Sunteți pe pagina 1din 19

UJI KEANDALAN MODEL SACRAMENTO PADA DAS

BEDADUNG DAN DAS KLOPOSAWIT


Reliability Test of Sacramento Model at The Bedadung and Kloposawit Watershed

Sri Wahyuningsih1), Elida Novita1), Indarto1)


1)
Staf pengajar Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

ABSTRACT

Sacramento model is once of rainfall runoff Library (RRL) model which used to measure
the flow components that include rainfall, evaporation and discharge. Sacramento model using
soil moisture measurements to simulate the water balance at the catchment area. Sacramento
model is a relatively new model so needs to be done the testing of this model. The testing
process is often used for modeling is a process of calibration and validation. Aim this study is to
evaluate the feasibility of the Sacramento model to be applied in the Bedadung and Kloposawit
watershed and compare the optimal parameters the both watersheds on the basis of their
characteristics. The methodology used is the calibration and validation. Calibration is done by
automatic methods (generic) and the method of trial and error (manually) while the method for
validating is simple-sample test. The results showed that the Sacramento model proper to
applied in the Bedadung and Kloposawit watershed. This is indicated by the Nash coefficient,
the coefficient of correlation and bias. By using generic methods on Bedadung watershed
available the Nash coefficient value of 0.849, the correlation coefficient for 0.993 and bias of
8.11. Meanwhile, if using manual methods will be obtained the Nash coefficient for 0.906 and
correlation coefficient equal to 0.997. While the generic calibration method in the Kloposawit
watershed available the Nash coefficient values obtained for 0,894, the correlation coefficient
for 0.967 and bias of 11.11. Meanwhile, if using manual methods will be obtained for Nash
coefficient is 0.918 and correlation coefficient equal to 0968. The method of validation model
with a simple -sample test. The result of validation for Klopo sawit watershed is the Nash
coefficient value of 0.913 and the correlation coefficient for 0.989. While the Bedadung
watershed is the Nash coefficient value of 0.860, the correlation coefficient for 0.991.

Key words: sacramento, calibration, validation, simple-sample test, nash coefficient

PENDAHULUAN melalui permukaan dan bagian atas tanah


menuju sungai, sementara lainnya
Konsep daur hidrologi merupakan menembus masuk lebih jauh ke dalam
hal yang berguna sebagai titik awal tanah menjadi bagian dari air tanah
untuk mempelajari hidrologi. Daur ini (groundwater). Di bawah pengaruh gaya
dimulai dengan penguapan air dari laut. gravitasi, baik aliran air permukaan
Uap yang dihasilkan dibawa oleh udara (surface streamflow) maupun air dalam
yang bergerak. Dalam kondisi yang tanah bergerak menuju tempat yang
memungkinkan, uap tersebut lebih rendah yang pada akhirnya dapat
berkondensasi membentuk awan, yang mengalir ke laut. Namun, sejumlah besar
pada akhirnya dapat menghasilkan air permukaan dan air bawah tanah
presipitasi. Sebagian besar presipitasi dikembalikan ke atmosfer oleh evaporasi
tersebut untuk sementara tertahan pada dan transpirasi (Takeda,1993).
tanah di dekat tempatnya jatuh, dan Berbagai fenomena hidrologi
akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfer yang terdapat di alam memerlukan suatu
oleh penguapan (evaporasi) dan penyederhanaan (abstraksi). Demikian
pemeluhan (transpirasi) oleh tanaman. juga untuk memahami siklus hidrologi
Sebagian air mencari jalannya sendiri kita membutuhkan abstraksi dari

41
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

fenomena tersebut. Abstraksi yang digunakan untuk suatu pemodelan


dimaksud di sini adalah yaitu proses kalibrasi dan validasi.
menempatkan fenomena tersebut ke Kalibrasi terhadap suatu model
dalam sebuah model. Berbagai model adalah proses pemilihan kombinasi
hidrologi telah dikembangkan, parameter. Dengan kata lain, proses
model-model tersebut diaplikasikan optimalisasi nilai parameter untuk
sesuai dengan tujuan pembuatan meningkatkan koherensi antara
model dan kemungkinan tersedianya respon hidrologi DAS yang teramati
data. Salah satu model yang dan tersimulasi (Bloschl et Grayson,
dikembangkan yaitu model Rainfall 2000). Validasi adalah proses
Runoff Library (RRL). RRL evaluasi terhadap model untuk
menggunakan data hujan harian dan mendapatkan gambaran tentang
data evapotranspirasi untuk tingkat ketidakpastian oleh suatu
mengetahui runoff suatu daerah model dalam memprediksi proses
aliran sungai (DAS). RRL ini hidrologi. Tujuan penelitian ini
mempunyai beberapa model yang adalah 1) untuk mengetahui
dapat digunakan untuk menghitung kelayakan model Sacramento yang
runoff-rainfall, mencari kalibrasi diaplikasikan pada DAS Klopo Sawit
model yang optimal dan dan DAS Bedadung Jember. 2)
menyediakan berbagai fasilitas untuk membandingkan hasil kalibrasi dan
proses kalibrasi model. Salah satu validasi DAS Klopo Sawit dan DAS
bagian dari RRL adalah model Bedadung berdasarkan karakteristik
Sacramento. masing-masing DAS.
Model Sacramento adalah
salah satu model dari Rainfall Runoff
Library (RRL) yang digunakan untuk METODE PENELITIAN
mengukur komponen-komponen
aliran yang meliputi curah hujan, Rancangan Penelitian
evaporasi dan debit. Model Penelitian survai ini dilakukan
Sacramento menggunakan mulai bulan Agustus 2005, studi
pengukuran kelembaban tanah untuk kasus di DAS Klopo Sawit
mensimulasi keseimbangan air pada Bondowoso dan DAS Bedadung
suatu daerah tangkapan hujan. Model Jember. Pengolahan data dilakukan
Sacramento merupakan model yang di Pusat Penelitian Pengembangan
relatif baru sehingga pengujian Sumber Daya Air dan Irigasi
terhadap model ini perlu dilakukan. (PUSLIT PSDA) Universitas Jember
Proses pengujian yang sering (Gambar 1).

42
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

Gambar 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini terdiri atas beberapa tahap penelitian yang diajikan pada Gambar 2.

Mulai

Perumusan Masalah

Data hujan, debit,


suhu,angin, lama
Inventarisasi data penyinaran,
kelembaban dan luas
DAS Kloposawit dan
Bedadung

Pra pengolahan data

Tidak Tidak
Pengolahan data

Kalibrasi DAS Kalibrasi DAS


Kloposawit Bedadung

Ya Tidak Tidak Ya

Validasi DAS Validasi DAS


Kloposawit Bedadung

Ya Ya

Parameter optimal DAS Parameter optimal DAS


Kloposawit Bedadung

Analisa Hasil

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 2. Diagram alir tahapan penelitian

43
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

Bahan dan Alat Metode Pemilihan Model


Bahan berupa data yang Model yang digunakan dalam
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian adalah model Sacramento
sebagai berikut: Karena model ini masih relatif baru di
1. Peta rupa bumi Indonesia yang Indonesia. Untuk mengetahui layak
dikeluarkan oleh tidaknya model dalam penerapannya di
BAKOSURTANAL dengan skala 1: Indonesia, maka perlu dilakukan
25.000 kalibrasi dan validasi terhadap model.
2. Data lama penyinaran matahari DAS Pemilihan model Sacramento didasarkan
Bedadung periode tahun 1991 karena keakuratan dan kebenaran hasil
sampai 2000 dan DAS Klopo Sawit (parameter) dari model Sacramento
periode tahun 1999 sampai 2005 lebih tepat dan diharapkan dapat
3. Data suhu DAS Bedadung periode mewakili kondisi DAS, tetapi dengan
tahun 1991-2000 dan DAS Klopo syarat kualitas dari data hujan, evaporasi
Sawit periode tahun 1999 sampai dan runoff yang digunakan baik. Selain
2005 itu penggunaannya sederhana dan
4. Data kecepatan angin DAS mudah.
Bedadung periode tahun 1991-2000
dan DAS Klopo Sawit periode tahun Metode Penentuan Data
1999 sampai 2005 Data yang digunakan dalam
5. Data kelembaban DAS Bedadung penelitian ini adalah berupa data
periode tahun 1991-2000 dan DAS sekunder dari kedua DAS yang
Klopo Sawit periode tahun 1999 diperoleh dari DPU Pengairan Provinsi
sampai 2005 Jawa Timur. Data hujan, runoff, debit
6. Data debit periode tahun 1991-2000 dan evapotranspirasi yang digunakan
7. Data curah hujan harian periode terbatas pada data harian saja
1991 luas DAS Klopo Sawit dan dikarenakan data harian dapat
DAS Bedadung. mewakili keadaan per hari pada suatu
periode, selain itu data masukan yang
Alat yang digunakan dalam dapat diterima oleh model Sacramento
penelitian adalah satu unit komputer ini adalah data harian.
(prosesor Pentium IV, RAM 256 MB,
MS Window XP); dan perangkat t Inventarisasi Data
lunak (software program RRL dengan Tahapan ini bertujuan untuk
model Sacramento, sofftware mengumpulkan data-data yang
ArcView Versi 3.3, dan MapInfo versi diperlukan dalam penelitian. Data yang
7.0). diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Data curah hujan harian
Metode Penentuan Lokasi Data curah hujan harian yang ada di
Metode penentuan lokasi untuk DAS Kloposawit dan DAS
penelitian dilakukan secara sengaja Bedadung dengan periode mulai
(purposive methode) yaitu di Daerah tahun 1991 sampai dengan 2000.
Aliran Sungai (DAS) Klopo Sawit dan Untuk DAS Kloposawit, hujan
DAS Bedadung. Hal ini dikarenakan diambil dari 17 stasiun dan DAS
letak dari kedua DAS yang berdekatan Bedadung dari 24 stasiun.
sehingga diasumsikan karakteristiknya Pemilihan stasiun dini didasarkan
tidak jauh berbeda, sehingga jika pada hubungan korelasi yang baik
dilakukan pembandingan karakteristik (di atas 70 %) antara hujan dengan
aliran akan lebih mudah. debit.

44
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

b. Data lama penyinaran matahari mendiskripsikan karakteristik fisik


Data lama penyinaran di DAS Klopo DAS dan membuat batas DAS agar
Sawit adalah data harian dari tahun luasan DAS dapat diketahui.
1999 sampai 2005 sedangkan data
DAS Bedadung adalah data dari Pra Pengolahan Data
tahun 1991 dan 2000. Data ini a. Data evapotranspirasi
digunakan untuk mencari Data ini didapatkan dari data
evapotranspirasi harian di DAS penyinaran matahari, kelembaban,
Klopo Sawit dan DAS Bedadung. kecepatan angin, temperatur, curah
c. Data suhu hujan dan dicari dengan
Data suhu di DAS Klopo Sawit menggunakan rumus Penn-man.
adalah data harian dari tahun 1999 Data penyinaran matahari,
sampai 2005 sedangkan data suhu kelembaban, kecepatan angin,
DAS Bedadung adalah data harian temperatur DAS Bedadung adalah
dari tahun 1991 dan 2000. Data ini data harian dari tahun 1991 sampai
digunakan untuk mencari 2000, sedangkan DAS Klopo Sawit
evapotranspirasi harian di DAS terbatas dari tahun 1999 sampai
Klopo Sawit dan DAS Bedadung. 2005. Sehingga untuk menutupi
d. Data kecepatan angin kekurangan data, maka data tahun
Data kecepatan angin di DAS Klopo 1999 sampai 2005 digunakan untuk
Sawit adalah data harian dari tahun tahun 1991 sampai 2000 dengan
1999 sampai 2005 sedangkan data asumsi bahwa Indonesia beriklim
kecepatan angin DAS Bedadung tropis, dimana perbedaan iklim setiap
adalah data harian dari tahun 1991 tahun tidak begitu besar seperti di
dan 2000. Data ini digunakan untuk kawasan.
mencari evapotranspirasi harian di b. Data curah hujan
DAS Klopo Sawit dan DAS Studi awal terhadap data ini
Bedadung. dilakukan untuk mengetahui dan
e. Data kelembaban mencari data hujan dari stasiun mana
Data kelembaban di DAS Klopo saja yang layak untuk dimasukkan ke
Sawit adalah data harian dari tahun dalam model. Masing-masing stasiun
1999 sampai 2005 sedangkan data dibuat grafik hubungan antara hujan
kelembaban DAS Bedadung adalah dan debit kemudian dicari nilai
data harian dari tahun 1991 dan koefisien korelasinya.
2000. Data ini juga digunakan untuk c. Data Runoff
mencari evapotranspirasi harian di Pada tahap ini, melakukan
DAS Klopo Sawit dan DAS pengolahan terhadap data hujan yang
Bedadung. sudah ada untuk runoff.
f. Data debit
Data debit harian dari kedua DAS, Pengolahan Data
dari tahun 1991-2000. Data debit a. Data curah hujan harian
digunakan untuk mencari stasiun Data curah hujan yang telah
hujan yang layak digunakan dengan diinventarisasi kemudian
melihat korelasi yang baik antara dimasukkan dalam program Excel.
hujan dan debit. Dengan format tahun dan curah
g. Peta rupa bumi Indonesia Indonesia hujan pada satu kolom, sehingga
yang dikeluarkan oleh BAKOSUR- terbentuk deretan kolom yang
TANAL dengan skala 1: 25.000. memanjang kebawah dari tahun 1991
Peta ini merupakan peta asli untuk sampai tahun 2000 dan disimpan
melakukan digitalisasi peta dalam dalam bentuk DAT file.

45
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

b. Data evapotranspirasi harian mendekati nol. Beberapa perhitungan


Data evapotranspirasi yang telah statistik yang dilakukan oleh model
didapatkan kemudian dimasukkan Sacramento antara lain:
dalam program Excel. a. Nash-Sutcliffe N

 (Qsi  Qm i ) 2
Kalibrasi dan Validasi Model Nash - Sutcliffe = 1 - i N1
Kalibrasi dimulai dari data tahun
1990 sampai tahun 1995 dan terbagi b. Bias
 i 1
(Q  Qmi ) 2

dalam dua tahapan periode, yaitu periode


kering dan periode basah. Hal itu bias 
 (m(i)  o(i))
dilakukan untuk mempermudah n
perolehan nilai range parameter agar Grafik hasil kalibrasi dan validasi
mendapatkan hasil kalibrasi yang Setelah menyelesaikan proses
optimal. Sedangkan validasi dimulai dari kalibrasi dan validasi maka grafik yang
data tahun 1996 sampai tahun 2000. diharapkan dari pemodelan yaitu
Tahapan kalibrasi dan validasi yang terdapat kecocokan antara runoff terukur
dilakukan antara lain: dan terhitung sehingga dapat
1. Metode kalibrasi yang digunakan menunjukkan tingkat kevalidan
adalah automatic dan trial and pemodelan dan ketepatan pengolahan
errors data.
2. Melakukan kalibrasi secara trial
and errors (manual) dengan
menjalankan a dynamic update HASIL DAN PEMBAHASAN
checkbox, list of calibration
parameter, update graph. Pra Analisis Data
3. Melakukan kalibrasi secara Data evapotranspirasi tidak
otomatis (generic calibration) didapatkan secara langsung tetapi
4. Melakukan validasi model. melalui perhitungan dengan
menggunakan rumus Penn-man. Data-
Optimalisasi Nilai Parameter data yang diperlukan untuk menghitung
Setelah proses kalibrasi dan evapotranspirasi yaitu data lama
validasi dilakukan akan diperoleh nilai penyinaran matahari (radiasi matahari),
range parameter yang dapat memberikan kelembaban, kecepatan angin dan
hasil kalibrasi yang optimal. Beberapa temperatur. Selain itu pra pengolahan
ketentuan tersebut antara lain: data juga dilakukan pada runoff, runoff
ini didapatkan dari 70% curah hujan.
Nilai parameter terkait dengan kalibrasi Hal ini berdasarkan asumsi bahwa dari
dan validasi hujan yang turun ke bumi maka 70% air
Parameter-parameter yang terdapat akan menjadi runoff, dan diasumsikan
model Sacramento yaitu UZTWM, 30% air hilang sebagai infiltrasi 10%,
UZFWM, LZTWM, LZFSM, LZFPM, perkolasi 10% dan evapotranspirasi 10%
UZK, LZSK, LZPK, PFREE, REXP, (Dirjen Irigasi, 1986).
ZPERC, SIDE, SSOUT, PCTIM,
ADIMP dan SARVA. Analisis Data Input Model
Kriteria statistik yang digunakan. Analisis data hujan
Kriteria statistik yang digunakan Bulan dengan total curah hujan
adalah koefisien korelasi, nash sutcliffe bulanan yang lebih dari 200 mm
coefficient dan bias, dimana kalibrasi merupakan bulan basah, sedangkan
yang optimal akan menghasilkan nilai R2 bulan dengan total curah hujan yang
mendekati satu dan sebaliknya bias akan kurang dari 100 mm merupakan bulan

46
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

kering. Dan diantara kedua bulan Desember sampai bulan Maret,


tersebut yaitu total hujan bulanan yang sedangkan untuk bulan kering terjadi
berkisar antara 100–200 mm disebut selama 6 bulan mulai bulan Mei sampai
sebagai bulan lembab (Bakosurtanal, Oktober, sedangkan sisanya sebayak 2
1996 dalam Lakitan, 1997). bulan yaitu bulan April dan November
Perbandingan hujan bulanan di merupakan bulan lembab. Jumlah bulan
kedua DAS dapat dilihat pada Gambar basah, bulan kering dan bulan lembab di
3 di bawah ini. Dari grafik tersebut DAS Bedadung sama dengan DAS
dapat dijelaskan bahwa bulan basah pada Klopo Sawit hal ini menunjukkan bahwa
DAS Klopo Sawit dan DAS Bedadung kedua DAS masih mempunyai
terjadi selama 4 bulan mulai bulan kemiripan karakteristik DAS.

400

350
Hujan Bedadung
300
Hujan (mm/bln)

250
Hujan Klopo Sawit

200

150

100

50

0
Jan Feb Maret April Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Bulan

Gambar 3. Grafik perbandingan hujan bulanan DAS


Bedadung dan DAS Klopo Sawit.

Dari Gambar 3 dapat dilihat tinggi yaitu sebesar 325,64 mm/bulan.


bahwa besarnya curah hujan total Sedangkan runoff tertinggi pada DAS
bulanan tertinggi DAS Klopo Sawit yang Bedadung terjadi pada bulan Januari
terjadi pada bulan Pebruari sebesar sebesar 235,33 mm dengan curah hujan
325,64 mm/bulan sedangkan untuk DAS pada bulan tersebut sebesar 336,63
Bedadung juga terjadi pada bulan mm/bulan. Perbandingan karakteristik
Januari sebesar 336,63 mm/bulan. fisik pada kedua DAS antara lain berupa:
Curah hujan total bulanan terendah 1. Jenis Tanah
sama-sama terjadi pada bulan Agustus DAS Klopo Sawit memiliki total
dengan curah hujan di DAS Klopo sawit tanah berat seluas 65,02 % dari luas
sebesar 9,56 mm/hari, sedangkan untuk tanah total, sedangkan DAS
DAS Bedadung sebesar 16,63 mm/hari. Bedadung memiliki total tanah
Dari Gambar 4 di bawah ini dapat berat seluas 54,30 % dari luas total.
diketahui bahwa runoff tertinggi pada Dengan demikian runoff di DAS
DAS Klopo Sawit terjadi pada bulan Klopo Sawit lebih besar jika
Pebruari sebesar 243,28 mm, karena dibandingkan dengan runoff di
pada bulan tersebut curah hujan paling DAS Bedadung.

47
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

300,00

250,00

Runoff Bedadung

Runoff (mm/bln)
200,00
Runoff Klopo Saw it

150,00

100,00

50,00

0,00
Jan Feb Mart April Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Bulan

Gambar 4. Grafik rata-rata runoff bulanan DAS


Bedadung Dan DAS Klopo Sawit

2. Vegetasi Penutup Tanah dan DAS Bedadung relatif hampir


DAS Klopo Sawit memiliki sama karena kedua DAS memiliki
hutan dengan proporsi 10,77 % persentase hutan yang sama yaitu
dan produksi tanaman pangan berkisar antara 10% sampai dengan
serta lainnya seluas 89,23 %, 20 %, namun rata-rata
sedangkan DAS Bedadung evapotranspirasi potensial pada
mempunyai hutan dengan DAS Bedadung sedikit lebih tinggi.
proporsi 21,35 % dan produksi Hal ini dapat terjadi karena hutan
tanaman pangan serta yang DAS Bedadung sedikit lebih luas
lainnya seluas 78,65%. Luasan jika dibandingkan dengan luas hutan
hutan pada DAS Klopo Sawit pada DAS Klopo Sawit, sehingga
lebih kecil dibandingkan dengan banyaknya vegetasi tumbuhan
DAS Bedadung sehingga runoff semakin memperbesar terjadinya
yang terjadi pada DAS ini lebih evapotranspirasi.
besar. Pada DAS Klopo Sawit
evapotranspirasi potensial bulanan
Analisis data evapotranspirasi terbesar terjadi pada bulan
Evapotranspirasi di kedua DAS September sebesar 95,29 mm, dan
dapat dilihat pada Gambar 5 yang evapotranspirasi potensial bulanan
menunjukkan bahwa evapotranspirasi terendah terjadi pada bulan
potensial bulanan DAS Klopo Sawit November sebesar 63,65 mm.

48
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

120,00

100,00

80,00

ETo (mm/bln)
ETo Bedadung
60,00
ETo Klopo Saw it

40,00

20,00

0,00
Jan Feb Mart April Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
Bulan

Gambar 5. Grafik evapotranspirasi potensial bulanan


DAS Bedadung dan DAS Klopo Sawit

Evapotranspirasi potensial pada Gambar 6 di bawah ini yang


DAS Bedadung berkisar antara 62,65 menunjukkan bahwa terdapat
mm sampai dengan 95,30 mm. kesesuaian pola antara grafik rainfall
Evapotranspirasi potensial pada DAS dengan grafik debit, yaitu pada saat
Bedadung terbesar juga terjadi pada rainfall tinggi maka diikuti dengan
bulan September. debit yang tinggi atau sebaliknya.
Dalam proses validasi juga perlu
DAS Klopo Sawit dilakukan analisis terhadap data
yang akan digunakan dalam model.
Analisis data untuk periode kalibrasi
dan validasi
Analisis data ini dilakukan Hasil Kalibrasi
untuk melihat penyesuaian antara Metode generic
data rainfall dan debit. Hal ini Metode generic yaitu
dilakukan untuk mengetahui pola pengesatan parameter secara
yang terjadi pada data yang otomatis dilakukan oleh model.
digunakan untuk proses kalibrasi Kalibrasi yang dilakukan dari tahun
DAS Klopo Sawit. 1991 sampai 1995 maka didapatkan
Data yang digunakan untuk hasil yang lebih jelasnya dapat
proses kalibrasi dapat dilihat pada dilihat pada Tabel 2.

49
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

450 0
5
400 10
15
350 20
25
300 30

Debit (m 3/dtk)
35

Hujan (mm)
40
250 Debit Hujan 45
50
200 55
60
150 65
70
100 75
80
50 85
90
95
0 100
1-1-91 20-2-91 11-4-91 31-5-91 20-7-91 8-9-91 28-10-9117-12-91
Tanggal

Gambar 6. Grafik analisis data untuk kalibrasi DAS Klopo Sawit

Tabel 2. Pemilihan periode kalibrasi DAS Klopo Sawit


N N Korelasi
Periode Kalibrasi
o. ash Bias
1 0, 0,967
. 1/1/91- 31/12/91 894 11,11
2 0, 0,986
. 1/1/92 - 31/12/92 837 11,68
3 0, 0,923
. 1/1/93 - 31/12/93 813 14,09
4 0, 0,952
. 1/1/94 - 31/12/94 774 20,74
5 0, 0,502
. 1/1/95 - 31/12/95 234 129,68

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat 0,894. Nilai ini dapat dioptimalkan lagi
bahwa periode kalibrasi yang dapat dengan melakukan kalibrasi secara
menghasilkan kalibrasi yang paling baik manual, sehingga nantinya akan
untuk DAS Klopo Sawit adalah periode didapatkan parameter yang paling
1 Januari sampai 31 Desember 1991. optimal.
Koefisien Nash sebesar 0,894 dengan Metode manual
koefisien korelasi terbaik sebesar 0,967 Dengan melakukan kalibrasi secara
dan bias 11,11 mm/tahun. Nilai manual maka didapatkan nilai koefisien
koefisien korelasi tersebut menunjukkan Nash dan koefisien korelasi yang lebih
keeratan hubungan antara variabel x dan baik, yaitu didapatkan nilai Koefisien
y sehingga dapat digunakan untuk Nash sebesar 0,918 dan koefisien
menunjukkan tingkat ketepatan antara
korelasinya 0,968.
runoff terukur dengan runoff terhitung Selain ditunjukkan dengan nilai
yaitu sebesar 0,967. Bias menunjukkan koefisien Nash dan koefisien korelasi,
selisih antara runoff terukur dan hasil ini dapat dikatakan bagus atau tidak
terhitung setiap tahunnya sebesar 11,11 juga dapat dilihat dari kesesuaian pola
mm/tahun. Sedangkan koefisien Nash antara runoff terukur dan runoff terhitung
menunjukkan tingkat ketelitian dari hasil keluaran model yang dapat dilihat
korelasi hubungan antara grafik yang pada Gambar 7 di bawah ini:
terukur dan terhitung yaitu sebesar

50
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

0
120
10
110 20
100 30
90 40
Runoff Terhitung (mm/day) 50
80

Runoff (mm/day)

Hujan (mm/day)
Runoff Terukur (mm/day) 60
70
70
60 Hujan (mm/day)
80
50 90
40 100
110
30
120
20
130
10 140
0 150
1-1-91 20-2-91 11-4-91 31-5-91 20-7-91 8-9-91 28-10-91 17-12-91
Tanggal

Gambar 7. Grafik RunOff terukur dan terhitung hasil


kalibrasi DAS KlopoSawit

Dari Gambar 7 Pada DAS Klopo 0,918 dan koefisien korelasi hasil
Sawit terlihat bahwa terdapat kalibrasi terbaik yaitu sebesar 0,968.
kesesuaian pola antara data Hasil pemodelan Sacramento utnuk
pengukuran dengan data perhitungan DAS Kloposawit mendapatkan
model, hal ini sesuai dengan koefisien kombinasi parameter yang optimal,
Nash yang dihasilkan yaitu sebesar seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Struktur model sacramento DAS Klopo Sawit

Hasil Validasi Validasi dilakukan dengan metode


Validasi (validation) merupakan simple-sample test sebagai evaluasi apakah
proses evaluasi terhadap model untuk parameter tersebut masih layak atau tidak
mendapatkan gambaran tentang untuk diterapkan pada periode-periode
tingkat ketidakpastian model dalam yang lain. Validasi dilakukan pada setiap
memprediksi proses hidrologi. tahun yaitu antara tahun 1996 sampai 2000
Validasi dilakukan dengan seperti pada Gambar 9. Setelah melakukan
menggunakan data di luar periode validasi maka didapatkan hasil seperti pada
kalibrasi yaitu tahun 1995 – 2000. Tabel 3 di bawah ini:

51
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

100 0

90 10

80 20

70 30

Debit (mm3)

Hujan (mm)
60 Debit(mm3) 40

50 Hujan (mm) 50

40 60

30 70

20 80

10 90

0 100
1-1-96 1-3-96 30-4-96 29-6-96 28-8-96 27-10-96 26-12-96
Tanggal

Gambar 9. Grafik analisis data untuk validasi DAS Klopo Sawit


Tabel 3. Pemilihan periode validasi DAS Klopo Sawit

No. Periode validasi Nash Korelasi


1. 1/1/96- 1/12/96 0.913 0.989
2. 1/1/97 -31/12/97 0.530 0.955
3. 1/1/98 - 31/12/98 0.624 0.977
4. 1/1/99 - 31/12/99 0.707 0.884
5. 1/1/00 - 31/12/00 2.014 0.925

Dari proses validasi diperoleh bawah dapat diketahui bahwa pola


nilai Koefisien Nash sebesar 0,913 dan antara grafik runoff terukur mempunyai
nilai koefisien korelasi sebesar 0,989. kesesuaian dengan grafik runoff
Perbandingan itu menunjukkan bahwa terhitung hasil validasi model. Ini
parameter tersebut layak atau cocok berarti adanya kelayakan dari
digunakan pada periode kalibrasi parameter yang diperoleh.
maupun validasi. Dari Gambar 10 di

80 0

70 10

60 20
Runoff (mm/day)

50 Runoff Terhitung (mm/day) 30


Hujan (mm/day)

Runoff Terukur (mm/day)


40 40
Hujan (mm/day)
30 50

20 60

10 70

0 80
1-1-96 20-2-96 10-4-96 30-5-96 19-7-96 7-9-96 27-10-96 16-12-96
Tanggal

Gambar 10. Grafik runoff terukur dan terhitung hasil


Validasi DAS Klopo Sawit

52
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

DAS Bedadung Proses validasi dilakukan untuk


melihat penyesuaian antara data rainfall
Analisa Data untuk Periode Kalibrasi
dan debit. Hal ini dilakukan untuk
dan Validasi
mengetahui pola yang terjadi pada data
Analisa data debit dan data
yang digunakan untuk proses validasi
curah hujan pada DAS Bedadung
DAS Klopo Sawit.
dapat dilihat seperti Gambar 11 di
Dari Gambar 12 di bawah dapat
bawah ini. Dari gambar tersebut dapat
diketahui bahwa terdapat kesesuaian
diketahui bahwa terdapat kesesuaian
pola antara grafik rainfall dengan grafik
pola antara grafik rainfall dengan
debit, yaitu pada saat rainfall tinggi
grafik debit, yaitu pada saat rainfall
maka diikuti dengan debit yang tinggi
tinggi maka diikuti dengan debit yang
atau sebaliknya.
tinggi atau sebaliknya.
300 0

250 50

200 100
Debit (mm3)

Hujan (mm)
Debit(mm3)
150 150
Hujan (mm)

100 200

50 250

0 300
1-1-96 20-2-96 10-4-96 30-5-96 19-7-96 7-9-96 27-10-96 16-12-96
Tanggal

Gambar 12. Grafik analisis data untuk validasi DAS


Bedadung

Hasil Kalibrasi koefisien Nash sebesar 0,85. Nilai


koefisien korelasi tersebut
Metode generic
menunjukkan tingkat ketepatan
Metode generic yaitu
antara runoff terukur dengan runoff
pengesatan parameter secara
terhitung yaitu sebesar 0,99. Bias
otomatis dilakukan oleh model. Dari
menunjukkan selisih antara runoff
proses kalibrasi didapatkan hasil
terukur dan terhitung setiap tahunnya
seperti pada Tabel 5. Dari Tabel 5
sebesar 8,11. Sedangkan koefisien
di atas dapat dilihat bahwa periode
Nash menunjukkan tingkat ketelitian
kalibrasi yang dapat menghasilkan
dari korelasi hubungan antara yang
kalibrasi yang paling baik untuk
terukur dan terhitung yaitu sebesar
DAS Bedadung adalah periode 1
0,85. Nilai ini dapat dioptimalkan
Januari sampai 31 Desember 1991.
lagi dengan melakukan kalibrasi
Koefisien korelasi terbaik sebesar
secara manual.
0,99 dengan bias 8,11 mm/tahun dan

53
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

Tabel 5. Pemilihan periode kalibrasi DAS Bedadung


No. Periode Kalibrasi Nash Korelasi Bias
1. 1/1/91- 31/12/91 0,849 0,993 8,11
2. 1/1/92 - 31/12/92 0,529 0,903 104,07
3. 1/1/93 - 31/12/93 0,463 0,958 136,17
4. 1/1/94 - 31/12/94 0,840 0,924 30,88
5. 1/1/95 - 31/12/95 0,789 0,911 45,10

Metode manual dengan koefisien korelasi hasil


Dengan melakukan kalibrasi kalibrasi terbaik yaitu sebesar 0,99.
secara manual maka akan didapatkan Kesesuaian pola runoff yang terbentuk
nilai koefisien Nash dan koefisien pada DAS Bedadung dapat dilihat pada
korelasi yang lebih bagus. Pada DAS Gambar 13 di bawah ini.
Bedadung koefisien Nash sebesar 0,91
0
70
10
60
20
Runoff (mm/day)

50 Runoff Terhitung (mm/day)

Hujan (mm/day)
Runoff Terukur (mm/day) 30
40
Hujan (mm/day)
40
30

20 50

10 60

0 70
1-1-91 20-2-91 11-4-91 31-5-91 20-7-91 8-9-91 28-10-91 17-12-91
Tanggal

Gambar 13. Grafik runOff terukur dan terhitung hasil kalibrasi


DAS Bedadung

Dari Gambar 13 dapat dilihat secara teliti dan tepat misalnya


bahwa grafik hasil kalibrasi terjadinya evapotranspirasi,
hubungan antara runoff terukur dan infiltrasi, perkolasi dan juga
terhitung sudah menunjukkan pola pemanfaatan air oleh manusia,
yang hampir sama. Ini berarti tumbuhan dan hewan.
terdapat kesesuaian antara runoff Pada DAS Bedadung koefisien
terukur dan terhitung. Pada gambar Nash sebesar 0,91 dengan koefisien
juga dapat diketahui bahwa runoff korelasi hasil kalibrasi terbaik yaitu
terhitung relatif lebih tinggi daripada sebesar 0,99. Sehingga didapatkan
runoff terukur. Hal ini dapat terjadi kombinasi parameter yang optimal,
karena model Sacramento tidak bisa seperti terlihat pada Gambar 14
mengidentifikasi kejadian di alam berikut ini.

54
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

Gambar 14. Struktur model Sacramento DAS Bedadung

Hasil Validasi DAS Bedadung Pada proses validasi diperoleh nilai


Untuk mengevaluasi apakah Koefisien Nash sebesar 0,86 dan nilai
parameter tersebut masih layak atau koefisien korelasi sebesar 0,99. Nilai
tidak untuk diterapkan pada periode- Koefisien Nash pada proses kalibrasi
periode yang lain, maka dilakukan lebih tinggi dibandingkan yang diperoleh
proses validasi. validasi dilakukan dari proses validasi, demikian halnya
pada setiap tahun yaitu antara tahun dengan koefisien korelasi dan bias. Bias
1996 sampai 2000 untuk mengetahui hasil kalibrasi lebih rendah dibandingkan
validasi yang terbaik pada tahun yang yang dihasilkan dari proses validasi.
mana. Setelah dilakukan validasi Perbandingan itu menunjukkan bahwa
maka didapatkan hasil seperti pada parameter tersebut lebih layak atau cocok
Tabel 6. digunakan dalam model.

Tabel 6. Pemilihan periode validasi DAS Bedadung

No. Periode validasi Nash Korelasi

1. 1/1/96- 31/12/96 0,860 0,991

2. 1/1/97- 31/12/97 0,830 0,982

3. 1/1/98- 31/12/98 0,561 0,996

4. 1/1/99- 31/12/99 0,720 0,929

5. 1/1/00- 31/12/00 0,824 0,997

55
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

100 0
90 10
80 20

Runoff (mm/day)
70 30

Hujan (mm/day)
Runoff Terhitung (mm/day)
60 Runoff Terukur (mm/day) 40
50 Hujan (mm/day) 50
40 60
30 70
20 80
10 90
0 100
1-1-96 20-2-96 10-4-96 30-5-96 19-7-96 7-9-96 27-10-96 16-12-96
Tanggal

Gambar 15. Grafik runoff terukur dan terhitung hasil


validasi DAS Bedadung

Dari Gambar 15 di atas dapat Perbandingan Hasil Kalibrasi dan Validasi


diketahui bahwa pola grafik runoff
Perbandingan hasil kalibrasi
terukur mempunyai kesesuaian Hasil kalibrasi model Sacramento antara
dengan grafik runoff terhitung hasil DAS Klopo Sawit dan DAS Bedadung
validasi model. Ini berarti parameter mempunyai hasil yang berbeda. Perbedaan
yang diperoleh dari hasil validasi tersebut ditunjukkan dari nilai koefisien
masih layak digunakan dalam proses korelasi dan koefisien Nash yang diperoleh
validasi. pada kedua DAS seperti pada Tabel 7 berikut
ini.
Tabel 7. Perbandingan kriteria statistik hasil kalibrasi

DAS Klopo
Kriteria Statistik DAS Bedadung
Sawit
Koefisien Nash 0,906
0,918
Koefisien Korelasi 0,997
0,968
Bias 8,11
11,11

Berdasarkan Tabel 7 di atas DAS Bedadung daripada DAS Klopo


dapat dilihat bahwa koefisien nash Sawit. Sedangkan nilai bias DAS
pada DAS Klopo Sawit lebih baik Bedadung lebih kecil jika
daripada koefisien nash pada DAS dibandingkan dengan DAS Klopo
Bedadung. Ini berarti tingkat ketelitian Sawit, hal ini menunjukkan bahwa
dari korelasi hubungan antara yang selisih antara runoff terukur dan
terukur dan terhitung pada DAS Klopo terhitung di DAS Bedadung setiap
Sawit masih lebih baik daripada DAS tahunnya lebih kecil dibandingkan
Bedadung. Koefisien korelasi DAS DAS Klopo Sawit. Besarnya nilai
Bedadung lebih baik jika parameter yang diperoleh dari hasil
dibandingkan dengan DAS Klopo kalibrasi pada masing-masing DAS
Sawit, ini berarti tingkat kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
antara runoff terukur dengan runoff
terhitungnya masih lebih baik pada

56
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

Tabel 8. Perbandingan nilai parameter hasil kalibrasi model


sacramento pada DAS Klopo Sawit dan DAS
Bedadung
Parameter DAS Klopo Sawit DAS Bedadung
ADIMP 1,27 0,76
LZFPM 6,0 6
LZFSM 2,09 6
LZPK 0,10 0,59
LZSK 3,57 1,89
LZTWM 220 177
PCTIM 0,10 0,10
PFREE 6,96 3,07
REXP 0,95 0,77
RSERV 0,30 0,30
SARVA 0,50 0,90
SIDE 0,60 0,60
SSOUT 0,10 0,40
UZFWM 44 72
UZK 7,24 9,42
UZTWM 7 5
ZPERC 4,3 7,29

Perbandingan Hasil Validasi pada DAS Klopo Sawit dan DAS


Nilai koefisien Nash dan koefisien Bedadung dapat dilihat pada Tabel 9
korelasi hasil validasi model Sacramento berikut ini.

Tabel 9. Hasil validasi model berdasarkan nilai kriteria statistik


Kriteria Statistik DAS Klopo Sawit DAS Bedadung
Koefisien Nash 0,913 0,860
Koefisien Korelasi 0,989 0,991

Dari Tabel 9 dapat kita diketahui kesesuian pola antara runoff terukur
bahwa hasil validasi pada DAS Klopo dan runoff terhitung hasil validasi
Sawit lebih baik daripada DAS model.
Bedadung. Hal ini dapat dilihat dari
nilai koefisien korelasi dan koefisien
Nash yang diperoleh. Hal ini berarti KESIMPULAN DAN SARAN
tingkat ketelitian dari korelasi
hubungan antara yang terukur dan Kesimpulan
terhitung pada DAS Klopo Sawit masih Dari penelitian yang telah
lebih baik daripada DAS Bedadung. dilakukan dapat ditarik kesimpulan
Nilai koefisien korelasi pada DAS sebagai berikut bahwa metode kalibrasi
Bedadung sedikit lebih baik daripada yang digunakan dalam model
DAS Klopo Sawit. Hal ini Sacramento ini adalah metode generic
menunjukkan tingkat ketepatan antara dan metode manual. Dengan
runoff terukur dengan runoff terhitung menggunakan metode generic pada
DAS Bedadung sedikit lebih baik. DAS Klopo Sawit didapatkan nilai
Selain ditunjukkan dengan nilai koefisien Nash sebesar 0,89, koefisien
koefisien korelasi dan koefisien Nash, korelasi sebesar 0,97 dan bias sebesar
hal ini juga dapat dilihat dari 11,11. Sedangkan jika menggunakan

57
AGROTEK Vol. 4, No. 1, 2010:41-59

metode manual akan diperoleh koefisien Chow VT (1988). Open Channel


nash sebesar 0,92 dan koefisien korelasi Hydraulics. McGraw-Hill, Inc. New York.
sebesar 0,97. Metode kalibrasi generic Dirjen Irigasi (1986). Kriteria
pada DAS Bedadung menghasilkan nilai Perencanaan (KP 01). Bagian Perencanaan
koefisien Nash sebesar 0,85, koefisien Bangunan Irigasi.
korelasi sebesar 0,99 dan bias sebesar Floyd C (1987). Outline of a
8,11. Sedangkan jika menggunakan Paradigma Change in Software
metode manual akan diperoleh koefisien Engineering. In Bjerknes, G Eha, P and
nash sebesar 0,91 dan koefisien korelasi Kyng M (Eds) Computers and Democracy.
sebesar 0,99. Avebury Aldershort UK and Brookfield,
Validasi model dengan metode USA
simple-sample test DAS Klopo Sawit Freeze RA (1974). Mathematical
menghasilkan nilai koefisien Nash Models of Hillslope Hydrology. sec.6, dalam
sebesar 0,91 dan koefisien korelasi M. J. Kirkby (ed.): Hillslope Hydrology.
sebesar 0,99. Sedangkan DAS Bedadung Wiley. New York.
menghasilkan nilai koefisien Nash Harto, Sri (1983). Mengenal Dasar
sebesar 0,86, koefisien korelasi sebesar Hidrologi Terapan. Biro penerbit KMTS.
0,99. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Linsley, et al. (1996). Hidrologi untuk
Saran
Insinyur. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Agar kalibrasi dan validasi yang
dihasilkan bagus, maka hal pertama yang Martha J dan Adidarma W (1987).
harus diperhatikan adalah kelengkapan Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi. Penerbit
data. Selain itu data yang ada harus Nova, Bandung.
sesuai, artinya antara hujan yang jatuh Poerwidodo (1991). Genesa Tanah :
dan debit yang terbentuk harus memiliki Batuan Pembentuk Tanah. Edisi ke satu
pola yang sama. Oleh karena itu faktor cetakan ke satu. Rajawali Pers. Jakarta.
data sangat penting sehingga harus Podger G (2004). Rainfall Runoff
dipilih data yang benar-benar sesuai Library. Department of Infrastruktur,
untuk digunakan pada proses kalibrasi Planning and Natural Resource. CRC for
dan validasi. Catchment Hidrology. Australia.
Refsgaard JS (2000). Towards a
Formal Approach to Calibration and
DAFTAR PUSTAKA Validation of Models Using Spatial Data. In
: R. Grayson and G. Blöschl, (eds.) Spatial
Anonim (2002). Evaluasi Banjir DPS Patterns in Catchment Hydrology.
Sampean Kabupaten Situbondo dan Cambridge University Press. Cambridge, pp
Bondowoso, Laporan Akhir, Jember: : 397 + index.
Lembaga Penelitian Universitas Jember.
Seyhan E (1990). Dasar-dasar
Anonim (2002). Evaluasi Pengelolaan Hidrologi, Gajah Mada University Press,
Sumberdaya Air Satuan Wilayah Sungai Yogyakarta.
(SWS) Brantas. Laporan Akhir. Jember
Lembaga Penelitian Universitas Jember. Soemarto (1989). Hidrologi Teknik
Edisi pertama. Erlangga, Jakarta.
Blöschl G, and Grayson R (2000).
Soemarto (1995). Hidrologi Teknik
Spatial Observation and Interpolation In : R
Edisi ke-2. Erlangga, Jakarta.
Grayson and G Blöschl (eds), Spatial Pattern
in Catchment Hydrology:Observation and Soesanto B dan Ernanda H (1991).
modelling. Cambridge University Press. Pengantar Hidrologi. Fakultas Pertanian
Cambridge. pp : 17-50. Universitas Jember, Jember.

58
Kalibrasi Model Sacramento (Sri Wahyuningsih, Elida Novita, dan Indarto)

Soewarno (1991). Hidrologi Susanto Sahid (1996). Prinsip


Aplikasi Statistik Untuk Pengolahan Dasar dan Aplikasi Hidrologi. Fakultas
Data Aliran Sungai. Penerbit Nova, Teknologi Pertanian Universitas Gajah
Bandung. Mada, Yogyakarta.
Sosrodarsono dan Takeda K Takeda (1993). Hidrologi Untuk
(1993). Hidrologi Untuk Pengairan. Pengairan. Cetakan kedelapan. PT.
Cetakan kedelapan. PT. Pradnya Pradnya Paramita, Bandung
Paramita, Jakarta.
Todini E (1998). Rainfall-Runoff
Sosrodarsono S dan Takeda K Modelling Post, Present and Future
(1999). Hidrologi untuk Pengairan.. PT. Journal of Hydrology. 100,141-352.
Pradnya Paramita Pradnya, Bandung.
Wilson EM (1993). Enginering
Sudjana (2002). Metoda Statistika. Hydrology. Mac Million and co Ltd,
edisi keenam. Penerbit Tarsito, Bandung. London.

59

S-ar putea să vă placă și