikan sebagai keadaan terdapatnya perubahan inflamatorik yang kronis pada
mukosa lambung sehingga akhirnya terjadi atrofi mukosa dan metaplasia epitel. Keadaan ini
menjadi latar belakang terjadinya dysplasia dan karsinoma.
Etiologi
Menurut Suratun (2010. Hal: 60) ada beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan seseorang
menderita gastritis antara lain yaitu :
Obat-obatan, alkohol, garam empedu, zat iritan lainnya dapat merusak mukosa lambung (gastritis
erosive). Mukosa lambung berperan penting dalam melindungi lambung dari autodigesti oleh HCI
dan pepsin. Bila mukosa lambung rusak maka terjadi difusi HCI ke mukosa HCI akan merusak
mukosa. Pepsin merangsang pelepasan histamin dari sel mast. Histamine akan menyebabkan
penningkata permeabilitas kapiler sehingga terjadi perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel
dan menyebabkan edema dan kerusakan kapiler sehingga timbul perdarahan pada lambung.
Namun bila lambung sering terpapar dengan zat iritan maka inflamasi akan menjadi terus menerus.
Jaringan yang meradang akan diisi oleh jaringan fibrin sehingga lapisan mukosa lambung dapat
hilang dan terjadi atropi sel mukosa lambung. Faktor intrinsik yang dihasilkan oleh sel mukosa
lambung akan menurun atau menghilang sehingga cobalamin (Vitamin B12) tidak dapat diserap
di usus halus. Pada akhirnya klien gastritis dapat mengalami anemia. Selain itu dinding lambung
menipis rentan terhadap perforasi lambung dan perdarahan (Suratun, 2010. Hal: 61).
Fathway gastritis
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan gastritis menurut Robbins (2009. Hal: 474) ialah sebagai
berikut :
Gastritis akut : gambaran klinisnya gastritis akut berkisar dari keadaan asimtomatik, nyeri
abdomen yang ringan hingga nyeri abdomen akut dengan hematemesis.
Gastritis kronis : gastritis kronis biasanya asimtomatik, kendati gejala nausea, vomitus atau
keluhan tidak nyaman pada abdomen atas dapat terjadi; kadang kadang, ditemukan anemia
pernisiosa yang manifes. Hasil laboratoriumnya meliputi hipoklorhidria lambung dan
hipergastrinemia serum. Resiko terjadinya kanker untuk jangka panjang adalah 2 (dua)
persen hingga 4 (empat) persen.
Komplikasi
Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemasis dan melena, dapat berakhir
sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya
adalah infeksihelicobacterpylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60%-90% pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi (Mansjoer, 2000, hal : 493).
Pemeriksaan Diagnostik
Menrurut Suratun (2010. Hal: 71) pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan gastritis meliputi :
Penatalaksanaan
Menurut Manjoer (2000. Hal 493) penatalaksanaan medis pada pasien Gastritis, baik gastritis akut
maupun gastritis Kronis ialah sebagai berikut :
a. Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi kecil dan
sering. Obat obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor
H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik, dan antacid. Juga ditujukan sebagai sitoprotektor,
berupa sukralfat dan prostaglanding.
b. Gastritis kronis
Penatalaksanaa diberikan seperti pada pasien dengan sindrom dispepsia, apa lagi jika test serologi
negatif. Pertama-tama yang dilakukan adalah mengatasi dan menghindari penyebab pada gastritis
akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2/ inhibitor pompa
proton dan obat obatan prokinetik. Jika endoskopidapat dilakukan, dilakukan terapi eradikasi
kecuali jika hasil CLO, kultur dan PA ketiganya negatif atau hasil serologi negatif.
Asuhan Keperawatan gastritis
TINJAUAN KASUS
No. Register :
Ruang : Musdalifah
Tanggal/Jam MRS : 21 November 2017/ 11.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 21 November 2017
Diagnosa Medis : Gastritis
Identitas
a. Biodata Pasien
Nama : Nn “A”
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Halmahera Perumahan Gumai
b. Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan px : Ayah
Alamat : Jl. Halmahera Perumahan Gumai
Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri ulu hati kurang lebih dua hari sebelum masuk rumah sakit disertai mual
muntah.
Dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti Diabetes Mellitus dan
Hipertensi serta penyakit menular seperti Hepatitis dan TBC.
a. Nutrisi
Di Rumah : makan tidak teratur ±1-2x sehari. Makan selalu habis dalam 1 porsi. Pasien
mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan, pasien minum 6-7 gelas (
±1500-1700cc) setiap hari.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan pagi hanya makan bubur habis 1/4 porsi karena pasien
merasa mual setiap kali mau makan dan sehabis makan pasien sering muntah. Pasien
minum air putih habis 4-5 gelas(1000-1200cc) setiap hari.
b. Eliminasi
Di Runah : pasien mengatakan BAB 1x sehari pada waktu pagi dengan konsistensi lembek,
warna kuning, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 2-6x sehari
dengan warna kuning, bau khas, dan pasien tidak ada kesulitan dalam BAK.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB dengan
frekuensi 1x sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat kecil), warna hitam, bau khas
dan pasien mengeluh sulit untuk BAB. Pasien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-
6xsehari warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.
Di Rumah : pasien mengatakan tidur selama 7jam mulai tidurpukul 22.00 WIB dan bangun
pukul 05.00 WIB. Pasien jarang tidur siang.
Di Rumah Sakit :pasien mengatakan tidur selama 9jam mulai pukul 21.00 WIB, kalau
malam sering terbangun karena suasana yang panas, pasien bangun pukul 06.00 WIB.
d. Aktifitas Fisik
Di Rumah : pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun
alat bantu.
Di Rumah Sakit : pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuan, pasien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, pasien tidak mengalami
kesulitan dalam melakukan personal hygiene, pasien mengatakan lebih banyak berbaring
di tempat tidur karena perut terasa sakit saat bergerak.
e. Personal Hygiene
Di Rumah : pasien mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, ganti baju 1 kali sehari, dan
tidak ada gangguan apapun.
Di Rumah Sakit : pasien diseka oleh keluarga 2 kali sehari yaitu pagi dan sore dengan tidak
memakai sabun.
Data Psikososial
a. Status Emosi
b. Konsep Diri
Body Image : pasien mengetahui bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan
pengobatan agar cepat sembuh
Self Ideal : pasien merasa diperlakukan dengan baik oleh perawat dan mendapat
perhatian yang cukup dari keluarga
Self Eksterm : pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke rumah
Role : pasien sebagai Anak pertama
Identity : pasien bernama Nn. “A” dengan usia 14 tahun yang beralamatkan di Jl.
Halmahera Perumahan Gumai
c. Interaksi Sosial
Hubungan pasien dengan perawat serta pasien lain dalam satu ruangan baik. Pasien juga kooperatif
dan dapat berinteraksi baik dengan tenaga kesehatan serta hubungannya dengan keluarga juga
baik.
d. Spiritual
Pasien beragama Islam, sebelum sakit ia taat beribadah, tetapi sekarang tidak bisa menjalankan
sholat lima waktu. Pasien hanya dapat berdoa demi kesembuhannya.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum kurang
b. Kesadaran
CM (Composmentis) 4-5-6
c. Tanda-Tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
S : 37°C
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
d. Kepala
Kulit Kepala
Bersih tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut warna hitam, tidak ada nyeri tekan.
Wajah
Mata
Hidung
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada hidung.
Telinga
Mulut
Bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan pembengkakan gusi.
e. Leher
g. Abdomen
h. Ekstremitas
Ekstremitas atas : terpasang infus RL 20 tpm (tetes per menit) pada tangan kiri, tidak
terdapat oedem.
Ekstremitas bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan, dan tidak oedem.
i. Genetalia
Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12,8
Leukosit : 8.400
GSE :15
Casinovil :3
Basofil :0
Batang :0
Segment : 54
Limfosit : 35
Monosil :8
Eritrosit : 416
Trombosit : 204.000
Hematocrit : 37
Pantoz 1x40mg
Oral :
Sucralfate Syr 3x1c
Spasmoment 3x1 tab
Analisa Data
Nama : Nn.“A”
No.Reg :
Umur : 14 tahun
Ruang : Musdalifah
Masalah Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh
3. Konstipasi
4. Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
Nama : Nn.“A”
No.Reg :
Umur : 14 tahun
Ruang : Musdalifah
Nama : Nn.“A”
No.Reg :
Umur : 14 tahun
Ruang : Musdalifah
Nama : Nn.“A”
No.Reg :
Umur : 14 tahun
Ruang : Musdalifah
Catatan Keperawatan
Nama : Nn.“A”
No.Reg : 09011538
Umur : 14 tahun
Ruang : Musdalifah
Evaluasi
Nama : Nn.“A”
No.Reg :
Umur : 14 tahun
Ruang : Musdalifah
2 22 DS:
November 1.Nn. “S” mengatakan kalau daerah ulu
2017 hatinya masih terasa nyeri.
2.Nn.“S” mengatakan masih belum nafsu makan
3.Nn.“S” mengeluh sering merasa mual dan muntah
O : keadaan cukup
Makan / minum : 1/4 porsi /5-6 gelas
T : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 20x/menit
S : 37,5 C
A : masalah teratasi sebagian
P : R dilanjutkan
· Infus RL 20 tpm (tetes per menit)
· Injeksi :
Cefo (1gr)
Ranitidine (2x1 mg)
· Oral :
Antasida (3x500 mg)
PEMBAHASAN
Perawat melakukan asuhan keperawatan pada Nn”A” dengan kasus Gastritis di ruang Rawat
Musdalifah RS dari tanggal 21-11-2017 dengan 23-11-2017 menggunakan teori yang ada dan
membandingkan dengan kondisi pasien
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, diagnosa keperawatan yang timbul pada Ny”H”
terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu:
1. Nyeri Akut dengan skala 7 dari rentang skala (0-10) berhubungan peradangan pada dinding
mukosa lambung (gaster)
2. Gangguan pola makan (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan pemenuhan
nutrisi tidak adekuat
3. Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Nyeri Akut dengan skala 7 dari rentang skala (0-10) berhubungan peradangan pada dinding
mukosa lambung (gaster). Diagnosa ini muncul setelah dilakukan pengkajian kepada pasien dan
terdapat nyeri tekan pada epigastrum, selain itu pasien juga mengatakankalau daerah ulu hatinya
terasa panas dan terbakar, dan setelah dilakukan pengukuran nyeri dengan skala didapatkan nilai
skala nyeri 7 dari skala 0 -10.
Gangguan pola makan (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan pemenuhan nutrisi
tidak adekuat, hal ini dipicu karena adanya keluhan mual muntah dan naiknya asam dalam
lambung yang menyebabkan hilangnya selera makan, dan juga pasien kelihatan lemah tidak
bertenaga dikarenakan kurang asupan nutrisi dalam tubuh.
Konstipasi berhubungan dengan kurang aktifitas, diagnose ini muncul karena kurangnya aktivitas
yang bisa mengakibatkan gangguan pada pergerakan peristaltic usus, sebagai planning dari
masalah ini hal yang bisa dilakukan adalah merencanakan agar pasien selalu melakukan aktivitas
yang terkontrol agar konstipasi dapat dihindari.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, diagnose ini muncul akibat
kurangnya informasi yang diterima pasien mengenai penyakit gastritis, dalam keadaan ini kurang
nya pengetahuan pasien dengan penyakit ini “gastritis” dapat berakibat fatal contohnya saja
dengan makanan yang boleh dimakan dan tidak boleh dimakan. Jadi untuk mengurangi. Untuk
menghindari ini maka sebagai perawat haruslah memberikan pendidikan kepada pasien mengenai
penyakit yang sedang diderita.
Kesimpulan
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu gastro, yang berarti
perut / lambung dan itis yang berarti inflamasi / peradangan. Gastritis bukan merupakan penyakit
tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan
pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang
sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak
dan meradangnya dinding lambung.
Gastritis yang terjadi tiba – tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut
bagian atas, sedangkan gastritis kronis yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai
gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera.
Bagi sebagian orang, gastritis kronis tidak menyebabkan apapun.
Pada gastritis akut zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung.
Sedangkan pada gastritis kronik disebabkan oleh bakteri gram negatif Helicobacter pylori. Bakteri
patogen ini (helicobacter pylori) menginfeksi tubuh seseorang melalui oral, dan paling sering
ditularkan dari ibu ke bayi tanpa ada penampakan gejala (asimptomatik).
Saran
Diharapkan kita dapat menjaga lambung kita dari makanan dan minuman yang masuk ke
tubuh agar tidak terinfeksi oleh bakteri Helicobacter pylori. Penyebab yang lain yang dapat
menimbulkan gastritis adalah stres fisik, bila stres meningkat maka produksi HCL (asam
lambung) yang mengakibatkan pH dalam lambung menjadi asam sehingga dapat merusak
lapisan lambung, oleh karena itu disarankan untuk tidak menyepelekan stres tersebut.
Dengan penjabaran mengenai pencegahan gastritis, diharapkan kita lebih berhati-hati
terhadap makanan maupun faktor lain yang menyebabkan resiko infeksi pada lapisan
lambung.
DAFTAR PUSTAKA